Anda di halaman 1dari 27

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna , baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari pnetakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat, secara sederhana , sakit atau dapat pula disebut penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai-nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan ( Asmadi, 2008).

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (Depkes, 1992). Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

1.2 Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan umum dari pembahasan materi ini kelompok berharap agar kita semua, khususnya para pembaca dapat memahami tentang askep pada pasien skizofrenia 2. Tujuan khusus Tujuan khusus meliputi menjelaskan defenisi, penyebab, tanda dan gejala skizofrenia, pengkajain, diagnosa, intervensi serta kesimpulan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. KONSEP MEDIS SKIZOFRENIA 2.1.1. Definisi Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni ( keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/ emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi ; asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi ( Direja, 2011). Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, pasien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju ke arah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak-cacat ( Ingram, 1993). Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada fluida cerebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja ( Yayan, 2010)

2.1.2 Etiologi Penyebab skizofrenia tak diketahui. Banyak faktor predisposisi dan pencetus yang diketahui. Menurut Ingram, (1993) ada beberapa faktor predisposisi dan dan pencetus, diantaranya : 1. Hereditas Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,91,8%,bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ). 2. Lingkungan Gambaran pada penderita kembar seperti diatas menunjukkan bahwa faktor lingkungan jugacukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki predisposisi. 3. Emosi yang diekspresikan Jika keluarga skizofrenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misalnya pasien sering diomeli dan terlalu banyak dikekang denagn aturan-aturan yang berlebihan, maka kemungkina kambuh lebih besar. Juga jika pasien tidak mendapat neuroleptik. 4. Kepribadian Premorbid Personalitas pasien sebelumnya sering Skizoid. Perilaku penarikan diri dan soliter ini bisamenjelaskan banyak skizofrenia tunggal. 5. Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. 6. Susunan saraf pusat Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. 7. Teori Adolf Meyer
3

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). 8. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. 9. Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). 10. Teori lain Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui. Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors), walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).

2.1.3 Manifestasi Klinis Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala. Kombinasi kejadian dan tingkat keparahan pun berbeda berdasarkan individu masing-masing. Gejala-gejalanya dapat terjadi kapan saja. Pada pria biasanya timbul pada akhir masa kanak-kanak atau awal usia 20-an, sedangkan pada wanita, usia 20-an atau awal 30-an. Skizofrenia dapat mempengaruhi cara
4

berpikir, perasaan dan tingkah laku. Menurut Stuart (2006) membedakan 5 kelompok gejala inti skizofrenia yakni sebagai berikut : 1. Gejala positif Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal, berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan. Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/ bisikan bersifat menghibur atau tidak menakutkan. Sedangkan yanng lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/ buruk atau memberikan perintah tertentu. Pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti, percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/ dibawa ke planet lain Gangguan proses pikir ( bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi. Bicara kacau yakni terjadi kekacauan dalam gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikanmelaluibahasa; komunikasimelaluipenggunaan kata danbahasa. 2. Gejala negatif Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan pada semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan melakukan hal-hal biasa dilakukan, misalnya bangun tidur dan membersihkan rumah. Menarik diri dari masyarakat (social withdrawal). Penderita akan kehilangan ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa terisolasi. Anhedonia adalah kemampuan untuk merasakan emosi tertentu, apapun yang dialami tidak dapat merasakan sedih atau gembira. Afek datar (flat affect) merupakan tidak adanya ata hampir tidak adanya tanda ekspresi afek :suara yang monoton, dan wajah tidak bergerak. Avolisi / Apati adalah iramaemosi yang tumpul yang

disertaidenganpelepasanatauketidakacuhan.
5

Defisit

perhatian

(atensi)adalahmenurunnya

jumlahusaha

yang

dilakukanuntukmemusatkanpadabagiantertentudaripengalaman; kemampuanuntukmempertahankanperhatianpadasatuaktifitas; kemampuanuntukberkonsentrasi. 3. Gejala kognitif Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau sehingga tidak bisa mendengarkan musik/ menonton televisi lebih dari beberapa menit. sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan. Tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal hingga selesai, sulit mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru. Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk melakukannya. 4. Gejala alam perasaan Disforia merupakan mood yang tidak menyenangkan. Gagasan bunuh diri merupakan keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam jiwanya. Keputusasaaan 5. Disfungsi Sosial/ okupasional yang berpengaruh pada pekerjaan /aktivitas, pada hubungan interpersonal perawatan diri, serta mortalitas/ morbiditas

2.1.4 Patofisiologi Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjadi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan pesan sekitar otak. Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitter-dopamin- berlebihan, sedangkan kadar dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang–berlebihan atau kurang– penderita dapat mengalami gejala positif dan negatif seperti yang disebutkan di atas. Penyebab ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada kenyataannya, awal terjadinya skizofrenia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya

skizofrenia, antara lain: sejarah keluarga, tumbuh kembang ditengah-tengah kota, penyalahgunaan obat seperti amphetamine, stres yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan. Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala. Kombinasi kejadian dan tingkat keparahan pun berbeda berdasarkan individu masing-masing. Gejala-gejalanya dapat terjadi kapan saja. Pada pria biasanya timbul pada akhir masa kanak-kanak atau awal usia 20-an, sedangkan pada wanita, usia 20-an atau awal 30-an. Skizofrenia dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah laku.

2.1.5 Prognosis Skizofrenia tidak fatal, kecuali jiak bunuh diri. Kecenderungan umum ke arah disintergrasi personalitas, tetapi proses ini mungkin terhenti pada satu titik , meninggalkan suatu cacat personalitas yang mungkin tidak menarik perhatian atau nyata. Angka remisi tanpa pengobatan sekitar 20 %, tetapi pengobatan, sekitar dua pertiga penderita dapat mengalami suatu penyembuhan sosial ( Ingram : 1993). Faktor prognosis yang menguntungkan mencakup tidak adanya riwayat keluarga bagi penyakit ini, personalitas normal serta latar belakang keluarga dan catatan pekerjaan stabil. Gambaran penyakit yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset akut, pencetusnya yang nyata, retensi respon emosi yang normal , adanya gejala katatonik, retensi dorongan dan inisiatif, retensi dorongan dan inisiatif (Ingram : 1993).

Skizofrenia sifatnya adalah gangguan yang lebih kronis dan melemahkan dibandingkan gangguan mental yang lain. 50-80% pasien skizofrenia yang pernah dirawat di RS akan kambuh harapan hidup pasien skizofrenia 10 tahun lebih pendek daripada non pasien skizofrenia pasien skizofrenia resiko tinggi terhadap gangguan infeksi dan penyakit2 sistem peredaran darah 10% pasien skizofrenia resiko bunuh diri Beberapa factor yang turut berperan dalam prognosis skizofrenia: usia, jenis kelamin, dan sosial budaya

2.1.6 Tife skizofrenia Ada beberapa tipe skizofrenia menurut Stuart ( 2006) antara lain : 1. Tipe Paranoid tanda gangguan yang berlangsung secara terus-menerus sedikitnya selama 6 bulan.

2. Tipe Tidak Terorganisasi preokupasi dengan satu atau n lebih waham atau sering mengalami halusinasi pendengaran. Keadaan berikut ini yang paling menonjol : bicara kacau, perilaku yang tidak teratur, afek datar tidak sesuai dan tidak memenuhi kriteria tipe katatonik. 3. Tipe Katatonik paling sedikit dua kondisi berikut mendominasi gambaran klinis : imobilitas motori yang ditunjukkan dengan katalepsi atau stupor, aktivitas motorik yang berlebihan, negativisme, atau mutisme yang estrem, gerakan volunter aneh yang terlihat melalui sikap tubuh, gerakan stereotip, manerisme, atau menyeringai. 4. Tipe Tidak terperinci terdapat gejala-gejala yang memenuhi kriteria umum pertama skizofrenia, tetapi kriteriauntuk tipe lain tidak terpenuhi. 5. Tipe residual kriteria skizofrenia tidak terpenuhi, begitu subtipe yang lain. Tampak gangguan terus menerus, ditunjukkan dengan gejala negatif atau adanya dua gejala atau lebih yang melemahkan yang termasuk dalam kriteria umum. 6. Skizofrenia Simple Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. 7. Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyaak sekali. 8. Skizofrenia Katatonia Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. 9. Episode Skizofrenia akut

Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya. 10. Skizofrenia Skizo-Afektif Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif ) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

2.1.7 Therapi a. Farmakoterapi Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan skizofrenia antara lain : 1. Anti Psikotik Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain : a. Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral. b. Trifluoperazine Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari. c. Haloperidol. Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal : 30,5 mg sampai 3 mg. 2. Anti parkinson Triheksipenydil (Artane) Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari Difehidamin Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari
9

3. Anti Depresan Amitriptylin Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75300 mg/hari.ImipraminUntuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari. 4. Anti Ansietas Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain: Fenobarbital Meprobamat : 16-320 mg/hari : 200-2400 mg/hari

Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari b. Psikoterapi 1. Terapi Untuk pasien Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas. Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki
10

terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan. 2. Terapi Keluarga Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1.1 Pengkajian Simtomatologi ( Data Subjektif dan Objektif ) pada klien dengan Skizofrenia, Delusi dan kelainan-kelainan yang berhubungan dengan Psikosis didapatkan (Townsend , 1998; 148 ): a. Autisme Merupakan suatu keadaan yang berfokus pada batiniah (inner side ). Seseorang mungkin saja menciptakan dunia sendiri. Kata-kata dan kejadian-kejadian tertentu mungkin

mempunyaai arti yang khusus untuk orang psikosis, arti suatu simbolik alamiah yang hanya mengerti oleh individu tersebut. b. Ambivalensi emosi Kekuatan emosai cinta, benci dan takut menghasilkan banyak konflik dalam diri seseorang. Setiap kali terjadi kecenderungan untuk mengimbangi orang lain sampai netralisasi emosional terjadi dan akibatnya individu tersebut akan mengalami kelesuan atau rasa acuh tak acuh. c. Afek tak sesuai Afeknya datar, tumpul dan seringkali tidak sesuai (misalnya pasien tertawaa saat menceritakan kematian salah seorang orang tuanya). d. Kehilangan Asosiatif Istilah ini menggambarkan disorganisasi pikiran yang amat sangat dan bahasa verbal dari orang yang psikosis. Pikirannya sangat cepat , disertai dengan perpindahaan ide dari suatu pernyataan kepernyataan berikut. e. Ekolalia Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata-kata yang didengarnya. f. Ekopraksia Orang yang psikosis seringkali mengulangi gerakan orang lain yang dilihatnya (Ekolalia dan ekopraksia adalah hasil dari batas ego seseorang yang sangat lemah). g. Neologisme

12

Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata-kata yang didengarnya. h. Pikiran konkrit

Orang psikosis memiliki kesukaran untuk berpikir abstrak dan mengartikan hanya secara harafiah aspek-aspek yang ada dilingkungannya. i. Asosiasi gema / clang

Orang psikosis menggunakan kata-kata bersajak dengan suaatu pola yang menyimpang dari ketentuan yang sebenarnya. j. Kata-kata tak beraturan Orang yang psikosis akan memakai kata-kata bersama-sama secara acak dan tak beraturan tanpa hubungaan yang logis. k. Delusi Istilah ini menunjukkan adanya ide-ide atau keyakinan-keyakinan yang salah. Jenis-jenis waham ini mencakup : Kebesaran Seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam kepentingan atau kekuasaan. Curiga Seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau mencurigai dirinya. Semua kejadian dalam lingkungan sekitarnya diyakini merujuk/terkait kepada dirinya. Kontrol Seseorang percaya bahwa obyek atau orang tertentu mengontrol perilakunya. l. Halusinasi Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi. m. Regresi Suatu mekanisme pertahanan ego yang paling mendasar yang digunakan oleh seseorang psikosis. Perilaku seperti anak-anak dan tehnik-tehnik yang dirasa aman untuk dirinya digunakan. Perilaku sosial yang tidak sesuai dapat terlihat dengan jelas. n. Religius

13

Orang psikosis menjadi penuh dengaaan ide religius, pikiran mekanisme pertahanan yang digunakan dalam suatu usaha untuk menstabilkan dan memberikan struktur bagi pikiran dan perilaku disorganisasi.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan

1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar berhubungan dengan : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Kurang rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain Panik Rangsangan katatonik Reaksi kemarahan/amok Instruksi dari halusinaasi Pikiran delusional Berjalan bolak balik Rahang kaku; mengepalkan tangan, postur tubuh yang kaku Tindakan agresif : tujuan merusak secara langsung benda-benda yang berada dalam lingkungan sekitarnya j. k. Perilaku merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang agresif (Perkataaan yang mengancam yang bermusuhan; tindakan menyombongkan diri untuk menyiksa orang lain secara psikologis l. Peningkatan aktifitas motorik, langkah kaki, rangsangan, mudah tersinggung, kegelisahan. m. n. Mempersepsikan lingkungan sebagai suatu ancaman. Menerima suruhan melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancaman.

14

2. Isolasi sosial berhubungan dengan : a. b. c. d. e. f. g. kurangnya rasa percaya diri kepada orang lain panik regresi ketahap perkembangan sebelumnya waham sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau perkembangan ego yang lemah represi rasa takut.

3. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Koping Individu tak efektif berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain Panik Kesensitifan ( kerentanan ) seseorang Rendah diri Contoh peraan negatif Menekan rasa takut Sistem pendukung tidak adekuat Ego kurang berkembang Kemungkinan faktor heriditer disfungsi sistem keluarga.

4. a. b. c.

Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/penglihatan berhubungan dengan : panik menarik diri strss berat, mengancam ego yang lemah.

5. a. b. c.

Kurang perawatan diri berhubungan dengan : menarik diri regresi dissability

15

3.1.3 Intervensi Keperawatan 1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar berhubungan dengan : a. Kurang rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain b. c. d. e. f. g. h. i. Panik Rangsangan katatonik Reaksi kemarahan/amok Instruksi dari halusinaasi Pikiran delusional Berjalan bolak balik Rahang kaku; mengepalkan tangan, postur tubuh yang kaku Tindakan agresif : tujuan merusak secara langsung benda-benda yang berada dalam lingkungan sekitarnya j. k. Perilaku merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang agresif (Perkataaan yang mengancam yang bermusuhan; tindakan menyombongkan diri untuk menyiksa orang lain secara psikologis l. Peningkatan aktifitas motorik, langkah kaki, rangsangan, mudah tersinggung, kegelisahan. m. n. Mempersepsikan lingkungan sebagai suatu ancaman. Menerima suruhan melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancaman.

Intervensi :

Tujuan Umum: Pasien tidak akan menciderai dirinya, orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus: Dalam 2 minggu pasien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan ansietas dan kegelisahan dan melaporkan kepada perawat agar diberikan intervensi sesuai kebutuhan. Kriteria hasil : Ansietas dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak menjadi agresif
16

Pasien memperlihatkan rasa percaya kepada oraang lain disekitarnya Intervensi dan rasional : 1. Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana, tingkat kebisingan rendah ) Rasional :Tingkat ansietas akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus. Individu yang ada mungkin dirasakan sebagai suatu ancaman karena mencurigakan, sehingga akhirnya membuat pasien agitasi. 2. Observasi secara ketat perilaku pasien (setiap 15 menit). Kerjakan hal ini sebagai suatu kegiatan yang rutin untuk menghindari timbulnya kecurigaan dalam diri pasien. Rasional : Observasi ketat merupakan hal yang penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuk selalu memastikan bahwa pasien berada dalam keadaan aman. 3. Singkirkan semua benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar pasien, Rasional: Jika pasien berada dalam keadaan gelisah, bingung, pasien tidak akan menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain. 4. Coba salurkan perilaku merusak diri ke kegiatn fisik untuk menurunkan ansietas pasien (mis,memukuli karung pasir). Rasional : Latihan fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk menghilangkan ketegangan yang terpendam. 5. Staf harus mempertahankan dan menampilkan perilaku yang tenang terhada pasien. Rasional : Ansietas menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien.

17

6. Berikan obat-obatan tranquilizer sesuai program terapi pengobatan. Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya. Rasional : Cara mencapai batasan alternatif yang paling sedikit harus diseleksi ketika merencanakan intervensi untuk psikiatri. 7. Begitu kegelisahan menurun, kaji kesiapan pasien untuk dilepaskan dari fiksasi. Lepaskan satu persatu fiksasi pasien atau dikurangi secara bertahap, jangan sekaligus, sambil terus mengkaji respons pasien. Rasional : Meminimalkan resiko kecelakaan bagi pasien dan perawat.

2. Isolasi sosial berhubungan dengan : a. b. c. d. e. f. g. kurangnya rasa percaya diri kepada orang lain panik regresi ketahap perkembangan sebelumnya waham sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau perkembangan ego yang lemah represi rasa takut.

Intervensi Tujuan Umum: Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap. Tujuan khusus: Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayanya dalam satu minggu. Kriteria hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh
18

Pasien melakukan pendekatan interaaaaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima.

Intervensi dan Rasional 1. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi

singkat. Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepaada orang lain. 2. Perlihatkan penguatan positif kepada pasien Rasional : Membuat pasien merasa menjadi seseorang yang akan berguna. 3. Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercayai akan memberikan rasa aman kepada klien. 4. Jujur dan menepati semua janji Rasional: Kejujuran dan rasa membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling 5. Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien. Pantau keefektifan dan efek samping obat. Rasional : Obat-obatan anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala-gejala psikosis pada seseorang, dengan demikian memudahkan interaaksi dengan orang lain. 6. Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang lain. Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendoirong terjadinya pengulangan perilaku tersebut.
19

3.

Koping Individu tak efektif berhubungan dengan : a. Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain

b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Panik Kesensitifan ( kerentanan ) seseorang Rendah diri Contoh peraan negatif Menekan rasa takut Sistem pendukung tidak adekuat Ego kurang berkembang Kemungkinan faktor heriditer disfungsi sistem keluarga.

Intervensi Tujuan Tujuan umum Pasien dapat menggunakan koping adaptif, yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan khusus : Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada orang lain, pasien tidak mudah panik pasien dapat mengontrol rasa takut dan rendah diri Kriteria Hasil : Pasien dapaat menilai situasi secara realistik daan tidak melakukan tindakan projeksi perasaannya dalam lingkungan tersebut. Pasien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain Pasien makan makanan dari piring Rumah Sakit dan minum obat tanpa memperlihatkan rasa tidak percaya Pasien dapat berinteraksi secara tepat / sesuai dengan kooperatif dengan perawat dan rekan-rekannya.
20

Intervensi dan rasional a. Dorong perawat yang sama untuk bekerjasama dengan pasien sebanyak

mungkin Rasional : Mempermudah perkembangan hubungan saling percaya. b. Hindari kontak fisik Rasional Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhaan sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman. c. Hindari tertawa, berbisik-bisik, atau bicara pelan-pelan didekat pasien sehingga pasien daapat melihat hal tersebut namun tak dapat mendengar apa yang dibicarakan. Rasional Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga. d. Jujur dan selalu tepati janji. Rasional Kejujuran rasa membutuhkan orang lain akan mendukung munculnya suatu hubungan saling percaya. e. Kemungkinan besar dibutuhkan pendekataaan yang kreatif untuk mendukung masukan makanan ( misalnya makanan kaleng, makanan milik pribadi atau makanan khas keluarga yang akan memberikan kesempatan lebih besar untuk hal ini ). Rasional Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan diuracuni sehingga pasien menolak untuk makan makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya. f. Periksa mulut pasien setelah minum obat

Rasional Meyakinkan bahwa pasien telah menelan obatnya dan tidak mencoba obat tersebut.

21

g.

Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif. Kegiatan yang mendukung adanya hubungan interpersonal ( satu-satu ) dengan perawat atau terapis adalah kegiatan yang terbaik.

Rasional Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat mengancam paasienpasien curiga. h. Motivasi pasien untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan tehadap perasaan maraah yang ditujukan pasien langsung kepada diri perawat. Rasional Mengungkapkan perasaan secara verbal dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai kepada saat tertentu dimana pasien dapat mencurahkan perasaan yang telah lama terpendam. i. Sikap asertif, sesuai kenyataan, pendekatan yang bersahabat akan menjadi hal yang tidak mengancam pasien yang curiga. Rasional Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungaan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali.

4.

Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/penglihatan berhubungan

dengan : a. b. c. panik menarik diri strss berat, mengancam ego yang lemah.

Intervensi Tujuan Tujuan umum Pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi. Tujuan khusus : Pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.

22

Kriteria hasil Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrem. Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk memutus ansietas tersbut

Intervensi dan rasional a. Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi ( sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam ditengah-tengah pembicaraan ). Rasional : Intervensi awal akan mencegaah respons agresif yang diperintah dari halusinasinyaa. b. Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita juga tidak apa-apa diperlakukan seperti itu Rasional : Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan berespons dengan cara yang agresif. c. Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi halusinaasinya dengan perawat. Rasional Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi. d. Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata suara tersebut daripada kata-kata mereka yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak sedang membagikaan persepsi. Katakan meskipun saya menyadari bahwa suara-suara tersebut nyata untuk anda, saya sendiri tidak mendengarkan suara-suara yang berbicara apapun. Rasional Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa halusinasi tersebut adalah tidak nyata. e. Coba untuk menghubungkan waktu terjadinya halusinasi dengan waktu meningkatnmya ansietas. Bantu pasien untuk mengerti hubungaan ini.

23

Rasional : Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas, halusinasi dapat dicegah. f. Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.

Rasional Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan jelaskan tentang situasi kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali kepada realita. 5. a. b. c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan : menarik diri regresi dissability

Intervensi Tujuan : Tujuan umum Pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri Tujuan khusus Pasien mengerti tentang perlunya perawatan diri Pasien dapat melakukan perawatan diri dengan bantuan minimal Kriteria hasil : pasien makan sendiri tanpa bantuan pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian dan merawat dirinya tanpa bantuan pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari pasien dapat melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

Intervensi dan Rasional a. Kaji pengetahuan klien tentang perlunya perwatan diri Rasional identifikasi selanjutnya pemahaman klien, memudahkan penetapan intervensi

24

b.

Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan ketidakmampuannya merawat diri

Rasional Eksplorasi perasaan mempermudah penilaian ketidakmampuan klien c. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak mampu melakukan beberapa kegiatan. Rasional Kenyamanan keperawatan. d. Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya merawat diri Rasional Penguatan positif akan meningkatkan harga diri daan mendukung terjadinya pengulanganperilaku yang diharaapkan. e. Demonstrasikan pada pasien cara melakukan perawatan diri yang sulit dilakukan pasien. Rasional Dengan contoh / tindakan secara langsung akan lebih diingat oleh pasien. dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam

25

BAB IV PENUTUP

4.1Kesimpulan Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada fluida cerebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja Adapun penyebab dari skizofrenia itu di antaranya adalah : Hereditas, Lingkungan, Emosi yang diekspresikan, Kepribadian Premorbid,Metabolisme serta Susunan saraf pusat. 4.2 Saran Di harapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai askep skizofrenia serta bisa menempatkan posisi kita sebagai perawat agar dapat lebih paham dan lebih kritis menangani pasien dengan skozofrenia

26

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima Medika. Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

27

Anda mungkin juga menyukai