Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH AGAMA ISLAM

KEIMANAN DAN KETAQWAAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN MODERN

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 2011

BAB II ISI 2.1 Penger !"n Ke!#"n"n"n $"n Ke "%&""n Iman menurut bahasa Arab artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, iman kepada Allah dapat dijelaskan bahwa meyakinininya dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan ya, kemudian mengakuinya secara lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Sedangkan !a"wa berasal dari kata waqa, ya"i , wi"ayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etim#l#gis tersebut, maka ta"wa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan k#nsisten ( isti"#mah ) Sese#rang dapat dikatakan sebagai #rang yang beriman (mukmin) sempurna ketika ia telah memenuhi ketiga hal tesebut. Apabila sese#rang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan

dengan amal perbuatan, maka #rang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. $eriman kepada Allah merupakan hal yang sangat penting, sebagaimana firman Allah pada surat An isa ayat %&'(

Artinya( )*ahai #rang-#rang yang beriman. !etaplah beriman kepada Allah dan +asul ya (,uhammad) dan kepada -itab (Al .ur/an) yang diturunkan kepada +asul ya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. $arang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat- ya, -itab-kitab- ya, +asul-rasul ya, dan hari kemudian, maka sungguh #rang itu telah tersesat sangat jauh.0 (..S. An isa ( %&') Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa kita sangat diwajibkan untuk melaksanakan perintah-perintahnya. Dan apabila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. 1rang yang tidak beriman kepada Allah maka dalam hidupnya dia tidak akan mendapatkan ridh# dari Allah. 1leh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia. 2.2 W'('$ I#"n *ujud iman dapat dinilai dari & macam bentuk yaitu hati, ucapan, dan perbuatan. 2ang dimaksud adalah diyakini dalam hati yaitu dengan percaya akan adanya Allah S*!, diucapkan dengan lisan yaitu dengan mengucapkan 3 kalimat syahadat, dan dilakukan dengan perbuatan yaitu menjalankan seluruh perintah 4 seluruh larangan 4 ya. Akidah Islam adalah bagian yang paling p#k#k dalam agama Islam. 5al tersebut merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu amal perbuatan. Sese#rang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amal saleh. Apabila tidak bera"idah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa. ya dan menjauhi

2.) T"n$"*T"n$" Or"ng Ber!#"n Dalam Al 4 .uran, #rang 4 #rang yang beriman dapat dinyatakan sebagai berikut( 2.).1 6ika disebut nama Allah S*! (dengan ilmu), maka hatinya bergetar dan apabila dibacakan Al 4 .uran maka hatinya bergej#lak untuk melaksanakannya (Al 4 Anfal ( 3). 2.).2 2.).) 2.).+ Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarakan kerangka ilmu Allah yang diiringi dengan d#a. !ertib melaksanakan sh#lat dan selalu menjaga pelaksanaannya (Al 4 Anfal ( & dan Al 4 ,u/minun ( 3,7). ,enafkahkan ri8ki yang diterima (Al 4 Anfal ( & dan Al 4 ,u/minun (9). 5al ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ek#n#mi. 2.)., 2.).2.).. 2.)./ 2.).0 ,enghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga keh#rmatan (Al 4 ,u/minun ( &,:) $erjihad di jalan Allah dan suka men#l#ng (Al 4 anfal ( 79). -husyu dalam Shalat !erpelihara dari perkataan dan perbuatan sia-sia ,emelihara amanat spt menjaga titipan #rang lain

2.).10 ,enepati janji kepada Allah dan ,anusia 2.+ Pr12e2 er3en '%n4" I#"n Iman terbentuk sejak lahir. Apabila sejak lahir telah ditanamkan dasar-dasar keimanan dalam hidupnya secara baik, iman akan tumbuh dan melekat pada diri #rang tersebut. Iman terbentuk melalui lingkungan keluarga, masyarakat, sek#lah, dan lain-lain. ;engaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman sese#rang. !ingkah laku #rang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan c#nt#h dan teladan bagi anak-anak. !ingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anakanaknya. 6angan diharapkan anak berperilaku baik, apabila #rang tuanya selalu

melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini 2ahudi, asrani, atau ,ajusi0.

abi SA* bersabda, )Setiap anak,

lahir membawa fitrah. 1rang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Iman sama halnya dengan yang lain. 5al pertama untuk memiliki keimanan adalah dengan cara pengenalan. Se#rang akan dikenalkan apa yang dimaksud iman dan bagaimana perannya dalam kehidupannya. Setelah melalui pr#ses pengenal sese#rang akan dituntut untuk membiasakan diri dalam menanamkan dasar-dasar keimanan. <alu ia akan terbiasa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. !erdapat beberapa prinsip dalam met#de penanaman iman( %. Pr!n2!5 5e#3!n""n 3er%e2!n"#3'ng"n ;r#ses pembentukan iman adalah suatu pr#ses yang penting, terus menerus, dan tidak berkesudahan. $elajar adalah suatu pr#ses yang memungkinkan #rang semakin lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan m#ti=asi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. 1leh karena itu penting mengarahkan pr#ses m#ti=asi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya dit#lak. 3. Pr!n2!5 !n ern"6!2"2! $"n !n$!7!$'"2! Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). ,elalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan )amaliah0, dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk )utuh0, yakni bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai suatu pr#duk akhir semata-mata. ;rinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai pr#ses (internalisasi dan indi=iduasi). Implikasi met#d#l#ginya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk

jadi, tetapi juga harus mementingkan pr#ses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa sey#gianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-baiknya mengalami pr#ses tersebut sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai iman. &. Pr!n2!5 S12!"6!2"2! ;ada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah memper#leh dimensi s#sial. 1leh karena itu suatu bentuk tingkah laku terp#la baru teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara s#sial. Implikasi met#d#l#ginya ialah bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat indi=idual (yaitu hanya dengan memperhatikan kemampuan sese#rang dalam kedudukannya sebagai indi=idu), tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi s#sial (pr#ses s#sialisasi) #rang tersebut. ;ada tingkat akhir harus terjadi pr#ses s#sialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan pr#ses indi=iduasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai dimensi s#sial. 9. Pr!n2!5 %1n2!2 en2! $"n %18eren2! ilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara k#nsisten, yaitu secara tetap dan k#nsekuen, serta secara k#heren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi untuk met#d#l#ginya adalah bahwa tingkah usaha laku yang yang dikembangkan mempercepat tumbuhnya

mewujudkan nilai iman hendaknya selalu k#nsisten dan k#heren. Alasannya, caranya dan k#nsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan bentuk yang jelas dan terp#la serta tidak berubah-ubah tanpa arah. ;endekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila pendekatan yang k#nsisten dan k#heren sudah tampat, maka dapat diharapkan bahwa pr#ses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka p#la tingkah laku sudah tercipta.

:. Pr!n2!5 !n egr"2! 5akikat kehidupan sebagai t#talitas, senantiasa menghadapkan setiap #rang pada pr#blematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. 6arang sekali fen#mena kehidupan yang berdiri sendiri. $egitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi s#sial. 1leh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. ,akin integral pendekatan sese#rang terhadap kehidupan, makin fungsi#nal pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari. Implikasi met#d#l#ginya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari sese#rang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan pr#blematik kehidupan yang nyata. 2., K1re6"2! "n "r" %e!#"n"n $"n %e "%&""n Ke!#"n"n $"n %e "%&""n $"r! 2eg! %1n2e5n4" !$"% 8"r'2 $!5!2"8%"n "n "r" 2" ' $eng"n 6"!nn4" $"n !$"% 8"r'2 $!5!2"8%"n $!"n "r" %e4"%!n"n " "' %e5er9"4""n $eng"n "#"6"n 3"!% $"n er5'(! $"n '2"8" #eng'5"4"%"n #"n'2!" $!2"#5!ng 2en"n !"2" #en16"% %er("*%er(" %e(! " "' !$"% 3er#1r"6 er8"$"5 Pen9!5 "n4" " "' 2e2"#" #"n'2!" $"n "6"# 2e%! "rn4" %"ren" %e$'"* $'"n4" #"#5en4"! %"! "n #"%n" 4"ng !$"% $"5" $!:"8"#! 2e9"r" 3er"2!ng"n. K"ren" #"%n" %e!#"n"n $"n %e "%&""n "$"6"8 2"6!ng #e6eng%"5! 4"! ' %e5er9"4""n 4"ng #eng8"2!6%"n5e#e6!8"r""n (" ! $!r! #"n'2!". D! $"6"# A6* Q'r"n 5'n $!$"5" ! :!r#"n A66"8 SWT 4"ng #engg"3'ng%"n "n "r" %e!#"n"n $"n %e "%&""n 2e3"g"! 24"r" $"n "2"2 'n '% #en$"5" %"n %er!$81"n A66"8; %e2e6"#" "n 8!$'5 $"n g"n("r"n 5"8"6" $! 8"r! "%8!r; 2e5er ! :!r#"n A66"8 SWT 4"ng 3er#"%2'$< =Se%!r"n4" #ere%" 3er!#"n $"n 3er "%&"; 5"2 !6"8 g"n("r"n 5"8"6" $! 2!2! A66"8 "$"6"8 6e3!8 3"!% >3"g! #ere%"?@>QS. A6* B"A"r"8<10)?. ? @A > BC ?D EF ?G E @H B IJ ? @ EK LM NO EP ? Q L GR S TU S V EW X Y NZ ? @[ BA ?K ? G@ E\ ?] L G^ G E @T BW ?_ ` Ea BH Lb ? E@K ?^ ? Artinya(

Seandainya mereka sungguh-sungguh beriman dan bertakwa, niscaya (mereka akan mendapati bahwa) pahala di sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui Ke2!#5'6"n #"%2'$ :!r#"n A66"8 SWT $! " "2; 2e9"r" (e6"2

#eng8'3'ng%"n %e!#"n"n $"n %e "%&""n; $"n #en("$!%"n %e$'"*$'"n4" 2e3"g"! $'" 2er"ng%"! 4"ng !$"% $"5" $!5!2"8%"n er#"2'% $"r! 2'$' 5enger !"n $"n 5e#"8"#"nn4".

Deng"n $e#!%!"n; (e6"26"8 3"8&" %e!#"n"n $"n %e "%&""n %e5"$" A66"8 SWT #er'5"%"n 5r!n2!5 8!$'5 '#" #"n'2!" 4"ng #e#5'n4"! '('"n 'n '% #e#5er16e8 3!#3!ng"n; 8!$"4"8; 5er 161ng"n A66"8 SWT $"6"# #e#3"ng'n $"n #e#"('%"n %e8!$'5"n #ere%" $! " "2 $'n!" !n! "g"r #ere%" #en$"5" %"n %e3"8"g!""n 8!$'5 $! $'n!" $"n %e2e6"#" "n $! "%8!r" . D"6"# %1n e%2 '#" I26"#; 2'$"8 en ' #"%n" %e!#"n"n $"n %e "%&""n %e5"$" A66"8 "$"6"8 '2"8" #eng"56!%"2!%"n "("r"n I26"# $"6"# %e8!$'5"n %e2e8"r!"n #ere%". M"n'2!" 4"ng #e#!6!%! %e!#"n"n $"n %e "%&""n %e5"$" A66"8 SWT "%"n 2en !"2" 3er%" " 4"ng 3en"r; 81r#" %e5"$" 1r"ng 6"!n $"n #e#5er3"!%! 8'3'ng"n %e#"24"r"%" "nn4" "n5" #eng!r" 'n2'r %e 'r'n"n " "'5'n g161ng"n $"n "g"#"; $"n 2en"n !"2" 3er'2"8" !$"% "%"n #en(er'#'2%"n $!r! $"6"# %e9e6"%""n $"n %e2eng2"r""n. 2.- Pr136e#" !%"; T"n "ng"n; $"n Re2!%1 $"6"# Ke8!$'5"n M1$ern Disaat manusia beranjak dewasa yang ditandai #leh kesempurnaan akalnya, maka semenjak itu ia mulai berpikir tentang ckeberadaannya/ di dunia ini. Ia mulai berpikir tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan ia harus jawab. 6awaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama masalah ini belum terjawab, selama itu pula menusia tersesat tanpa tujuan yang jelas dan tidak akan berjalan di dunia dengan tenang. -arena sifatnya yang demikian beberapa pertanyaan p#k#k dan mendasar ini sering disebut sebagai cu"datul kubr#/ (masalahdsimpul yang sangat besar).

;ertanyaan Darimanakah fntuk ,au kemana apa

mendasar asal manusia pada saat manusia manusia dan ini

tersebut dari dan kehidupan ini kehidupan kehidupan

berupa( inie adae inie

setelah

$ila pertanyaan ini terjawab, -terlepas dari jawaban benar atau salah- maka sese#rang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya. Selanjutnya ia berjalan dengan suatu clandasan/ dan berbuat dengan standard an nilai yang pendidikan( %. Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan pengaturan kehidupan (sekularisme) sehingga agama (Islam) tidak lagi berperan sebagai pengendali m#ti=asi manusia (dri=ing integrating m#ti=e) atau fact#r pend#r#ng (unifying fact#r). 3. -epribadian peserta didik mengalami keguncangan citra diri (disturbance #f self image) dan kepribadian yang pecah (spli pers#nality) sehingga tidak memiliki kepribadian materialistis k#nsumtif. :. Struktur keluarga yang semula egtended family cenderung kea rah nuclear family bahkan rapuh. 7. ilai-nilai agama dan tradisi#nal masyarakat cenderung berubah menjadi m#dern berc#rak bersama baik dalam keluarga sekuler dan tanpa maupun permissi=e s#ciety. nikah. masyarakat. masyarakat hidup interpers#nal menuju single parent family. '. 5ubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi l#nggar dan yang Islami (Asy dan Syakhshiyyah Al Islamiyyah). sekuler. &. ;#la hidup masyarakat bergeser dari s#cial-religius kea rah masyarakat indi=idual 9. ;#la hidup sederhana dan pr#duktif cenderung kea rah p#la hidup mewah dan berlandaskan clandasan/ tersebut. $erikut ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita akibat pr#duk dunia

h. <embaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih i. Ambisi kerier dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan

%j. 6aminan terhadap kesehatan bagi masyarakat juga semakin jauh. Dengan adanya swastanisasi pada pengel#laan kesehatan berakibat pada mahalnya biaya kesehatan. Sementara fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah tetap tidak mampu memberikan ,#dern ;endidikan yang materialistik 4 sebagaimana dapat dicermati pada $agian Skematis Akar ,asalah ;endidikan dan S#lusi ;aradigmatiknya 4 adalah buah dari kehidupan sekuleristik yang terbukti telah gagal menghantarkan manusia menjadi s#s#k pribadi yang utuh, yakni sese#rang Abidu al-Shalih yang ,uslih. 5al ini disebabkan #leh dua hal. ;ertama, paradigma pendidikan yang keliru dimana dalam sistem kehidupan sekuler, asas penyelenggaraan pendidikan juga sekuler. !ujuan pendidikan yang ditetapkan juga adalah buah dari paham sekuler tadi, yakni sekadar membentuk manusiamanusia yang berpaham materialistik dan serba indi=idualistik. -edua, kelemahan fungsi#nal pada tiga unsure pelaksana pendidikan, yakni (%) kelemahan pada lembaga pendidikan f#rmal yang tercermin dari kacaunya kurikulum serta tidak berfungsinya guru dan lingkungan sek#lahdkampus sebagai medium pendidikan sebagaimana mestinya, (3) kehidupan keluarga yang tidak mendukung, dan (&) keadaan masyarakat yang tidak k#ndusif. -acaunya kurikulum yang berawal dari asasnya yang sekuler tadi kemudian mempengaruhi penyusun struktur kurikulum yang tidak memberikan ruang semestinya kepada pr#ses penguasaan tsa"#fah Islam dan pembentukan kepribadian Islam. !idak berfungsinya gurudd#sen dan rusaknya pr#ses belajar mengajar tampak dari peran guru yang sekadar berfungsi sebagai pengajar dalam pr#ses transfer ilmu pengetahuan (transfer #f kn#wledge), tidak sebagai pendidik yang berfungsi dalam transfer ilmu pengetahuan dan kepribadian (transfer pers#nality), karena memang kepribadian gurudd#sen sendiri banyak tidak lagi pantas untuk diteladani. <ingkungan fisik sek#lahdkampus yang tidak tertata dan terk#ndisi secara Islami (ditambah dengan minimnya sarana pendukung, seperti masjiddmush#la) turut menumbuhkan budaya yang tidak memacu pr#ses pembentukan kepribadian peserta didik. pelayanan kesehatan yang memadai. II. ;eran Iman dan !a"wa dalam ,enjawab ;r#blem dan !antangan -ehidupan

Akumulasi kelemahan pada unsure sek#lahdkampus itu akhirnya menyebabkan tidak #ptimalnya pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan. $egitu halnya dengan kelemahan pada unsur keluarga yang umurnya tampak dari lalainya para #rang tua untuk secara sungguh-sungguh menanamkan dasar-dasar keislaman yang memadai kepada anaknya. <emahnya pengawasan terhadap pergaulan anak dan minimnya teladan dari #rang tua dalam sikap keseharian terhadap anak-anaknya, makin memperparah terjadinya disfungsi rumah sebagai salah satu unsur pelaksana pendidikan. Sementara itu, masyarakat yang semestinya menjadi media pendidikan yang riil justru berperan sebaliknya akibat dari berkembangnya sistem nilai sekuler yang tampak dari penataan semua aspek kehidupan baik di bidang ek#n#mi, p#litik, termasuk tata pergaulan sehari-hari yang bebas dan tak acuh pada n#rma agamak berita-berita pada media masa yang cenderung mempr#pagandakan hal-hal negati=e seperti p#rn#grafi dan kekerasan, serta langkahnya keteladanan pada masyarakat. -elemahan pada unsure keluarga dan masyarakat ini pada akhirnya lebih banyak menginjeksikan beragam pengaruh negatif pada anak didik. ,aka yang terjadi kemudian adalah sinergi pengaruh negatif kepada pribadi anak didik. 1leh karena itu, penyelesaian pr#blem pendidikan yang mendasar harus dilaksanakan pula secara fundamental, dan itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigm pendidikan sekuler menjadi paradigm Islam. Sementara pada tataran deri=atnya, kelemahan ketiga fact#r di atas diselesaikan dengan cara memperbaiki strategi fungsi#nalnya sesuai %. S#lusi dengan pada arahan !ataran Islam. ;aradigmatik.

Secara paradigmatik, pendidikan harus dikembalikan pada asas a"idah Islam yang bakal menjadi dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta pr#ses belajar mengajar, termasuk penentuan kualifikasi gurudd#sen serta budaya sek#lahdkampus yang akan dikembangkan. Sekalipun pengaruhnya tidak sebesar unsur pendidikan yang yang lain, penyediaan sarana dan prasarana juga harus mengacu pada asas di atas. ;aradigma baru pendidikan yang berasal a"idah Islam itu semestinya juga harus

berlangsung secara berkesinambungan mulai dari !- hingga ;erguruan !inggi yang pada ujungnya nanti diharapkan mampu menghasilkan keluaran (#utput) peserta didik yang berkepribadia Islam (syakhshiyyah Islamiyyah) menguasai tsa"#fah dan ilmuilmu kehidupan (iptek dan keahlian). $ila dalam #rientasi keluaran dari pendidikan sekuleristik ketiga unsure tersebut terpisah satu sama lain dan dip#sisikan berbeda dimensi (agama-n#n agama) dengan pr#p#rsi sangat tidak seimbang yang menyebabkan kegagalan pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik selama ini, maka dalam pendidikan yang ideal ketiga unsure tersebut merupakan satu kesatuan #ptimasi pada pr#ses-pr#ses yang pembentukan kepribadian Islam utuh. (syakhsiyyah ,elihat k#ndisi #byektif pendidikan saat ini, langkah yang diperlukan adalah Islamiyyah) dan penguasaan tsa"#fah Islam serta meningkatkan pengajaran sainstekn#l#gi dan keahlian sebagaimana yang sudah ada dengan menata #nt#l#gi, epistem#l#gi dan aksi#l#gi keilmuan yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, mengintegrasikan ketiganya seperti yang tampak pada $agan S#lusi 1rientasi ;endidikan. 3. S#lusi 1ptimasi pada !ataran dan Strategi Integrasi. lungsi#nal

;endidikan yang integral harus melibatkan tiga unsure pelaksana, yaitu keluarga, sek#lahdkampus dan masyarakat. $agan laktual & fnsur ;elaksana ;endidikan. Sinergi pengaruh negatif, menggambarkan k#ndisi faktual #byektif pendidikan saat ini, dimana ketiga unsure pelaksana tersebut belum berjalan secara sinergis, disamping masing-masing itu juga memberikan pengaruh kepada unsure pelaksana pendidikan yang lain. ,aksudnya, buruknya pendidikan anak di rumah member beban berat kepada sek#lahdkampus dan menambah keruwetan pers#alan di tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas, nark#ba dan sebagainya. Sementara, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan sek#lahdkampus menjadi kurang #ptimum. Apalagi bila pendidikan yang diterima di sek#lah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut. $erdasarkan peng#rganisasian, pr#ses pendidikan bisa dibagi menjadi dua, yakni secara f#rmal di sek#lahdkampus dan secara n#nf#rmal di luar kampus-

sek#lahdlingkungan

yakni

keluarga

dan

masyarakat.

2.. Per"n I#"n $"n T"%&" $"6"# Men("&"3 Pr136e# $"n T"n "ng"n $"6"# Ke8!$'5"n M1$ern Ke2!#5'6"n Iman adalah percaya, yaitu dengan cara menyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Sedangkan ta"wa adalah menjalankan perintah 4 ya dan menjauhi larangan 4 ya. Dengan kata lain #rang yang berta"wa adalah #rang yang sudah melalui pr#ses beriman terlebih dahulu. 1leh karena itu, keimanan dan keta"waan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seperti dalam surat Al 4 $a"#r#h ( 3-& dikatakan bahwa Al 4 .uran merupakan ped#man hidup #rang 4 #rang yang berta"wa. A. ;m DA5f<fA Iman adalah percaya dan meyakini bahwa Allah S*! adalah tuhan semesta alam. Sedangkan ta"wa adalah mematuhi perintah- ya dan menjauhi larangan- ya. ,asalah iman dan ta"wa ini sangat menarik untuk dibicarakan, terutama dalam implementasi di kehidupan m#dern seperti saat ini. Semakin berkembangnya dunia saat ini selain berdampak p#sitif, juga berdampak negatif. Dalam kehidupan m#dern ini, iman dan ta"wa sangat diperlukan untuk menguatkan landasan hidup bagi manusia. ,isalnya, dalam hal pendidikan, pekerjaan, keluarga, masyarakat, pergaulan, dan sebagainya. !etapi kenyataannya saat ini banyak #rang yang mengaku beriman tetapi mereka jarang sekali menerapkan iman dan keta"waan mereka dalam kehidupan. Sedangkan mereka sendiri mengaku sebagai umat Islam yang beriman dan berta"wa terhadap Allah S*!. -ehidupan m#dern telah membuat sebagian masyarakat lupa akan hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah S*! yang wajib beriman dan berta"wa kepada- ya. ,ereka sibuk mencari kepuasan dan kenikmatan duniawi. ,ereka lebih mementingkan kebutuhan materi dibandingkan dengan kebutuhan r#hani. Semua rela mereka k#rbankan hanya untuk memenuhi hawa nafsu mereka.

n. A A<ISA Saat ini telah banyak timbul kekacauan-kekacauan di bumi ini. 5al ini disebabkan #leh semakin berkurangnya tingkat keimanan dan keta"waan manusia kepada Allah S*!. $anyak sekali kejadian dan c#nt#h-c#nt#h akibat dari semakin menipisnya iman dan keta"waan itu. Dengan semakin berkembangnya 8aman, banyak dampak p#sitif yang dapat kita ambil tetapi cukup banyak pula dampak negatif yang ditimbulkan. Dampakdampak negatif tersebut ada yang sudah kita sadari namun banyak pula yang tidak kita sadari. Dampak-dampak negatif itu dapat terjadi karena landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupan dari manusia mulai g#yah dan lama-kelamaan landasan itu akan mulai hancur. $ila hal itu terjadi, maka kehidupan manusia akan hancur. ,anusia akan bertindak dengan hanya mengandalkan hawa nafsu tanpa melibatkan akal dan pikiran. ,ereka akan bertindak semau mereka sendiri dan akan mengejar nikmat duniawi tanpa memperdulikan nilai-nilai dan n#rma-n#rma agama serta pendidikan. Akibat dari berkembangnya sistem nilai sekuler yang tampak dari penataan semua aspek kehidupan daik di bidang ek#n#mi, p#litik, termasuk dengan tata pergaulan sehari-hari yang bebas dan tak acuh pada n#rma agama, berita-berita pada media massa yang cenderung mempr#pagandakan hal-hal negatif seperti p#rn#grafi, p#rn#aksi, dan kekerasan, serta langkanya keteladanan pada masyarakat. -elemahan pada unsur keluarga dan masyarakat ini pada akhirnya lebih banyak menginjeksikan beragam pengaruh negatif pada anak didik. ,aka yang terjadi kemudian adalah sinergi pengaruh negatif kepada pribadi anak didik. 1leh karena itu, penyelesaian pr#blem pendidikan yang mendasar harus dilaksanakan secara fundamental dan fungsi#nal sesuai dengan arahan Islam.

$ila landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupan manusia sudah mulai g#yah atau terbuai dengan perkembangan 8aman, maka manusia akan mulai mengalami

kehancuran. 5al ini bisa dicegah dengan selalu memupuk iman dan keta"waan dalam diri.

DAl!A+ ;fS!A-A

2usmansyah, !a#fik. 3jjh. Aqidah Akhlaq. 6akarta( ;! orafind# ,edia ;ratama. *ayuddin, Achmad, Ilyas, dkk. 3jji. Pendidikan Islam untuk Perguruan inggi. Surabaya( orasind#. Syahidin. 3jj&. ;endidikan Agama Islam di Perguruan inggi !mum. 6akarta( ;r#yek Dikti 2unus, ,#hamad. %ii7. Pendidikan Agama Islam untuk S" P. 6akarta. mrlangga Agung (3jjh). #$nsep #etuhan dalam Islam. lr#m http(ddagungsukses.w#rdpress.c#md3jjhdj7d39dk#nsep-ketuhanan-dalam-islamd diunduh 3% september 3j%, 3j(3&

Anda mungkin juga menyukai