Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER KEWARGANEGARAAN DRS. H. AIDIL FITRI, M. HATTA, MM, M.

Si

SISTEM PERTAHANAN KEAMANAN RAKYAT SEMESTA

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER KEWARGANEGARAAN DRS. H. AIDIL FITRI, M. HATTA, MM, M.Si
PENGEMBANGAN SARANA JALAN NEGARA JAYAPURA WAMENA GUNA MENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN STUDI KASUS KOTA WAMENA

NAMA : FRISMA INDAH PERMATASARI NPM : 110.2008.108

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PENGEMBANGAN SARANA JALAN NEGARA JAYAPURA WAMENA GUNA MENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN STUDI KASUS KOTA WAMENA

Pengambangan sarana jalan negara merupakan suatu sistem pertahanan non militer. Di jayapura wamena pembangunan disana masih sangat minim baik dari segi sumber daya alam, logistik, pendidikan itu semua karena rusaknya jalan negara. Jika dari segi militer juga sangat menyedihkan karena dengan sedikitnya warga di wamena membuat aparat juga sedikit sehingga sistem pertahanan disana sangat kurang ditambah dijayapura wamena sebagai daerah perbatasan yang seharusnya sangat membutuhkan pertahanan dan perlindungan lebih dari aparat sekitar. Wamena sebagai ibukota Kabupaten Jayawijaya merupakan jantungnya pulau Irian Jaya karena terletak tepat di tengah, dan merupakan daerah di Papua yang tidak memiliki laut sehingga pada dasarnya transportasi darat menjadi dambaan tersendiri bagi penduduknya. Kabupaten Jayawijaya terkenal dengan pegunungan yang memiliki 3 puncak tertinggi di Indonesia yakni puncak Jayawijaya, Trikora dan Yamin. Sampai dengan saat ini, kondisi geografi Jayapura-Wamena umumnya belum banyak berubah, hanya dibeberapa daerah telah terjadi penggundulan hutan. Disamping itu hubungan darat antar daerah juga masih sangat terbatas dan apabila adapun umumnya masih berupa jalan tanah yang diperkeras. Berdasarkan uraian mengenai kondisi geografi Jayapura-Wamena di atas, maka pembangunan suatu jalan di wilayah ini akan menghadapi kesulitan alamiah yang cukup tinggi, sehingga perlu adanya strategi khusus untuk mensiasatinya. Kondisi ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan daerah dataran luas yang notabene akan lebih mudah dan memungkinkan untuk dibangun jalur Kereta Api/Kereta Gantung atau bahkan Kereta Bawah Tanah seperti di Amerika Serikat dan Eropa Kondisi pengembangan sarana jalan negara jayapura wamena yang diharapkan terwujudnya jalan negara JayapuraWamena yang diharapkan. Melihat kondisi jalan negara Jayapura-Wamena yang sudah tidak dapat digunakan lagi (rusak) dimana salah satunya disebabkan oleh faktor geografi (topografi) maka perlu dilakukan survei dan pemetaan ulang terhadap kondisi jalan negara tersebut secara menyeluruh untuk mengetahui bahan apa yang sesuai untuk digunakan dalam pengembangan jalan didaerah tersebut dan dengan cara dan teknologi apa yang paling tepat digunakan dalam pelaksanaan pengembangannya sehingga jalan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif dengan kualitas jalan yang memadai.Kondisi topografi yang sulit di daerah Papua adalah konsekuensi logis yang harus diterima baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun oleh masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal tersebut, harapan yang ingin segera diwujudkan adalah setiap kali akan dilaksanakan suatu pembangunan wilayah, maka ada keharusan untuk melakukan perencanaan dan persiapan matang yang ditinjau dari berbagai aspek termasuk didalamnya adalah aspek dana, aspek sosial budaya dan aspek teknologi serta aspek pengenalan geografis wilayah yang harus benar-benar didalami dan diperhatikan agar dikemudian hari tidak terjadi pemborosan dari segi waktu, pikiran dan tenaga, serta biaya. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang diharapkan. Dengan terwujudnya jalan Jayapura-Wamena akan meningkatkan kelancaran kegiatan manusia, barang, maupun jasa dari dan ke Jayapura-Wamena, seiring hal itu diharapkan terjadi peningkatan perkembangan lingkungan kehidupan masyarakat (pengembangan wilayah) yang antara lain berupa, bertambah dan meningkatnya sarana dan prasarana pendidikan, pelayanan kesehatan, kantor-kantor pemerintahan, sarana ibadah, sampai dengan tumbuhnya ekonomi daerah dan berbagai sarana perdagangan dan jasa, hingga pada akhirnya kualitas SDM juga terus meningkat sesuai dengan yang diharapkan, yang dapat dilihat baik dari segi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraannya. SDM di Jayapura-Wamena meningkat, diharapkan kemampuan dibidang penguasaan IPTEK juga semakin meningkat sehingga untuk selanjutnya pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana tidak lagi akan tergantung pada tenaga ahli dari

luar daerah bahkan dari luar negeri. Bila masalah SDM dan IPTEK sudah teratasi, maka masalah lain seperti masalah dana bisa didapatkan dari berbagai sumber termasuk dari pertumbuhan pendapatan daerah ataupun mendatangkan investor serta bernegosiasi agar mau menanamkan modalnya di Jayapura-Wamena. Pengembangan sarana jalan negara diharapkan dapat mendukung kepentingan pertahanan negara di daerah setempat. Bila dilihat secara teknis terdapat kriteria-kriteria khusus dari suatu jalan agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan militer, antara lain lebar minimal jalan yang dibangun adalah sama dengan landasan pacu pesawat terbang, posisi lampu penerangan jalan diletakkan pada tempat yang tepat dan setiap saat dapat dirubah/dipindahkan secara cepat dan mudah (portable), serta minimal terpenuhinya panjang jalan yang lurus dan rata. Disisi lain, jalan negara JayapuraWamena dihadapkan dengan dislokasi atau gelar pasukan TNI dan aparat keamanan yang ada di Papua memungkinkan untuk digunakan sebagai jalur distribusi logistik pertahanan bagi pasukan, yang ditempatkan di daerah terpencil serta pergeseran pasukan khususnya dengan kendaraan tempur roda rantai. Dari segi tata ruang perlu ada sinkronisasi RTRW daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan RTRW Pertahanan, sehingga dalam pelaksanaan pengembangan pembangunan Jalan JayapuraWamena tidak terjadi perbedaan kepentingan baik untuk kepentingan kesejahteraan maupun untuk kepentingan pertahanan. Pendidikan disana juga sangat minim atau menyedihkan karena sarana jalan negara yang tidak baik membuat mereka tertinggal banyak informasi dan ini semua juga dikarenakan masyarakat yang tidak merata dalam penyebarannya, sehingga dibeberapa dusun masih ada yang tidak merata dalam ilmu pengetahuan. Padahal pendidikan yang baik dapat membuat anak anak menjadi luas pengetahuan dan dapat menjadi salah satu sistem pertahanan rakyat semesta non militer. Pendidikan adalah salah satu wadah untuk membangun jayapura wamena yang mana tertinggal jauh dari kesejahteraan. Pendidikan dapat membuat penerus bangsa maju dan berkebang, sehingga warga jayapura wamena tidak dapat dibodohi atau dibohongi oleh para pendatang. Ini semua terbatas karena lagi lagi sumber daya manusia yang minim atau sedikit atau penyebaran yang tidak merata, sehingga harus mendatangkan warga dari luar daerah. Dampak mendatangkan warga dari luar daerah bervariasi mereka dapat mendatangkan dampak positif dan negatif. Dampak positif jika mereka yang didatangkan dari luar bersifat tulus membantu itu dapat membuat warga jayapura wamena maju dan berkembang dan memiliki luas pengetahuan namun jika dampak negatif yang didapat itu dapat membawa rakyat jayapura wamena tersesat karena mereka yang didatangkan dari luar daerah dapat mempengaruhi budaya yang sangat baik di papua dan dicampur dengan budaya mereka, sehingga rakyat jayapura wamena tidak mempunyai ciri khas lagi. Itu sebabnya warga jayapura wamena butuh memiliki pendidikan yang baik karena agar warga jayapura wamena dapat mempertahankan ciri khas mereka yang terkenal dengan pemandangan dan kehidupan yang nyaman, tentram dan sejahterah. Namun itu semua mengalami kendala dalam transportasi, sehingga membuat penyampaian aspirasi dalam hal pendidikan berkurang karena kurangnya sarana dan prasarana di jayapura wamena, sehingga dalam hal pendidikan untuk warga jayapura wamena mendukung adanya sarana jalan negara dalam proses pembangunan, karena tidak dapat dipungkiri pendidikan juga termasuk dalam sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Sumber daya manusia juga mempengaruhi sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, karena sumber daya manusia juga berpengaruh dalam segala aspek baik dalam segi pendidikan, pembangunan, sistem pertahanan non militer dan militer. Dengan terbatasnya sumber daya manusia maka terbatasnya juga sistem pertahanan non militer dan militer. Jika banyak sumber daya manusia maka sistem pertahanan non militer dan militer dapat berjalan dengan baik, contonya saja dalam sistem pertahanan non militer seperti pembangunan jika sumber daya manusia banyak, pembangunan jalan negaar dapat berjalan dengan baik dan selesai tepat waktu, karena semua yang membangun di jayapura wamena membutuhkan adanya jalan negara, tidak bisa dipungkiri jika jalan negara selesai semua fasilitas yang diperlukan dapat terpenuuhi dengan baik.

Dalam suatu sistem demokrasi di mana negara berperan sebagai pelindung masyarakat dari ancaman dan gangguan, maka posisi militer di dalam sebuah negara sudah semestinya berfungsi agar ancaman dan gangguan itu menjadi minimal. Fungsi itu bisa dikatakan sebagai kewajiban pokok dari sebuah institusi militer. Dengan demikian posisi militer atau angkatan bersenjata merupakan sebuah institusi yang sah atau lazim jika memang disepakati dalam sebuah organisasi yang bernama negara, yang mempunyai kewajiban berkaitan dengan perlindungan negara demi memproteksi masyarakat dari ancaman fisik. Dikarenakan militer yang tidak berjalan baik dikarenakan minimnya sumber daya manusia maka pihak militer tidak dapat berjalan dengan baik sesuai tugasnya yang sudah diwajibkan. Kondisi umum geografi Jayapura-Wamena adalah berupa bukit-bukit yang mempunyai tebing dengan kemiringan curam, medannya tertutup, beberapa daerah berawa, dan sungaisungai yang dalam sehingga sulit dijangkau. Sarana transportasi udara sebagai transportasi andalan, sedangkan transportasi darat yang telah ada kurang memadai dan telah mulai rusak, sehingga kondisi tersebut mengakibatkan terhambatnya pembangunan di daerah-daerah baik berkaitan dengan bidang kesejahteraan maupun bidang pertahanan negara. Analisa yang dapat diambil dari uraian diatas adalah medan yang ada masih sulit ditembus dan kesulitan tersebut adalah karena faktor alam, perlu survei dan pemetaan ulang untuk pengembangan sarana jalan negara Jayapura-Wamena guna mendapatkan data yang komprehensif, akurat dan terkini. Pengembangan pembangunan daerah Papua serta pembukaan daerah industri baru tidak saja mendorong perekonomian daerah tetapi juga akan mendukung proses integrasi nasional guna menekan timbulnya gerakan separatis. Untuk itu diperlukan peningkatan keterlibatan partisipasi aktif masyarakat lokal Papua ke dalam proses pembangunan daerah Papua. Disisi lain para investor khususnya investor asing meminta adanya jaminan keamanan karena citra wilayah Papua pada saat ini masih diwarnai adanya konflik keamanan. Kondisi umum tingkat ekonomi masyarakat yang tinggal disekitar jalan negara Jayapura-Wamena khususnya, masih rendah dan tertinggal, hal ini disebabkan antara lain investor lebih tertarik menanamkan modalnya untuk daerah-daerah yang ramai, padat penduduk serta sudah ada aksesibilitasnya. Dari uraian diatas, sebenarnya masyarakat dan pemerintah daerah sangat mengharapkan bahwa pengembangan sarana jalan negara Jayapura-Wamena dapat segera diselesaikan, namun disisi lain pemerintah masih harus berhadapan dengan berbagai kendala yang ada. Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang tinggal didaerah sekitar jalan negara Jayapura-Wamena telah berpengaruh dalam menerima dan menterjemahkan kemajuan serta perkembangan dunia luar, khususnya teknologi dan informasi. Disisi lain, kultur budaya masyarakat Papua umumnya masih memegang kuat tradisi yang ada secara turun temurun, oleh karena itu kultur budaya masyarakat Papua sebagai salah satu potensi dari kekayaan budaya nasional harus dapat dipertahankan, dilestarikan bahkan dikembangkan. Mencermati dari uraian diatas, jalan negara merupakan kebutuhan penunjang kehidupan masyarakat yang perlu segera diwujudkan sekaligus untuk membuka keterisolasian. Jila jalan negara tidak dibuat atau berjalan lambat maka segala fasilitas sulit terpenuhi seperti logistik perkembangan IPTEK, justru itu diperlukan sumber daya manusia yang banyak, kooperatif dan semangat tinggi itu jika dari segi pertahanan non militer. Sumber daya manusia juga terpengaruhi dalam sistem pertahanan militer karena jika sumber daya manusia banyak dan merata, kita dapat membuat sistem pertahanan militer atau aparat yang kuat, tangguh,dan merata aparat yangsudah ada dapat memberi pengarahan kepada sumber daya manusia untuk menjadi aparat, mereka (masyarakat jayapura- wamena) dapat diberi pelatihan agar dapat membangun dan mempertahankan serta dapat menjaga agar jayapura wamena tetap aman dan sesuai dengan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Sumber daya manusia juga tidak luput dari sistem transportasi sehingga sumber daya manusia juga mendukung terbentuknya jalan negara karena dengan terbentuknya jalan negara

dapat membantu dalam hal logistik untuk sumber daya manusia militer dan pasukan dalam hal pelatihan pasukan, karena dalam pelatihan juga membutuhkan sarana transportasi atau jalan negara yang sedang dibuat sekarang, karena jalan negara itu dapat membentuk suatu sistem pertahanan militer yang tangguh dan berguna bagi masyarakat jayapura dimana jayapura sangat terkenal sebagai daerah yang penuh konflik sehingga mereka membutuhkan sistem pertahanan yang tangguh. Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang dominan karena satu-satunya sumberdaya yang memiliki akal, prestasi, perasaan, keinginan, karsa, pengetahuan dan keterampilan. Jadi, pada prinsipnya sumber daya manusia (SDM) adalah satu satunya sumber daya yang sangat menentukan maju mundurnya suatu daerah dalam bidang pendidikan di antaranya, aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) di pegunungan tengah Papua sangat dibutuhkan tenaga-tenaga pengajar untuk memajukan pendidikan, karena tenaga pengajar memiliki posisi strategis dalam mengembangkan sumberdaya. Artinya, guru memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan.Kendala bagi anak anak pedalaman salah satunya adalah aksesibilitasnya, karena aksesnya tidak begitu lancar sehingga siswa yang memunya minat untuk sekolah pun semakin menurun daya semangatnya. Sebenarnya kemauan anak anak pegunungan tengah untuk sekolah sangat tinggi namun menjadi beban adalah aksesnya, karena dari rumah ke sekolah sangat jauh sekitar beberapa kilo meter jalan kaki hingga sampai di sekolah. Sementara sekolah tingkat SMP bisanya terletak di ibu kota distrik yang hanya dijangkau dengan jalan kaki dua atau tiga hari.Selain itu, pendidikan sangat sulit berkembang karena sebagian dari tenaga pengajar inginnya menetap di perkotaan karena kondisi alam pedalaman sangat mempengaruhi keadaan fisik. Guru adalah pahlawan, karena guru sebagai pahlawan yang menyelamatkan peradaban suatu bangsa dari keterisolasian, keterbelakangan, kesengsaraan dan kebodohan. Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar. Mengajar dengan mengedepankan profesinya sebagai mata pencaharinnya. Mengajar adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Guru mengajar sambil mendidik dan mendidik sambil mengajar. Apalagi membuka pemahaman-pemahaman pada tiap pribadi yang berbeda konsep berpikirnya.Tingkat intelegensi yang menonjol adalah orang orang dari pedalaman di bandingkan dengan orang orang kota namun sayangnya mereka dapat ilmu dari mana sedangkan tenaga pengajar berkurang dan akibatnya banyak siswa yang tidak ingin sekolah. Suatu hipotesa mengatakan bahwa " Suatu bangsa yang tak mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki bangsanya serta mencurahkan secara efektif untuk kepentingan pembangunan maka bangsa tersebut tidak akan mampu membangun bidang lain" Dugaan semula, dikota ini akan banyak dijumpai orang pribumi, namun ternyata di sektor bisnis, perdagangan, transportasi ternyata lebih banyak diisi oleh pendatang. Sedangkan sebagian kecil orang pribumi umumnya bekerja (lebih memilih) sebagai birokrat, yang bekerja di kantor pemerintahan misalnya. Dan konon hal-hal seperti ini lah yang menimbulkan kecemburuan sosial antara penduduk pribumi dengan pendatang.Pendatang memang memegang sebagian besar sektor perekonomian di Jayapura, mulai pedagang sate, bakso, supir angkot, hingga professional di perkantoran umumnya datang dari makassar dan jawa timur. Dan konon menurut supir kantor yang berasal dari Wajo (Kendari) orang pribumi mungkin hanya ditemukan di pasar dan biasanya malah perempuan. Tapi mungkin ini hanya pendapat sekilas saja tanpa didasari oleh analisa ilmiah. Memang sih, tapi percaya atau tidak hanya ada satu penjual sate dikota ini.

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER KEWARGANEGARAAN DRS. H. AIDIL FITRI, M. HATTA, MM, M.Si
TATARAN KEWENANGAN FUNGSI PERTAHANAN DAN KEAMANAN DENGAN STUDI KASUS KOTA AMBON

NAMA : LANY INDRI ASTUTI NPM : 110.2008.134

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

TATARAN KEWENANGAN FUNGSI PERTAHANAN DAN KEAMANAN DENGAN STUDI KASUS KOTA AMBON
Masalah Keamanan menjadi issu yang menarik belakangan ini, apalagi setelah Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono intervensi pada tataran kewenangan keamanan.Gagal merancang RUU Hankam kemudian berkutat merancang Undang-undang Keamanan Nasional yang katanya untuk payung hukum antara UU Pertahanan, UU Polri dan UU TNI. Menhan yang menganggap reformasi kebablasan itu, mecoba memerankan TNI dalam tataran kewenangan keamanan. Tanpa mau melihat kejelasan maknanya. Era reformasi Polri dipisahkan dari TNI alasan utamanya terletak pada perbedaan fungsi yang sangat kontras dalam memainkan perannya di bidang Hankam yang kemudian menjadi alat kekuasaan ketimbang menjadi pelindung rakyat. Fungsi, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah sebagaimana amanat UUD 1945 menjadi terdistorsi. Tentara menjadi aktor politikus utama. Polri cenderung bergaya militeristik mendukung manuvre ABRI. Inpres No 2 1 April Tahun 1999 tentang pemisahan Polri dari ABRI menjadi landasan formal bagi reformasi Polri . Saat itu kondisi Polri carut marut lemah karena Polri tidak pernah dibangun secara serius sebagai Polisi sipil. Walhasil, manakala menghadapi kerusuhan, peledakan bom. Polri nampak tidak professional dan cenderung bego. Melihat kondisi seperti itu elite Polri secara simultan melakukan pembenah diri dengan mengubah paradigmanya Polri dekat dengan rakyat.Menjamin ketertiban umum dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman masyarakat guna mewujudkan keamanan . Bergulirnya reformasi, ada yang tertinggal sementara Polri memperoleh tambahan amanat dari rakyat yaitu keamanan dalam negeri melalui kewenangan hukum.Karena pada dasarnya penegakkan hukum resultan dengan keamanan. Sementara yang tertinggal ingin memperoleh amanat yang sama untuk mempertahankan staus quo padahal di era reformasi hal itu sudah tidak legitimit karena era reformasi ini seluruh komponen pemerintahan kinerjanya harus berorientasi pada kepentingan rakyat sedangkan yang tetap berkutat mempertahankan status quo orientasinya masih pada kekuatan untuk kekuasaan. Sejak Agustus 2000 Publik opini secara perlahan dibangun arahnya kepada gugatan terhadap konsepsi keamanan yang telah dirumuskan sebagai political wil dalam TAP MPR VI Tahun 2000 dan TAP VII MPR Tahun 2000 seolah-olah Polri tidak mampu menghadapi berbagai kerusuhan, konflik etnis dan terror bom dan tidak faham anti gerilya. Gugatan itu perlahan tapi pasti gaungnya hilang terlindas jalannya roda reformasi. Perlu dipahami bersama bahwa fungsi pertahanan dan keamanan adalah fungsi pemerintahan. Kekuatan pertahanan dan keamanan merupakan bagian intergral dari unsur kekuatan nasional. Oleh sebab itu keputusan penggunaan kekuatan pertahanan dan keamanan berawal dari keputusan politik. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa, hanya apabila telah diambil keputusan politik untuk menggunakan militer sebagai salah satu unsur kekuatan nasional, baru militer mempunyai kewenangan untuk bertindak. Lazimnya keputusan politik dinyatakan melalui pernyataan berlakunya keadaan darurat militer bagi wilayah atas bagian dari wilayah nasional. Dalam keadaan damai atau tertib sipil keterlibatan militer ke dalam wilayah keamanan ditentukan melalui penetapan tersendiri yang berkekuatan hukum untuk dasar pemberian wewenang berdasarkan keputusan politik. Keterlibatan militer dalam masalah keamanan berada dalam status membantu dan atas permintaan institusi pemilik kewenangan fungsi. Setiap negara merumuskan satu sistem pertahanan dan keamanan masing-masing, di mana antara negara yang satu dengan negara yang lain berbeda, tergantung antara lain karakteristik, pandangan dan juga doktrin dari negara itu sendiri. Indonesia selama ini menganut sistem pertahanan keamanan rakyat semesta atau sishankamrata. Dengan dipisahkannya fungsi pertahanan dan keamanan, istilah sistem keamanan rakyat semesta perlu diaktualisasikan menjadi pertahanan semesta, yang didefinisikan sebagai segenap upaya bangsa Indonesia untuk menangkal, mencegah, menggagalkan dan menumpas setiap ancaman dengan mendayagunakan segenap potensi dan kekuatan nasional. Sishankamrata pada hakikatnya merupakan implementasi pendayagunan segenap potensi nasional guna dihadapkan kepada ancaman terhadap kelangsungan hidup negara. Dalam tahun 1945 pendayagunaan masih terbatas utamanya pada rakyat, namun untuk saat ini dimana kita

telah mampu mengembangkan segenap potensi nasional, pendayagunaan harus menyeluruh mencakup seluruh lingkup potensi nasional, meliputi, segenap sumber daya nasional, infrastruktur, sarana dan prasarana dan teknologi. Oleh karenanya tantangan sishankamrata saat ini adalah bagaimana merumuskan sistem pertahanan yang dapat mendayagunakan segenap potensi nasional ketika kelangsungan hidup bangsa dan negara ini terancam. Karena tidak terbatas kepada sumber daya manusia saja maka dalam tatanan negara modern, sistem pertahanan keamanan rakyat semesta perlu ditransformasikan menjadi sistem pertahanan semesta. Kalau kita jujur menilai pertahanan semesta sebagai sebuah sistem bukan hanya monopoli atau ciri khas Indonesia, tetapi merupakan hal yang bersifat universal, dimana semua negara menggunakan, meskipun dengan istilah dan cara berbeda. Untuk itu terlebih dahulu perlu ada kesamaan pandangan tentang implementasi pertahanan semesta dalam tatanan manajemen negara modern bila akan mencari bentuk hakikat sishan-kamrata dalam tatanan Indonesia modern. Dari sisi legal konstitusional, kita masih dapat mempertanyakan tataran kewenangan. Apakah segenap payung peraturan perundangan kita lengkap atau cukup untuk memberi payung kewenangan hukum, dimengerti dan memberi keterkaitan yang jelas antar pelaksana fungsi untuk memberikan akuntabilitas bagi implementasinya? Sisi yang lain. Adakah kondisi yang faktual dihadapi oleh bangsa Indonesia di tengah krisis nasional dan era reformasi serta era transisi saat ini, tidak bisa tidak, membuat kita perlu mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan fungsi pertahanan dan keamanan di masa lalu guna dapat mengidentifikasi faktor yang ingin kita pertahankan dan faktor yang perlu kita ubah agar sesuai dengan tatanan sosial baru yang lebih demokratis.

Anda mungkin juga menyukai