Anda di halaman 1dari 21

,edung $ana ,raha +antai 1 %uang 1-4 3l. ,ondangdia 7ecil )o.12(11 3akarta usat 1-;;- &ndonesia Telp.=aks.

-21(;1>-;?-2 perludem@cbn.net.id, perludem@gmail.com !!!.perludem.or.id

BEBERAPA CATATAN ATAS KEBERLAKUAN UU NO. 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD
Titi Anggraini dan August Mellaz

PENDAHULUAN Sistem keadilan pemilu merupakan instrumen penting untuk menegakkan hukum dan menjamin sepenuhnya penerapan prinsip demokrasi melalui pelaksanaan pemilu yang bebas, adil, dan jujur. Sistem keadilan pemilu dikembangkan untuk mencegah dan mengidentifikasi ketidakberesan pada pemilu, sekaligus sebagai sarana dan mekanisme untuk membenahi ketidakberesan tersebut dan memberikan sanksi kepada pelaku pelanggaran.1 Sebagai salah satu prasyarat dalam mencapai keadilan pemilu tersebut adalah melalui penyusunan kerangka hukum harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak bermakna ganda, dapat dipahami dan terbuka, dan harus dapat menyoroti semua unsur sistem pemilu yang diperlukan untuk memastikan pemilu yang demokratis.2 erludem meyakini, bah!a dalam konteks itulah "salah satunya#, latar belakang mengapa $ % %& menganggap perlu untuk melakukan perubahan atas pengaturan yang ada dalam 'ndang('ndang emilu yang lama. $imana melalui Surat )omor* +,.-1./0-1.$ %%&.2&&.2-11 tanggal 20 3uli 2-11, $ % %& menyampaikan %ancangan 'ndang('ndang tentang erubahan atas 'ndang('ndang )omor 1- Tahun 2--4 tentang emilu Anggota $ %, $ $, dan $ %$ "lebih dikenal sebagai %'' emilu# kepada residen. Selanjutnya pada 1- Agustus 2-11, residen menunjuk Menteri $alam )egeri dan Menteri 5ukum dan 5AM untuk me!akili emerintah membahas %'' tersebut. 6erikutnya, $ % %& lalu memberi tugas kepada anitia 7husus " ansus# emilu $ % %& untuk memproses pembahasan %'' emilu tersebut. $alam perkembangannya ternyata terjadi perubahan(perubahan yang sangat signifikan. ansus '' emilu mencatat terjadi perubahan lebih dari 0-8 dari substansi %ancangan 'ndang('ndang tentang erubahan atas '' no. 1- Tahun 2--4 tentang emilu Anggota $ %, $ $, dan $ %$. Sehingga %'' emilu lebih baik dicabut dan disusun dalam bentuk undang(undang baru yang merupakan 9%'' enggantian:. ; Akhirnya, pada tanggal 12 April 2-12, dalam %apat aripurna $ % %&, %'' enggantian tersebut secara resmi disahkan
1

&nternational &nstitute for $emocracy and <lectoral Assistance, Kaedilan Pemilu: Ringkasan Buku Acuan International IDEA, 3akarta* &nternational &$<A, 2-12. 2 &nternational &nstitute for $emocracy and <lectoral Assistance, Standar-standar Internasional untuk Pemilihan Umum Pedoman Peninjauan Kembali Kerangka ukum Pemilu , akarta* &nternational &$<A, 2--1. 3 +aporan ansus emilu $alam %angka embicaraan Tingkat &&& engambilan 7eputusan %ancangan 'ndang( 'ndang tentang emilu Anggota $ %, $ $, dan $ %$ Menjadi 'ndang('ndang pada %apat aripurna $ % %&, %abu, 11 April 2-12.

menjadi undang(undang. 'ndang('ndang itu setelah ditandatangani residen pada 11 Mei 2-12 kemudian dikenal sebagai Undang-Undang No o! 8 Ta"#n 2012 $%n$ang P% &'&"an U # Anggo$a D%(an P%!(a)&'an Ra)*a$, D%(an P%!(a)&'an Da%!a", dan D%(an P%!(a)&'an Ra)*a$ Da%!a". Tulisan ini akan mengulas tentang pokok(pokok perubahan pengaturan pemilu yang terdapat dalam '' )o. 4 Tahun 2-12, hal apa saja yang baru, kemajuan apa saja yang dita!arkan, serta beberapa hal yang menjadi tantangan dan perlu mendapatkan perhatian di masa mendatang dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu &ndonesia berikutnya. 5arapannya tulisan ini dapat mempermudah dalam membaca pengaturan '' emilu yang baru ini serta memberikan analisis dan gambaran singkat tentang peluang dan tantangannya kedepan. POKOK-POKOK PERUBAHAN $alam laporannya kepada %apat aripurna $ % %& tanggal 12 April 2-12, ansus emilu menyebutkan terdapat beberapa perubahan, penyesuaian, dan penambahan substansi yang diatur dalam 'ndang('ndang emilu yang baru tersebut, antara lain meliputi* 1 1. Ta"a+an P% &'#. enyelenggaraan tahapan pemilu ditambah satu tahapan baru yang tidak termasuk tahapan pemilu dalam '' emilu sebelumnya, yaitu tahapan perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan emilu. ansus emilu beralasan perlunya dimasukannya tahapan tersebut dinilai sangat penting menjadi suatu tahapan tersendiri guna menciptakan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemilu. Selain itu terkait jangka !aktu dimulainya tahapan pemilu diatur bah!a tahapan pemilu dimulai sekurang( kurangnya 22 bulan sebelum hari pemungutan suara. Aaktu ini lebih panjang dan dianggap akan lebih memadai bagi 7 ' dalam mempersiapkan seluruh teknis penyelenggaraan pemilu 2-11

2. S&,$%

P% &'#. Tidak ada perubahan sistem pemilu dalam '' emilu baru ini. Sistem emilu yang dipilih tetap sistem proporsional terbuka untuk memilih anggota $ %, $ %$ proBinsi, dan $ %$ kabupaten.kota "dengan suara terbanyak# 0C dan sistem distrik ber!akil banyak "Single !on-"rans#erable $ote S%stem # untuk memilih anggota $ $.

-.

P%,%!$a dan P%!,*a!a$an M%ng&)#$& P% &'# . Terkait dengan persyaratan mengikuti pemilu, diubah susunannya menjadi* bagi partai olitik eserta emilu pada pemilu terakhir yang memenuhi ambang batas perolehan suara dari jumlah suara sah secara nasional ditetapkan sebagai artai olitik eserta emilu pada emilu berikutnya. 7etentuan ini menegaskan bah!a partai yang mencapai angka &arliamentar% threshold "ambang batas# 2,08 pada pemilu 2--> langsung ditetapkan sebagai peserta pemilu 2-11 dengan alasan partai politik tersebut sudah membuktikan memperoleh dukungan rakyat. ansus emilu menganggap ambang batas merupakan legal &olic% pembuat undang(undang dalam rangka mencapai tujuan negara./ Sedangkan partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara pada pemilu sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi eserta emilu setelah memenuhi persyaratan yang lebih berat dari '' emilu sebelumnya. ersyaratan tersebut antara lain* berstatus badan hukum sesuai dengan 'ndang('ndang tentang artai olitikC memiliki kepengurusan di seluruh proBinsiC memiliki kepengurusan di

Ibid' 6utir(butir pokok perubahan '' emilu +egislatif dalam bagian berikut merupakan adopsi dari +aporan ansus emilu kepada %apat aripurna $ %& dengan beberapa penyesuaian dan penambahan. 5 Soal suara terbanyak ini lihat lebih lanjut pada bagian penetapan calon terpilih. 6 Ibid.

?08 "jumlah kabupaten.kota di proBinsi yang bersangkutanC memiliki kepengurusan di 0-8 "lima puluh persen# jumlah kecamatan di kabupaten.kota yang bersangkutanC menyertakan sekurang(kurangnya ;-8 "tiga puluh persen# keter!akilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusatC mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan pusat, proBinsi, dan kabupaten.kota sampai tahapan terakhir emiluC dan menyerahkan nomor rekening dana 7ampanye emilu atas nama partai politik kepada 7 ' " asal 4 ayat "2##. Selain itu, dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 ini diatur bah!a pendaftaran dan Berifikasi partai politik dilakukan 2- bulan sebelum hari pemungutan suara dan selesai dalam kurun !aktu 0 bulan. Sehingga untuk pemilu 2-11 diharapkan pada a!al tahun 2-1; sudah diketahui partai politik peserta pemilu. .. /# 'a" K#!,& dan Da%!a" P% &'&"an. Meskipun melalui proses pembahasan yang alot di ansus emilu dan berulang kali menjadi materi lobi antarfraksi, namun akhirnya pengaturan jumlah kursi dan daerah pemilihan untuk $ % %& tidak berubah dibandingankan pemilu 2--> lalu. 3umlah kursi anggota $ % tetap 0/- kursi dan 3umlah kursi setiap daerah pemilihan paling sedikit ; kursi dan paling banyak 1- kursi. $emikian juga dengan jumlah kursi untuk $ %$ roBinsi dan $ %$ 7abupaten.7ota. 3umlah kursi $ %$ proBinsi paling sedikit ;0 dan paling banyak 1-- "didasarkan pada jumlah enduduk proBinsi yang bersangkutan dengan sejumlah ketentuan yang disyaratkan dalam 'ndang('ndang#. Sedangkan 3umlah kursi $ %$ kabupaten.kota paling sedikit 2- dan paling banyak 0- "didasarkan pada jumlah enduduk proBinsi yang bersangkutan dengan sejumlah ketentuan yang disyaratkan dalam 'ndang( 'ndang )o. 4 Tahun 2-12#. Sedangkan jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota $ %$ roBinsi dan $ %$ 7abupaten.7ota adalah sama, yaitu paling sedikit ; kursi dan paling banyak 12 kursi.

5.

P%n*#,#nan Da0$a! P% &'&". Terkait penyediaan data kependudukan, dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 ini disepakati terdapat ; bentuk yaitu "a# data agregat kependudukan per kecamatan sebagai bahan bagi 7 ' dalam menyusun daerah pemilihan $ %$ proBinsi dan $ %$ kabupaten.kotaC "b# $ata enduduk otensial emilih emilu sebagai bahan bagi 7 ' dalam menyusun daftar pemilih sementaraC dan "c# data Aarga )egara &ndonesia yang bertempat tinggal di luar negeri sebagai bahan bagi 7 ' dalam penyusunan daerah pemilihan dan daftar pemilih sementara. $ata kependudukan harus sudah tersedia dan diserahkan kepada 7 ' paling lambat 1/ bulan sebelum hari pemungutan suara. Selanjutnya data tersebut disinkronisasikan oleh emerintah bersama 7 ' dalam jangka !aktu paling lama 2 "dua# bulan sejak diterimanya data kependudukan dari Menteri $alam )egeri dan Menteri +uar )egeri. Tahapan berikutnya adalah $ata enduduk otensial emilih emilu "$ 1# !ajib dimutakhirkan oleh 7 ' menjadi data emilih dengan memperhatikan data emilih pada emilu dan.atau pemilihan gubernur, bupati, dan !alikota yang terakhir. roses pemutakhiran data pemilih harus diselesaikan paling lama 1 bulan setelah diterimanya $ 1. Selain itu, dalam '' emilu baru ini terdapat pengaturan baru, dimana apabila terdapat !arga negara yang memenuhi syarat sebagai pemilih namun tidak memiliki identitas kependudukan dan.atau tidak terdaftar dalam daftar pemilih sementara, daftar pemilih sementara hasil perbaikan, daftar pemilih tetap, atau daftar pemilih tambahanC 7 ' roBinsi tetap melakukan pendaftaran dan memasukkannya ke dalam daftar pemilih khusus " asal 1- ayat "0##.

1.

P%n2a'onan. asal pencalonan tidak banyak berubah, hanya saja terdapat penambahan ketentuan yaitu ke!ajiban mengundurkan diri sebagai kepala daerah atau !akil kepala daerah, bagi kepala daerah atau !akil kepala daerah yang ingin maju sebagai calon anggota $ %, $ $, atau $ %$. Selain itu, ketentuan tentang

keter!akilan perempuan masih menggunakan ketentuan lama pada '' )o. 1- Tahun 2--4 yang menyebutkan bah!a daftar bakal calon anggota $ %, $ %$ roBinsi, dan $ %$ 7abupaten.7ota disusun berdasarkan nomor urut. $aftar calon memuat paling sedikit ;-8 "tiga puluh persen# keter!akilan perempuanC yang mana dalam daftar bakal calon tersebut, setiap ; orang bakal calon terdapat sekurang(kurangnya 1 orang perempuan bakal calon. )amun terkait keter!akilan perempuan ini, dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 terdapat penambahan pengaturan pada penjelasan asal 0/ ayat "2# yang menyebutkan* Dalam setia& ( )tiga* bakal calon+ bakal calon &erem&uan da&at ditem&atkan &ada urutan ,+ atau -+ atau ( dan demikian seterusn%a+ tidak han%a &ada nomor urut (+ .+ dan seterusn%a. 7etentuan ini dianggap sebagai penguatan dan penegasan bah!a calon perempuan tidak selalu harus ditempatkan pada nomor buncit "ketentuan ini seakan menegaskan tentang signifikannya peran nomor urut dalam sistem proporsional terbuka dengan suara terbanyak sekalipun#. Selain itu, proses pengajuan nama bakal calon anggota $ %, $ %$ roBinsi, dan $ %$ 7abupaten.7ota dalam '' emilu baru ini diatur lebih panjang prosesnya, yaitu dilaksanakan 12 bulan sebelum hari pemungutan suara " asal 0? ayat "2##. 3. Ka +an*%. '' )o. 4 Tahun 2-12 memberikan pengaturan yang tegas bah!a kampanye melalui media massa cetak dan media massa elektronik dikategorikan sebagai 9iklan kampanye:, yang mana pelaksanaannya sama dengan kampanye dalam bentuk rapat umum, yaitu dilakukan "hanya# selama 21 hari dan berakhir sampai dengan dimulainya masa tenang "; hari sebelum hari pemungutan suara#. eriode !aktu kampanye dalam '' baru ini tidak berubah, tetap berlangsung setelah ; hari setelah penetapan peserta pemilu dan berakhir ; hari sebelum hari(5 pemungutan suara "kurang lebih selama > bulan#. Dana Ka +an*%. Terkait pengaturan dana kampanye, terdapat penaikan jumlah batasan sumbangan dana kampanye yang signifikan dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 ini. 3ika sebelumnya dalam '' )o. 1- Tahun 2--4 diatur dana kampanye pemilu yang berasal dari sumbangan pihak lain kelompok, perusahaan, dan.atau badan usaha nonpemerintah tidak boleh lebih dari %p0.---.---.---,-- "lima milyar#, dalam '' baru ini batasannya dinaikan menjadi sebesar %p?.0--.---.---,-- "tujuh koma lima milyar#. Sedangkan batasan sumbangan dana kampanye dari perseorangan tidak berubah, yaitu tetap tidak boleh lebih dari %p1.---.---.---,-- "satu milyar#. )aiknya batasan sumbangan dana kampanye dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 menurut ansus emilu dikarenakan adanya konkordansi dengan 'ndang('ndang )omor 2 Tahun 2-11 tentang artai olitik "lihat Tabel.1 berikut#.

8.

Tabel.1 erbandingan 6atasan Sumbangan $ana olitik dan $ana 7ampanye

engaturan

6atasan Sumbangan dari

6atasan Sumbangan )on(

erseorangan

erseorangan "7elompok. 6adan 'saha# %p0.---.---.---,--

'' )o. 1- Tahun 2--4 tentang emilu Anggota $ %, $ $, dan $ % "'' emilu lama# '' )o. 2 Tahun 2-11 tentang artai olitik '' )o. 4 Tahun 2-12 tentang emilu Anggota $ %, $ $, dan $ % "'' emilu baru#

%p1.---.---.---,--

%p1.---.---.---,--

%p?.0--.---.---,--

%p1.---.---.---,--

%p?.0--.---.---,--

Sebelum disahkannya '' )o. 4 Tahun 2-12 ini, pada forum %apat 7erja ansus emilu dengan Menteri 5ukum dan 5AM serta Menteri $alam )egeri, 1- April 2-12, beberapa fraksi, meliputi =raksi artai 7ebangkitan 6angsa "= 76#, =raksi artai 7eadilan Sejahtera "= 7S#, =raksi artai $emokrasi &ndonesia erjuangan"= $& # dalam pandangan mini akhir fraksi menyampaikan pentingnya pengaturan tentang pembatasan dana.belanja kampanye baik bagi partai politik peserta pemilu maupun bagi calon anggota jika menggunakan sistem proporsional terbuka. 6ahkan =raksi artai Amanat )asional "= A)# melalui salah satu anggotanya, Totok $aryanto, mengatakan pada forum tersebut, sebagai bentuk komitmen moral = A) dalam menjaga kompetisi yang adil antar calon dalam sistem proporsional terbuka, maka = A) mendukung diterapkannya pembatasan belanja kampanye. )amun sayangnya, sampai dengan %apat aripurna engesahan '' emilu dilakukan, ketentuan pembatasan belanja kampanye ini menghilang begitu saja, lenyap sama sekali dari hiruk pikuk pembahasan. Sehingga dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 ini sama sekali tidak ada pengaturan tentang pembatasan belanja kampanye "baik bagi calon legislatif maupun bagi partai politik# meskipun sistem pemilu yang dipilih untuk memilih anggota $ % dan $ %$ adalah sistem proporsional terbuka dengan suara terbanyak.
Tabel.2 erbandingan 'sulan 6atasan 6elanja 7ampanye oleh =raksi(=raksi ?

=raksi

6elanja Dalon Anggota $ % %p0--.---.---,-%p?0-.---.---,-%p0--.---.---,--

6elanja Dalon Anggota $ %$ roBinsi %p;--.---.---,-%p0--.---.---,-%p20-.---.---,--

6elanja Dalon Anggota $ %$ 7abupaten.7ota %p20-.---.---,-%p20-.---.---,-%p10-.---.---,--

= $& = 7S = 76

$isarikan dari laporan pemantauan Tim erludem atas pembahasan %'' emilu oleh ansus emilu $ % %&, dan pandangan mini akhir fraksi pada forum %apat 7erja ansus emilu dengan Menteri 5ukum dan 5AM serta Menteri $alam )egeri, 1- April 2-12.

4.

P% #ng#$an dan P%ng"&$#ngan S#a!a. $alam ketentuan pasal 10- '' )o. 4 Tahun 2-12 diatur ketentuan tentang pemilih yang tidak terdaftar pada daftar pemilih tetap atau daftar pemilih tambahan dapat menggunakan kartu tanda penduduk atau paspor, yang mana hal ini sejalan dengan utusan Mahkamah 7onstitusi terkait hal tersebut " utusan M7 )omor 1-2. ''(2&&.2-->, yang dimohonkan oleh %efly 5arun dan Mahes!ara rabandono pada emilu 2--> lalu#. Selain itu terdapat perubahan cara pemberian suara yang diatur dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 ini. 3ika sebelumnya pada emilu 2-->, pemilih menandai dengan tanda centang, ca!ang atau contreng, maka untuk pemilu mendatang pemberian suara untuk pemilu anggota $ %, $ $, $ %$ proBinsi, dan $ %$ kabupaten.kota dilakukan dengan cara mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik dan.atau nama calon pada surat suara " asal 101#.

10.

R%)a+&$#'a,& S#a!a. $alam '' emilu baru ini terdapat pengaturan baru dalam penyelenggaraan rekapitualsi perhitungan suara setelah di Tempat emungutan Suara "T S#, terkait dengan dikembalikannya fungsi anitia emungutan Suara " S# dalam melakukan rekapitulasi penghitungan perolehan suara melalui '' )o. 10 Tahun 2-11 tentang enyelenggara emilihan 'mum. Melalui '' )o. 4 Tahun 2-12 ini "dalam rangka sinkronisasi dan konkordansi dengan '' enyelenggara emilihan 'mum# diatur secara mendetil tugas dan ke!enangannya dalam proses rekapitulasi suara di tingkat desa.kelurahan. P%n%$a+an Ha,&' P% &'#, P%!o'%"an K#!,&, dan Ca'on T%!+&'&" . Ada satu pengaturan baru yang sangat 9kontroBersial: dalam '' emilu baru ini, yaitu ketentuan asal 2-4 yang berbunyi 9 artai olitik eserta emilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara sekurang(kurangnya ;,08 dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota $ %, $ %$ proBinsi, dan $ %$ kabupaten.kota. +alu enjelasan asal 2-4 '' )o. 4 Tahun 2-12 berbunyi* %ang dimaksud dengan /jumlah suara sah secara nasional0 adalah hasil &enghitungan untuk suara DPR. asal ini setidaknya menyangkut 2 hal, yaitu &ertama+ ada kenaikan angka ambang batas pada emilu 2-11 nanti. 3ika pada emilu 2--> angka ambang batas ditetapkan pada angka 2,08, maka emilu 2-11 naik menjadi ;,08. Kedua+ jika pada emilu 2--> lalu ambang batas hanya diterapkan untuk emilu Anggota $ %, maka emilu 2-11 angka ambang batas diberlakukan secara nasional, tidak berjenjang. Artinya pada emilu 2-11, setiap partai politik peserta pemilu harus memperoleh sekurang(kurangnya ;,08 suara sah untuk $ % %&, untuk dapat diikutsertakan dalam penentuan perolehan kursi untuk $ %$ roBinsi maupun $ %$ 7abupaten.7ota. Sehingga, meskipun suatu partai memperoleh lebih dari ;,08 suara sah di pemilu anggota $ %$ roBinsi atau $ %$ 7abupaten.7ota, akan tetapi kalau perolehan suaranya untuk pemilu anggota $ % %& kurang dari ;,08, maka partai tersebut secara otomatis tidak bisa ikut dalam penentuan perolehan kursi untuk $ %$ roBinsi maupun $ %$ 7abupaten.7ota "suaranya dianggap hangus.terbuang.1asted 2otes#. )amun sebaliknya, jika suatu partai memperoleh suara sah lebih dari ;,08 untuk pemilu $ % %&, maka meski suaranya kurang dari ;,08 untuk pemilu anggota $ %$ roBinsi atau $ %$ 7abupaten.7ota, partai politik tersebut tetap berhak untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi untuk $ %$ roBinsi maupun $ %$ 7abupaten.7ota karena dia dianggap telah lolos ambang batas secara nasional. Selain itu untuk penetapan perolehan kursi, melalui pengambilan keputusan secara Boting dalam %apat aripurna $ % %& tanggal 12 April 2-12, dipilih metode kuota murni untuk menentukan perolehan kursi partai politik "habis di daerah pemilihan#. $engan ketentuan* "a# apabila jumlah suara sah suatu artai olitik eserta emilu

11.

sama dengan atau lebih besar dari 6ilangan embagi emilih "6 #, maka dalam penghitungan tahap pertama diperoleh sejumlah kursi dengan kemungkinan terdapat sisa suara yang akan dihitung dalam penghitungan tahap keduaC namun "b# apabila jumlah suara sah suatu artai olitik eserta emilu lebih kecil daripada 6 , maka dalam penghitungan tahap pertama tidak diperoleh kursi, dan jumlah suara sah tersebut dikategorikan sebagai sisa suara yang akan dihitung dalam penghitungan tahap kedua dalam hal masih terdapat sisa kursi di daerah pemilihan yang bersangkutanC dan selanjutnya "c# penghitungan perolehan kursi tahap kedua dilakukan apabila masih terdapat sisa kursi yang belum terbagi dalam penghitungan tahap pertama, dengan cara membagikan jumlah sisa kursi yang belum terbagi kepada artai olitik eserta emilu satu demi satu berturut(turut sampai habis, dimulai dari artai olitik eserta emilu yang mempunyai sisa suara terbanyak " asal 212. 12. Pa!$&,&+a,& Ma,*a!a)a$. '' )o. 4 Tahun 2-12 ini tidak banyak mengatur perubahan ketentuan tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu. 5anya saja dalam asal 21? ayat "0# disebutkan ketentuan baru bah!a khusus soal pengumuman prakiraan hasil penghitungan cepat pemilu hanya boleh dilakukan paling cepat 2 jam setelah selesai pemungutan suara di !ilayah &ndonesia bagian barat. elanggaran terhadap ketentuan tersebut merupakan tindak pidana pemilu. P%nanganan La+o!an P%'angga!an P% &'# . '' )o. 4 Tahun 2-12 secara eksplisit memiliki semangat untuk memperkuat peran dan fungsi 6adan enga!as emilu "6a!aslu#, sebagaimana hal serupa telah dilakukan melalui '' )o. 10 Tahun 2-11 tentang enyelenggara emilu.4 enga!as emilu "meliputi 6a!aslu, 6a!aslu roBinsi, an!aslu 7abupaten.7ota, an!aslu 7ecamatan, enga!as emilu +apangan, dan enga!as emilu +uar )egeri# menerima laporan pelanggaran emilu pada setiap tahapan penyelenggaraan pemilu. Terhadap !aktu penyampaian laporan, terdapat perubahan pengaturan dalam '' emilu yang baru. 3ika sebelumnya diatur bah!a laporan pelanggaran pemilu disampaikan paling lama hari sejak terjadinya pelanggaran pemilu, sekarang batas !aktu pelaporan tersebut diperpanjang durasinya menjadi laporan pelanggaran pemilu disampaikan paling lama ? hari sejak diketahui dan.atau ditemukannya pelanggaran emilu. Sedangkan lamanya !aktu penanganan laporan pelanggaran pemilu oleh jajaran penga!as pemilu tidak mengalami perubahan, tetap sama dengan pemilu 2--> lalu, yaitu penga!as pemilu !ajib menindaklanjuti laporan paling lama ; hari setelah laporan diterima. )amun, dalam hal penga!as pemilu memerlukan keterangan tambahan dari pelapor, maka tindak lanjut penanganan laporan pelanggaran pemilu dilakukan paling lama 0 hari setelah laporan diterima. Setelah penga!as pemilu menerima dan mengkaji laporan pelanggaran yang masuk, maka penga!as pemilu akan mengkategorisasikan laporan pelanggaran tersebut menjadi beberapa klasifikasi, yaitu* "a# elanggaran kode etik penyelenggara pemilu diteruskan kepada $e!an 7ehormatan enyelenggara emilu "$7 #. elanggaran kode etik sebelumnya tidak diatur dalam '' emilu yang lama. elanggaran administrasi pemilu diteruskan kepada 7 ', 7 ' 7abupaten.7ota. roBinsi, atau 7 '

13.

"b#

$alam '' )o. 10 Tahun 2-11 peran, fungsi, dan kedudukan penga!as pemilu salah satunya dengan mempermanenkan keberadaan penga!as pemilu proBinsi melalui pembentukan 6adan enga!as emilu roBinsi atau 6a!aslu roBinsi. Selain itu juga penga!as pemilu diberikan ke!enangan baru dalam '' tersebut untuk menyelesaikan sengketa pemilu "lebih lanjut lihat 6ab &2 asal />(1-4 '' )o. 10 Tahun 2-11#.

"c# Sengketa pemilu diselesaikan oleh 6a!aslu. $alam '' emilu lama tidak diatur masalah sengketa pemilu sebagai masalah hukum yang penyelesaiannya secara spesifik menjadi otoritas 6a!aslu. "d# Tindak pidana pemilu diteruskan kepada 7epolisian )egara %epublik &ndonesia " olri#. Selain itu, terkait dengan masalah hukum pemilu, dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 ini juga dikenal adanya* "a# sengketa tata usaha negara pemilu, dan "b# perselisihan hasil pemilu elanggaran kode etik penyelenggara emilu oleh '' )o. 4 Tahun 2-12 diartikan sebagai pelanggaran terhadap etika penyelenggara pemilu yang berpedomankan sumpah dan.atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemilu. Tata cara penyelesaian pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam '' )o. 10 Tahun 2-11 tentang enyelenggara emilu. engaturan dan definisi pelanggaran administrasi pemilu diatur lebih kongkrit dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 dibandingkan pengaturan sebelumnya. elanggaran administrasi pemilu didefinisikan sebagai pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu di luar tindak pidana pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu. enyelesaian pelanggaran administrasi pemilu dilakukan oleh 7 ', 7 ' roBinsi, 7 ' 7abupaten.7ota berdasarkan rekomendasi 6a!aslu, paling lama ? hari sejak diterimanya rekomendasi tersebut. Sedangkan sengketa pemilu dimaknai sebagai sengketa yang terjadi antarpeserta pemilu dan sengketa eserta emilu dengan penyelenggara pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan 7 ', 7 ' roBinsi, dan 7 ' 7abupaten.7ota. enyelesaian sengketa pemilu ini disinkronkan dengan '' )o. 10 Tahun 2-11, yakni diselesaikan oleh 6a!aslu paling lama 12 hari sejak diterimanya laporan atau temuan " asal 204#. 7etentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian sengketa pemilu diperintahkan untuk diatur dalam eraturan 6a!aslu " asal 20> ayat "0##. 7eputusan 6a!aslu mengenai penyelesaian sengketa pemilu merupakan keputusan terakhir dan mengikat, kecuali keputusan terhadap sengketa pemilu yang berkaitan dengan Berifikasi artai olitik eserta emilu dan daftar calon tetap anggota $ %, $ $, $ %$ proBinsi, dan $ %$ kabupaten.kota. Terkait sengketa pemilu yang berkaitan dengan Berifikasi artai olitik eserta emilu dan daftar calon tetap anggota $ %, $ $, $ %$ proBinsi, dan $ %$ kabupaten.kota, bila tidak dapat diselesaikan oleh 6a!aslu maka pihak yang merasa dirugikan kepentingannya dapat mengajukan gugatan tertulis kepada engadilan Tinggi Tata 'saha )egara " TT')#. Selain itu '' )o. 4 Tahun 2-12 mengganti semua terminologi pelanggaran pidana pemilu yang ada dalam '' emilu yang lama dengan terminologi baru yang lebih konsisten, yaitu tindak pidana pemilu. Skema !aktu penyelesaian tindak pidana pemilu juga diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu tahapan penyelenggaraan pemilu berikutnya. Terkait penanganan tindak pidana pemilu, '' emilu baru juga mengatur tentang pembentukan Sentra enegakan 5ukum Terpadu "Sentra ,akkumdu# dengan tujuan untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana pemilu antara 6a!aslu, 7epolisian )egara %epublik &ndonesia, dan 7ejaksaan Agung %epublik &ndonesia. 7etentuan lebih lanjut mengenai Sentra ,akkumdu ini akan diatur berdasarkan kesepakatan bersama antara 7epala 7epolisian )egara %epublik &ndonesia, 3aksa Agung %epublik &ndonesia, dan 7etua 6a!aslu.

1..

Ma5%'&, K"#,#, T&nda) P&dana P% &'#. Sama seperti '' emilu sebelumnya, terkait dengan penyelesaian tindak pidana pemilu, '' )o. 4 Tahun 2-12 kembali memerintahkan untuk dibentuknya Majelis 7husus di pengadilan negeri dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana pemilu. Majelis 7husus tersebut terdiri atas hakim khusus yang merupakan hakim karier pada pengadilan negeri dan pengadilan tinggi yang ditetapkan secara khusus untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana emilu. 5akim khusus harus memenuhi syarat telah melaksanakan tugasnya sebagai hakim minimal ; tahun, kecuali dalam suatu pengadilan tidak terdapat hakim yang masa kerjanya telah mencapai ; tahun. Selain harus menguasai pengetahuan tentang pemilu, hakim khusus selama memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana pemilu dibebaskan dari tugasnya untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara lain. 7etentuan lebih lanjut mengenai hakim khusus ini akan diatur dengan eraturan Mahkamah Agung " asal 2//#. S%ng)%$a Ta$a U,a"a N%ga!a P% &'# . '' )o. 4 Tahun 2-12 mengatur hal baru terkait dengan adanya ketentuan tentang sengketa tata usaha negara pemilu. Sengketa tata usaha negara pemilu adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara pemilu antara calon anggota $ %, $ $, $ %$ proBinsi, $ %$ kabupaten.kota, atau partai politik calon eserta emilu dengan 7 ', 7 ' roBinsi, dan 7 ' 7abupaten.7ota sebagai akibat dikeluarkannya keputusan 7 ', 7 ' roBinsi, dan 7 ' 7abupaten.7ota. Sengketa tata usaha negara emilu merupakan sengketa yang timbul antara* "a# 7 ' dan artai olitik calon eserta emilu yang tidak lolos Berifikasi sebagai akibat dikeluarkannya 7eputusan 7 ' tentang penetapan artai olitik eserta emiluC dan "b# antara 7 ', 7 ' roBinsi, dan 7 ' 7abupaten.7ota dengan calon anggota $ %, $ $, $ %$ proBinsi, dan $ %$ kabupaten.kota yang dicoret dari daftar calon tetap sebagai akibat dikeluarkannya 7eputusan 7 ' tentang penetapan daftar calon tetap. engajuan gugatan atas sengketa tata usaha negara pemilu ke TT') dilakukan setelah seluruh upaya administratif di 6a!aslu telah digunakan. Selanjutnya, atas utusan TT') atas sengketa tata usaha negara pemilu, hanya dapat dilakukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung. utusan Mahkamah Agung bersifat terakhir dan mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum lain. Sama halnya seperti penanganan tindak piudana pemilu, dalam memeriksa, mengadili, dan memutus sengketa tata usaha negara pemilu dibentuk pula Majelis 7husus yang terdiri dari hakim khusus yang merupakan hakim karier di lingkungan pengadilan tinggi tata usaha negara dan Mahkamah Agung " asal 2?-#.

16.

11.

P%!,%'&,&"an Ha,&' P% &'#. Tidak ada terobosan maupun pengaturan baru yang substantif dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 terkait dengan penananganan perselisihan hasil pemilu "diatur dalam asal 2?;#. $alam hal terjadi perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilu secara nasional, eserta emilu dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh 7 ' kepada Mahkamah 7onstitusi. eserta emilu disini tentu saja tetap merujuk pada ketentuan asal 1 angka 2/ '' )o. 4 Tahun 2-12 yang menyebutkan bah!a eserta emilu adalah partai politik untuk emilu anggota $ %, $ %$ proBinsi, dan $ %$ kabupaten.kotaC dan perseorangan untuk emilu anggota $ $. $engan demikian, 'ndang('ndang baru ini 9tetap: tidak memberi peluang bagi "perseorangan# calon anggota legislatif untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilu ke Mahkamah 7onstitusi. 6atasan pengajuan permohonan perselisihan hasil kepada Mahkamah 7onstitusi tetap sama dengan pemilu 2-->, yaitu paling lama ; E 21 jam sejak diumumkan penetapan

perolehan suara hasil pemilu secara nasional oleh 7 '. Satu(satunya ketentuan baru terkait perselisihan hasil pemilu dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 ini hanyalah berupa pengaturan apabila pengajuan permohonan kurang lengkap, maka pemohon dapat memperbaiki dan melengkapi permohonan paling lama ; E 21 jam sejak diterimanya permohonan oleh Mahkamah 7onstitusi. Sebelumnya, hanya diberikan !aktu 1 E 21 jam "itupun diatur dalam eraturan Mahkamah 7onstitusi, bukan dalam '' emilu#.

17.

K%$%n$#an P&dana. 'ndang('ndang )o. 4 Tahun 2-12 mengkategorisasi antara tindak pidana yang berupa pelanggaran dengan tindak pidana yang berupa kejahatan, beserta segala sifat yang menyertainya. Selain itu juga terdapat perubahan pengaturan ketentuan pidana, dimana dalam '' ini dilakukan penghapusan atas ketentuan pidana minimum. enghapusan ketentuan pidana minimum ini menurut ansus emilu dilakukan dalam rangka memberikan asas kepastian hukum dan memudahkan bagi hakim dalam memberikan putusan.>
Tabel.; osisi =raksi atas &su 7rusial dalam %'' emilu 1-

=raksi &su Sistem emilu

$&

7S

A)

76

,erindra

5anura

5asil Akhir "'' 4.2-12#

Sistem roporsional terbuka ;,08(18

Sistem roporsional Terbuka 18(08

Sistem roporsional Tertutup 6erjenjang 08, 18, ;8 ;(4 $ % ;(1- $ %$

Sistem roporsional Tertutup ;,08(18

Sistem roporsional Terbuka ;,08

Sistem roporsional Terbuka ;8

Sistem roporsional Tertutup ;8

Sistem roporsional Terbuka ;8

Sistem roporsional Terbuka ;8

Sistem roporsional Terbuka ;,08 secara nasional

Ambang 6atas

$aerah emilihan dan Alokasi 7ursi 7onBersi Suara

;(1- $ % ;(12 $ %$

;(4 $ % dan $ %$

;(1- $ % ;(12 $ %$

;(1- $ % ;(12 $ %$

;(1- $ % ;(12 $ %$

;(1- $ % ;(12 $ %$

;(1- $ % ;(12 $ %$

;(1- $ % ;(12 $ %$

;(1- $ % ;(12 $ %$

7uota murni habis di dapil

$iBisor Aebster habis di dapil

$iBisor Aebster habis di dapil

$iBisor Aebster habis di dapil

7uota murni habis di dapil

7uota murni habis di dapil

7uota murni habis di dapil

7uota murni habis di dapil

7uota murni habis di dapil

7uota murni habis di dapil

BEBERAPA LANGKAH MA/U $i antara beberapa aturan kontroBersial yang ada dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 yang banyak diberikan media massa, sesungguhnya juga terdapat banyak langkah maju yang bisa dijadikan tumpuan dalam melakukan penataan pemilu &ndonesia yang lebih baik. 7etentuan tersebut antara lain* 1. Aaktu penyelenggaraan yang lebih panjang, yaitu 22 bulan sebelum hari pemungutan suara memungkinkan penyelenggara pemilu untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik, terencana, dan terukur.
9

+aporan ansus emilu $alam %angka embicaraan Tingkat &&&. $isarikan dari laporan pemantauan Tim erludem atas pembahasan %'' emilu oleh ansus pandangan mini akhir fraksi pada forum %apat 7erja ansus emilu dengan Menteri 5ukum dan $alam )egeri, 1- April 2-12. $ari 1 isu krusial yang ada di atas, hanya metode konBersi suara keputusannya dilakukan melalui mekanisme Boting pada %apat aripurna $ %, 12 April 2-12. melalui lobi(lobi pimpinan fraksi yang intensif dilakukan sejak 11 s.d 12 April 2-12.
10

emilu $ % %&, dan 5AM serta Menteri yang pengambilan Sisanya disepakati

10

2. 7e!ajiban menyerahkan nomor rekening dana kampanye pemilu atas nama partai politik kepada 7 ' sebagai salah satu persyaratan dalam pendaftaran untuk menjadi partai politik peserta pemilu, dapat dimaknai sebagai upaya dan komitmen lebih baik dalam mendorong akuntabilitas pengelolaan dana kampanye peserta pemilu. ;. engaturan yang lebih rinci dan jelas terkait dengan ketentuan pemutakhiran daftar pemilih. Aturan yang ada dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 memberi !aktu yang cukup panjang bagi 7 ' untuk memepersiapkan suatu daftar pemilih yang benar(benar Balid. Tidak hanya karena adanya kepastian batasan !aktu paling lambat data penduduk potensial pemilih "$ 1# harus diserahkan pemerintah kepada 7 ' "sekurang(kurangnya 11 bulan sebelum hari pemungutan suara#, namun juga karena dimungkinkannya 7 ' untuk menggunakan data pembanding dari data pemilih pada pemilu dan.atau pemilihan gubernur, bupati, dan !alikota yang terakhir, dalam memutakhirkan $ 1 menjadi data pemilih. 7erangka !aktu pemutakhiran daftar pemilih dalam '' ini juga sudah dibuat secara sistematis dan detil bagi pelaksa pemilu di setiap tingkatan.

1. Adanya penguatan jaminan atas hak konstitusional !arga negara untuk memilih dalam pemilu "penegakkan hak pilih# melalui ketentuan yang me!ajibkan 7 ' roBinsi melakukan pendaftaran dan memasukkan ke dalam daftar pemilih khusus terhadap !arga negara yang memenuhi syarat sebagai pemilih namun tidak memiliki identitas kependudukan dan.atau tidak terdaftar dalam daftar pemilih sementara, daftar pemilih sementara hasil perbaikan, daftar pemilih tetap, atau daftar pemilih tambahan. 5al tersebut juga makin diperkuat dengan ketentuan boleh digunakannya paspor dan 7T sebagai prasayarat memilih. engaturan lebih lanjut dua hal di atas dalam eraturan 7 ' harus disikapi secara tepat agar esensi yang diatur dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 tidak diimplmentasikan secara salah "atau sengaja disalahgunakan# dan multitafsir, sehingga ketentuan baru ini benar(benar mampu memberikan perlindungan terhadap hak elektoral dan menegakkan hak pilih !arga negara &ndonesia. 0. Meski tidak banyak bicara tentang perbaikan akses pemilu bagi penyandang disabilitas, ada kemajuan yang dimuat dalam '' emilu baru ini, yaitu diubahnya prasyarat kelengkapan administrasi bagi bakal calon anggota $ %, $ $, dan $ %$, yang sebelumnya berupa 9surat keterangan 7%!7adan sehat jasmani dan rohani: menjadi hanya berupa 9surat keterangan sehat jasmani dan rohani: " $an+a %ngg#na)an 'ag& )a$a 87adan9#. erbaikan ketentuan setidaknya mengukuhkan keyakinan dan komitmen bah!a penyandang disabilitas juga tidak memiliki hambatan secara fisik untuk menjadi bakal calon anggota $ %, $ $, dan $ %$. /. engaturan rekapitulasi penghitungan suara emilu 2-11 diharapkan lebih tertata dan mudah, sebab jika pada emilu 2--> lalu hasil penghitungan suara di T S langsung diteruskan ke anitia emilihan 7ecamatan " 7# untuk dilakukan rekapitulasi, maka dalam '' emilu baru ini, hasil penghitungan suara di T S, sebelum direkap di tingkat kecamatan, terlebih dahulu dikirim ke tingkat desa.kelurahan untuk dilakukan rekapitulasi oleh S. 3adi "miaslnya suara untuk $ %# setelah dari T S, suara akan direkapitulasi secara berjenjang oleh S, 7, 7 ' 7abupaten.7ota, 7 ' roBinsi, dan terakhir oleh 7 ' untuk direkap secara nasional. engembalian fungsi rekapitulasi di tingkat desa.kelurahan oleh S salah satunya dilatarbelakangi oleh adanya kompleksitas penghitungan suara di emilu 2--> yang dari T S langsung diba!a ke 7 untuk direkapitulasi. Sehingga sangat memakan !aktu dan tenaga penyelenggara dengan tingkat kerumitan tinggi, serta melahirkan berbagai persoalan lain terkait transparansi, kepercayaan publik, maupun isu

11

manipulasi karena adanya FotoritasG yang sangat besar yang diemban oleh 7 yang sangat rentan menjadi ajang jual beli suara antara kandidat dan petugas penyelenggara. ?. engaturan dan kategorisasi masalah hukum dan sengketa pemilu dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 harus diakui telah dilakukan secara jauh lebih jelas, rinci, sistematis, dan terstruktur dibandingkan dengan '' emilu lama "'' )o. 1- Tahun 2--4#. 5al ini dibuktikan dengan adanya kategorisasi yang lebih lengkap dan komprehensif mencakup berbagai masalah hukum yang terjadi dalam penyelenggaraan pemilu anggota $ %, $ $, dan $ %$ "meliputi pelanggaran kode etik, pelanggaran administrasi, sengketa pemilu, tindak pidana pemilu, sengketa tata usaha pemilu, dan perselisihan hasil pemilu#. Adanya pengaturan masalah hukum secara lebih rinci ini melahirkan harapan bah!a penegak hukum akan lebih mudah dalam melakukan penga!alan implementasi '' emilu dan bisa menegakkan aturan dengan tepat dan efektif, tanpa ada lagi multitafsir ataupun saling lempar tanggung ja!ab antaraparat dari berbagai instansi penegak hukum pemilu. Sehingga bisa menumbuhkan harapan untuk penyelenggaraan pemilu 2-11 yang mampu me!ujudkan keadilan pemilu dan perlindungan hak elektoral !arga negara &ndonesia. )amun, yang perlu menjadi perhatian adalah pengaturan lebih lanjut berbagai ketentuan penanganan pelanggaran yang disyaratkan untuk diatur oleh eraturan 7 ' maupun eraturan 6a!aslu haruslah dilakukan secara baik dan tepat. Sehingga pada akhirnya bisa me!ujudkan semangat yang dibangun dalam '' emilu baru ini untuk memastikan terlindunginya hak elektoral pemilih dan peserta pemilu tanpa kecuali. 6a!aslu harus mampu membuat pengaturan penanganan sengketa pemilu yang handal, sehingga tidak semua 7eputusan 6a!aslu terkait sengketa Berifikasi parpol dan daftar calon berujung di TT') maupun di Mahkamah Agung. 6a!aslu harus bisa membangun case management s%stem yang terpercaya dan kredibel di mata masyarakat, pemantau, maupun peserta pemilu. $an itu harus dika!al terus oleh seluruh pemangku kepentingan pemilu, khususnya organisasi masyarakat peduli pemilu. 4. 7ehadiran Majelis 7husus yang terdiri dari hakim khusus untuk menangani perkara tindak pidana pemilu dan sengketa tata usaha pemilu di pengadilan negeri maupun pengadilan tinggi tata usaha negara "dengan k!alifikasi hakim yang lebih terukur dikaitkan dengan pemahaman kepemiluan# diharapkan mampu meningkatkan kinerja penanganan perkara pemilu yang memerlukan keahlian khusus dan juga dibatasi oleh sempitnya dalu!arsa !aktu penanganan "apabila dibandingkan dengan perkara tindak pidana umum lainnya#. BEBERAPA :ANG MEN/ADI CATATAN Meski banyak harapan yang diberikan '' )o. 4 Tahun 2-12 untuk menuju pemilu demokratis dengan suatu sistem keadilan pemilu yang terpercaya, namum tetap saja

12

beberapa pengaturan dalam '' tersebut menyisakan catatan, kontroBersi, dan bahkan bisa dikatakan sebagai menciptakan masalah baru. 7ontroBersi dan masalah tersebut antara lain "namun tidak terbatas pada#* 1. 7etentuan 9free ticket: bagi partai politik yang lolos ambang batas parlemen dalam pemilu 2-->, yang otomatis menjadi peserta pemilu 2-11 "meliputi sembilan partai yang ada di $ % %& saat ini#, sedangkan bagi partai yang tidak lolos ambang batas pemilu 2--> harus mengikuti dan memenuhi sejumlah persyaratan menjadi peserta pemilu yang tidak mudah dan relatif berat "mulai dari prasyarat kepengurusan sampai dengan kemampuan kelembagaan untuk memiliki kantor tetap#. Adanya aturan ini rentan untuk digugat karena akan dianggap sangat merugikan partai politik yang tidak lolos ambang batas pemilu 2--> maupun partai politik baru, karena menerapkan aturan yang diskriminatif bagi partai nonparlemen. Sebab prasyarat bagi partai nonparlemen untuk menjadi peserta sangat berat, yang belum tentu dengan prasyarat yang sama tersebut, partai yang ada di parlemen saat ini bisa memenuhinya.11

2.

emberlakuan ambang batas ;,08 secara nasional untuk bisa diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota $ %, $ %$ proBinsi, dan $ %$ kabupaten.kota.12 $alam release-nya, erludem menyebutkan bah!a enerapan ambang batas nasional untuk memilih anggota $ %$ proBinsi dan $ %$ kabupaten.kota merupakan kejahatan politik luar biasa karena ketentuan itu akan menghilangkan atau setidaknya merusak keaslian hak pilih !arga negara, karena ketika !arga negara memilih anggota $ %$ proBinsi dan $ %$ kabupaten.kota, calon terpilihnya diukur melalui pemilihan anggota $ %. +alu apa artinya pemilih menggunakan tiga surat suara berbeda "kuning untuk memilih $ %, biru untuk memilih $ %$ proBinsi, dan putih untuk memilih anggota $ %$ kabupaten.kota# jika yang digunakan tolok ukur untuk menentukan anggota $ %$ proBinsi dan $ %$ kabupaten.kota hanya surat suara kuningH $alam pandangan erludem. 7etentuan ini juga akan merusak demokrasi lokal dan menyeragamkan dinamika politik lokal hanya dengan preferensi politik nasional. 7etentuan ini jelas melanggar asal 22< ayat "1# dan asal 2? ayat "1# ''$ 1>10.1;

11

ada pemilu 2-->, M7 pernah mengeluarkan utusan M7 )omor 12. ''(2&.2--4 yang membatalkan ketentuan asal ;1/ huruf d '' )o. 1- Tahun 2--4 yang berbunyi 9 artai olitik eserta emilu tahun 2--1 yang tidak memenuhi ketentuan asal ;10 dapat mengikuti emilu tahun 2--> dengan ketentuan memiliki kursi di $ % %& hasil emilu 2--1.: asal tersebut dianggap memberikan perlakuan yang tidak sama dan menimbulkan ketidakpastian hukum "legal uncertaint%# dan ketidakadilan "injustice# terhadap sesama parpol peserta pemilu 2--1 yang tidak memenuhi ketentuan asal ;10 '' )o. 1- Tahun 2--4 "tentang ambang batas parlemen untuk ditetapkan sebagai parpol peserta pemilu setelah pemilu 2--1#. =aktanya ketentuan #ree ticket ini akhirnya dibatalkan keberlakuannya oleh M7 melalui P#$#,an MK No o! 62;PUU-<;2012. M7 berpendapat berdasarkan asas persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan, partai politik baru juga tidak boleh diperlakukan secara berbeda dengan partai politik lama. Sehingga selanjutnya ketentuan asal 4 ayat "1# '' )o. 4 Tahun 2-12 dinyatakan M7 inkonstitusional dan semua partai politik baik yang mempunyai kursi di parlemen maupun yang tidak seluruhnya !ajib mengikuti Berifikasi partai politik untuk menjadi peserta pemilu. engujian asal 4 '' )o. 4 Tahun 2-12 ini dilakukan oleh 1? partai kecil nonkursi $ % meliputi antara lain 7)', 66, 7 &, 7 6, ), artai Merdeka, dan lain(lain. 12 enjelasan asal 2-4 '' )o. 4 Tahun 2-12 tentang emilu Anggota $ %, $ $ dan $ %$ selengkapnya berbunyi* 3ang dimaksud dengan /jumlah suara sah secara nasional0 adalah hasil &enghitungan untuk suara DPR' 13 +ebih jelas periksa* http*..!!!.perludem.or.id.indeE.phpHoptionIcomJk2KBie!IitemKidI;--*siaran(pers(ruu( pemilu(melanggar(konstitusi(dan(mengabaikan(prinsip(pemilu(demokratisK&temidI124. 7etentuan asal 2-4 '' )o. 4 Tahun 2-12 ini akhirnya juga dibatalkan oleh M7 melalui P#$#,an MK No o! 62;PUU-<;2012. $alam utusannya M7 berpendapat bah!a &emberlakuan P" secara nasional %ang mem&un%ai akibat hukum &ada hilangn%a kursi-kursi &artai &olitik %ang tidak memiliki kursi di DPR namun &artai &olitik bersangkutan memenuhi ketentuan bilangan &embagi &emilih di daerah dan menjadikan kursi-kursi tersebut dimiliki &artai &olitik lain %ang sebenarn%a tidak memenuhi bilangan &embagi &emilih namun memiliki kursi di DPR+ justru bertentangan dengan kedaulatan rak%at+ hak &olitik+ dan rasionalitas+ sehingga bertentangan &ula dengan tujuan

13

Tabel.1 rofil artai )on( arlemen ")on(7ursi $ %# yang punya kursi di $ %$ roBinsi emilu 2-->

No. 1 2 ; 1 0 / ? 4 > 111 12 1; 11 10 1/ 1?

DPRD P!o=&n,& Sumatera 6arat %iau 6angka 6elitung 6engkulu $7& 3akarta 3a!a Timur )usa Tenggara 6arat )usa Tenggara Timur 7alimantan Selatan 7alimantan Timur Sula!esi 'tara Sula!esi Tengah Sula!esi Selatan Sula!esi Tenggara Maluku 'tara apua apua 6arat

Pa!$a& Po'&$&) 66 6% 66 7 & $S 7)' 66 $S 6% 66 artai atriot $S 7 6 $7 )67& 66 66 $S artai atriot $7

Po!,& S#a!a ;,>?8 ;,/08 ?, 128 1,1;8 ;,018 0,;/8 ?,248 ;,;08 /,1/8 1,118 ;,>/8 /,2>8 ;,?-8 ;,4>8 1,-/8 ;,4;8 0,?18 ;,448 1,2/8 1,?48

Sumber* diolah dari August Mellaz dalam /Brie# Simulasi Sistem Kom&etisi Partai dan Penera&an Parliamentar% "hreshold0, bahan adBokasi perubahan 'ndang(undang emilu, 7emitraan

Selain juga adanya anggapan bah!a berlakunya ambang batas " T# nasional tidak konsisten dengan semangat ketentuan penetapan calon terpilih berdasarkan suara
&emilihan umum itu sendiri %aitu untuk memilih 1akil rak%at mulai dari tingkat &usat hingga daerah . 4ahkamah juga menilai sekiran%a P" (+56 diberlakukan secara bertingkat+ masing-masing (+56 untuk DPR+ DPRD &ro2insi+ dan DPRD kabu&aten7kota+ da&at menimbulkan kemungkinan tidak ada satu &un &artai &olitik &eserta Pemilu di suatu daerah )&ro2insi atau kabu&aten7kota* %ang memenuhi P" (+56 sehingga tidak ada satu&un anggota &artai &olitik %ang da&at menduduki kursi DPRD' al ini mungkin terjadi jika diasumsikan &artai &olitik &eserta Pemilu berjumlah (8 &artai &olitik dan suara terbagi rata sehingga maksimal tia&-tia& &artai &olitik &eserta Pemilu han%a mem&eroleh maksimal (+(6 suara' Selain itu+ terda&at &ula kemungkinan di suatu daerah han%a ada satu &artai &olitik %ang memenuhi P" (+56 sehingga han%a ada satu &artai &olitik %ang menduduki seluruh kursi di DPRD atau sekurang-kurangn%a ban%ak kursi %ang tidak terisi' al itu justru bertentangan dengan ketentuan konstitusi %ang menghendaki Pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD+ %ang tern%ata tidak terca&ai karena kursi tidak terbagi habis+ atau akan terjadi han%a satu &artai &olitik %ang duduk di DPRD %ang dengan demikian tidak sejalan dengan konstitusi' Sehingga selanjutnya ketentuan T ;,08 diputuskan M7 hanya berlaku untuk leBel $ % %& saja "tidak berlaku nasional#, serta tidak berlaku untuk $ %$ roBinsi dan $ %$ 7abupaten.7ota, sehingga dengan demikian tidak ada ambang batas untuk $ %$ roBinsi dan $ %$ 7abupaten.7ota.

14

terbanyak. enetapan dengan suara terbanyak menghendaki dan menghargai kehendak rakyat yang tergambar dari pilihan secara langsung. )amun berlakunya ambang batas nasional jelas tidak mengindahkan daulat rakyat melalui penetapan suara terbanyak khususnya terhadap anggota $ %$ proBinsi dan $ %$ kabupaten.kota. Tentu tidak bisa dinalar ketika penetapan calon anggota $ %$ proBinsi dan kabupaten.kota harus didasarkan pada perolehan suara anggota $ % di tingkat nasional.11 ;. enggunaan sistem proporsional terbuka dengan diikuti peningkatan jumlah batasan sumbangan dana kampanye dari nonperseorangan "kelompok.badan usaha#, namun tidak dimbangi dengan pengaturan pembatasan belanja kampanye bagi calon anggota $ %.$ %$ maupun partai politik peserta pemilu. adahal, belajar dari sejarah pemilu &ndonesia, perubahan sistem pemilu atau instrumen sistem pemilu, telah melipatgandakan biaya kampanye. emilu 1>>> yang menggunakan daftar calon tertutup dan emilu 2--> yang menggunakan daftar calon terbuka, telah menggandakan dana kampanye. ada emilu 1>>> kampanye hanya dilakukan oleh partai politikC sedangkan pada emilu 2-->, selain partai politik, para calon anggota legislatif juga berkampanye. Akhirnya, kampanye di media massa elektronik, khususnya teleBisi, yang semakin mahal, juga berdampak langsung pada penambahan biaya kampanye. 6iaya kampanye yang terus meningkat akhirnya menimbulkan ketimpangan atau ketidakadilan di kalangan partai politik peserta pemilu dan calon. artai politik dan calon yang memiliki dana besar dapat memaksimalkan kampanyenya untuk merebut suara pemilih sedangkan partai politik dan calon yang memiliki dana pas(pasan terpaksa berkampanye apa adanya sehingga sulit merebut hati pemilih. 10 $engan dinaikkannya batasan jumlah maksimal sumbangan dari nonperseorangan "kelompok.badan usaha# dari %p0.---.---.---,-- "lima milyar# menjadi %p?.0--.---.---,-- "tujuh koma lima milyar# diprediksi akan membuat uang kembali menjadi panglima dan aktor utama dalam pemilu 2-11. 7ompetisi akan menjadi sangat bebas dan tidak terkendali antarpara pemilik modal. otensi masifnya politik uang akan semakin sulit dibendung oleh aturan yang ada saat ini "apalagi tidak ada peningkatan kualitas aturan terkait dengan penindakan politik uang ini#. adahal pembatasan belanja kampanye diperlukan untuk menciptakan kesempatan yang sama di antara para partai politik peserta pemilu dalam berkompetisi memperebutkan suara pemilih. &tu artinya hasil pemilu tidak ditentukan oleh siapa yang memiliki dana paling banyak, melainkan oleh kinerja dan kreatiBitas partai politik peserta pemilu dan calon dalam melakukan kampanye dengan mena!arkan Bisi, misi, dan programnya. 1. Transparansi proses rekapitulasi penghitungan suara pemilu "T S L 7abupaten.7ota L 7 ' roBinsi L 7 '#. SL 7L7 '

Tantangan emilu 2-11 diyakini akan sangat besar karena integritas penyelenggara harus betul(betul dijaga dan dika!al. embelajaran emilu 2--> telah mengajarkan banyak hal betapa petugas penyelenggara pada tingkat yang lebih rendah sangat rentan terhadap tindakan(tindakan manipulasi. Mleh karena itu sistem yang bisa menjamin transparansi dalam proses rekapitulasi penghitungan suara hasil pemilub harus betul(betul dibangun oleh 7 ' sehingga publik bisa mengakses proses
14

Argumentasi ermohonan engujian asal 2-4 '' )o. 4 Tahun 2-12 yang diajukan 7oalisi Masyarakat Sipil yang meliputi erludem, Nayasan Soegeng Sarjadi, dan lain(lain, hal. 1-. 15 erludem, Pembatasan Belanja Kam&an%e: 9agasan untuk RUU Pemilu Anggota DPR+ DPD+ dan DPRD , 3akarta, Maret 2-12.

15

penghitungan dan rekapitulasi yang dilakukan penyelenggara secara lebih mudah dan tentunya bisa terpercaya. ada emilu 2--> sempat terjadi kompleksitas terkait kepercayaan atas upaya transparansi dan mempercepat informasi hasil penghitungan dan rekapitulasi hasil suara yang coba dilakukan 7 '. 7ompleksitas ini muncul antara lain karena belum sempurnanya sistem teknologi informasi yang digunakan oleh 7 ' "sistem scaning sertifikat hasil penghitungan suara di T S yang ditabulasikan secara nasional oleh 7 ' di 3akarta#. 7edepan ini harus menjadi perhatian dan catatan tersendiri agar tidak terulang. 6ah!a apapun sistem atau teknologi yang digunakan, ia harus terujicobakan secara baik, dipersiapkan dengan matang, dan yang terpenting mampu membangun kepercayaan pemilih dan peserta pemilu, bukan sebaliknya malah menciptakan kompleksitas dan ketidakpercayaan baru terhadap lembaga dan proses penyelenggaraan pemilu. 0. Aturan tentang penanganan laporan pelanggaran oleh 6a!aslu harus menjadi catatan tersendiri. Adanya ketentuan yang menyebutkan bah!a 9+aporan pelanggaran emilu disampaikan +a'&ng 'a a 3 "a!& ,%5a) d&)%$a"#& dan;a$a# d&$% #)ann*a pelanggaran pemilu:, adalah sangat rentan untuk disimpangi dan dimanipulasi. Sebab jika 6a!aslu tidak menetapkan indikator yang jelas dan terukur untuk menilai 9? hari sejak diketahui dan.atau ditemukannya:, maka ketentuan tersebut bisa jadi akan diperlakukan secara sangat personal oleh pelapor. 3ika 6a!aslu tidak jeli, bisa saja !aktu kejadian suatu pelanggaran dimanipulasi, diubah, atau diatur sedemikian rupa berdasarkan kepentingan politik seseorang atau sekelompok orang yang tidak bertanggung ja!ab. 3angka !aktu pelaporan harusnya diatur secara limitatif dengan penambahan aturan tertentu mengingat tidak semua tindak pidana dapat diketahui setelah dilakukan dan ada tindak pidana yang dapat diketahui pada saat dilakukan, agar tidak berpotensi manipulasi atas fakta materiil.1/ Selain itu, jangka !aktu yang terbatas yang dimiliki oleh penga!as pemilu, a),& a' 6 "a!& untuk mengkaji, membuktikan kebenaran, dan menindaklanjuti suatu laporan pelanggaran pemilu, pada pemilu 2--> terbukti menjadi salah satu faktor penghambat utama dalam optimalisasi penanganan laporan pelanggaran oleh penga!as pemilu. 5al itu lalu berdampak pada tidak tertanganinya laporan pelanggaran yang masuk, bahkan banyak diantaranya yang dihentikan begitu saja di tengah jalan. 3ika hal ini tidak direspon oleh 6a!aslu dengan standard o&erating &rocedure penanganan pelanggaran yang pas dan tepat dikha!atirkan masalah( masalah pada pemilu 2--> akan muncul kembali pada pemilu 2-11. Tetap diadopsinya ketentuan lama yang berbunyi 9 utusan pengadilan terhadap kasus tindak pidana emilu yang menurut 'ndang('ndang ini dapat memengaruhi perolehan suara eserta emilu harus sudah selesai paling lama 0 "lima# hari sebelum 7 ' menetapkan hasil emilu secara nasional: di dalam '' )o. 4 Tahun 2-12 " asal 2/0 ayat "1##, dikha!atirkan kembali akan menjadi alat atau justifikasi untuk menghentikan berbagai penanganan kasus. adahal keadilan pemilu tidak boleh dihapus hanya karena ingin memastikan semua perselisihan hasil pemilu yang masuk ke Mahkamah 7onstitusi bukanlah kasus yang mengandung unsur tindak pidana pemilu. 6a!aslu, 7epolisian, 7ejaksaan, Mahkamah Agung, dan Mahkamah 7onstitusi harus berkoordinasi bah!a keadilan pemilu tidak akan hilang begitu saja

16

$eBi $arma!an, Perbandingan Pengaturan Penegakan "erbaru, 3akarta, April 2-12.

ukum dalam UU !o' ,8 "ahun -88: dan RUU Pemilu

16

melalu penghentian kasus(kasus pidana yang sedang ditangani hanya karena adanya ketentuan 'ndang('ndang emilu yang mengatur seperti itu.1? CATATAN ATAS ASPEK ALOKASI KURSI DPR DAN DAERAH PEMILIHAN ada isu tentang besaran kursi setiap daerah pemilihan, perdebatan yang terjadi di $ % terutama pada penurunan atau dipertahankannya jumlah kursi setiap daerah pemilihan. Sedangkan masalah lain terkait alokasi kursi $ % ke tingkat proBinsi, penataan ulang daerah pemilihan, dan periodisasi kurang mendapatkan banyak perhatian. Argumentasi yang berkembang dalam pembahasan daerah pemilihan terutama ditujukan dalam konteks pembangunan sistem politik yang lebih stabil, menyederhanakan sistem kepartaian, dan menguatkan hubungan antara !akil dengan konstituen. 3ika dieBaluasi lebih lanjut isu daerah pemilihan seharusnya ada beberapa aspek penting yang saat itu coba diajukan kepada para pembuat undang(undang* &ertama, alokasi kursi $ % ke tingkat proBinsi, dan kedua, prinsip(prinsip pembentukan daerah pemilihan. $ari dua aspek tersebut mencakupC sumber data kependudukan yang dijadikan sebagai basis alokasi, periodisasi alokasi kursi, dan prinsip(prinsip pembentukan peta daerah pemilihan. 6eberapa masalah yang muncul dalam isu alokasi kursi daerah pemilihan antara lainC ketidaksetaraan jumlah penduduk di tingkat proBinsi dengan jatah kursi per!akilannya "mala&&ortionment#. Ada beberapa proBinsi yang mendapatkan lebih kursi per!akilan di tingkat nasional "$ %# dan ada yang kurang. 7etidakjelasan sumber data kependudukan yang digunakan sebagai basis alokasi kursi $ %, ketiadaan metode alokasi, dan periode alokasi yang mengikuti periode pembuatan undang(undang pemilu. Sedangkan untuk pembuatan peta daerah pemilihan, masalah(masalah yang muncul dari periode pemilu sebelumnya antara lainC daerah pemilihan yang tidak satu kesatuan, ketimpangan atau ketidaksetaraan jumlah populasi antar dapil(bahkan pada dapil yang berada di satu proBinsi ataupun satu kabupaten.kota. Masalah lain yang juga masih menimbulkan pertanyaan lebih lanjut dalam pembentukan peta daerah pemilihan, antara lainC apakah daerah pemilihan yang ada sudah menjaga prinsip kesamaan kepentingan dari suatu komunitas, dan kekompakan !ilayah. Tidak kalah penting juga, karena ketiadaan prinsip(prinsip penting yang ada pada undang(undang dalam rangka pembentukan daerah pemilihan, maka tidak dapat dihindari adanya potensi gerrymandering. otensi yang dimaksud biasanya muncul melalui praktek mencampuradukkan antara !ilayah yang sifatnya urban dengan rural "pedesaan#, karena alasan agar daerah pemilihan yang berupa !ilayah administrasi tetap utuh satu kesatuan. rinsip terakhir dalam pembentukan daerah pemilihan adalah, apakah ada upaya perlindungan terhadap incumbent, sehingga menjadi insentif bagi legislator untuk tetap bekerja tanpa kuatir peta daerah pemilihannya akan dirubah secara manasuka. $aerah pemilihan sendiri dalam konteks pemilu memiliki makna yang penting, karena selain menjadi basis keter!akilan penduduk atas !akilnya, sekaligus menjadi !ilayah kerja para legislator dalam me!akili dan menyerap aspirasi, dan menjadi basis !ilayah kompetisi antar partai politik. Selain itu, jumlah kursi dalam setiap daerah pemilihan memberi pengaruh secara langsung peluang suatu parpol dalam mendapatkan kursi. Semakin sedikit jumlah kursi, maka peluang untuk mendapatkan kursi akan semakin berat, dan sebaliknya semakin banyak jumlah kursi maka peluang untuk mendapatkannya akan semakin besar.14
17

ada emilu 2--> ketentuan tersebut menyebabkan banyak kasus tindak pidana pemilu yang dinyatakan kadalu!arsa karena masuk jangka !aktu lama 0 hari sebelum 7 ' menetapkan hasil emilu secara nasional, sehingga 9berdasarkan: asal 20? ayat "1# '' )o. 1- Tahun 2--4, penanganannya seakan(akan menjadi legitimate untuk dihentikan. 18 ada satu daerah pemilihan berkursi 1-, peluang partai politik untuk mendapatkan satu kursi jika mendapatkan suara sah tidak kurang dari > persen. Sedangkan pada daerah pemilihan berkursi /, maka partai politik harus

17

ada akhirnya pembuat undang(undang menetapkan keputusan bah!a besaran kursi daerah pemilihan ;(1- kursi, sedangkan untuk $ % dan ;(12 kursi untuk daerah pemilihan $ %$ roBinsi dan $ %$ 7abupaten.7ota. 6erdasarkan ketentuan tersebut, maka kursi dan peta daerah pemilihan $ % yang menjadi lampiran undang(undang tidak mengalami perubahan.1> Sedangkan untuk alokasi kursi dan peta daerah pemilihan $ %$ roBinsi dan 7abupaten.7ota diberikan peluang dalam undang(undang kepada 7 ' untuk melakukan penataan.2$engan demikian, khusus untuk alokasi kursi dan pembentukan daerah pemilihan $ %, masalah(masalah yang muncul sejak periode sebelumnya tetap terjadi, antara lainC malapportionment atau kesalahan alokasi kursi dpr ke proBinsi yang tidak menghormati jumlah populasi, kurangnya hak keter!akilan penduduk di !ilayah proBinsi(proBinsi tertentu untuk mendapatkan keter!akilan, peta daerah pemilihan yang tidak utuh atau contiguous, dan gerrymandering. Sedangkan untuk alokasi kursi dan pembentukan daerah pemilihan $ %$ roBinsi dan $ %$ 7abupaten.7ota yang dimandatkan penataannya kepada 7 ', akan sangat bergantung pada ketersediaan data kependudukan yang akurat dan sesuai dengan tenggat !aktu yang ditetapkan . Selain itu, perlu diberikan catatan tersendiri dalam isu pembentukan daerah pemilihan untuk $ %$ 7abupaten.7ota, apakah kelompok( kelompok yang berlatar belakang etnis dan budaya tertentu dan menempati !ilayah geografis tertentu dijamin menjadi satu daerah pemilihan tanpa dicampur dengan !ilayah lain. rinsip ini penting sebagai basis argumentasi bah!a pemilu melalui instrument daerah pemilihan, dapat berfungsi sebagai sarana integrasi kebangsaan. CATATAN ATAS ASPEK >ORMULA PERHITUNGAN PEROLEHAN SUARA-KURSI DPR DAN DPRD PEMILU 201. ada empat isu krusial yang menjadi pembahasan sebagaimana diuraikan di atas, dua isu yaituC sistem pemilu dan besaran alokasi kursi setiap daerah pemilihan tidak mengalami perubahan. 7onsensus pembuat undang(undang memutuskan mempertahankan penggunaan sistem pemilu proporsional daftar terbuka. Sedangkan untuk besaran alokasi kursi daerah pemilihan, tetap mempertahankan ketentuan seperti pada pemilu sebelumnya, yaitu ;(1- kursi untuk $ % dan ;(12 kursi untuk setiap daerah pemilihan $ %$ roBinsi dan $ %$ 7abupaten.7ota. Adapun perubahan terjadi pada isu tentang besaran &arliamentar% threshold, dari 2,0 persen pada pemilu sebelumnya menjadi ;,0 persen pada pemilu 2-11 mendatang. Tambahan lain pada isu tersebut adalah keberlakuannya secara nasional. 7husus pada pembahasan dan perdebatan tentang formula perhitungan perolehan kursi, dari beberapa alternatif yang ada, pembuat undang(undang akhirnya memutuskan menggunakan metode kuota 5are.)iemeyer(+argest %emainders "7uota(+%# atau disebut juga sebagai metode kuota dan sisa suara terbanyak. 21 rinsip lain dalam perhitungan
mendapatkan suara tidak kurang dari 11 persen. +ebih lanjut lihat $idik Supriyanto dan August Mellaz, hal. 11(1/. 19 +ampiran daerah pemilihan untuk kursi $ % dalam 'ndang(undang )omor 4 Tahun 2-12 merupakan lampiran yang sama dengan 'ndang(undang )omor 1- Tahun 2--4 yang digunakan untuk pemilu 2-->. 20 enataan daerah pemilihan meliputi perhitungan alokasi kursi daerah pemilihan dan pembentukan peta daerah pemilihan, sebagaimana diatur dalam pasal 21 dan pasal 2/ 'ndang(undang nomor 4 Tahun 2-12. 21 Alternatif yang diputuskan melalui Boting pada sidang paripurna $ % 12 April 2-12 ada dua, yaituC metode diBisor Barian Sainte +aguO atau di &ndonesia dikenal sebagai diBisor Aebster, dan Metode 7uota(+%. Sebelumnya juga diajukan metode diBisor $G5ondt sebagai salah satu proposal dalam perubahan, namun metode ini tidak lagi muncul dalam paripurna $ %. Metode perhitungan yang diputuskan melalui Boting ini pernah digunakan pada pemilu 2--1 lalu. Metode 7uota 5are.)iemeyer(+% dioperasionalkan melalui ketentuan yang disebut sebagai 6 "6ilangan embagi emilihan#, dimana angka 6 diperoleh dari total suara sah partai politik pada setiap daerah pemilihan dibagi dengan jumlah kursi yang disediakan di daerah pemilihan yang bersangkutan. Selanjutnya dihitung, jika perolehan suara partai politik lebih besar atau sama dengan angka 6 maka parpol tersebut mendapatkan satu

18

perolehan kursi yang juga menjadi kesepakatan pembuat undang(undang adalah tata cara perhitungan dan perolehan suara kursi partai politik dibagi habis di setiap daerah pemilihan. enggunaan formula perhitungan dengan prinsip habis di setiap daerah pemilihan oleh pembuat undang(undang, memberikan peluang tersendiri bagi adanya kejelasan pada tata cara perhitungan perolehan suara(kursi, baik $ %, $ %$ roBinsi dan $ %$ 7abupaten.7ota. Setidaknya tata cara yang sama pernah dipraktekkan pada pemilu 2--1, dan sekaligus menghindari kompleksitas yang pernah dialami pada pemilu 2-->. Seperti diketahui bersama, tata cara perhitungan perolehan suara(kursi partai politik pemilu 2--> berlangsung hingga 1 "empat# tahap. Mulai dari daerah pemilihan hingga ke tingkat proBinsi, memunculkan beberapa gugatan di Mahkamah 7onstitusi dan Mahkamah Agung, dan memunculkan perdebatan dalam mendistribusikan kembali perolehan kursi partai politik ke tingkat daerah pemilihan karena akan menentukan kandidat yang berhak mendapatkan kursi tersebut. $engan ketentuan yang diatur pada 'ndang(undang emilu +egislatif yang baru disahkan, maka segenap potensi tersebut, terutama yang merumitkan penyelenggara dapat semaksimal mungkin diminimalisir. Tabel.1 Simulasi erhitungan erolehan Suara(7ursi $ % dan $ %$ emilu 2-11 PsuaraI20.---, kursi* 0, 6 I0.--- suaraQ

Pa!$a& artai A artai 6 artai D artai $ artai <

S#a!a ?.20/.?00.0-;.--2.0-20.---

? 2> 2? 22 12 11--

Ta"a+ I 1 1 1 ;

S&,a S#a!a 2.201.?00-;.--2.0-1-.---

Ta"a+ II 1 1 2

To$a' K#!,& 1 1 1 1 1 6

Tabel.0 ,ambaran 7ompleksitas $istribusi 7ursi $ % 6erdasarkan erhitungan 7ursi Tingkat ropinsi 22

kursi. 3ika masih tersedia kursi yang belum terbagi dan tidak ada partai politik yang memenuhi 6 , maka kursi dibagikan ke setiap partai politik berdasarkan sisa suara terbesar secara berurutan sampai dengan kursi terbagai habis di daerah pemilihan tersebut. Secara keseluruhan, proses perhitungan perolehan suara kursi partai politik berlangsung dalam dua tahap dan habis di daerah pemilihan. +ebih lanjut lihat asal 2-> ayat "2- dan ayat ";# dan tata cara perhitungan pada asal 212 dan asal 21; '' )-. 4 Tahun 2-12. 22 ada daerah pemilihan 3a!a Timur dengan 11 daerah pemilihan, menyisakan 11 kursi yang tidak habis terbagi pada penghitungan Tahap & dan Tahap && "simulasi penghitungan Tahap & dan Tahap 2 lihat Tabel.1#. 11 kursi tersebut diangkat ke tingkat ropinsi untuk dilakukan penghitungan Tahap &&&. $ari 11 kursi tersebut ada / partai politik yang memenuhi 6 baru yaituC 5anura, ,erindra, 7S, , $& , dan $emokrat. Sedangkan sisa / kursi lainnya diperoleh oleh partai 5anura, ,erindra, 7S, A), dan $emokrat. +ihat August Mellaz, ;atatan Atas "iga Kali Pemilu Paska Re#ormasi ,<<:, hal. 1;, 3akarta* 2-11.

19

PROPINSI

KURSI

PARTAI

PEROLEHAN KURSI TAHA P III TAHA P IV 1 1 1 1 1 5

DISTRIBUSI KURSI TAHAP III BPP DPR BARU DP JATIM VIII JATIM VI JATIM VII SUARA DP 74,316 76,465 91,933 DP JATIM II JATIM III JATIM IX JATIM II

DISTRIBUSI TAHAP IV SISA SUAR SUAR RANGK A DP A G 49,083 64,290 57,042 29,416 179,704 205,119 142,689 194,118

JAWA TIMUR

11

HANURA G RIN!RA "#S "AN "#$ G%&#AR """ "!I" ! M%#RAT T%TA& SISA KURSI 2 2 1 1 2 1 1 1 -

1 1 1 1 1 1 6

JATIM V JATIM VII JATIM III 224,063

53,668 75,010 69,142 JATIM X 26,327 128,788

NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

PROPINSI JATIM I JATIM II JATIM III JATIM I' JATIM ' JATIM 'I JATIM 'II JATIM 'III JATIM I( JATIM ( JATIM (I

Meskipun potensi masalah yang diakibatkan oleh formula perhitungan perolehan suara(kursi partai politik dapat diminimalisir, namun bukan berarti potensi tersebut akan hilang sepenuhnya. enggunaan formula perhitungan setidaknya memperjelas tata cara perolehan suara(kursi partai politik, namun efek lanjutan yang harus diperhatikan secara serius oleh penyelenggara adalah penentuan calon terpilih dari partai politik yang memperoleh kursi. Sebagaimana diketahui, dengan menggunakan sistem pemilu daftar terbuka, maka

20

penentuan calon terpilih didasarkan pada perolehan suara terbanyak. engalaman pada pemilu sebelumnya, banyak kandidat partai politik di setiap daerah pemilihan kesulitan untuk mengetahui dan mendapatkan akses perolehan suara mulai dari tingkat daerah pemilihan, kabupaten.kota, kecamatan, desa.kelurahan hingga ke tingkat paling ba!ah yaitu T S "Tempat emungutan Suara#. Mleh karena itu, pada satu sisi formula perhitungan yang disahkan undang(undang setidaknya membantu penyelenggara dalam memperjelas tata cara perhitungan perolehan suara(kursi partai politik. ada sisi lain, hendaknya penyelenggara pemilu dapat memberikan fokus pada mekanisme perhitungan suara calon secara transparan dan otentik. Sehingga kredibilitas penyelenggaraan pemilu dapat lebih dipastikan, karena tata cara perolehan suara(kursi partai politik dan tata cara penetapan calon terpilih menjadi salah satu substansi penting dalam sistem pemilu proporsional daftar terbuka. PENUTUP Sarah 6irch dari 'niBersitas <sseE dalam laporan hasil penelitiannya "dia membandingakan laporan pengamat mengenai 1;/ pemilu yang diselenggarakan antara tahun 1>>0 hingga 2--/# menyatakan dan menemukan bah!a taktik yang paling sering digunakan untuk memanipulasi pemilu adalah dengan mengubah undang(undang pemilu sebagai sarana menghalangi kandidat la!an atau menciptakan peluang bagi tindak kecurangan pada konstitusi yang sulit ditembus. 2; )amun, bicara tentang pemilu yang jujur, adil, dan demokratis, maka 'ndang('ndang emilu hanya salah satu saja dari instrumen yang ada untuk me!ujudkannya. 'ndang('ndang emilu juga harus ditopang oleh penyelenggara pemilu yang profesional, punya kapasitas, dan tentu saja berintegritas. Serta keterlibatan pemilih dan peserta pemilu dalam kompetisi yang adil antarsatu dengan yang lainnya. Mleh karena itu, jalan masih panjang untuk menuju pemilu yang mampu me!ujudkan keadilan " electoral justice# bagi seluruh pemangku kepentingan. 5al itu adalah kerja keras kita bersama, pemilih, peserta pemilu, kandidat, penyelengara, maupun pemantau pemilu, tanpa terkecuali. Tidak bisa semata digantungkan pada kerangka hukum, sebab sebaik(baiknya aturan main, jika aktornya korup dan manipulatif maka selalu ada cara untuk menciderainya.

23

The <conomist,

o1 to Steal an Election, http*..!!!.economist.com.node.21014>;.

21

Anda mungkin juga menyukai