Anda di halaman 1dari 4

Argumen Mengenai Pertanyaan Kenapa Islam Melarang Adanya Monopoli dan Penumpukan Harta

Disusun Oleh: Tri Indra Laksana 130810201143

Kenapa islam melarang adanya monopoli dan penumpukan harta

Islam merupakan agama yang mengajarkan tentang kebenaran-kebenaran yang sesungguhnya. Islam sangat mewajibkan umatnya untuk memiliki sikap tenggangrasa, saling tolong-menolong antar sesama manusia. Oleh karenanya dilarang bagi individu untuk bersikap egois, sombong terhadap lingkungan sekitarnya. Pada abad pertengahan sebelum adanya system ekonomi seperti sekarang (liberalis,sosialis,campuran,dll) para merchant/merkan/pedagang mulai menerapkan ide-ide mereka untuk memperlancar bisnis mereka. Mereka mulai merencanakan bagaimana cara untuk meningkatkan harga/nilai jual suatu produk dan menguasai produk yang sangat di inginkan di pasar/sangat dibutuhkan. Dari sinilah ide mengenai monopoli dan penimbunan barang dagang mulai muncul. Penerapan system monopoli oleh para pedagan yang akhirnya memberi kesan menguntungkan, telah menarik banyak perhatian para bangsawan untuk menerapkan ideide itu untuk menguasai wilayahnya agar dapat mengatur rakyat mereka sesuka hatinya. Dampak yang dihasilkan adalah penyiksaan dan pemerasan oleh para bangsawan terhadap kaum miskin yang mengakibatkan penderitaan yang luar biasa. Kemiskinan semakin menjadi-jadi dan kelangkaan pangan pun tidak terelakkan. Itulah mengapa islam jauh-jauh hari mengingatkan kaum muslimin agar tidak menggunakan system monopoli untuk melakukan perdagangan, karena akibat yang di timbulkan dapat menyengsarakan saudara-saudara kita yang kurang mampu dan sama saja kita seperti memeras darah dan daging manusia. Memang apabila system monopoli digunakan oleh orang yang bijak, maka system monopoli dapat memonopoli harga suatu barang serendah-rendahnya agar tidak ada saingan lagi yang mampu menawarkan barang dengan harga serendah itu. Jelas jika sitem monopoli seperti ini di terapkan , maka tidak ada pertentangan yang akan di lontarkan oleh banyak pihak, karena rakyat bawahpun dapat membeli produk tersebut. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Di era yang sekarang ini, sitem monopoli dapat di jumpai di banyak Negara bahkan di Indonesia. Misalkan PLN, LPG Pertamina, awal mulanya memang tarif/harga produk yang di tawarkan tersebut sangat terjangkau oleh masyarakat, tapi setelah banyak konsumen yang memakai, mulai tercium adanya kepentingan pribadi oleh masing-masing perusahaan, akibatnya mereka mulai menaikan tarif sedikit demi sedikit dan sakarang sudah mulai terasa mencekik rakyat. Alasanlah yang mereka lontarkan dan ironisnya rakyatpun percaya-percaya saja. Padahal baru-baru ini Pertamina telah melaksanakan proyek untuk membangun gedung tertinggi sedunia dan biaya yang di gelontorkan bukan main-main banyaknya. Bukankah membangun gedung tertinggi di dunia itu juga termasuk dengan sifat unjuk diri atau

kesombongan, dan mengapa uang yang sebanyak itu tidak di alokasikan saja untuk mengurangi sedikit harga gas LPG agar masyarakat tidak terlalu di bebani ? Apalagi system ekonomi sekarang telah mengajarkan bahwa barang-barang mewah merupakan barang yang lenting ( bisa berubah keadaan apabila harga berubah) sedangkan barang-barang yang menyangkut nyawa/barang konsumsi merupakan barang tidak lenting ( perubahaan sangat sedikit apabila harga dinaikan atau diturunkan ) intinya para pengatur ekonomi lebih mementingkan barang-barang mewah supaya permintaan tetap, sedangkan bahan-bahan yang menyangkut orang banyak atau barang konsumsi cenderung di abaikan bahkan harganya dibuat melambung tinggi toh tidak mempengaruhi permintaan pasar. Rakyat miskin lagi yang akan dikorbankan. Manusia memang sudah buta apabila berurusan dengan uang, begitulah yang dapat kita gambarkan untuk keadaan sifat manusia saat ini. Jangan kita mendongak keatas saja, coba kita lihat diri sendiri apakah kita termasuk manusia yang buta tersebut, jawabannya maybe yes maybe no asal tidak lupa saja kita pasti jawab no. Maka kita perlu meningkatkan iman agar terhindar dari dosa yang tidak terlihat dan tidak terasa. Sekarang kita berganti topik mengenai penimbunan harta. Apakah maksud dari penumpukan harta adalah menyimpan uang dan tidak mau berbagi ? jika benar, maka saya memiliki cerita yang saya alami sendiri yang mungkin bersangkutan tentang masalah mengapa dilarang adanya penumpukan harta. Ketika saya dalam perjalanan pulang ke kampung halaman, saya melewati gumitir. Ketika orang lewat situ, pasti banyak yang sudah tahu bahwa banyak pengemis yang menunggu sudut-sudut tikungan. Awal mulanya saya hanya melihat saja ketika lewat, tapi setelah sering lewat situ focus saya selalu terpaku pada satu tempat dimana seorang kakek yang selalu tidur ketika saya lewat. Entah tidur karna lelah atau karna lapar saya tidak tau. Hanya kakek itu yang setiap saya lewat tidak ada seorangpun yang pernah saya lihat melemparkan uang atau sedekah. Ketika saya akan pulang ataupun kembali ke jember saya mulai menyiapkan uang dua ribuan bermaksut untuk memberikannya kepada Beliau. Begitu seterusnya hingga saya pulang tidak sesuai jadwal seperti biasanya dan ketika saya hampir sampai tikungan tersebut, ada antrian kendaraan yang panjang, saya mencoba mendahului dan stelah berada di area yang paling depan, saya mendapati kakek yang biasanya tidur di gubug buatannya telah menjadi korban tabrak lari oleh minibus. Dari saksi yang yang saya coba tanyai di TKP memberikan penjelasan bahwa kakek tersebut hendak menyebrang, tapi beliau tidak sempat atau mungkin lupa untuk menengok kebelakang. Dari persepsi saksi, mungkin kakek tersebut ingin menuju warung yang ada di pinggir jalan. Tapi sangat bersyukur kakek tersebut hanya mendapatkan luka lecet karna terserempet dan segera dilarikan ke klinik terdekat oleh sopir yang berada tepat di belakang si penabrak. Dari persepsi saya mungkin kakek tersebut ingin membeli nasi bungkus karna uang yang di kumpulkannya terasa cukup. Kejadian ini belum lama terjadi sekitar akhir UAS dan menjelang libur panjang. Sungguh kejam manusia yang membiarkan saudaranya kelaparan hingga ajal menjemputnya. Begitulah maksut dari tidak diperbolehkan adanya penumpukan harta. Kita
3

wajib menyisihkan sebagian harta yang merupakan hak kaum miskin untuk diberikan kepada mereka berupa zakat dan sedekah. Mengapa zakat dulu baru sedekah ? karna zakat merupakan hal yang wajib di laksanakan dan sedekah merupakan hal yang juga harus dilakukan apabila sudah merasa kecukupan alias sunnah. Memberikan zakat dan sedekah, dapat mengurangi beban saudara kita. Mukmin dituntut untuk saling membantu seseama mukmin maupun bukan mukmin. Itulah mengapa islam melarang adanya penumpukan harta yang hanya mementingkan kepentingan sendiri dan melupakan kewajibannya. Dengan kita memberikan bantuan kepada mereka ( kaum tidak mampu ) maka rejeki pun tidak akan jauh dari kita dan cenderung akan kembali berlipat-lipat ganda. Terbukti dengan Ibu saya yang slalu memberi bantuan kepada salah satu warga desa saya di daerah Srono, Banyuwangi yang bener-bener tidak mampu, warga tersebut melakukan timbal balik dengan membantu bersih-bersih halaman, biasanya juga mencucikan baju dan piring dan tentu saja ibu memberikan sedikit uang untuk beli lauk pauk untuk makan. Ada juga kejadian di desa S**O****I (maaf saya tidak bias menyebutkan tempat) bahwasannya blt,blsm,bl apalah yg kemaren dibuat pemerintah ternyata salah sasaran. Ada keluarga yang benar-benar miskin rumahnya di tengah hutan kelapa tidak mendapatkan bantuan/uangnya tidak bisa di cairkan. Sedangkan banyak warga yang membawa mobil juga ikut mengambil jatah blsm padahal mereka bukanlah orang-orang yang berhak menerimanya bahkan mereka tidak perlu antri untuk mengambil. Sungguh diluar dugaan bahwa orang yang sudah mampu, bisa-bisanya menyerobot hak orang yang tidak mampu. Entah perkataan apa yang tepat di ucapkan untuk orang seperti itu. Banyak hal yang sebenarnya terjadi di sekitar kita, tapi kita kurang peka saja terhadap situasi, kondisi, dan perasaan-perasaan di sekitar kita (sikoper). Sedikit saja kita bisa menikmati kehidupan sebenarnya dengan melihat lingkungan sekitar dan tidak mengabaikannya, setidaknya ada hidayah yang dapat kita ambil dari satu atau dua titik yang telah kita lewati. Jadi kesimpulannya, janganlah kita berbuat hal-hal yang menurut kita dan Negara adalah tindakan yang sah tetapi dibalik itu semua terdapat pihak-pihak yang dirugikan apalagi jika mereka adalah warga yang tidak berdaya. Berdosalah orang yang semena-mena terhadap alam, lingkungan sekitar, dan sesama makhluk ciptaan Allah SWT. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya sendiri dan semoga kita dihindarkan dari tindakan-tindakan yang tercela. AMIN.

Tulisan ini 100% saya buat sendiri dan merupakan Argumen dan pemikiran-pemikiran berdasarkan sepengetahuan saya. Atas kesalah ejaan atau penulisan saya minta maaf sebesar-besarnya. Cerita yang saya buat berdasarkan fakta namun saya sisipkan beberapa kalimat penyempurna supaya cerita lebih baik karna kepentingan sebagai alat/contoh semata.

**##SEKIAN TERIMAKASIH##**
4

Anda mungkin juga menyukai