Anda di halaman 1dari 15

BAB I DASAR TEORI

1.1. Pemeriksaan Sendi Tempora-Mandibula (STM) Sendi temporo mandibula adalah persendian antara RA dan RB, terletak di depan telinga disetiap sisi kepala. Sendi Temporo Mandibula (STM) atau Temporo Mandibular Joint (TMJ) dibentuk oleh kondilus yang terletak pada tulang mandibula dan fossa pada tulang temporal. Kedua tulang ini dipisahkan oleh discus artikularis. Sendi kiri dan kanan pada mandibula dihubungkan oleh ligamen dan otot yang menghasilkan hubungan bilateral antara satu bagian mandibula dengan kranium yang disebut Craniomandibular Articulation. Persendian memiliki sistem dua persendian, yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada tulang temporal (Ganong, 1983). Diskus artikularis/meniskus sendi yang merupakan jaringan ikat fibrosa padat, memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai sendi engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah. Struktur sendi temporo mandibula terdiri dari fosa glenoidales, processus kondiloideus, eminentia artikularis, kapsula artikularis, diskus artikularis, dan membran sinovial.

Gambar 1. Struktur Sendi Temporomandibula


1

Kondilus mandibula adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada ramus mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun sedikit terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk seperti tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral. Permukaan tulang artikular terdiri atas cekungan fossa artikular dan bagian dari eminensia artikular. Meniskus adalah suatu suatu jaringan fibrosa, berbentuk pelana yang merupakan struktur yang memisahkan kondilus dan tulang temporal.

Gambar 2 . Tulang kranial dan Tulang Mandibula

Kapsula artikularis merupakan jaringan ikat fibrous tipis berada di sekeliling sendi temporomandibula dan secara anatomi dan fungsi membatasi pergerakan sendi temporomandibula. Kapsula melekat di posterior pada tulang temporal dan di inferior pada leher kondilus. Membran sinovial menghasilkan cairan sinovial yang masuk kedalam celah sendi melalui permukaan dalam kapsula. Fungsi lain kapsula artikularis adalah membatasi cairan sinovial yang masuk kedalam permukaan artikular. Kapsula diperkuat oleh ligamen temporomandibula pada saat sendi bergerak ke arah lateral. Diskus Artikularis disusun oleh jaringan ikat fibrous avaskuler dan di sekeliling diskus terdapat sedikit persarafan. Bila diskus artikularis yang normal

dipotong secara sagital maka akan terlihat gambaran bikonkaf. Pada penampang sagital, diskus artikularis dapat dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan ketebalannya. Daerah tengah merupakan daerah paling tipis dan disebut zona intermediat, yang berfungsi sebagai tempat perlekatan permukaan artikularis dari kondilus.

Gambar 3. Posisi Normal Diskus Artkularis Adalah Posisi jam 12, Posisi Diskus Artikularis Berhimpit dengan Puncak Kondilus pd Satu Garis Lurus 10 Ketebalan diskus sesuai antara zona anterior dan posterior pada zona intermediat. Zona posterior sedikit lebih tebal dibandingkan zona anterior. Diskus artikularis terletak di antara kepala kondilus dan fossa artikularis. Pada keadaan normal, permukaan artikular kondilus terletak pada zona intermediat diskus artikularis, dan dibatasi oleh ketebalan bagian anterior dan posterior. Perlekatan pada bagian posterior diskus artikularis terletak pada jaringan ikat longgar yang memiliki lebih banyak pembuluh darah dan persarafan. Hal ini dikenal dengan retrodiskal tissue atau perlekatan posterior. Bagian atas disebut juga lamina superior, mengandung lebih banyak elastin. Lamina superior melekat pada plat timpani. Bagian bawah perlekatan posterior ini juga disebut lamina inferior. Bagian lateral dan medial dari diskus artikularis menempel pada sisi kondilus untuk membantu menahan gerakan pasif yang mungkin terjadi pada kondilus dan diskus artikularis.

1.2. Pergerakan Normal Sendi Temporo Mandibula Gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu : 1. Gerak membuka Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.

2. Gerak menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan

muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak.

3. Protrusi Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya

mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi.

4. Retusi Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio

temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.

5. Gerak lateral Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral . Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.

gbr. Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka mulut

BAB II HASIL PENGAMATAN

2.1 Tabel Hasil Pengamatan 2.1.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Jenis Kelamin Orang Coba Pi-1 Pi-2 Gerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/..) Simetri, normal, tidak terjadi hambatan Simetri, normal, tidak terjadi hambatan

2.1.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Jenis Kelamin Orang Coba Pi-1 Pi-2 Gerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/..) Normal tidak ada kelainan Normal tidak ada kelainan

2.1.3. Pemeriksaan Gerakan Mandibula Jenis Kelamin Orang Coba Pi-1 Pi-2 (A) JarakMaksimal (mm) 50 55 (B) Waktu maksimal (menit) 00 : 31 00 : 51

Jenis Kelamin Orang Coba Pi

Gerakan Mandibula (C) Anteroposterior (D) Lateral

Perubahan Kondil

Anterior : kondil maju ke anterior Posterior : kondil bergerak ke posterior Kanan : kondil kanan menonjol, kondil kiri tidak menonjol Kiri : kondil kiri menonjol, kondil kanan tidak menonjol

(E) Koordinasi Gerakan

Gerakan kedua kondil dan tonjolan simetris

Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut Jenis Kelamin Orang Coba Pi Lamanya membuka mulut secara maksimal Waktu maksimal (ex. X menit) Istirahat 10 menit 1/2 dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pemijatan) Istirahat 10 menit 1/2 dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pajanan sinar infra merah) 02 : 54 02 : 02 Waktu sampai timbul kelelahan (menit) 01 : 03

2.1.4 Gerakan STM pada Beberapa Posisi Kepala Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula Jenis kelamin orang coba Pi Posisi kepala Tegak lurus Menunduk Menengadah Terlentang Kesamping Istirahat Jarak kondil-tragus (mm) 18 mm 10 mm 20 mm 19 mm 20 mm 18 mm

2.2 Pertanyaan dan Jawaban 1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi ? Jawab : Bunyi sendi dapat terjadi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporomandibula. Perubahan tersebut dapat terjadi karena TMJ memberi beban berlebihan yang menyebabkan perubahan struktur TMJ. Struktur tersebut misalnya diskus yang terletak antara kondil dan fosa glenoid. Diskus mengalami dislokasi atau perubahan tempat yang menyebabkan diskus mengalami pengurangan dalam pergerakan membuka mulut, yang biasanya menyebabkan bunyi cliking saat membuka dan menutup mulut.

2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping ? Jawab : - cliking : munculnya bunyi klik akibat gerakan pada sendi

temporomandibula - krepitus :munculnya bunyi secara tunggal seperti bunyi gemertak atau kertakan karena gerakan pada TMJ - popping :gerakan pada TMJ yang menyebabkan bunyi letupan

3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut ?

Jawab : - ketika keadaan mulut tertutup kepala condyl berada pada bagian tengah diskus. Pada proses ini musculus masseter berkontraksi sehingga condylus bergerak ke posterior. - pada saat membuka mulut discus articularis dan condylus meluncur kebawah sepanjang eminensia artikularis dan discus articularis berputar di kepala kondilus ke arah posterior. 4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula ? Jawab : karena terjadi kontraksi antara otot-otot mandibula untuk melawan resistensi selama pergerakan mandibula (membuka, menutup, lateral, antero-posterior). 5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula ? jelaskan mekanismenya ! Jawab: Iya, karena dapat mempengaruhi posisi mandibula apabila posisi tidur salah secara terus menerus dan dalam waktu yang lama maka posisi mandibula akan berubah dari posisi normal. 6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri? jelaskan mekanismenya ! Jawab : Penggunaan berlebihan pada diskus dan ligamen-ligamen yang berhubungan dengan TMJ menyebabkan fleksibilitas dari diskus dan ligamen menurun. Jika tidak di tanggulangi dapat menyebabkan infamasi dvn menimbulkan rasa nyeri. Selain itu saat mandibula membuka mulut otot-otot pada mandibula yang berkontraksi dapat terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa nyeri. 7. Apa fungsi pemijatan pada kelelahan ? jelaskan mekanismenya ! Jawab : untuk memulihkan kembali kerja dari TMJ yang mengalami kelelahan karena pemijatan dapat merelaksasikan otot-otot yang lelah saat membuka dan menutup mulut. Pemijatan menyebabkan syaraf-syaraf melebar sehingga aliran darah menjadi lancar kembali.

10

8. Apa fungsi infra red pada kelelahan ? jelaskan mekanismenya ! Jawab : infra red menyebabka kelelahan pada kerjv STM berkurang. Hal ini terjadi karena adanya vasodilatasi sehingga vaskularisasi menjadi lancar kembali.

11

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Pada pemeriksaan gerakan STM secara palpasi, dua orang berjenis kelamin perempuan melakukan palpasi dengan jarak 0.5-1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) kiri dan kanan pada posisi membuka dan menutup mulut. Palpasi dilakukan secara bergantian. Pada orang coba pertama dan kedua, diketahui bahwa gerakan STM terjadi secara simetris dan normal, juga tidak terjadi hambatan pergerakan STM dan tidak ada rasa nyeri.

3.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Dua orang coba meletakkan stetoskop pada daerah STM, kemudian mendengarkan bunyi yang timbul saat masing-masing membuka dan menutup mulut. Kemudian dilakukan pencatatan, apakah ada bunyi krepitasi, clicking, atau popping yang muncul. Pemeriksaan ini dilakukan secara bergantian, dan hasilnya kedua orang coba normal karena tidak ada bunyi krepitasi, clicking, maupun popping yang muncul.

3.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula A. Gerakan Membuka Mulut Maksimal Pada pemeriksaan kali ini, dua orang coba berjenis kelamin berbeda melakukan pemeriksaan bergantian dengan cara membuka mulut semaksimal mungkin. Kemudian dihitung panjang jarak maksimal mandibula dengan menggunakan penggaris dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi pergerakan maksimal mandibula untuk bertahan. Dari pemeriksaan yang diperoleh, panjang jarak maksimal mandibula orang coba perempuan pertama adalah 50 mm dengan waktu maksimal 31 detik. Sedangkan panjang jarak maksimal mandibula orang coba perempuan kedua adalah 55 mm dengan waktu maksimal 51 detik.

12

B. Gerakan Membuka dan Menutup Mulut Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin perempuan. Operator meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan pada kedua kondil orang coba. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh. Selanjutnya menggerakkan mandibula ke arah (C) antero-posterior diperoleh data pada anterior kondil maju ke anterior dan pada saat posterior kondil bergerak ke posterior. Kemudian menggerakkan mandibula ke arah (D) lateral diperoleh data saat bergerak ke kanan kondil kanan menonjol, kondil kiri tidak menonjol dan pada saat bergerak ke kiri kondil kiri menonjol, kondil kanan tidak menonjol. Sedangkan (E) koordinasi gerakan masingmasing arah pergerakan mandibula adalah simetris.

C. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin perempuan. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut maksimal sampai timbul rasa lelah. Didapatkan bahwa rasa lelah timbul pada waktu 1 menit 03 detik. Orang coba diistirahatkan selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Namun pada detik ke-31 setelah orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, operator melakukan pemijatan pada otot pembuka mulut. Kelelahan baru timbul pada waktu 2 menit 02 detik. Selanjutnya orang coba kembali diistirahatkan selama 10 menit. Setelah itu, orang coba diinstruksikan untuk melakukan hal yang sama, yaitu membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan. Pada detik ke-31 dilakukan pemajanan dengan sinar infra-red pada otot pembuka mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan timbul pada waktu 2 menit 54 detik.

3.4 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat) Pada pemeriksaan pengaruh posisi kepala terhadap gerakan mandibula ini, orang coba didudukkan dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik. Posisi kondil

13

dipalpasi dan puncak kondil dan tragus diberi tanda dengan spidol, kemudian ukur jarak kedunya. Jarak yang didapatkan adalah 18 mm. selanjutnya dilakukan pemeriksaan serupa dengan posisi kepala yang berbeda-beda. Jarak antara puncak kondil dan tragus pada posisi kepala menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat adalah 10 mm, 20 mm, 19 mm, 20 mm, dan 8 mm.

14

BAB IV KESIMPULAN

Adanya kelainan intrakapsular memungkinkan terjadinya hambatan dan rasa sakit ketika sendi temporo-mandibula bergerak. Bunyi pada sendi terjadi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporomandibula. Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporo-mandibula mengalami dislokasi, sehingga menimbulkan rasa sakit. Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama. Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi). Posisi kepala saat sedang beristirahat adalah saat dimana antara puncak kondil dan tragus memiliki jarak yang paling pendek.

15

Anda mungkin juga menyukai