Anda di halaman 1dari 36

http://dc201.4shared.com/doc/APF2QLPf/preview.

html

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Gangguan

obsesif-kompulsif

merupakan

gangguan

kepribadian cemas atau takut yang ditandai oleh pola terjebak dengan keteraturan yang sangat kuat, perfeksionisme, dan kontrol mental serta interpersonal dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi. Obsesif kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan intrusive dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu. Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga.(Durand & Barlow, 2005) Menurut APA & Taylor, gangguan obsesif-kompulsif dialami 2% sampai 3% masyarakat umum pada suatu saat dalam

kehidupan mereka (Nevid, et all.,2005). Menurut Skoog, suatu studi di Swedia menemukan bahwa meskipun kebanyakan pasien OCD menunjukkan perbaikan, banyak juga yang terus berlanjut mempunyai gangguan hidup sepanjang hidup mereka (Nevid, et all.,2005). DSM IV membuat diagnosis gangguan obsesif kompulsif bila orang terganggu oleh obsesi atau kompulsi yang berulang, atau keduanya sedemikian rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu lebih dari satu jam dalam sehari, atau secara signifikan mengganggu hal-hal rutin yang normal, mengganggu fungsi kerja atau sosial. Menurut Jenike, et all., sebagaimana dikutip oleh Durand & Barlow (2006) mengatakan bahwa obsesi yang paling banyak dijumpai dalam sampel 100 pasien adalah kontaminasi (55%), impuls agresif (50%), seks (32%), ketakutan somatis (35%), dan need for symmetry (37%). Enam puluh persen sampel memperlihatkan obsesi multiple atau majemuk. Ganguan obsesif kompulsif ditandai dengan adanya kondisi pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan. Gangguan obsesif kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini antara lain: Apakah yang dimakdud dengan Obsesif-Kompulsif?

Apa saja faktor yang menyebabkan Obsesif-Kompulsif? Bagaimana Gejala Obsesif-Kompulsif? Terapi apa yang dapat digunakan untuk gangguan Obsesif Kompulsif? Tujuan Makalah yang berjudul Gangguan Obsesif Kompulsif ini dibuat untuk: Memahami definisi, epidemiologi, dan etiologi ObsesifKompulsif. Mengetahui faktor penyebab, gejala klinis, dan diagnosis Obsesif-Kompulsif. Mengetahui cara penatalaksanaan atau terapi untuk penderita penyakit gangguan Obsesif-Kompulsif.

BAB II PEMBAHASAN

Definisi Obsesif-Kompulsif Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang manggangu (Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40). Obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (Persistent) timbul, biarpun tidak diketahuinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin. (Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116). Obsesi merupakan ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan. Dalam DSM-IV TR (Diagnostic & Stacistical Manual IV Text Revision) obsesi didefinisikan sebagai berikut : Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan

pikiran atau tindakan lain. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran) Pengertian obsesi menurut Kaplan, et all., adalah pikiran, ide atau sensasi yang muncul secara berulang-ulang. Menurut Davison &Neale, hal-hal tersebut muncul tanpa dapat dicegah, dan individu merasakannya sebagai hal yang tidak rasional dan tidak dapat dikontrol (Fausiah & Widury, 2007). Sedangkan Kompulsi adalah pikiran atau prilaku yang disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, mencari, atau menghindari. (Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40-41). Kompulsi merupakan kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan. Kompulsi menurut Davison & Neale adalah perilaku atau tindakan mental yang berulang, dimana individu merasa didorong untuk menampilkannya agar mengurangi stres. Dalam DSM-IV TR (Diagnostic & Stacistical Manual IV Text Revision) mendefinisikan kompulsi sebagai berikut : Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) menghitung, atau tindakan mental (misalnya dalam berdoa, yang mengulangi kata-kata hati)

dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau

mengurangi penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, akan tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan. Kompulsi dapat berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa keadaan) atau mental (memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan urutan tertentu, menghitung, berdoa dan seterusnya). (Durand & Barlow, 2006) Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Pada seseorang, dasarnya, sedangkan obsesif melakukan meningkatkan kompulsi kecemasan menurunkan

kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan akan meningkat. Seseorang dengan sebagai gangguan Obsesif-Kompulsi Gangguan biasanya menyadari dapat irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi ego-distorik. Obsesif-Kompulsi merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat menggangu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.Gangguan obsesif kompulsif

merupakan

suatu

kondisi

yang

ditandai

dengan

adanya

pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress). Dari beragam definisi, penulis menyimpulkan gangguan obsesif kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Epidemiologi dan Etiologi Obsesif Kompulsif Epidemiologi Tingkat prevalensi pada umumnya diperkirakan 2% sampai 3% di Amerika Serikat, meskipun prevalensi bisa sedikit lebih rendah dalam beberapa sub kelompok etnis daratan, termasuk Amerika dan Afrika. Sejumlah peneliti memperkirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10% pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Gambaran ini membuat OCD menjadi diagnosis psikiatri keempat terbanyak setelah fobia, gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. Sebagian besar gangguan dialami pada saat remaja atau dewasa muda dengan umur berkisar 18 hingga 24 tahun. Pada sepertiga pasien obsesif kompulsif, onset gangguan ini adalah sekitar usia 20 tahun, pada pria sekitar 19 tahun dan pada wanita sekitar 22 tahun. Perbandingan yang sama dijumpai pada laki-laki dan perempuan dewasa, akan tetapi remaja laki

laki lebih mudah terkena daripada remaja perempuan. Etiologi Faktor Biologis, Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007) menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini. Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi (Pinzon, 2006). Sistem serotonergik Banyak uji klinis obat yang telah dilakukan untuk mendukung hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dalam gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lainnya, tetapi keterlibatan serotonin sebagai penyebab OCD belum jelas. Studi klinis telah menganalisis konsentrasi metabolit serotonin (misalnya, 5-hydroxyindoleacetic asam [5-HIAA]) dalam cerebrospinal fluid (CSF) serta

afinitas dan jumlah ikatan trombosit dari imipramine yang telah dititrasi (Tofranil), yang berikatan dengan reuptake serotonin, dan melaporkan temuan pada pasien dengan OCD. Sistem noradrenergik Saat ini, ada sedikit bukti yang ada untuk disfungsi dalam sistem noradrenergik pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan beberapa perbaikan dalam gejala OCD dengan penggunaan clonidine oral (Catapres), obat yang mengurangi jumlah norepinefrin dilepaskan dari ujung saraf presynaptic. Faktor Psikologis/Tingkah Laku Menurut Salkovskis, dkk; Steketee dan Barlow, klien-klien OCD menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut thought-action fusion (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebihlebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat (Durand & Barlow, 2006). Menurut beberapa ahli teori pembelajaran, obsesi merupakan stimulus yang dipelajari. Sebuah stimulus yang relatif netral dikaitkan dengan rasa takut atau kecemasan melalui proses pembelajaran responden, yaitu dengan

memasangkan stimulus netral dengan dihubungkan ke peristiwa-peristiwa berbahaya atau menimbulkan kecemasan atau rasa tidak nyaman. Dengan demikian, objek dan pikiran yang sebelumnya netral mampu mencetuskan kecemasan atau ketidaknyamanan. Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menyadari bahwa perbuatan tertentu dapat mengurangi kecemasan akibat obsesif, orang tersebut mengembangkan suatu strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau ritual untuk mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan, karena efikasinya dalam mengurangi kecemasan, strategi penghindaran ini menjadi suatu pola tetap dalam kompulsi.

Faktor Psikososial Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam fase perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif kompulsi. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alas an timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut. Faktor Penyebab yang Meningkatkan Resiko Obsesif Kompulsif Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapt

meningkatkan resiko obsesif kompulsif: Genetik (Keturunan) Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder). Organik Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD. Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah. Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD. Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri, ke-Tuhanan atau apa saja yang dapat mencetuskan konflik dalam diri. Namun konflik ini tidak dapat diselesaikan dengan cara yang positif atau benar sehingga menyebabkan mereka merasa tertekan dengan konflik tersebut. Dengan arti kata lain, apapun peristiwa atau tragedi yang dapat mencetuskan tekanan akan menimbulkan

gejala-gejala OCD. Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi, atau riwayat kecemasan sebelumnya. Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki kepribadian obsesifkompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulangulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut. Berikut ini adalah beberapa perspektif menurut aliran-aliran lain mengenai obsesif kompulsif: Perspektif psikoanalisis Menurut pandangan psikoanalisa, obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilettraining yang kasar (Fausiah & Widury, 2007). Sedangkan Adler (dalam Fausiah & Widury, 2007) memandang obsesif kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten. Perspektif behavioristik Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif kompulsif adalah perilaku yang dipelajari, dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut (Davison & Neale, 2001). Teori Behavioral menganggap kompulsi

sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh redukasi yang kuat. Perspektif kognitif Ide lain yang muncul adalah kompulsi memeriksa terjadi karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar dilakukan dan imajinasi seseorang memeriksa berkali-kali. Sedangkan pemikiran obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan untuk mengabaikan stimulus (Davison & Neale, dalam Fausiah & Widury, 2007). Teori belajar (Learning theory) Gabungan dari teori dan pengalaman dalam aplikasi terapi perilaku timbul beberapa konsep terjadinya gangguan obsesi kompulsi (Mahajudin, 1995). Mowres two stage theory Mowrer mengajukan teori ini di tahun 1939 dan dikembangkan oleh Dollard dan Miller di tahun 1950. Gangguan obsesi kompulsi ini didapat secara dua tahap. Tahap pertama adalah adanya rangsangan yang menimbulkan kecemasan. Reaksi yang timbul adalah menghindari (escape) atau menolak (avoidance). Respon-respon ini menimbulkan negative reinforcement akibat berkurangnya rasa cemas. Tahap berikutnya adalah upaya menetralisasi kecemasan yang masih ada dengan rangkaian kata-kata, gagasangagasan atau bayangan-bayangan bahkan objek-objek

lain. Penyebarluasan ini mengaburkan asal-usul rangsangan tadi. Kecemasan terhadap suatu objek tadi sudah meluas menjadi perasaan tidak enak atau tidak menentu. Sebagai kompensasinya penderita menentukan strategi perilaku yang enak baginya dan perilaku ini menetap menjadi kompulsif akibat negative reinforcement. Tahap kedua, banyak berkurangnya tetapi sedikitnya dapat menerangkan kenapa kompulsi bertahan sebagai alat mengurangi rasa cemas. Cognitive behavior therapy Oleh Carr tahun 1971 dan dikembangkan oleh McFall dan Wollensheim tahun 1979. Teori ini mengatakan bahwa gangguan obsesi kompulsif pada oran-orang tertentu di kreasi oleh dirinya sendiri. Prinsip yang salah, menimbulkan persepsi yang keliru dan menakutkan, akhirnya menambahkan kecemasan. Pencetusnya bisa disebabkan oleh kejadaian sehari-hari. Beberapa contoh individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif kompulsif, antara lain: Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa kanakkanaknya. (teori ini masih dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan) Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum.

Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi Riwayat gangguan kecemasan Depresi Individu yang mengalami gangguan seksual

Gejala Klinis Obsesif-Kompulsif Sebelum seseorang dilabel mengidap OCD, mereka perlu memenuhi kriteria sebagai berikut : Orang itu obsesional dari aspek pemikiran, bayangan atau cara yang bertubi-tubi (rumination), contohnya dia merasa tangannya kotor walaupun hakikatnya tidak. Individu tersebut berada dalam keadaan resah, cemas, tertekan dan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Sadar dan apa yang berlaku sebenarnya bukan sesuatu yang sengaja dibuat-buat tetapi datang dari luar ego-alien pada dirinya. Individu tersebut tahu bahwa pemikiran atau bayangan yang hadir dalam dirinya itu adalah kacau, tidak logis dan tidak sepatutnya terjadi. Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.

Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil dan menyebabkan dirinya menjadi resah. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya. Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap harinya. Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita dan menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu fungsi normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang lain. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang seperti mencuci tangan & melakukan pengecekan dengan maksud tertentu. Secara klinis, obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan akan kontaminasi, ketakutan mengekspresikan impuls seksual atau agresif, dan ketakutan hipokondrial akan disfungsi tubuh (Jenike, Baer, & Minichiello, 1986). Obsesi juga dapat berupa keragu-raguan ekstrem, prokrastinasi, dan ketidaktegasan. Gejala pasien gangguan obsesif kompulsif mungkin berubah sewaktu waktu tetapi gangguan ini mempunyai empat pola gejala klinis yang paling sering ditemui, yaitu : Kontaminasi

Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau kompulsi menghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanya sulit untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman. Keraguan Patologis Obsesi ini biasanya diikuti oleh kompulsi pemeriksaan berulang. Pasien memiliki keraguan obsesif dan merasa selalu merasa bersalah tentang melupakan sesuatu atau melakukan sesuatu. Pemikiran yang Mengganggu Obsesi ini biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan agresif atau seksual yang salah oleh pasien. Simetri Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan membutuhkan kompulsi waktu kelambanan. jam Pasien untuk berjam

menghabiskan makanan atau bercukur. Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu yang sama . Suatu gagasan atau impuls masuk ke dalam kesadaran seseorang secara menetap. Perasaan takut dan cemas menyertai manifestasi utama dan sering menyebabkan orang mengambil tindakan balasan terhadap gagasan atau impuls awal. Dalam sebuah studi oleh Baer pada tahun 1994, gejala OCD dibagi menjadi tiga kelompok: Obsesi simetri dan akurasi sangat berkorelasi dengan perintah dan dorongan dengan sedikit pengulangan dan akumulasi

ritual namun obsesi penimbunan yang lemah berhubungan dengan obsesi dengan simetri sangat berhubungan dengan akumulasi dorongan sedikit dan pemesanan ritual. Obsesi kontaminasi dengan dorongan pembersihan yang berkorelasi, seperti yang diharapkan tapi mengejutkan. Mengingat perbedaan klinis antara pembersih dan wanita, obsesi ini juga sedikit berkorelasi dengan kinerja ritual; Seksual dan obsesi agama agak berkorelasi, dan dalam kelompok dengan obsesi agresif. Beberapa gejala yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah sebagai berikut: OBSESI Perhatian terhadap kebersihan (kotoran, kuman, kontaminasi) Perhatian terhadap ketepatan Perhatian terhadap peralatan rumah tangga (piring, sendok) KOMPULSI

Ritual mandi, mencuci dan member yang berlebihan.

Ritual mengatur posisi berulang-ula

Memeriksa berulang-ulang dan mem inventaris peralatan

Perhatian terhadap sekresi tubuh (ludah, Ritual menghindari kontak dengan tubuh, menghindari sentuhan. feses, urine) Obsesi religius Obsesi terhadap kesehatan (sesuatu yang buruk akan terjadi dan menimbulkan kematian) Obsesi ketakutan (menyakiti diri sendiri atau orang lain) Ritual keagamaan yang berlebihan sepanjang hari

Ritual berulang (mencari informasi kesehatan dan kematian)

Pemeriksaan pintu, kompor, gembo secara berulang-ulang

Pemikiran mengganggu tentang suara, kata-kata atau musik

Menghitung, berbicara, menulis, m alat musik dengan ritual beragam

Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih obsesi dan kompulsi. Misalnya, seorang pasien dapat memaksa bahwa kebersihan kompulsif secara moral adalah benar walaupun ia dapat kehilangan pekerjaan karena waktu dihabiskan untuk membersihkan sesuatu. Gambaran klinis dari obsesi kompulsi berupa: Pre-okupasi pada aturan, regulasi, ketertiban, kerapian, kebersihan, detail dan pencapaian kesempurnaan. Peraturan diikuti dengan kaku dan tidak bisa ditoleransi, akibatnya mereka kehilangan fleksibilitas dan intolerant. Memiliki keterampilan hubungan interpersonal yang terbatas. Formal, serius, sering kehilangan rasa humor. Mengasingkan diri, tidak mampu berkompromi, dan menuntut orang lain mengikuti kemauannya. Mempunyai sedikit teman meskipun stabil dalam pekawinan dan pekerjaan yang baik. Frekuensi pengulangan suatu tindakan, fisik atau mental, dapat luar biasa tinggi. Kompulsi yang umum dilaporkan mencakup hal-hal berikut : Mengupayakan kebersihan dan keteraturan, kadangkala melalui

acara rumit yang memakan waktu berjam-jam atau bahkan sepanjang hari. Menghindari objek tertentu. Melakukan praktik repetitif, magis, dan protektif, seperti menghitung, mengucapkan angka tertentu, atau menyentuh jimat atau bagian tubuh tertentu. Mengecek sebanyak tujuh atau delapan kali untuk memastikan bahwa tindakan yang dilakukan benar-benar telah dilakukan, conrohnya pintu telah dikunci, kompor telah dimatikan, dan sebagainya Melakukan suatu tindakan tertentu, seperti makan dengan sangat lambat. Beberapa Tipe dan Contoh Perilaku Obsesif Kompulsif Obsesif Kompulsif terdiri dari beberapa tipe. Berikut ini adalah beberapa tipe Obsessive Complusive : Checkers Terobsesi untuk selalu memeriksa. Penyebabnya kecemasan yang irasional. Cemas dapat akan hal-hal buruk yang berpotensi mencelakai diri sendiri dan orang-orang sekeliling. Dan jika hal buruk kejadian, orang yang punya kecenderungan ini bakal nganggap dialah pihak pertama yang harus disalahkan. Beberapa contoh OCD untuk jenis ini diantaranya adalah: Takut membahayakan diri sendiri ataupun pasangan. Takut kotor, terkena kuman ataupun infeksi. Ketakutan pasangan mendapatkan bahaya saat mengemudi.

Selalu saja merasa resah. Banyak pikiran negative yang ada di pikiran seperti perasaan mengunci pintu, lupa mematikan kompor ataupun hal-hal sejenis. Washers and Cleaners Merupakan orang yang memiliki ketakutan irasional terkontaminasi kuman, jadinya secara kompulsif dia akan menghindarkan diri dari kontaminasi tersebut. Pada beberapa kasus, tipe ini terjadi akibat trauma diperkosa (atau diperlakukan tidak senonoh secara seksual), sehingga ia merasa dirinya terus menerus kotor. Orderers Obsesi dengan simetri yang disertai dengan mengatur dan mengulangi dorongan. Mereka fokus mengatur segala sesuatu agar tepat pada tempatnya dan akan Obsessionals Merupakan orang yang memiliki perasaan obsesif dan intruktif, bahkan terkadang takut jika dirinya akan mengakibatkan kemalangan atau kecelakaan. Hoarders Gejala penimbunan. Merupakan orang-orang yang senang mengumpulkan barang-barang tidak berharga. Beberapa contoh perilaku OCD diantaranya adalah: Takut membahayakan diri sendiri ataupun orang lain. Ketakutan mendapatkan bahaya saat mengemudi. merasa tertekan kalo benda-benda tersebut dipindahkan, dipegang, atau ditata oleh orang lain.

Selalu saja merasa resah. Banyak pikiran negative yang ada di pikiran seperti perasaan mengunci pintu, lupa mematikan kompor ataupun hal-hal sejenis. (Memeriksa atau mengecek) Mencuci tangan terus menerus untuk menghilangkan kotor, kuman ataupun infeksi. Mengulang sesuatu hingga anda merasa hal tersebut sempurna namun tidak akan pernah terasa sempurna. Berdoa secara terus menerus yang diakibatkan oleh kecemasan yang berlebihan. Menyusun Mengkoleksi atau menimbun barang Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif) Takut salah Takut dianggap tidak sopan Perlu ketepatan atau simetri Bingung atau keraguan yang berlebihan. Mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan kesalahan pada urutan bilangan) Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif kadang memilki pikiran intrusif tanpa tindakan repetatif yang jelas akan tetapi sebagian besar penderita menunjukkan perilaku kompulsif sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-pikiran negatif sebelumnya yang muncul secara berulang, seperti ketakutan terinfeksi kuman, penderita gangguan obsesif-kompulsif sering mencuci tangan (washer) dan perilaku umum lainnya seperti yang telah disebutkan diatas.

Berikut ini adalah contoh kasus obsesif-kompulsif: Ny. X, 34 tahun, ibu dari 2 anak, datang menemui psikolog dengan keluhan perilaku yang mengganggu. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan bahwa Ny. X disarankan ke psikolog oleh suaminya, karena beberapa perilakunya cenderung berlebihan. Menurut Ny. X, ia adalah pecinta kebersihan dan takut akan kuman yang ada dimana-mana. Ny. X menceritakan, bahwa setiap hari ia mandi hingga 6 kali, dan mencuci tangan lebih sering lagi. Setiap kali mandi, Ny. X menyabuni badannya sebanyak 5 kali; jika tidak, ia merasa belum bersih. Demikian juga jika sedang cuci tangan, ia berkali-kali membersihkan tangan dengan sabun. Sebelum mandi Ny. X selalu berusaha membersihkan dan menyikat lantai kamar mandi dan kloset terlebih dahulu. Akibatnya waktu Ny. X banyak terbuang dalam kegiatan mandi dan mencuci tangan. Ny. X memperkirakan kebiasaan itu berlangsung saat ia SMA, dan makin lama makin parah. Ny. X merasa terganggu dengan kebiasaan ini, karena membuang waktunya dan membuatnya tidak dapat melakukan aktifitas lainnya. Namun demikian Ny. X tidak berdaya untuk menghentikannya, dan ingin mencari pertolongan untuk dapat mengontrol perilakunya tersebut. Selain kasus tersebut di atas, ditemukan juga contoh kasus obsesif kompulsif di Indonesia. Pada kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Very Idham Henryansyah alias ryan, psikolog forensik yang bertugas memeriksa kejiwaan Ryan mengungkapkan bahwa ada indikasi obsesif kompulsif, namun tidak banyak. Obsesif kompulsif pada ryan disertai dengan perilaku agresif dan

manipulatif. Oleh karena itu, ketika sekali ketahuan tidak membunuh, maka dia akan membunuh lagi, akhirnya keenakan. (Rahayu, 2008)

Diagnosis Obsesif-Kompulsif Menurut DSM, fitur penting dari Obsesif-Compulsive Disorder adalah obsesi atau kompulsi yang berulang yang cukup parah dan memakan waktu (yaitu, mereka mengambil lebih dari 1 jam sehari) atau yang menyebabkan stres ditandai oleh penurunan yang signifikan" Berdasarkan pada Kriteria Diagnostik ObsesifCompulsive Disorder dari DSM-IV TR, untuk mendiagnosis gejala OCD adalah sebagai berikut : Apakah termasuk obsesi atau kompulsi, maka harus melihat pada definisi (Definisi telah disebutkan di atas). Pada beberapa titik selama perjalanan gangguan, orang tersebut telah mengakui bahwa obsesi atau kompulsi yang dilakukan berlebihan atau tidak masuk akal. Catatan: ini tidak berlaku untuk anak-anak. Obsesi atau kompulsi menimbulkan distres yang ditandai, yang memakan waktu (waktu lebih dari 1 jam sehari), atau secara signifikan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan (atau akademis), atau kegiatan yang biasa. Jika ada gangguan Axis I hadir, isi dari obsesi atau dorongan ini tidak terbatas untuk itu, seperti obsesi dengan makanan

dalam

gangguan tubuh,

makan, obsesi

menarik dengan obat

rambut di

dalam

trikotilomania, perhatian dengan penampilan di gangguan dismorfik gangguan penggunaan narkoba, obsesi dengan memiliki penyakit serius di hypochondriasis, obsesi dengan dorongan seksual dalam paraphilia, atau perenungan bersalah di gangguan depresi. Bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat) atau kondisi medis umum. Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian obsesif kompulsif juga dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut: (minimal penderita OCD memiliki 3 ciri perilaku) Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan. Pre-okupasi dengan hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan, organisasi atau jadwal. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati dan keterikatan yang tidak semestinya pada produktivitas sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial. Kaku dan keras kepala. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu Mencampur-adukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang enggan. Selain itu diagnosis pada kasus gangguan obsesif kompulsif juga dapat dilihat berdasarkan beberapa hal dibawah ini:

Pada wawancara menunjukkan, formal dan cenderung kaku. Afeknya tidak tumpul atau datar, tetapi konstrited, kehilangan spontanitas dan mood, serta cenderung serius. Jawaban pertanyaannya rinci (detail) Mekanisme pembelaan ego yang dipakai biasanya rasionalisasi, isolasi, intelektualisasi, reaksi formasi dan undoing. Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakan hanya bila tidak ada gangguan depresi pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang pirmer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organic, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut. Diagnosis Banding: Keadaan Medis Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa. Gangguan neurologis utama dipertimbangkan dan diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan tic lainnya, epilepsy lobus termporalis dan kadang kadang-kadang trauma serta komplikasi pascaensefalitis. Gangguan Tourette Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang sering terjadi gejala bahkan setiap hari.

Gangguan Tourete dan OCD memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90 peresen orang dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD.

Keadaan Psikiatri lain Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah hipokondriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan pengendalian impuls lain, seperti kleptomania dan judi patlogis. Pada semua gangguan ini, pasien memiliki berulang (contohnya kepedulian akan tubuh) atau perilaku berulang (contohnya mencuri). Kualitas Hidup dan Prognosis Obsesif-Kompulsif Kualitas hidup Perilaku kompulsi pada penderita kompulsif akan membuang waktu dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya. Orang-orang dengan gangguan obsesif kompulsif mungkin tertunda keluar rumah sampai satu jam atau lebih karena harus melakukan ritual pengecekan mereka (Nevid, et all., 2005). Mereka seharusnya dapat melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat dari pada mengikuti pikiran obsesinya dan tindakan kompulsif nya. Prognosis Lebih dari separuh pasien dengan OCD memiliki

awitan gejala yang mendadak. Mengalami perjalanan yang bervariasi dan tidak dapat diduga. Sekitar 50% hingga 70% pasien terjadi setelah peristiwa yang penuh tekanan, seperti kehamilan, masa seksual, atau kematian kerabat. Karena banyak orang tetap merahasiakan gejalanya, sering terdapat penundaan 5 hingga 10 tahun sebelum pasien datang untuk mendapatkan perhatian psikiatri, walaupun penundaan mungkin memendek dengan meningkatnya keaspadaan terhadap gangguan ini. Sekitar 20-30 pasien mengalami perbaikan gejala yang signifikan dan 40 hingga 50% mengalami perbaikan sedang. Sisa 20 sampai 40% tetap sakit atau mengalami perburukan gejala. Onset dan Prevalensi Obsesif-Kompulsif Onset Umumnya muncul pada usia rata-rata penderita 35 obsesiftahun kompulsif adalah antara 22-36 tahun. Hanya 15 % yang usia diatas (www.tanyadokter.com). Onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun. Walaupun laki-laki memiliki onset yang lebih awal (rata-rata 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata 22 tahun). Secara keseluruhan, kira-kira per tiga dari pasien memilki onset gejala sebelum 25 tahun. Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada masa remaja atau masa anak-anak (ningrumwahyu.wordpress.com). Prevalensi

Prevalensi penderita gangguan ini adalah sekitar 12 % dari populasi, dengan jumlah penderita perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Umumnya gangguan terjadi pada masa dewasa muda, dan seringkali mengikuti serangkaian peristiwa yang menimbulkan stres besar (Kringlen dalam Fausiah & Widury, 2007). Pada laki-laki berhubungan dengan kompulsi memeriksa, sedangkan pada 2007). Sedangkan menurut Ingram (Jayalangkara, 2005), melaporkan bahwa kehamilan adalah pencetus terbanyak terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Prevalensi obsesif gangguan obsesif kompulsif selama hidup adalah 2-3 %. Prevalensi seumur hidup gangguan kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2 samai 3 persen. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesif kompulsif ditemukan sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnosis psikiatri tersering yang keempat adalah fobia, gangguan berhubungan zat, dan gangguan depresi berat. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan obsesif kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia sosial kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif perempuan berhubungan dengan kompulsi membersihkan (Norshivani dalam Fausiah & Widury,

adalah gangguan alkohol, fobia spesifik, gangguan panic dan gangguan makan. Penatalaksanaan Obsesif-Kompulsif Pendekatan Psikoanalisa Terapi yang dilakukan adalah mengurangi represi dan memungkinkan pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutinya. Namun karena pikiran-pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat melindungi ego dari konflik yang direpres, maka hal ini menjadi sulit untuk dijadikan target terapi, dan terapi psikoanalisa tidak terlalu efektif untuk menangani gangguan obsesif-kompulsif (Fausiah & Widury, 2007). Exposure and Response Prevention Terapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding) diciptakan oleh Victor Meyer (1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif atau (seperti memegang sepatu yang kotor) dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga memungkinkan kecemasan menjadi hilang. (Fausiah & Widury, 2007) Rational-Emotive Behavior Therapy Menurut Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007) terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala

sesuatu harus terjadi menurut apa yang mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasien gangguan obsesif kompulsif. Pada pendekatan ini pasien diuji untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka tidak menampilkan perilaku kompulsi. Farmakoterapi Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin. Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya: fluoxetine) pada transporter ambilan kembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akan menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alas an utama pemilihan obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi. Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfunfsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak

berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas (Pinzon dkk.,2006). Terapi Keluarga (Family therapy) Terapi keluarga (Majahudin, 1995), merupakan teknik pengobatan yang sangat penting bila pada keluarga pasien OCD ini didapatkan kekacauan hubungan dalam keluarga, kesukaran dalam perkawinan, masalah spesifikasi dalam anggota keluarga atau peran anggota keluarga yang kurang sesuai yang akan mengganggu keberhasilan fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam waktu jangka panjang akan berakibat buruk pada anak OCD. Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi, menggunakan semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individu dalam keluarga. Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yang mempengaruhi tingkah laku yang baik dan membina pengaruh tingkah laku yang positif dari setiap individu. Terapi perilaku Leonardo mengatakan (Majahudin, 1995) bahwa teknik terapi perilaku yang khusus digunakan untuk pasien anak usia lebih tua dan remaja dengan gangguan OCD

adalah latihan relaksasi dan response prevention technique. Terapi perilaku pada penderita OCD, awalnya mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai riwayat timbulnya gejala OCD, isyarat faktor internal dan fakto eksternal, serta faktor pencetus akan timbulnya gejala OCD. Kemudian mengawasi tingkah laku pasien dala menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan, menghindari timbulnya gejala kompulsif dan tingkat kecemasan pasien saat timbul gejala OCD harus diperiksa secara teliti. Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan remaja (Majahudin, 1995) : Latihan relaksasi Pasien diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta untuk memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika pikiran obsesi muncul, maka terapi akan meminta pasien untuk menghentikan pemikiran itu, misalnya dengan cara memukul maja, atau menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan. Hal ini dilakukan di rumah atau di mana saja. Response prevention technique Mula-mula didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika rangsangan kompulsif muncul maka pasien

secara aktif diberanikan untuk melawan tingkah laku tidak kompulsif, mungkin sering dengan mengalihkan dengan perhatian pasien sehingga tindakan kompulsif dilakukan misalnya memukul meja. Penurunan kecemasan Tujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala obsesif dan kompulsif. Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya pisau, hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan samapai ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Obsesi adalah

pikiran

berulang

dan

mengganggu,

perasaan,dan ide. Kompulsi adalah perilaku yang berulang, disengaja atau tindakan mental orang yang merasa dipaksa untuk melakukan, biasanya dengan sebuah keinginan untuk melawan (misalnya mencuci tangan). Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut turut. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik. Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung terkena, tetapi diantara remaja, laki-laki lebih lazim terkena

daripada perempuan. Usia rerata awitan sekitar 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki usia sedikit lebih awal (laki-laki sekitar 19 tahun) daripada perempuan (sekitar 22 tahun). Etiologi gangguan obsesif-kompulsif yaitu factor biologi (Neurotransmitter: Sistem noradrenergik dan Sistem serotonergik) dan faktor perilaku. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih obsesi dan kompulsi. Misalnya, seorang pasien dapat memaksa bahwa kebersihan kompulsif secara moral adalah benar walaupun ia dapat kehilangan pekerjaan response karena waktu dihabiskan untuk membersihkan. therapy, Terapinya dapat berupa pendekatan psikoanalisa, exposure dan prevention, rational-emotive behavior farmakoterapi, family therapy dan terapi perilaku. Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD) 23

Anda mungkin juga menyukai