Page 1
telusuri
PENERAPAN SISTEM
1.
Pengertian CIF (Cost, Insurance and Freight) adalah penjual mengantarkan barang diatas kapal atau mengadakan yang sudah tersedia untuk diantarkan. Resiko kehilangan atau kerusakan barang beralih saat barang diatas kapal. Penjual wajib melakukan kontrak dan membayar biaya dan freight yang diperlukan untuk membawa barang ke pelabuhan tujuan yang disebutkan. Penjual juga melakukan kontrak penutupan asuransi terhadap resiko kehilangan atau kerusakan dari pembeli pada barang selama pengangkutan.
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger. Kirim masukan
http://rumaheksporimpor.blogspot.in/2013/08/penerapan-sistem-cif.html
2/5/2014 9:46:25 PM
PENERAPAN SISTEM CIF Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa : 1. Tanggungjawab dari pada penjual (eksportir) adalah mengantarkan barangtelusuri sejak dari pabrik/gudang penjual hingga ke atas kapal (on board) di pelabuhan muat yang disebutkan, namun penjual wajib mengurusi pengapalan barang hingga ke pelabuhan tujuan yang disebutkan dan menutup asuransi. Kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh penjual adalah : a. Menyediakan barang dan commercial invoice sesuai dengan kontrak penjual b. Mengurus pengemasan barang standar ekspor (export packaging) c. Mengurus perijinan ekspor, izin keamanan dan prosedur kepabeanan ekspor (custom clearance) d. Mengurus pengapalan barang (contracts of carriage) e. Menutup asuransi barang (marine cargo insurance) 2. Resiko : Peralihan resiko antara penjual dan pembeli (transfer of risk) terjadi di atas kapal dipelabuhan muat 3. Biaya: Penjual wajib mengeluarkan biaya-biaya mengurusi sesuai dengan tanggungjawabnya (point 1), dari sejak barang dikemas, barang dimuat dipabrik/gudang hingga diangkut ke pelabuhan tujuan. Contoh : Penjualan batu bara dengan term CIF Shanghai,China. Sesuai dengan tanggungjawab, resiko dan biaya dari penjual, beberapa permasalahan yang akan dihadapi penjual (eksportir) adalah ketersediaan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidang ekspor-impor (SDM Ekspor Impor Problem) , memiliki sumber dana yang cukup dalam menutupi seluruh biaya yang menjadi tanggungjawabnya (financial problem), standarisasi kemasan, , pengurusan perijinan ekspor dan proses kepabeanan, ketersediaan alat dan tarif angkutan (kapal) , kesiapan pelaku usaha penunjang transportasi (Freight Forwarder, Perusahaan bongkar muat, keagenan kapal, dan lain-lain), fasilitas pelabuhan , dan kemampuan perusahaan asuransi dalam menutup nilai ekspor. b. Efektifitas Kebijakan Sistem CIF Penjual dan Pembeli mempunyai kebebasan di dalam melakukan kontrak. Penjual dan Pembeli bebas menentukan syarat-syarat penyerahan barang (term of delivery), apakah dengan sistem Ex.Work, FOB , CIF atau jenis syarat penyerahan barang lainnya dalam melakukan kontrak penjualan. Masing-masing pihak akan melakukan pertimbangan dan penilaian dalam menentukan kesepakatan jenis Incoterms yang dipilih. Pembeli akan menghitung dan menilai harga jual yang ditawarkan oleh si pembeli berdasarkan syarat penyerahan barang yang dibeli (daya saing barang). Contoh : Harga jual Batu Bara dengan FOB Vessel di Banjarmasin, Kalimantan Selatan adalah : US$. 85,33 per ton, CIF Shanghai : US$ 93 per ton. Pembeli akan melakukan evaluasi tentang kesiapan alat angkut (kapal) dan asuransi jika dia akan membeli dengan sistem CIF. Penjual juga akan berhitung jika dia menjual dengan CIF, maka kesiapan dan ketersedian kapal, jasa bongkat muat dan asuransi harus sudah dipersiapakan terlebih dahulu. Negosiasi antara penjual dan pembeli akan terjadi dalam menentukan harga sesuai dengan ketentuan incoterms yang dipilih. Kemampuan negosiasi dan kesiapan masing-masing pihak akan turut serta dalam menentukan pemilihan incoterms. Memang, Di dalam Ketentuan Incoterms 2010 telah dijelaskan bahwa Para penjual dan pembeli harus menyadari bahwa hukum setempat yang bersifat memaksa dapat mengesampingkan setiap aspek kontrak penjualan, termasuk ketentuan Incoterms yang dipilih. Kebijakan sistem CIF dalam kegiatan ekspor yang akan diterapkan oleh pemerintah Indonesia adalah kebijakan yang memaksa, walaupun saat ini penerapannya hanya khusus untuk komoditas tertentu. Pembeli harus mengetahui hal ini pada saat melakukan transkasi dengan penjual (eksportir) dari Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia Bob Kamandanu mengatakan sistem
5
Page 2
PENERAPAN SISTEM
perdagangan tergantung perjanjian antara penjual dan pembeli. Eksportir Indonesia tidak bisa memaksakan sistem CIF jika pembeli menginginkan transaksi menggunakan sistem FOB (Kompas, 26 Juli 2013). Berdasarkan fakta saat ini, sekitar 90% ekspor impor Indonesia diangkut dengan kapal berbendera asing (Faisal Basri, Kompasiana), kemampuan jasa asuransi dalam menutup kerugian masih diragukan, kesiapan
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger. Kirim masukan
http://rumaheksporimpor.blogspot.in/2013/08/penerapan-sistem-cif.html
2/5/2014 9:46:25 PM
PENERAPAN SISTEM CIF SDM Ekspor Impor belum mencukupi, para penjual belum siap dalam pengurusan dan pengaturan kapal telusuri serta siap dalam menanggung resiko. Perubahan pencatatan dari FOB ke sistem CIF adalah hanya berdampak positif pada statistik perdagangan, kenaikan itu bukan kinerja ekspor riil. Di seluruh dunia, Ekspor dicatat dengan menggunakan sistem FOB, lantaran uang dari pengiriman murni yang dianggap memberi pemasukan pada negeri (Sasmito,Merdeka Online). Kalau pemerintah bersikukuh menerapkan metode CIF mulai Agustus 2013 untuk data ekspor (lihat http://t.co/BuxP18akb [http://t.co/BuxP18akb] ), sudah barang tentu transaksi perdagangan luar negeri kita tahun 2012 dan 2013 serta merta akan surplus, yang nilainya kira-kira sama dengan nilai surplus versi BI. Sebatas mengubah metode pencatatan dari FOB menjadi CIF sama saja dengan membohongi diri sendiri (Faisal Basri, Kompasiana). Berdasarkan kebiasaan umum yang berlaku dalam dunia bisnis, dan pendapat para ahli, Kebijakan ini diragukan efektifitasnya. Kebijakan ini dapat efektif dilaksanakan jika ketersediaan alat angkut (kapal) mencukupi , tariff /ongkos pengangkutan (kapal) dari penjual dapat bersaing dengan kapal yang disediakan oleh pembeli, ketersediaan dan kesiapan fasilitas bongkar muat (pelabuhan), kesiapan penjual dalam menanggung resiko (demurrage kapal) dan penyediaan kapal, pemahaman tentang perjanjian kapal, dan penyediaan kapal, Kesiapan SDM Ekspor Impor yang kompeten,kemampuan jasa asuransi, kesiapan cash flow dalam membayar ongkos-ongkos freight, jasa asuransi dan jasa lainnya, adanya dukungan perbankan, regulasi perijinan ekspor dan kepabeanan, kesiapan pelaku usaha terkait transportasi (Freight Forwarder). Kebijakan dalam meningkatkan daya saing , menekan biaya ekonomi tinggi, , dan membenahi sistem transportasi adalah hal yang dapat meningkatkan ekspor (Faisal Basri, Kompasiana). Kebijakan pencatatan sistem CIF hanya akan berdampak signifikan bagi para pengusaha kapal nasional, jasa asuransi, dan usaha jasa penunjang transportasi . Kebijakan ini adalah upaya strategis dalam mendorong usahausaha terkait jasa pengurusan ekspor, dan patut diapresiasi. Semoga kebijakan penerapan sistem CIF ini dapat mendorong peningkatan kinerja ekspor secara nyata. Jakarta, 2 Agustus 2013 * Praktisi logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia PPEI) dan INFA INSTITUTE.
Page 3
Add a comment
PENERAPAN SISTEM
Select profile...
Publikasikan
Pratinjau
Kirim masukan
http://rumaheksporimpor.blogspot.in/2013/08/penerapan-sistem-cif.html
2/5/2014 9:46:25 PM