06 - Filsafat Islam190308
06 - Filsafat Islam190308
Perkembangan filsafat Islam bermula pada perbandingan filsafat skolastik (gerakan intelek untuk membenarkan beberapa dogma agama) di erofa dengan gagasan kaum Mutazilah.
Dalam Islam, tauhid (keesaan Tuhan) merupakan satusatunya dogma yang harus memaksakan akal untuk dapat menerimanya. Persoalan mabda (penciptaan), maad (datang dan kembali) dari dan kepada Tuhan, tanggungjawab dan moral manusia berdasarkan Causa Prima, merupakan isue sentral filsafat islam. Ego atau aku tidak akan hilang sama sekali setelah lepas dari tubuh kasarnya (jasad/jasmani) akan terus hidup sebagai satu kesatuan yang sadar diri sesudah hancur jasmani (gagasan ini berlaku bagi cendikia maupun non cendikia).
Dari kronologis inilah muncul sejumlah filosof dengan julukan hukama (ahli ilmu) yang dalam berpikir sama dengan kerangka pikir orang modern, yang sebenarnya banyak dipengaruhi oleh pola pemikiran Aristoteles dan Neo-Platonisme.
Filsafat Islam (kata Filasafat Islam) Beda antara fisafat Islam dengan Sejarah Filsafat Islam Filsafat Islam merupakan medan pemikiran yang terus berkembang dan berubah melalui pendekatan historis, studi tokoh, dan pemahaman tentang dialektika yang berkembang.
Menurut Musa Asyary: Filsafat Islam kegiatan pemikiran yang bercorak Islami, yang menempatkan islam sebagai jiwa pemikiran, tidak hanya karena orang islam yang berfilsafat.
Amin Abdullah :
Filsafat Islam rumusan pemikiran Muslim yang ditempeli konsep filsafat Yunani yang merupakan proses panjang asimilasi dan akulturasi kebudayaan Islam di Bagdad dan kebudayaan Yunani lewat karya filosof Muslim (Al-Kindi (185H/801M 260 H/ 873 M); Al-Farabi (258 H/870 M339 H/950 M); Ibn Miskawaih (320 H/923 M- 421 H/1030 M); Ibnu Sina (370 H/980 M- 428 H/1037 M); AlGhazali (450 H/1058 505 H/1111 M); dan Ibnu Rusyd (520 H/1126 M- 595/1198 M).
Damardjati Supadjar Beliau membagi filsafat Islam menjadi Philosophy of Islam (Islam sebagai objek materia/ genetivus objectivus) dan Islamic philosophy (filsafat yang Islam/genetivus subjectivus) yang memaparkan kebenaran Islam dalam filsafat.
Ahmad Fuad Al-Ahwani: Filsafat Islam pembahasan berbagai persoa;an alam semesta dan berbagai macam persoalan manusia atas ajaran Islam yang bertepatan dengan kelahiran Islam.
Abuddin Nata Filsafat Islam menjadi lima ciri, yaitu: Pertama, dari sifat dan coraknya filsafat yang berdasar pada ajaran Islam Alquran dan Al-hadits; Kedua, dari ruang lingkupnya meliputi kosmologi, metafisika, khidupan dunia (profan), kehidupan akhirat (asketis), masalah ilmu pengetahuan, kebudayaan dll. Kecuali dzat Tuhan. Ketiga, dari segi datangnya, filsafat Islam sejalan dengan perkembangan ajaran Islam yang memerlukan penjelasan secara rasional dan filosofis; Keempat, segi pengembangnya yaitu disajikan orang-orang Islam; Kelima, dari kedudukannya sederajat dengan studi keislaman lainnya seperti fiqh, tauhid dll.
Ibnu Sina (Avecenna) terkenal seorang tabib, dan cukup mempengaruhi pemikir-pemikir setelahnya. Karyanya yang terbesar adalah penyususnan filsafat aristoteles secara sistematis dan pengisian ruang kosong antara Tuhan dan Manusia dalam karya ilmu jiwa aristoteles, serta menjelaskan makhluk berakal dalam atmosfir secara ilmiah.
Muncul teori dua intelek/dua akal, yaitu Akal pasif (Jiwa Abstrak yang berhubungan dengan benda-benda materi yang dapat berubah dan mati; dan Akal aktif (Akl i-faal) berhubungan dengan yang tidak berubah dan akan senantiasa tetap. Dengan disiplin yang sabar yang bersifat moril dan spiritual, serta intelektual pada hati dan jiwanya, manusia dapat mengangkat dirinya untuk bersatu dengan akal yang paliung Tinggi. Pendek kata ada hubungan akrab antara jiwa manusia dengan Sebab Awal Mutlak, yang dapat kita jumpai pada setiap baris syair Jalaluddin Rumi.
Ibnu Sina
Ketika menjelaskan metafisika, ia menjelaskannya dalam sepuluh dalil; di bawah lima dalil pertama, ia membahas asal mula ilmu, eksperimentasi, induksi-deduksi, benda dan gaya, hubungan sebabakibat, yang pokok dan yang kebetulan, yang umum dan yang khusus. Di bawah dalil keenam dan ketujuh ia membuktikan bahwa Sebab Awal- ada karena Wujudnya- adalah satu dan Mutlak. Di bawah dalil kedelapan dan kesembilan ia membicarakan kesatuan Kosmos, hubungan jiwa manusia dengan Sebab Awal dan Intelektual aktif, sesuatu yang mula-mula diciptakan. Pada akhirnya ia membahas gagasan kehidupan akhirat, dengan memberi pemahaman maad serta gagasan bahwa jiwa manusia secara individu mempunyai kepribadian setelah terpisah dari alam kebendaan, tetapi perasaan senang dan sedih di akhirat adalah spiritual tergantung pada caranya menggunakan energi mental, moral dan fisiknya untuk mencapai kesempurnaan.
Ibnu Tufail (Abu Bakar Muhammad ibn Abdul Malik ibn Tufail al-Kaisi) dilahirkan awal abad 12 M di Gaudix (Wadi-asy) di Profinsi Granada Andalusia. Ia seorang tabib, ahli ilmu pasti, filosof dan penyair serta mendapat kedudukan terhormat pada dua pemerintahan awal Muwahidun. Ia menjadi wazir dan tabib sejak tahun 1163 1184 M pada masa khalifah Abu Yakub Yusuf (dinasti Muwahidun). Dalam bidang filsafat ia termasuk pengikut aliran kontempaltif (Isyraki) NeoPlatonisme, yang mendekati mistik modern, yaitu gubungan antara intuisi dan hasl pencarian akal. Karyanya terbesar disebut-sebut Hayy ibn Yakzan sebagai keluasan dan kebebasan berpikir dan daya persepsi yang tak mengecap pendidikan.
Ibnu Rusyd atau Averroes (Abul Walid Muhammad ibn Muhammad terlahir dari kalangan keluarga terkemuka pada tahun 520 H/ 1126 M di Cordoba. Kakeknya seorang qadi al qudat seluruh Andalusia di bawah pemerintahan Murabitun. Ia ahli hukum kelas satu, pengabdiannya di tabib, ilmu pasti dan filsafat. Ia menjadi qadi pada periode 1169-1170 di Sevilla dan tahun 1182 di Cordoba.
Perkembangan selanjutnya, patritisisme mengalami kejayaan dengan kekuasaan duniawi kaum abbasiyah, para rasionalis dan filsafat dikutuk sebagai ahli bidah oleh para hakim, munculah mutakalimin yang dikuasai dengan menganiaya sebagai epikurisme munafik sehingga kegelapan alam islam segera tiba.
Kesadaran akan keadaan tersebut telah medorong sekelompok orang yang berkeinginan untuk mempertahan kejayaan Islam yang mereka namakan Ikhwanu usShafa, perkumpulan Saudara Suci di Basrah dengan misi rasionalisme dan intelektual, yang beranggotakan orang-orang yang tak bernoda dan suci budi pekerti serta semangat pengabdian demi ilmu pengatahuan dan kemanusiaan.