Anda di halaman 1dari 60

Australia

1dari 9 anak (0 15 tahun)


emergensi

1 dari 10 dewasa 1 dari 10 65 tahun


Kematian tertinggi pada kelompok ini

Asma adalah gangguan jalan nafas akibat suatu proses inflamasi kronis yang menyebabkan penyumbatan sebagai respon terhadap rangsangan eksternal.

Normal ,saat asma ditatalaksana dengan baik


3

Jalan nafas menjadi merah, bengkak dan sensitif

Otot polos yang mngelilingi jalan naas menjadi kaku

Normal:
Warna :pink Terbuka Otot polos relaksasi

Reseptor: 2 M3H14

Karakteristik Jalan Nafas Pasien Asma :


1. Inflamasi

Edema
Produksi mukus yang kental 2. Bronkospasme Kontraksi otot yang mengelilingi jalan nafas , menyebabkan penyempitan jalan nafas.

3. Hiper-reaktif jalan nafas: Sensitivitas yang tidak normal terhadap rangsangan eksternal (debu, udara dingin dan asap rokok)

http://link.brightcove.com/services/player/bcpid236059233?bctid=347806802

Persarafan jalan nafas


Eferen

1. Parasimpatis Reseptor M3 di otot polos dan kelenjar


2. Simpatetik B2 di otot polos dan kelenjar

Aferen
1. Irritant receptors (vagal fibres). Jalan nafas bgn atas 2. C-fiber receptors (sensory fibers) Jalan nafas bgn bawah.

Obat-obat antiasma
I. Bronkodilator : (cepat meredakan asma) Digunakan untuk mengatasi serangan akut 1. Agonis reseptor 2 2. Antimuskarinik 3. Golongan Xanthine

II- Anti - inflamasi :

Profilaksis 1- Mast cell stabilizers. 2- Glukokortikoid. 3- Anti-IgE monoclonal antibody (omalizumab) III- Leukotrienes antagonists. a. 5-Lipoxygenase inhibitors b. Leukotrienereceptor inhibitors

Simpatomimetik (agonis adrenergik) Mekanisme kerja 1- Stimulasi 2 secara langsung stimulasi adenilat siklase cAMP bronkodilatiasi 2- Menghambat pelepasan mediator dari sel mast. 3- Meningkatkan pengeluaran mukus (meningkatkan aktivitas siliari).

Klasifikasi

1- - agonis non selektif . Epinefrin - Isoprenalin


2-2 agonis selektif. Salbutamol (albuterol) Terbutaline Metaproterenol. Salmeterol Formeterol

1- agonis non selektif. Epinefrin Poten Kerja cepat (efek maksimum 15 min). S.C. atau inhalasi melalui aerosol atau nebulizer. DOA 60-90 min Pilihan utama utk anafilaksis Kerugian: 1- Tdk efektif jika diberikan po. 2- Hiperglikemia # pada Diabetes. 3- E. Samping CVS : Takikardi, aritmia, hipertensi # angina 4- Tremor otot rangka

Isoprenaline Poten sebagai bronkodilator Pemberian sc atau via inhalation (aerosol- nebulizer) Kerja cepat (efek maksimum dalam 5 min) DOA 60-90 min Kerugian Seperti epinefrine

Nebulizer

Inhaler

2 agonis selektif

Pilihan utama utk serangan asma akut DOA lebih panjang (3-4 jam) atau 12 jam (salmeterol - formotereol) Dapat diberikan po, parenteral atau inhalation (metered dose inhaler atau nebulizer) Efek samping kardiovaskuler: minimal Dapat diberikan untuk pasien asma dengan hipertensi dan gagal jantung.

Kerugian : 1- Tremor otot rangka. 2- Toleransi (B-receptors down regulation). 3- Takikardia ( stimulasi B1 ).

2 agonis selektif dibagi menjadi 1. 2 agonis kerja singkat : Salbutamol (albuterol) Terbutaline Metaproterenol. 2. 2 agonis kerja panjang: Salmeterol Formeterol

1. 2 agonis kerja singkat


Salbutamol (albuterol) (inhalasi, oral, I.V.)
Terbutaline ( inhalasi, S.C., oral)

Metaproterenol
OA: cepat (15-30 min), 5 min via inhalasi DOA (3 4 hr) Digunakan untuk simptomatik bronkospasma (serangan akut asma) Salbutamol digunakan untuk mencegah kelahiran prematur.

2. 2 agonis kerja panjang

Salmeterol & formoterol: Bronkodilator kerja panjang (12 jam) Kelarutan dalam lemak : tinggi (tersimpan dalam jaringan lemak) Salmeterol : OA , lambat Tidak digunakan untuk serangan akut Digunakan pada asma yang timbul pada waktu malam hari (pencegahan) Dikombinasikan dengan kortikosteroid

Antagonis Muskarinik
(Ipratropium Tiotropium)
Memblok semua jenis reseptor muskarinik. Farmako Kinetik: Turunan atropin Tidak diabsorpsi pada pemberian per oral Pemberian : aerosol inhalasi Tidak masuk ke SSP OA: lambat (30 min) DOA: 3-5 jam

Farmakodinamik

Bronkodilator Tidak mempunyai efek antiinflamasi Kurang efektif dibandingkan agonis B2. Efek samping sistemik: minimal.

Penggunaan:
1. 2.

3.

PPOK. Tambahan utk agonis B2 & steroid untuk searangan asma akut Pasien yang tidak toleran terhadap agonis B2 Kerja panjang (24 jam) Digunakan utk PPOK

Tiotropium

Methylxanthines
Theophylline

(orally) Aminophylline (theophylline + ethylene diamine) (oralparenteral). Mekanisme kerja 1- Penghambat enzim phosphodiestrase cAMP bronchodilatasi 2- Antagonis reseptor Adenosin (A1). 3- Meningkatkan kontraksi diafragma 4- Stabilisasi membran sel mast

Farmakodinamik: 1- Relaksasi otot polos bronkus 2- Stimulasi SSP. * efek stimulan pada pusat pernafasan. * mengurangi rasa lelah dan meningkatkan mood. * Tremors, gugup, insomnia, kejang

Otot rangka: kontraksi diafragma menambah ventilasi Kardiovaskuler : + ve Inotropic ( kontraktilitas) + ve chronotropic ( denyut jantung) vasodilatasi tekanan darah GIT : Meningkatkan sekresi as. lambung Ginjal : Efek diuretik lemah ( aliran darah ginjal )

Farmakokinetik Per oral (setelah makan) Metabolisme CYP P450 enzymes ( t = 8 jam ) T menurun : Enzyme inducers (phenobarbitonerifampicin)

T meningkat :Enzyme inhibitor (cimetidine,


erythromycin)

Penggunaan
1. Pilihan kedua dalam pengobatan asma (theophylline diberikan per oral yang diformulasikan dalam bentuk sustained-release )

2. Pada status asmatikus (aminophylline diberikan infus secara lambat)

Efek samping: Indek terapi: rendah: batas keamanan sempit monitoring kadar theophylline dalam darah perlu SSP: kejang Kardiovaskuler: hipotensi, aritmia. GIT : mual & muntah

Dengan mengurangi inflamasi di jalan nafas, akan mengurangi spasma jalan nafas dan hiperreaktivitas bronkus

1- Glukokortikoid. 2- Mast cell stabilizers. 3- Antagonis Leukotrien. a. 5-Lipoxygenase inhibitors. b. antagonis reseptor Leukotriene.

Glukokortikoid Mekanisme kerja 1. Hambatan terhadap phospholipase A2 menurunkan sintesis as. arakhidonat & prostaglandin leukotrien 2. Mengurangi jumlah sel inflammatory di jalan nafas misalnya. mackrofag, eosinofil

Mast cell stabilization menurunkan pelepasan histamin Menurunkan permiabilitas kapiler dan edema mukosa. Hambatan reaksi antigen-antibody Upregulasi reseptor B2

Cara pemberian Inhalasi (metered-dose inhaler): Beclomethasone, fluticasone (metabolisme lintas pertama : tinggi& bioavailabilitas :rendah)

oral:
Prednison

Injeksi:
Hidrokortison

Farmakodinamik
Tidak mempunyai efek bronkodilator Mengurangi inflamasi bronkial Mengurangi hipereaktivitas bronkus terhadap rangsangan Effektif pada keadaan asma yang diinduksi oleh alergi, exercise, antigen dan irritan.

Efek

biasanya tercapai setelah 2-4 minggu (OA: lambat). Efek maksimum pada 9-12 bulan. Diberikan sebagai profilaksis ( mengurangi frekuensi serangan asma)

Pemberhentian

tiba-tiba glukokortikoid harus dihindari dan harus dilakukan penurunan dosis secara bertahap.

Penggunaan / cara pemberian Inhalasi Relatif aman Digunakan sebagai lini pertama untuk mengendalikan (kontrol) asma sedang berat pada anak dewasa baik obat tunggal maupun kombinasi dengan betaagonis.

Oral/parenteral kortikosteroid

menimbulkan efek sistemik (toxicity) & dan digunakan untuk : management pasien sakit akut Status asmatikus (i.v.).

Inhalasi : efek samping lebih sedikit. Oral candidiasis (thrush). Dysphonia (voice hoarseness).

Mast cell stabilizers (Sodium cromoglycate)


Bekerja

parsial untuk stabilisasi membran sel mast.

Farmakokinetik Inhalasi (aerosol, microfine powder, nebulizer). Absorpsi per oral: kecil (10%) T1/2 : 90 menit.

Farmakodinamik tidak mempunyai efek bronkodilator sebagai obat profilaksis antiinflammatory Mengurangi hiperreaktivitas bronkial. Efektif in untuk asma yang diinduksi antigen dan irritant. Respon pada anak lebih baik dibandingkan dewasa

Penggunaan Profilaksis asma terutama pada anak. Rinitis alergika. Conjunktivitis

Efek samping Rasa pahit Iritasi saluran nafas bagian atas (rasa terbakar, kongesti nasal )

Antagonis Leukotrien
5-Lipoxygenase

inhibitors. Leukotrienereceptor antagonists.

Leukotrien Disintesis

oleh sel inflammatory yang ditemukan di jalan nafas (eosinofil, makrofag, sel mast) Hasil dari reaksi 5-lipo-oxygenase dengan asam arakidonat Leukotriene B4: Kemotaksis dari neutrofil

Cysteinyl leukotrienes C4, D4 & E4: Bronkokonstriksion Meningkatkan hiperreaktivitas bronkial Edema mukosa Hipersekresi mukus

5-Lipoxygenase inhibitors 1. Zieluton Penghambat 5-lipo-oxygenase secara selektif menghambat sintesis leukotrienes (LTB4 , LTC4, LTD4& LTE4). Pemberian: oral DOA: pendek. Cara pemberian: (3-4 kali / hari).

Leukotriene receptor antagonists 1.Zafirlukast selektif, hambatan bersifat reversibvel (LTD4) Pemberian: oral.

Penggunaan antileukotriene Sebagai profilaksis untuk asma ringan - sedang Asma yang diinduksi oleh Aspirin Pencegahan terhadap asma yang diinduksi oleh antigen dan exercise Tidak efektif untuk mengatasi serangan asma akut

Semua antileukotriene

Sebagai bronkodilators Mempunyai efek anti-inflammatory Kurang efektif dibandingkan kortikosteroid inhalasi Potentiasi kerja kortikosteroid (has corticosteroid sparing effect dapat diberikan kortikossteroid dosis rendah ).

Efek samping antagonis Leukotriene

Meningkatkan kadar enzim hati. Sakit kepala Dispepsia. Jarang : Churg-Strauss syndrome (eosinophilic vasculitis).

Omalizumab
Suatu monoclonal antibody Mencegah ikatan IgE berikatan dengan reseptor pada sel mast & basofil Mengurangi pelepasan mediator alergi Digunakan untuk mengobati asma karena alergi. Mahal . Bukan obat lini pertama

Anda mungkin juga menyukai