Anda di halaman 1dari 28

(NPM: 1306341575). Nomor Absen: 2 (Dua).

Dengan banyaknya perbuatan yang dijadikan sebagai tindak pidana, menyebabkan orang-orang dihukum atas perbuatan-perbuatan yang dahulunya dibolehkan secara hukum. Kemudian hal ini juga menyebabkan lebih banyak orang yang berhadapan dengan hukum dan mendapatkan hukuman. Perbuatan yang dahulu bukan merupakan tindak pidana saat ini dijadikan sebagai tindak pidana seperti pemerkosaan di dalam pernikahan telah dijadikan sebagai tindak pidana di Inggris sejak tahun 1991, dan aturan pidana yang berhubungan dengan strict liability dan lain sebagainya.

Selain banyak timbul aturan baru mengenai suatu perbuatan yang termasuk sebagai tindak pidana, banyak juga perbuatan yang dahulu sebagai tindak pidana tetapi menjadi legal (dekriminalisasi) seperti mencabut larangan tentang pembuatan dan pengedaran alkohol (Twenty Amandement)

Pada Zaman Kolonial Amerika Kejahatan berupa: Seksualitas; Preserve religious orthodoxy; Perbudakan; Crime againts Drunkenness; Tippling dan berbagai perbuatan Extravagances. Saat ini hanya sedikit yang masih berlaku.

Meskipun perhatian utama dari Douglas Husak dalam membela teori kriminalisasi adalah untuk mengembalikan kejayaan hukum pidana. Namun Ia meminta kita untuk menaruh dalam pikiran seperangkat prinsip-prinsipnya sebagai syarat untuk menentukan apakah aturan pidana yang ada harus tetap pertahankan atau perlu membuat aturan pidana yang baru

Alasan yang paling penting atas banyaknya jumlah terpidana di penjara menurut Douglas Husak adalah karena hukuman jauh lebih keras.
132.000 orang saat ini di penjara dan terus tumbuh selama 10 tahun belakangan; Kurang lebih 28% tidak mendapatkan pembebasan bersyarat, yang menyebabkan

kenaikan jumlah orang dalam penjara yang belum pernah terjadi sebelumnya; Sebagai perbandingan USA lebih lama menjatuhkan hukuman penjara 5 s.d 10 kali daripada Perancis dan Jerman untuk kejahatan yang sama, tapi atas kejahatan tersebut berkecenderungan meningkat lebih serius daripada di Perancis Dan Jerman. Orang di bawah kendali sistem peradilan pidana semakin banyak dalam 20 tahun belakangan, tanpa adanya pembuatan aturan mengenai perbuatan yang termasuk tindak pidana yaitu dengan adanya panduan pemidanaan (sentencing guidelines) yang antara lain menetapkan: Melarang untuk memberi pembebasan kepada terpidana atas kepemilikan 672 kokain; Memungkinkan orang yang menyetir tanpa sabuk pengaman untuk dipenjarkan.

Meskipun banyak peraturan baru tentang perbuatan yang termasuk tindak pidana dan aturan lainnya yang membuat orang lebih banyak dalam pengawasan sistem peradilan pidana, tetapi hal tersebut tidak menghasilkan lebih banyak penghukuman, sebab hal tersebut dihasilkan oleh penegakkan hukum itu sendiri, contohnya: Penuntutan atas Kekerasan terhadap wanita (Act 1994), pada tahun 1997 tidak ada sama sekali; Dalam aturan pendaftan senjata: Pemilik Senjata yang tidak mendaftarkan diri dan senjatanya sebesar 90% . Dan di Clevelan, Boston dan New Jersey hanya 947 dari 100.000 sampai dengan 300.000 kepemilikian; Penegakkan hukum atas orang yang mabuk dalam mengemudi dan acquaintance rape dan kepemilikan narkotika jauh lebih besar dari masa sebelumnya. Hanya sedikit bukti yang mengaitkan antara rendahnya penegakkan hukum menyebabkan meningkatnya jumlah kejahatan dan banyaknya penghukuman.

Meskipun penegakkan hukum bergantung pada aparaturnya, tetapi jelaslah

lebih banyak kriminalisasi menyebabkan menghasilkan lebih banyak penghukuman. Perilaku yang dahulunya tidak termasuk tindak pidana sekarang dijadikan tindak pidana dan merupakan suatu insiden penghukuman yang tidak pernah terjadi pada tingkatan sebelumnya yaitu orang banyak dijatuhi hukuman atas tindakan-tindakan yang tidak dilarang pada generasigenerasi sebelumnya, dan mayoritas dipenjara di bawah Undang-undang federal atas perbuatan yang tidak dilarang dalam pengaruh kitab hukum pidana; Meningkatnya jumlah orang yang dipenjara atas perbuatan-perbuatan yang tidak berhubungan dengan kekerasan seperti: 1. Kenakalan remaja; 2. Kejahatan kera putih (See Stuart Green: Lying, Cheating, and Stealing: A Moral Theory of White Collar Crime (Oxford: Oxford University Press, 2006).

Aturan Pidana telah merambah kepada wilayah pribadi.

Kemudian terdapat pula kategori kriminalisasi dalam

bentuk turut serta (joint criminal): Pinkerton doctrine conspirators liable for the offenses committed by their coconspirators, as long as these offenses are in furtherance of the conspiracy and within the scope of the unlawful project (Pelaku turut serta bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatan lanjutan yang masih dala ruang lingkup perbuatan jahatnya): Menjadikan jumlah kategori kejahatas substansial dari pelaku turut serta bertambah.; penuntutan federal terkait turut serta;

Strict liability atau

dapat dipidana tanpa perlu dibuktikan adanya unsur kesalahan (mens rea) membuat lebih luas subjek dari tindak pidana; Banyak orang yang tidak sadar berlakunya aturan ini sehingga banyak orang yang berhadapan dengan hukum

Diskresi dari Kepolisian dan Kejaksaan dalam penegakkan hukum sering kali menyebabkan ketidakadilan: Kepolisianlah yang menentukan mengenai perbuatan seseorang untuk diproses secara pidana atau tidak; Penuntut Umum memutuskan untuk menuntut seseorang dan apakah akan digunakan lembaga plea bargaining atau tidak

Meskipun Konstitusi melarang penghukuman ganda (double jeopardy), tetapi membolehkannya jika diatur melalui Undang-Undang: Diskresi pada kejaksaan: 1. Mengenakan tuntutan yang berlapis atas Tersangka yang bersikukuh menyatakan tidak bersalah sehingga membuat hukuman jauh lebih berat; 2. Plea Bargaining: Dalam hal tersangka enggan mengakui kesalahannya dan mesti disidangkan, Penuntut Umum menuntut berlapis daripada Tersangka yang mengakui perbuatannya melalui lembaga plea bargaining, dan hal ini menyebabkan terjadi ketidakadilan.

Tidak dapat dielakkan overcriminalization menghasilkan hukuman yang tidak proporsional meskipun Undangundang menyetujui untuk memberikan sanksi atas perbuatan pelakunya.

Stuntz menyatakan Kita secara terus menerus menuju kepada dunia yang menjadikan kita berdasarkan hukum sebagai pelaku kejahatan.

(Hampir lebih dari 70% orang dewasa Amerika melakukan perbuatan yang dapat dihukum dalam hidupnya)

1. Pengguna obat terlarang di kalangan remaja, Geore W Bush : 90

juta orang Amerika sebagai pemakai obat terlarang. Meskipun George Bush menolak untuk menyebutnya sebagai kenakalan remaja dan tetap menjatuhkan pidana terhadapnya. Disisi lain Dia tidak memutuskan untuk mengakhiri sanksi pidana terhadap kenakalan remaja; 2. Music Piracy: 52% Pengguna internet yang berusia 18 s.d 29 tahun melakukan pembajakan atas 3.6 miliar lagu setiap bulannya 3. Internet Gambling: Act 2006 melarang Bank-Bank Amerika untuk mentransfer ke tempat perjudian internet, tapi Investor besar yang membantu dalam melakukan kegiatan tersebut seperti Fidelity, Merrill Lynch, Goldman Sachs, Morgan Stanley tidak dapat dijatuhi hukuman.

Contoh tersebut mendukung klaim Stunts yang

menyatakan bahwa hukum pidana substantiv jarang berfungsi untuk mengartikan perbuatan yang dilarang atau konsekuensinya atas ketidaktaatan pada hukum. Sebaliknya aturanaturan tersebut mempunyai arti sebagai kewenangan Penuntut Umum; Stunts menyatakan bahwa Penuntut Umum merupakan pembuat hukum yang sebenarnya;

Menurut Oliver Wendell Holmes Di dalam hukum mengandung ramalan mengenai apa yang akan dilakukan pengadilan. Seorang ahli yang menyatakan tahu tentang hukum semestinya dapat meramal secara akurat mengenai apa yang akan dilakukan oleh Pengadilan. Namun hal ini menjadi tidak dapat dilakukan di dalam sebuah sistem yang banyak memberikan kewenangan diskresi kepada aparaturnya.

Prinsip proporsionalitas: Perbuatan melanggar hukum harus setimpal dengan ganjarannya. Berpotensi dilanggar pada saat orang dalam perbuatan yang sama tetapi dihukum dengan besaran yang berbeda, dan dapat terjadi pada saat penangkapan dan penuntutan. Contoh dari pelanggaran atas prinsip proporsionalitas tersebut adalah perang obat-obatan di New York: Penuntut Umum Federal Rudolp Giulani menuntut pengedar jalanan di Pengadilan Federal yang hukumannya lebih berat dari Pengadilan Negara Bagian.

Meskipun Holmes menyatakan hukum merupakan ramalan apa yang akan dilakukan terhadap orang tersebut. Namun tidak ada seorangpun yang dapat meramalkannya dengan akurat. Sebagai contoh pengedar atau pemakai marijuana dalam jumlah kecil, tidak tahu apa yang akan terjadi terhadapnya. Sebagian Penuntut Umum tidak mau melakukan penuntutan terhadapnya, sebagian lain dalam jumlah tertentu berkeinginan untuk menuntutnya dan ada yang menggunakan lembaga plea bargaining.

25 juta orang Amerika menggunakan marijuana, dan ditangkap setiap 42 detik. Pada tahun 2005 786.000 ditangkap yang lebih dari dua kali lipat jumlah pada tahun 1993. 88% dituntut untuk kejahatan marijuana dan 88% nya dihukum atas kepemilikan jumlah rendah dan sepuluh ribuan dipenjara. Angka tersebut merupakan dark number, sebab bisa jadi terdapat pihak yang tidak tertangkap ataupun tertangkap tetapi tidak diproses. Dan dalam perkara ini berapa banyak terdapat penyimpangan, tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti.

Peningkatan penangkapan atas kejahatan marijuana

pada tahun 1990 di San Diego meningkat 20% dan di King County Washington sangat tajam yaitu 418%; Dalam perbandingannya dengan kulit putih: Meskipun African-American 14% pengguna drug, tetapi 1/3 jumlah yang ditangkap merupakan AfricanAmerican.

Di New Jersey aturan mengenai pelanggaran lalu

lintas mencapai 180 halaman, hanya sedikit yang mengetahui detailnya dan yang lain tidak mengacuhkannya; Dengan banyak aturan tersebut membuat orang sering berhadapan dengan polisi dan pada saat diberhentikan oleh Polisi mereka tidak tahu apakah Polisi akan menangkap mereka ataukah hanya mendapatkan peringatan.
In other words, the fate of drivers is almost entirely in the hands of police

Ahli hukum pidana tidak dapat memprediksi

secara akurat mengenai apa yang akan dialami oleh Para pelaku, karena nasibnya ditentukan di tangan Polisi dan Penuntut; Banyaknya aturan pidana membuat kewenangan Polisi dan Penuntut semakin banyak pula kewenangan yang didapatkannya. Dan jika kewenangan tersebut tidak dikendalikan maka menyebabkan kerusakan hukum itu sendiri; Semakin banyak aturan pidana semakin banyak kewenangan diskresi dan hal ini dapat menimbulkan ketidak adilan dalam penerapannya.

Polisi

dan Penuntut Umum harus mempunyai syarat mengenai orang yang dikenakan tahanan atau tuntutan dan mampu menjelaskan ke masyarakat atas pelanggaran yang mereka lakukan; Selektif dalam membuat aturan pidana; Peran serta masyarakat untuk melaporkan kejahatan.

KEKUATAN/KELEBIHAN
Memberikan penjelasan agar tidak dengan mudah untuk membuat aturan-aturan pidana; 2. Mengajak Penegak hukum khususnya Kepolisian dan Kejaksaan agar dengan hati-hati dan terukur dalam menggunakan diskresinya; 3. Menempatkan hukum pidana sesuai dengan porsinya sebagai upaya terakhir (ultimum remedium); 4. Dengan diketahui bahwa semakin banyak aturan yang menyangkut pidana dan pemidanaan yang menyebabkan banyaknya orang terlibat dalam sistem peradilan pidana yang kemudian yang berujung kepada penghukuman yang menghasilkan ketidakadilan, maka dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi ketidak adilan tersebut.
1.

KEKURANGANNYA: Ketidakadilan tetap ada tanpa banyaknya aturanaturan pidana; Diskresi yang banyak dari Penegak hukum tidak identik dengan ketidak adilan, sebab tergantung siapa yang menjalankan diskresi tersebut Kurang responsif terhadap perbuatan-perbuatan yang membutuhkan kehadiran sanksi hukum pidana (primum remedium).

Banyak aturan Undang-Undang yang dibuat dengan

dilengkapi ancaman pidana, seperti Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang memasukkan pertanggung jawaban pidana strict liability dan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan serta Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang mengkriminalisasikan pemakainya; Bahkan saat ini masuk dalam pembahasan dalam Rancangan KUHP mengenai kejahatan hubungan suami istri terhadap orang-orang yang tidak terikat pernikahan;

Mengenai

penegakkan hukumnya yang dilakukan Kepolisian dan Kejaksaan masih banyak menimbulkan ketidakadilan, sebagai contoh terhadap pengguna Narkoba tindakan kepolisian dan kejaksaan tidak seragam dalam menyikapi pengguna dalam derajat sama. Seringkali pengguna ditahan dan dituntut di Pengadilan dan kemudian dijatuhi hukuman penjara, dan disisi lain terdapat pengguna yang tidak diajukan ke Pengadilan atau diajukan dengan penggunaan dan penuntutan atas dasar korban untuk kemudian direhabilitasi; Masyarakat seringkali tidak melaporkan terjadinya kejahatan dengan berbagai macam alasan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai