Anda di halaman 1dari 30

Askep trauma kapitis

Kelompok 2

Definisi
menurut Brunner & Suddarth (2000), trauma capitis adalah gangguan traumatic yang menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan in testina dan tidak mengganggu jaringan otak tanpa disertai pendarahan in testina dan tidak mengganggu jaringan otak

NEXT
Tipe-Tipe Trauma : 1. Trauma Kepala Terbuka 2. Trauma Kepala Tertutup

ETIOLOGI
Cedera kepala dapat disebabkan leh dua hal antara lain : Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/ kekuatan diteruskan kepada otak.

Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan Oksigen dan Glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.

NEXT

Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel, takikardia.

NEXT

Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar (Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998).

D. Tanda Dan Gejala :

Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama ( Hoffman, dkk, 1996): Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan berfikir kompleks Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas

NEXT

Gambaran klinis secara umum pada trauma kapitis : Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran. Pola pernafasan secara progresif menjadi abnormal. Respon pupil mungkn lenyap. Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap seiring dengan peningkatan TIK.

NEXT

Dapat timbul mual-muntah akibat peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.

E. Pemeriksaan Diagnostik

CT Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel pergeseran cairan otak. MRI : sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontraks. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.

NEXT

EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang). BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak..

Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini, minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu)..

NEXT

Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotesis atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).

NEXT

ADAPUN Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut : Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma. Berikan oksigenasi. Awasi tekanan darah.

NEXT

Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neuregenik. Atasi shock. Awasi kemungkinan munculnya kejang.

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN Data primer Aktivitas/ Istirahat Sirkulasi Integritas Ego Eliminasi Makanan/ cairan Neurosensoris

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d interupsi aliran darah Resiko terhadap ketidakefektifan pola nafas b/d kerusakan neurovaskuler, kerusakan persepsi atau kognitif, obstruksi trakeo bronkial Perubahan persepsi sensori b/d perubahan resepsi sensori, transmisi.

Next

Perubahan proses pikir b/d perubahan fisiologis, konflik psikologis. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi atau kognitif, penurunan kekuatan. Resiko infeksi b/d jaringan trauma, penurunan kerja silia, kekurangan nutrisi, respon inflamasi tertekan.

IMPLEMENTASI
Rencana Tindakan : DX 1 Tentukan faktor-faktor yg menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK. Pantau /catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar GCS. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi terhadap cahaya.

DX 2
Rencana tindakan : Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan. Catat ketidakteraturan pernapasan. Pantau dan catat kompetensi reflek gag/menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan napas sendiri. Pasang jalan napas sesuai indikasi.

NEXT

Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miirng sesuai indikasi. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif bila pasien sadar. Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik. Catat karakter, warna dan kekeruhan dari sekret.

DX 3
Rencana tindakan : Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tehnik cuci tangan yang baik. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang terpasang alat invasi, catat karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi.

DX 4

Rencana tindakan : Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat diatas abdomen. Rasional : tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi tenaga selama perawatan dan saat klien lemah. Singkirkan pemandangan yang tidak menyenagkan dan bau yang tidak

NEXT

Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil, diaforesis dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran). Anjurkan untuk melakukan napas dalam, latihan pengeluaran sekret paru secara terus menerus. Observasi karakteristik sputum. Berikan antibiotik sesuai indikasi.

DX 5

Mengkaji keadaan nutrisi untuk mengetahui intake nutrisi klien. Kaji faktor penyebab perubahan nutrisi (klien tidak nafsu makan, klien kurang makan makanan yang bergizi, keadaan klien lemah dan banyak mengeluarkan keringat). Kolaborasi dengan tim gizi tentang pemberian mekanan yang sesuai dengan program diet (rendah garam

EVALUASI
Mengukur keberhasialan dari rencana dan pelaksanaan tindakan dalam memenuhi kebutuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC. Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nama Kelompok 2
IKE NURJANA TAMRIN NURYANI KADIR AYU ANDRIANI ANDI FADERIANI RINI ANGGARAENI MUNADI

Anda mungkin juga menyukai