Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2337-3776

Perbandingan Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dengan Ekstrak Daun Ceplukan (Physalis angulata L) Terhadap Gambaran Histopatologi HeparPada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan GalurSprague dawley yang Diinduksi Rifampisin ArifYudhoPrabowo1), dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA2) Email: arif_yudho@yahoo.com
1)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia. Menurut WHO dalam Global TB Report 2012,prevalensi TB di Indonesia tahun 2011 adalah 318.949 kasus.Rifampisin adalah salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis. Namun, efek samping yang ditimbulkan cukup banyak, diantaranya hepatotoksisitas. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan ceplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman obat yang memiliki kandungan flavonoid dimana zat ini dipercaya sebagaiantioksidan. Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus putih yang diinduksi rifampisin.Penelitian ini bersifat eksperimental dengan post only control group designdengan sampel 50 tikus.Hasil penelitian diperoleh pada ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan hasil perbedaan bermakna (p<0,05) pada kelompok KI-KII, KI-KIII, KI-KIV, KIKV, KII-KIV, KIII-KIV, KIV-KV sedangkan pada ekstrak daun ceplukan menunjukkan hasil perbedaan bermakna pada kelompok KI-KII, KI-KIII, KI-KIV, KI-KV, KII-KIII, KIII-KIV, KIIIKV. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan terhadap gambaran histopatologi hepar tikus. Peningkatan dosis pada kelompok ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan adanya pengaruh terhadap histopatologi hepar sedangkan peningkatan dosis pada kelompok daun ceplukan tidak ada pengaruhnya. Kata kunci : ceplukan, hepar, mahkota dewa, rifampisin.

49 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

TheComparisonof Giving Effect BetweenFruitExtractofPhaleria macrocarpawithLeaf ExtractofPhysalisangulata L.to The Histopatological Pictureof The Liverin White Male Rat (Rattus novergicus) StrainSprague dawley Induced Rifampicin ArifYudhoPrabowo1), dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA2) Email: arif_yudho@yahoo.com
1)

Medical Faculty Student of Lampung University, 2)Medical Faculty Lecturer of Lampung University

Abstract Tuberculosis(TB) is an important issuefor the health andIndonesiawas ranked4th in the world. According to theWHOGlobalTBReport2012,prevalence ofTBinIndonesiain 2011was318,949cases.Rifampicinis one of thedrugs usedin tuberculosis treatment. However, the side effectsof this drugis quitea lot, one of them ishepatotoxicity.PhaleriamacrocarpaandPhysalisangulataL.are medicinal plantthat containsflavonoidswhich thesubstanceis believed to bean antioxidant.To prove this, it will be conducted tocompare theeffect between thefruit extractof Phaleriamacrocarpawithleaf extract ofPhysalisangulataL. on hepatichistopathologicalimageonwhite male ratsstrainSprague dawley inducedrifampicin. This research is anexperimentalby post only control group designwith sample of50 rats.The resultsobtained inPhaleriaextractshowedsignificantyielddifferences(p <0.05) in KI-KII, KI-KIII, KIV-KI, KI-KV, KIV-KII, KIII-KIV, KIV-KV, whereas the extract leaf of Physalisshowedsignificant differences intheresults ofKI-KII, KI-KIII, KIV-KI, KI-KV, KIII-KII, KIII-KIV, KIII-KV. This suggeststhatthere is an influenceof extractPhaleriawithPhysalis extract[7.56 mg/100gBBdose] onratliverhistopathologicalpicture. Increasingdoses on thegroupof Phaleriaextractshowedan influence onhepatichistopathology,whereasthe increasing doses on thegroupofPhysalisextract showedno effect. Keywords : liver, phaleriamacrocarpa, physalisangulataL, rifampicin.

50 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Pendahuluan Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah penting bagi kesehatan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia. Menurut WHO dalam Global TB Report 2012,prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2011 adalah 318.949 kasus baru maupunrelaps. Rifampisin adalah salah satu obat untukpengobatan tuberkulosis. Namun,efek samping yang dapat ditimbulkan dari obat rifampisin cukup banyak, salah satunya adalah hepatotoksisitas (Katzung, 2008). Pemanfaatan tanaman tradisional di zaman modern ini cenderung meningkat, ditandai dengan meningkatnya penggunaan dan produksi obat dari tanaman tradisional di Indonesia. Hal ini dikarenakan obat-obat tradisional mempunyai efek samping yang lebih rendah dari pada obat-obat modern. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tumbuhan asli Indonesia. Sampai saat ini banyak penyakit yang berhasil disembuhkan dengan mahkota dewa seperti kanker, sakit jantung, diabetes, asam urat, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal dan penyakit hati (Harmanto, 2003). Tumbuhan ceplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman liar yang tumbuh dengan subur di dataran rendah sampai ketinggian 1.550 meter di atas permukaan laut, di tanah tegalan, atau sawah kering. Tumbuhan ini dapat ditemukan di semua negara dengan iklim tropis terutama di Afrika, Asia, dan Amerika. Kandungan kimia dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan daun ceplukan (Physalis angulata L.)umumnya adalah flavonoid. Flavonoid dapat digunakan sebagai pelindung mukosa lambung, antioksidan, dan mengobati gangguan fungsi hati dan ginjal (Robinson, 1995), sehingga tidak menutup kemungkinan senyawa flavonoid berkhasiat sebagai hepatoprotektor. Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian untuk membandingkan pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L.) terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi rifampisin.

51 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan pola post test-only control group design. Sebanyak 50 ekor tikus putih (Rattus norvegicus)jantan galur Sprague dawleyberumur 10-16 minggudipilih secara acakdan dibagi menjadi 10kelompok (5 kelompok untuk ekstrak buah mahkota dewa dan 5 kelompok untuk ekstrak daun ceplukan), dengan pengulangan tiap kelompok sebanyak 5 kali. Tiap kelompok tikus mendapatkan pakan dan minum secara ad libitum. Lima kelompok tersebut adalah: Kelompok kontrol negatif (KI) : hanya aquadest, tidak diberi rifampisin maupun ekstrak; Kelompok kontrol positif (KII) : diberi rifampisin 1 g/kgBB; Kelompok perlakuan 1 (KIII) Kelompok perlakuan 2 (KIV) Kelompok perlakuan 3 (KV) : diberi ekstrak herbal dosis 7,56mg/100gBB; : diberi ekstrak herbal dosis 15,12mg/100gBB; : diberi ekstrak herbal dosis 30,24mg/100gBB.

Tikus sebelumnya diadaptasi selama 7 hari lalu diperlakukan seperti di atas, dimana rifampisin diberikan selama 8 hari serta ekstrak buah mahkota dewa/ekstrak daun ceplukan diberikan selama 10 hari kemudian tikus diterminasi untuk dilakukan pengambilan hepar. Selanjutnya hepar difiksasi dengan formalin kemudian dibuat preparat dan dicat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan mikroskopis jaringan hepar dengan perbesaran 400x dan dihitung dalam 5 lapangan pandang dari tiap preparat.

Hasil dan Pembahasan Berikut ini hasil gambaran histopatologi ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan pada masing-masing kelompok:

52 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Kelompok I [kelompok kontrol negatif]

(a) Kelompok II [kelompok kontrol positif]

(b)

(a)

(b)

Kelompok III [kelompok perlakuan dengan dosis 7,56mg/100gBB]

(a)

(b)

53 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Kelompok IV [kelompok perlakuan dengan dosis 15,12mg/100gBB]

(a)

(b)

Kelompok V [kelompok perlakuan dengan dosis 30,24mg/100gBB]

Gambar 1.Histopatologi hepar tikus. Pembesaran 400x: (a) ekstrak buah mahkota dewa; (b) ekstrak daun ceplukan.

(a)

(b)

Pada kelompok I dan II ekstrak buah mahkota dewa serta ekstrak daun ceplukan keduanya terlihat sama. terlihat hepatosit mulai tersusun beraturan membentuk pola radier, batas antar hepatosit dan bentuk sinusoid mulai jelas. Terlihat hepatosit yang sebelumnya mengalami degenerasi bengkak keruh disertai vakuolisasi pada sitoplasma sel mulai berkurang. Pada perlakuan dengan ekstrak daun ceplukanterlihat hepatosit tersusun tidak beraturan membentuk pola radier dan hepatosit mengalami degenerasi bengkak keruh disertai vakuolisasi pada sitoplasma sel yang bertambah banyak, batas antar hepatosit dan bentuk sinusoid tidak jelas.

54 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Tabel 1.

Analisi uji Mann Whitney gambaran degenerasi bengkak keruh antar kelompok uji dengan pemberian ekstrak buah mahkota dewa
KII KIII KIV Kelompok Uji KIII KIV KV KIV KV KV P 0.317 0.005 0.054 0.007 0.238 0.009

Tabel 2.

Analisi uji Mann Whitney gambaran degenerasi bengkak keruh antar kelompok uji dengan pemberian ekstrak daun ceplukan
KII KIII KIV Kelompok Uji KIII KIV KV KIV KV KV P 0.005 0.050 0.134 0.007 0.007 0.549

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney di atas dapat diketahui bahwa kelompok II dan IV, kelompok III dan IV, serta kelompok IV dan V dengan pemberian ekstrak buah mahkota dewa dan kelompok II dan III, kelompok III dan IV, serta kelompok III dan Vdengan pemberian ekstrak daunceplukanmemiliki nilai sig. yang besarnya kurang dari sehingga disimpulkan bahwa kelompokkelompok tersebut berbeda secara signifikan. Pada kelompok IV dengan pemberian ekstrak buah mahkota dewa dan kelompok III dengan pemberian ekstrak daun ceplukan menunjukkan perbaikan gambaran histopatologis hepatosit normal tertinggi dari kelompok lainnya.

Perbandingan gambaran histopatologi hepatosit yang mengalami degenerasi bengkak keruh antara pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan
Tabel 3. Analisi uji Mann Whitney perbandingan gambaran degenerasi bengkak keruh masing-masing kelompok uji antara pemberian ekstrak buah mahkota dewa dengan ekstrak daun ceplukan
Ekstrak Daun Ceplukan KIII KIV KV p 0.006 0.008 0.309

Ekstrak Buah Mahkota Dewa KIII KIV KV

55 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

Berdasarkanuji menunjukkan sehingga

Mann

Whitney

pada

masing-masingkelompok, (0,05) yang

asymp.sig.untukkelompokIIIdanIVnilainyakurangdari kesimpulannyaadalahterdapatperbedaan

signifikanantarapenggunaanekstrakbuah

mahkotadewa[15,12mg/100gBB]

denganekstrakdaunceplukan[7,56mg/100gBB] pada level dosis yang diberikan.

Pembahasan Berdasarkan hasilmikroskopisgambaranhistopatologihepartikusdidapatkanbahwapada kelompok kontrol negatif (KI) memiliki persentase rata-rata skor degenerasi bengkak keruh terendah (0%). Hal ini dikarenakan kelompok kontrol hanya diberikan aquadest yang bukan zat oksidan sehingga gambaran hepatositnya normal. Hasil penilitian ini juga sejalan dengan penelitian Aprilia (2010), Larasati (2011) dan Reddy dkk. (2010). Kelompok kontrol positif(KII) yang diinduksirifampisin1 g/kgBBselama 8 harimenunjukkankerusakan hepatosit. Kerusakan yang dimaksudadalahpembengkakanhepatosit, hepatosit yang tersusun tidak beraturan membentuk pola radier, batas antar hepatosit dan bentuk sinusoid tidak terlihat jelas dan terdapat vakuolisasi di sitoplasma. Jejas toksik akut (rifampisin) dapat menyebabkan gagalnya mekanisme regulasi pompa ion natrium-kalium intrasel sehingga terbentuk pembengkakan sel, pembentukan gelembung sitoplasma dan hilangnya perlekatan intersel. Selanjutnya terjadi perubahan pada mitokondria berupa pembengkakan (bengkak keruh) dan diikuti terbentuknya pelebaran retikulum endoplasma yang biasa disebut dengan degenerasi hidropik atau vakuolisasi (Robbins dkk., 2007). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Aprilia (2010) dan Larasati (2011). Kelompok III merupakan kelompok perlakuan dengan dosis 7,56 mg/100gBB, dimana pada kelompok perlakuan dengan ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan perbaikan sebesar 2% sedangkan pada ekstrak daun ceplukan 78%.Pada kelompok IV yang merupakan kelompok perlakuan dengan dosis 15,12 mg/100gBB, dimana pada kelompok perlakuan dengan ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan perbaikan sebesar 59% sedangkan pada ekstrak daun ceplukan

56 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

3%.Pada kelompok V yang merupakan kelompok perlakuan dengan dosis 30,24 mg/100gBB,dimana pada kelompok perlakuan dengan ekstrak buah mahkota dewa menunjukkan perbaikan sebesar 9% sedangkan pada ekstrak daun ceplukan 2%. Kandunganbuah mahkota dewa dan daun ceplukan flavonoid. Flavonoid adalah senyawa kimia yang mampu menangkap radikal bebas, seperti anion superoksida, hidroksil, radikal peroksil dan radikal alkohoksil (Repetto dan Llesuy, 2002). Flavonoid juga memiliki kemampuan memodulasi jalur sinyal sel yang mengatur berbagai proses sel, seperti pertumbuhan, proliferasi dan apoptosis (Williams dkk., 2004). MenurutJovanovicdanSimic flavonoid Fe yang meliputi: (2000), (1) (3) mekanismekerjaantioksidan logam metal terutama

penangkapanradikalbebasdanspesiesoksigenreaktif, (2) melakukanpengelatan ion terlibatdalamproduksiradikalbebas, menghambatenzimpembangkitradikalbebas. Biladihubungkanantaragambaranhistopatologishepardenganmekanismekerj aantioksidansecaramolekuler, makadidapatbahwamekanismepenghambatanradikalbebaspada proses peroksidasi lipid sehinggatidakterjadikerusakan, mencegah pembentukan vakuola yang intrasel, terjadidiluarmembranseltelahberhasilmempertahankankeutuhanmembranhepatosit mencegah pembentukan hepatosit yang mengalami degenerasi bengkak keruh.

Simpulan Pemberian ekstrak buah mahkota dewa dan ekstrak daun ceplukan pada tikus putih jantan galur Sprague dawley yang diinduksi rifampisin pada dosis 7,56 mg/100gBB, 15,12 mg/100gBB, 30,24 mg/100gBB memberikan pengaruh terhadap perbaikan gambaran histopatologi hepar. Pada ekstrak buah mahkota dewa dosis 15,12 mg/100gBB dan ekstrak daun ceplukan dosis 7,56 mg/100gBB menunjukkan perbaikan yang signifikan diantara kelompok lainnya. Pengaruh antara ekstrak buah mahkota dewa dan ekstrak daun ceplukanmenunjukkan hasil yang sama, namun pada dosis 7,56 mg/100gBB ekstrak daun ceplukan sudah menunjukkan perbaikan gambaran histopatologi hepar sedangkan ekstrak buah

57 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

ISSN 2337-3776

mahkota dewa baru menunjukkan perbaikan gambaran histopatologi pada dosis 15,12 mg/100gBB. Daftar Pustaka Aprilia, L. 2010. Efek Protektif Ekstrak Etanol Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] Terhadap Gambaran Histopatologi Hati Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur BALB/C yang Diinduksi oleh Etanol. (Skripsi). Universitas Lampung. Harmanto, N. 2003. Sehat dengan Ramuan Tradisional Mahkota Dewa. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Jovanovic, S.V., Simic, M.G. 2000. Reactive Oxygen Species: From Radiation To Molecular Biology. Annals of The New York Academy of Sciences. 326-334. Katzung. 2008. Basic Clinical Pharmacology Edisi 9. Mc. Garw Hill. 635-640. Kawasaki, T., Igarashi, K., Koeda, T., Sugimoto, K., Nakagawa, K., Hayashi, S., Yamaji, R., Inui, H., Fukusato T., Yamanouchi, T. 2009. Rats Fed Fructoseenriched Diets Have Characteristics of Nonalcoholic Hepatic Steatosis. J. Nutr. 139: 2067-2071. Larasati, N.D. 2011. Efek Protektif Madu Terhadap Kerusakan Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Dewasa Galur Sprague Dawley yang Diinduksi oleh Etanol. (Skripsi). Unversitas Lampung. Reddy, V.D., Padmavathi, P., Gopi, S., Paramahamsa, M., Varadacharyulu, N.Ch. 2010. Prospective Effect of Emblica Officinalis Againts Alcohol-induced Hepatic Injury by Ameliorating Oxidative Stress in Rats. Ind J Clin Biochem. 25 (4): 419-424. Repetto, M.G., Llesuy, S.F. 2002. Antioxidant Properties of Natural Compounds Used In Popular Medicine for Gastric Ulcer. Braz J Med Biol Res. 35 (5): 523-534. Robbins, S.L., Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi II 7th ed. EGC. Jakarta. 318 hlm. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung. Williams, R.J., Spencer, J.P., Rice-Evans, C. 2004. Flavonoids: Antioxidants or Signalling Molecules? Free Radic Biol Med. 36 (7): 838-849. Wold Health Organization. 2012. Global Tuberculosis Report 2012. Www.who.int/tb. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2012.

58 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

Anda mungkin juga menyukai