Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KASUS: HILANGNYA IUCD JENIS COPPERT-T

Smitha B. Rao, Sadiqunissa, Rajagopal K., Shetty Prathashwini B., Suresh


Mayya, Mujeeb

ABSTRAK
Migrasi intrauterine contraceptive device (IUCD) / Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR) yang menyebabkan perforasi uterus tidak umum
ditemukan, namun mendapat perhatian paling besar. Kami menjabarkan sebuah
kasus migrasi IUCD ke peritoneum setelah menyebabkan perforasi di uterus dan
beradhesi ke usus dan buli-buli.
Seorang wanita 23 tahun datang dengan usia kehamilan yang masih muda
dengan IUCD yang in situ, pada pemeriksaan didiagnosis mengalami salah posisi
dari IUCD jenis Copper-T, laparotomi dilakukan untuk menemukan IUCD yang
ternyata sudah tertanam dalam lapisan serosa buli-buli dan usus.
Kata Kunci: IUCD, buli-buli, rektum, pemasangan IUCD yang benar, follow-up
1. Pendahuluan
Intrauterine contraceptive device (IUCD/CuT) / Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) merupakan kontrasepsi yang digunakan paling banyak kedua di
seluruh dunia sejak 1965. Alat ini juga merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang paling efektif di seluruh dunia.
Ketersediannya yang mudah didapat dan biayanya yang murah membuat
IUCD sebagai metode kontrasepsi reversibel/non-permanen yang paling banyak
dikenal. Angka diskontinuasi di India sekitar 20-40% dalam satu tahun, yang
disebabkan karena meningkatnya perdarahan, perdarahan intermenstruasi, nyeri,
penyakit inflamasi pelvis, ekspulsi IUCD, peforasi uterus dan struktur-struktur di
sekitarnya, infertilitas sekunder, dan kegagalan IUCD yang menyebabkan
kehamilan ektopik. Perforasi uterus jarang ditemukan dan terjadi pada 1.6/1000

pemasangan IUCD. Sebagai akibat terjadinya perforasi, IUCD bisa tertanam


dalam otot-otot uterus atau bermigrasi keluar dari uterus, umumnya ke kavitas
peritoneal, jarang sampai ke buli-buli atau rektum.
2. Laporan Kasus
Seorang wanita 23 tahun (gravida 2, paritas 1, lahir hidup 1) yang
sebelumnya menjalani 1 kali LSCS sekitar 1 tahun 3 bulan yang lalu, datang ke
rumah sakit dengan riwayat amenorea selama 1,5 bulan terakhir dan memiliki
riwayat pemasangan IUCD setahun yang lalu. Pasien sebelumnya kontrol secara
teratur untuk follow up benang IUCD Copper-T sampai 6 bulan setelah
pemasangan, namun setelah itu pasien berhenti kontrol ke rumah sakit.
Sebelumnya pasien menstruasi teratur tanpa disfungsi apapun sampai
akhirnya merasakan ketidaknyamanan. Tanggal menstruasi terakhirnya sekitar 45
hari yang lalu sebelum dibawa ke rumah sakit. Tidak ada riwayat komorbid medis
apapun pada pemeriksaan. Pasien merasa cemas, tidak ikterik, tidak tampak pucat
ataupun demam. Pemeriksaan sistem respirasi, kardiovaskuler dan abdomen tidak
didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan menggunakan spekulum, bagian ekor
IUCD Copper-T tidak tampak. Diagnosis kerja adalah hamil dengan IUCD
Copper-T salah lokasi. Pemeriksaan USG memastikan kehamilan dengan usia 6-8
minggu dan IUCD Copper-T tampak di dekat miometrium dan menempel pada
dinding buli-buli posterior. Karena pasien merasa takut untuk meneruskan
kehamilannya, maka kehamilan diterminasi secara medis. Pasien diminta untuk
datang 2 minggu setelahnya untuk follow up. Foto rontgen pelvis yang dilakukan
menunjukkan adanya IUCD Copper-T yang terletak di miometrium uterus
(Gambar 1). Pasien dikirim untuk dilakukan histerolaparoskopi untuk mengetahui
lokasi IUCD Copper-T yang hilang. Untuk memastikan bahwa tidak ada bagian
IUCD Copper-T di dalam kavitas uterus atau buli-buli, dilakukan pemeriksaan
histeroskopi dan sistoskopi, temuan menunjukkan hasil negatif, sehingga pasien
dianjurkan untuk menjalani laparoskopi diagnostik. Selama laparoskopi, walau
sudah dilakukan manipulasi uterus, IUCD tetap tidak dapat dilihat. Buli-buli

beradhesi/melekat kuat pada kolon sehingga menghalangi visualisasi uterus.


Dengan bantuan C-arm maka lokasi IUCD Copper-T diketahui terletak di lokasi
adhesi tersebut, walaupun IUCD Copper-T tidak dapat diidentifikasi pada
laaparoskopi sehingga diputuskan untuk dilakukan laparotomi. IUCD Copper-T
tertanam antara buli-buli dan usus (Gambar 2-3). IUCD kemudia dilepaskan dari
struktur-struktur yang adheren. Lapisan serosa buli-buli ditutup dalam 2 lapisan
dan lapisan serosa kolon ditutup dengan jahitan purse string. Paska dilakukan
prosedur, pasien tampak dalam kondisi baik, kemudian dikirim ke bangsal untuk
observasi. Pasien puasa per oral selama 3 hari dan secara bertahap mulai diberikan
cairan per oran dan diberikan diet normal setelah 96 jam paska prosedur.
Antibiotik dilanjutkan selama 7 hari dan buli-buli dikateter selama 14 hari dan
pasien dipulangkan pada hari ke-15 paska operasi dan tidak mengeluhkan apapun
sampai saat ini.

Gambar 1. Foto rontgen yang menunjukkan adanya IUCD Copper-T pada pelvis.

Gambar 2. IUCD Copper-T yang tertanam dalam buli-buli.

Gambar 3. IUCD Copper-T dalam buli-buli.


3. Diskusi
IUCD merupakan alat kontrasepsi palig banyak dikenal yang reversibel
dan karena biayanya yang murah, risikonya pun kecil dan efektivitasnya yang
tinggi untuk mengatur fertilitas, maka alat kontrasepsi ini banyak diterima di
seluruh dunia.

Komplikasi yang disebabkan IUCD adalah dismenorea, infeksi pelvis,


kehamilan ektopik, hipermenorea, nyeri, perforasi uterus, dan migrasi IUCD ke
organ-organ sekitar uterus. Perforais uterus akibat IUCD biasanya terjadi pada
saat pemasangan. Teknik pemasanga, waktu pemasangan, kemampuan tenaga
kesehatan, anatomi uterus dan serviks, kesalahan teknik pemasangan dinding
uterus yang lembut, kehamilan, dan abortus merupakan beberapa faktor yang
dapat menyebabkan perforasi uterus dan migrasi transvesika setelahnya. Pasien
dapat menunjukkan nyeri abdomen, gejala-gejala BAK atau mungkin juga
asimtomatik. Follow up paska pemasangan IUCD dan indeks kecurigaan yang
tinggi akan terjadinya migrasi IUCD dibutuhkan. Perforasi uterus sekunder dapat
terjadi melalui migrasi yang lambat melalui dinding otot uterus yang dipicu oleh
kontraksi uterus spontan, dan kontraksi buli-buli. IUCD yang bermigrasi akan
tetap tidak diketahui selama waktu yang lama dan mungkin tidak akan ditemukan
sampai disadari bahwa IUCD hilang atau tidak pada tempatnya. Infeksi saluran
kemih yang persisten merupakan presentasi klinis yang umum ditemukan pada
kasus IUCD intravesika. Deteksinya menggunakan sistoskopi bisa sangat
bermanfaat dan membantu pengeluaran IUCD. Semua IUCD yang bermigrasi
harus dikeluarkan. Sebuah IUCD di dalam kavitas peritoneal dapat menyebabkan
perforasi

buli,

obstruksi

buli

dan

pembentukan

fistula.

Gejala-gejala

cedera/perlukaan buli antara lain deman, diare, dan nyeri abdomen. Presentasi
klinis gejala-gejala tersebut dapat mencapai 6 bulan sampai 16 tahun.
Hilangnya IUCD sebaiknya dicari dengan hati-hati menggunakan berbagai
modalitas terapi seeprti USG, radiografi pelvis atau CT-scan. Pencegahan
merupakan hal yang baik dilakukan; oleh karena itu, pemasangan oleh orang yang
berpengalaman merupakan hal yang utama. Follow up teratur seharusnya
dilakukan. Apabila muncul keraguan pada pemeriksaan sebaiknya dilakukan USG
atau radiografi pelvis.

Anda mungkin juga menyukai