Anda di halaman 1dari 2

60 Merek Dagang Cina Dipalsukan di Indonesia

Shanghai, Kompas Sekitar 60 merek dagang milik perusahaan Cina dipalsukan di Indonesia oleh sementara orang yang tidak bertanggung jawab. Saat ini pemerintah setempat tengah berusaha untuk mengambil alih merek-merek dagang yang sebagian besar sudah terkenal itu. Langkah-langkah itu antara lain melalui pendekatan atau jika terpaksa melalui jalur hukum.Direktur Utama Pacific Patent, Drs Obed Mintaraga SH mengatakan hal itu kepada wartawan di Shanghai Hilton, Cina. Sementara itu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Tunky Ariwibowo, yang berada di Cina dalam rangka memimpin misi dagang Indonesia ketika dihubungi terpisah menegaskan, pihaknya akan berusaha melindungi semaksimal mungkin merek dagang atas produk-produk industri baik milik pengusaha dalam negeri maupun luar negeri yang beredar di Indonesia, sesuai peraturan yang berlaku. Khusus tentang produk industri milik Cina yang merek dagangnya dipalsukan di Indonesia, menurut Menperindag, sebenarnya dapat diselesaikan lewat Undang-undang Patent yang berlaku. Menurut Tungky, belum masuknya Cina menjadi anggota WTO merupakan kendala jika muncul permasalahan, misalnya tentang merek itu. Pemerintah Indonesia dalam berbagai kesempatan memberikan dukungan agar RRC secepatnya menjadi anggota WTO. "Semua ini agar peraturan-peraturan tentang perdagangan RRC dapat disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di WTO," tambah Menperindag Tunky Ariwibowo, sebagaimana dilaporkan wartawan kompas Gunawan Setiadi dari Shanghai, Minggu (21/9) malam. Berbagai produk Presdir Pacific Patent, Obed Mintaraga yang berkantor pusat di Jakarta mengkhususkan diri datang ke Cina dalam rangka mencarikan jalan ke luar permasalahan merek yang timbul itu. Obed juga menemui Sekjen Kadin Indonesia Komite Cina, Chris DW, yang berada di Cina dalam rangka misi dagang Indonesia.Menurut Obed, pendaftaran merek-merek dagang Cina ke departemen atau instansi pemerintah di Indonesia yang dilakukan orang tidak bertanggung jawab diperkirakan sudah berlangsung cukup lama yaitu sebelum pencairan hubungan Indonesia dan Cina. "Dalam situasi seperti itu merek-merek dagang milik Cina didaftarkan.Dan ketika hubungan mencair kembali tujuh tahun silam, baru diketahui ada merek dagang yang sebenarnya milik Cina, ternyata sudah di-daftarkan di Indonesia," kata Obed.Merek-merek dagang tersebut sebagian besar sudah terkenal dan mempunyai pangsa pasar yang baik di Indonesia, antara lain obat-obatan, mesin diesel, mesin perkakas, dan lain-lain. Bahkan untuk mesin jahit yang jelas buatan Cina, ternyata diketahui sudah didaftarkan mereknya di Indo-nesia tanpa sepengetahuan yang berhak atas merek dagang tersebut. Pemilik merek-merek dagang Cina itu tersebar di berbagai kota di Cina antara lain Beijing, Shanghai, Guangzhou. Pemalsuan atas merek-merek dagang tersebut sangat merugikan pihak Cina, dan oleh karena itu sedang dicarikan jalan keluarnya."Jalan terakhir yang akan ditempuh adalah melalui jalur hukum agar merek-merek dagang itu dapat kembali kepada yang berhak".
http://muachajah.blogspot.com/2011/02/contoh-kasus-haki.html

Komentar: Saya sebagai warga Negara Indonesia sangat kecewa dengan adanya kasus ini, meskipun kasus yang saya angkat ini sudah lama yakni pada tahun 2007 tetetapi saya tetap akan mengomentarinya untuk menjadi pembelajaran bagi kita untuk tidak mengulangi kasus yang serupa. Seperti pemalsuan pada dvd, mp3 dan vcd. Tetapi saya tidak dapat memungkiri jika masayarakat juga mendukung akan adanya pembajakan yang dilakukan produsen tersebut karena daya beli masyarakat terhadap DVD, CD, Mp3 bajakan yang tinggi. Semua memang benar karena alasan murah dan kualitas gambarnya juga tidak jarang dapat yang bagus tidak kalah dengan yang asli. Pembajakan yang terjadi di Indonesia sudah menjadi seperti budaya dan tradisi yang sudah sangat sulit untuk dihapus. Buktinya walaupun sudah terjaring beberapa kali razia tetapi tetap saja produsen dan konsumen tidak kapok. Sepertinya pemalsuan yang terdapat di Indonesia tidak hanya pemalsuan pada dvd, mp3 dan vcd. Hal seperti ini sangat meresahkan karena kita yang notabene suka menjelek-jelekkan Negara tetangga yang memboikot budaya Negara kita ternyata Negara kita sendiri melakukan hal yang kurang terpuji juga dengan pemalsuan barang-barang dari Negara lain. Padahal di Indonesia sepertinya sudah banyak barang-barang yang diimpor dari Negara china. Untuk apa dipalsukan juga? Sangat bagus sekalikah barang-barang dari Negara China sehingga barang tersebut kemudian dipalsukan juga. Padahal jika dibandingkan dengan barang-barang produksi Indonesaia tidak kalah bagus juga. Demi keuntungan, kita menjadi orang yang berbuat sangat terpuji dengan memalsukan barang-barang tersebut. Saya juga mendukung proses hukum yang ditempuh sebab selain merugikan pihak produsen itu sendiri juga merugikan Indonesia sendiri sebab dengan adanya kasus seperti ini maka citra Indonesia di mata dunia ikut juga tercoreng. Tetapi dengan seiring waktu saya yakin Pemerintah telah bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan baik. Dari kasus diatas kita ambil hikmahnya jika jangan sampai kita memalsukan barangbarang yang telah dengan jerih payah dikreasikan. Kita sendiri tidak ingin kan hasil karya kita ternyata diluar sana disalah gunakan dan dipalsukan, dimana letak penghargaan atas karya yang telah dibuat itu. Oleh karena itu, menurut saya kembali ke hukum yang ada di pemerintahan Indonesia untuk bersifat lebih tegas. Peraturan yang sudah ada saja tetap saja dilanggar. Jangan hanya sebatas peraturan saja tetetapi dengan tindakan dan hukuman yang ditetapkan pun harus tegas dan benar-benar dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai