Anda di halaman 1dari 4

ARV atau Antiretroviral ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat

menghentikan reproduksi HIV didalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan tubuh dapat ditunda bertahuntahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan. Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta mampu menurunkan angka kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan
Dimana ODHA mendapatkan ARV? Diseluruh rumah sakit rujukan bagi orang dengan hiv dan aids (ODHA) yang berjumlah 278 RS di Indoesia, lihat lampiran. Manfaat ARV 1. Menekan replikasi virus sedini mungkin dalam waktu lama. 2. Perbaikan fungsi immun. 3. Hidup bebas dari penyakit untuk waktu lama. 4. Resiko resistensi obat rendah dgn penekan virus sempurna. 5. Menurunnya kemungkinan resiko transmisi virus.

CARA KERJA ARV

Obat-obatan ARV yang beredar saat ini sebagian besar bekerja berdasarkan siklus replikasi HIV, sementara obat-obat baru lainnya masih dalam penelitian. Jenis obat-obat ARV mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi HIV yaitu: Entry (saat masuk). HIV harus masuk kedalam sel T untuk dapat memulai kerjanya yang merusak. HIV mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian menyatukan memembran luarnya dengan membran luar sel. Enzim reverse transcriptase dapat dihalangi oleh obat AZT, ddC, 3TC, dan D4T, enzim intregrase mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang sedang dikembangkan, enzim protease mungkin dapat dihalangi oleh obat Saquinavir, Ritonivir, dan Indinivir. Early replication. Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetik sel T. Setelah bergabung dengan sebuah sel, HIV menaburkan bahan-bahan genetiknya kedalam sel. Disini HIV mengalami masalah dengan kode genetiknya yang tertulis dalam bentuk yang disebut RNA, sedangkan pada manusia kode genetik tertulis dalam DNA. Untuk mengatasi masalah ini HIV membuat enzim reverse transcriptase (RT) yang menyalin RNA-nya kedalam DNA. Obat Nucleose RT inhibitors (Nukes)menyebabkan terbentuknya enzim reverse transcriptase yang cacat. Golongan non-nucleoside RT inhibitors memiliki kemampuan untuk mengikat enzim reverse transcriptase sehingga membuat enzim tersebut menjadi tidak berfungsi. Late replication. HIV harus menggunting sel DNA untuk kemudian memasukkan DNAnya sendiri kedalam guntingan tersebut dan menyambung kembali helaian DNA tersebut. Alat penyambung itu adalah enzim intregrase maka obat integrase inhibitors diperlukan untuk menghalangi penyambungan ini. Assembly (perakitan atau penyatuan). Begitu HIV mengambil alih bahan-bahan genetik sel, maka sel akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagai bahan untuk membuat virus baru. Potongan ini harus dipotong dalam ukuran yang benar yang dilakukan enzim protease HIV, maka pada fase ini, obat jenis Protease inhibitors diperlukan untuk menghalangi terjadinya penyambungan ini. Jenis jenis Obat - obatan ARV Obat yang tersedia gratis melalui pemerintah adalah lini pertama (AZT, 3TC, kombinasi AZT+3TC, d4T, nevirapine dan efavirenz), dan lini kedua (ddI, tenofovir dan Kaletra atau lopinavir/r). 1. Nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI)

Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA ( proses ini dilakukan oleh virus HIV agar bisa bereplikasi). Contoh dari obat ARV yang termasuk dalam golongan ini: Nama Generik : Zidovudine Nama Dagang : Retrovir Nama lain: AZT ,ZCV 2. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NtRTI).Yang termasuk golongan ini adalah Tenofovir (TDF) 3. Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).Golongan ini juga berkeja dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi. Yang termasuk golongan NNRTI adalah : Nama generik : nevirapin Nama dagang : viramune Nama lain : NVP BI-RG-587 4. Protease inhibitor (PI,menghalangi kerja enzim protease yang berfungsi memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (IDV), ritonavir (RTV) dan amprenavir (APV). 5. Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20) Efek samping obat 1. Efek samping jangka pendek adalah: mual, muntah, diare, sakit kepala, lesu dan susah tidur. Efek samping ini berbeda-beda pada setiap orang, jarang pasien mengalami semua efek samping tersebut. Efek samping jangka pendek terjadi segera setelah minum obat dan berkurang setelah beberap minggu. Selama beberapa minggu penggunaan ARV, diperbolehkan minum obat lain untuk mengurangi efek samping. 2. Efek samping jangka panjang ARV belum banyak diketahui 3. Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat dari pada pada laki-laki, salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan dosis yang lebih kecil. Beberapa wanita melaporkan menstruasinya lebih berat dan sakit, atau lebih panjang dari biasanya,namun

ada juga wanita yang berhenti sama sekali menstruasinya. Mekanisme ini belum diketahui secara jelas.

ARV di Indonesia
Sejak tahun 2005, Pemerintah Indonesia menyediakan obat ARV untuk rakyat secara subsidi penuh (cuma-cuma). Pada akhir tahun 2003, Menteri Kesehatan waktu itu (Achmad Sujudi) mengusulkan kepada pemerintah untuk membatalkan paten obat ARV di Indonesia dan membuat obat generik untuk kepentingan rakyat Indonesia. Presiden Megawati menerbitkan keppres mengenai pengadaan obat ARV generik ini. Sejak itulah harga obat ARV paten yang mencapai sekitar 1.000 dollar AS setiap bulan dapat diproduksi dalam bentuk generik dengan harga sekitar Rp 400.000 sebulan. PT Kimia Farma ditunjuk untuk memproduksi obat tersebut. Obat tersebut sampai sekarang digunakan oleh sekitar 23.000 orang di negeri kita. Kimia Farma yang terus menerus meningkatkan kualitas produknya, antara lain dengan dilakukannya kerjasama dengan pabrikan kelas dunia, seperti Hetero dan Matrix. Di tahun 2010, Kimia Farma telah meningkatkan kapasitas produksi Lini 1 yang selain untuk memenuhi kebutuhan nasional juga termasuk ekspor ke negaranegara muslim. Disamping itu juga kerjasama dengan Global Fund, khususnya di bidang distribusi obat-obat ARV yangdidukung baik dari sistem dan manajemen maupun dana. Tidak lupa adalah pengembangan produk ARV Lini 2, dengan sasaran memperluas keterjangkauan ODHA akan obat yang murah namun tetap berkualitas.Pengendalian penyakit HIV/AIDS juga menjadi salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yang di Indonesia jumlah penderitanya terus menaik. Pada kurun waktu 2006-2011 dana dalam negeri untuk penanggulangan

HIV/AIDS meningkat dari Rp 118,6 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 856,281 miliar pada tahun 2011. Tapi, secara keseluruhan sebagian besar dan masih berasal dari bantuan luar negeri. ARV mendapatkan dana bantuan luar negeri, seperti Global Fund for AIDS, TB, and Malaria yang digagas negara-negara G-8. Dan dana tersebut dipakai untuk menjalankan klinik VCT (tempat tes HIV secara gratis dengan asas sukarela dengan bimbingan atau konseling yang bersifat rahasia).

Anda mungkin juga menyukai