Anda di halaman 1dari 5

Kontroversi Grasi Corby; Bebasnya Corby

Kompasiana- 09/02/2014 Schapelle Leigh Corby yang familiar disebut Corby akhirnya bisa bernafas lega. Pasalnya pada Jumat, 7 Februari 2014 setelah hampir satu dekade mendekam di Lapas Kerobokan Bali, Menteri Hukum dan Ham Amir Syamsudin mengabulkan permohonan bebas bersyarat terhadap dirinya. Dari 1.798 narapidana yang mengajukan bebas bersyarat, Kemenkumham mengabulkan pengajuan 1.291 narapidana, dan Corby adalah salah satunya. Pada 21 April 2005 dituntut Jaksa dengan pidana penjara seumur hidup divonis oleh Mahkamah Agung 20 tahun. Belum memasuki masa tahanan selama 10 tahun, Corby sudah bisa bebas menghirup udara luar. Tak percaya? Namun itulah fakta. Adanya Remisi/ grasi sesuai dengan Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan turunannya seperti PP No. 28 tahun 2006. Umumnya ada 3 jenis remisi yaitu Remisi umum diberikan setiap hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 17 Agustus, remisi khusus diberi tiap hari besar agama yang dianut oleh narapidana, dan remisi tambahan didapat apabila napi melakukan hal yang berguna seperti berbuat jasa kepada negara, melakukan kegiatan kemanusiaan, dan membantu kegiatan pembinaan di lapas. Hal tersebut memang diatur dalam perundang-undangan sehingga tidak dapat disangkal bahwa remisi tersebut tiap tahun memang diberikan kepada napi, termasuk Corby. Namun hal yang lebih mencengangkan pada tanggal 15 Mei 2012, presiden SBY memberi grasi kepada Corby berupa pengurangan tahan selama 5 tahun. Berbeda halnya dengan remisi dalam Undangundang yang harus diberikan kepada setiap napi, grasi adalah hak prerogatif, bukanlah sebuah kewajiban. Namun tetap saja, untuk pertama kalinya di dunia ini presiden memberi grasi kepada narapidana tindak pidana narkotika, terlebih dengan pengurangan yang fantastis, 5 tahun! Masa tahanan Corby yang harusnya 20 tahun pun mengerucut, hingga pada Jumat 07 Februari 2014 mendapatkan hak bebas bersyarat. Tidak sampai 10 tahun. Dengan bebasnya Corby yang hanya kali jumlah total vonis tahanannya, banyak kalangan elit politik angkat bicara, Menurut Komisi III DPR Fraksi Golkar Bambang Soesatyo di Jakarta, Minggu (9/2) Bebas bersyarat yang diberikan pemerintah Indonesia untuk narapidana narkotik asal Australia Schapelle Leigh Corby, lebih bermakna pesan kepada pemerintah Australia untuk berhenti membocorkan hasil sadapan ASD (Australian Signals Directorate). Materi penyadapan yang didapat ASD diyakini sangat sensitif karena berkaitan dengan moral atau reputasi para pemimpin Indonesia.

Tentang Grasi Menurut Kamus besar bahasa indonesia grasi adalah ampunan yang diberikan oleh kepala Negara kepada orang yang telah dijatuhi hukuman. Sedangkan menurut Wakil dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Muchamad Ali Safaat, yang dimaksud grasi merupakan p engampunan dalam bentuk perubahan, peringatan, pengurangan atau penghapusan pelaksanaan hukuman yang diberikan oleh presiden. Grasi bukanlah bentuk campurtanga presiden terhadap putusan pengadilan karena tidak menghilangkan kesalahan dan juga bukan merupakan rehabilitasi terhadap terpidana. Sesuai dengan ketentuan pasal 14 ayat (1) UUD 1945 yang selanjutnya diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2002. Dimana kewenagan tersebut merupakan hak presiden yang bersifat ekslusif. Lemahnya aturan dengan pemberian grasi hukuman Adanya pemberian Grasi Corby akan membuka celah bagi keringanan hukuman bagi narapidana narkoba lainnya. Julian Mc Mahon pengacara the Bali Nine (julukan sembilan warga Australia yang tertangkap menyelundupkan 8,2 kg heroin pada 17 April 2005) seperti dikutip laman The Sydney Morning

Herald (24/5) menilai, grasi Corby itu membuka celah baru untuk mengurangi masa tahanan kliennya. Menurutnya, Presiden SBY sebelumnya tegas tidak mau memberi grasi kepada pengedar narkoba, sekarang dia memberi grasi. Ini menunjukkan fleksibilitas Sungguh ironis sekali adanya pemberian grasi atas dasar kemanusian, menjadikan hukuman bagi pelaku kejahatan (pengedar narkoba) tidak memberikan efek jera pada mereka. Malah dalam jangka panjang akan hadir masalah baru yang merugikan, seperti semakin meningkatnya pengedar narkoba juga ekivalen dengan korban (penggunanya) dll. Disitulah dapat dilihat ketidakproduktifan pemberian grasi sebagai solusinya. Pemberantasan kejahatan narkoba mestinya digencarkan. Sebab Indonesia terus menjadi incaran sindikat narkoba sehingga jumlah kasus narkoba terus meningkat. Badan Narkotika Nasional (BNN) melalui juru bicara BBN Suminat Dwiyanto melaporkan pengguna narkotika dan obat terlarang di Indonesia per 2012 meningkat menjadi 4 juta orang atau meningkat 2 persen dari populasi dan meningkat dari riset sebelumnya yang sebesar 3,8 juta jiwa. Pun bagi pecandu mengalami peningkatan dikarenakan jumlah pencandu yang melakukan rehabilitasi sangat minim. Dari 4 juta-an pencandu, hanya 18 ribu yang rehabilitasi. Sekali lagi sangat ironis Islam solusi Perventif Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang sempurna, mulia dan utama (Afdhal makhluqat). Dengan akalnya sebagai salah satu potensi yang dimiliki sudah dapat menjadi alat untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk secara naluriahnya. Dari potensi ini bahkan bisa lebih utama daripada malaikat yang terjauhi dari kemaksiatan kecuali Allah yang menyuruhnya. Dengan dimiliki dan dimaksimalkan dalam pemanfaatannya, manusia akan mampu melakukan aktivitas secara sadar setelah menjadikan kecenderungan setiap aspek berpikir bedasarkan pada pemikiran yang mendasar dan menyeluruh. Sehingga akan melahirkan berbagai pemikiran cabang lain untuk menyelesaikan berbagai problem kehidupan guna terciptanya kehidupan yang harmonis antara manusia dan makhluk lainnya (adanya kemaslahatan umat manusia). Begitu pentingnya aspek akal untuk berpikir akan hakekat penciptaan Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S Ali-Imran: 190-191) Akal yang sehat cenderung menginginkan, memikirkan hingga mengupayakan kondisi yang paling menentramkan imannya. Sehingga dengan adanya keinginan yang kompleks tersebut akal manusia tidaklah cukup menjadi pemutus akan solusi pencapaiannya. Akal hanyalah menjadi alat perabanya. Maka bila digunakan sebagaimana porsinya dan pada kerangka berpikir yang benar, maka akan sampai pada keimanan yang benar dan kecenderungan mengimani Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Karena Dialah satu-satunya yang berhak membuat aturan. Ingat,, akal manusia mampu menjangkau tanda kekuasaan Allah melalui ciptaanNya. Oleh Karenanya, Islam telah melarang hal-hal yang dapat merusak akal manusia, seperti meminum khamr, pun dengan narkoba. Narkoba adalah zat yang memabukkan dengan beragam jenis seperti heroin atau putaw, ganja atau marijuana, kokain dan jenis psikotropika; ekstasi, methamphetamine/sabu-sabu dan obat-obat penenang; pil koplo, BK, nipam dsb. Zat yang memabukkan dalam al-Quran disebut khamr, artinya sesuatu yang dapat menutup akal. Abdullah bin Umar RA menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr adalah haram. (HR Ahmad

dan Abu Dawud).Islam telah mengharamkan segala sesuatu yang bisa merusak akal manusia. Penjagaan Islam terhadap akal manusia adalah dengan pelaksanaan syariat Islam yang datangnya dari Allah, al-Khaliq al-Mudabbir Negara memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap rakyatnya. Dengan mengupayakan agar terjadi peningkatan ketaqwaan setiap individu masyarakat kepada Allah. Negara harus melakukan edukasi kepada masyarakat agar paham bahwa mengonsumsi, mengedarkan bahkan memproduksi narkoba adalah perbuatan haram yang akan mendatangkan murka Allah, yang di akhirat nanti pelakunya akan dimasukkan ke dalam neraka. Ketaqwaan setiap individu masyarakat akan menjadi kontrol bagi masing-masing sehingga mereka akan tercegah untuk mengkonsumsi, mengedarkan apalagi membuat narkoba. Selain melakukan upaya peningkatan ketaqwaan individu, Negara berkewajiban melaksanakan sistem hukum pidana Islam. Sistem pidana Islam, selain bernuansa ruhiyah karena bersumber dari Allah SWT, juga mengandung hukuman yang berat. Pengguna narkoba dapat dipenjara sampai 15 tahun atau dikenakan denda yang besarnya diserahkan kepada qdhi (hakim). (lihat Nizhm al-Uqbt,al-Maliki, hal 189). Jika pengguna saja dihukum berat, apalagi yang mengedarkan atau bahkan memproduksinya; mereka bisa dijatuhi hukuman mati sesuai dengan keputusan qdhi (hakim) sebagai tazir Rasulullah saw pernah bersabda: Rasulullah SAW mengutuk sepuluh orang yang karena khamr: pembuatnya, pengedarnya, peminumnya, pembawanya, pengirimnya, penuangnya, penjualnya, pemakan hasil penjualannya, pembelinya dan pemesannya. (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Hukum Tazir
menurut arti bahasa, lafaz tazir berasal dari kata yang sinonimnya: 1. yang artinya mencegah dan menolak; 2. yang artinya mendidik; 3. yang artinya mengagungkan dan menghormati; 4. yang artinya membantunya, menguatkan dan menolong. Menurut istilah, ta;zir didefinisikan oleh Al-Mawardi sebagai berikut: Tazir adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara. Wahbah Zuhaili memberikan definisi tazir yang mirip dengan definisi Al-Mawardi: : Tazir menurut syara adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat atau jinayah yang tidak dikenakan hukuman had dan tidak pula kifarat. Maksud tazir di dalam syariat adalah memberi pelajaran bagi orang yang berdosa yang tidak ada hukuman dan tidak ada kafarah (tentang dosa yang dilakukan)-nya. Berkaitan dengan itu sesungguhnya maksiat ada tiga macam: 1. Jenis maksiat yang memiliki hukuman seperti zina dan mencuri. Hukuman adalah kafarah bagi pelakunya. 2. Jenis maksiat yang memiliki kafarah dan tidak ada hukumannya seperti bersetubuh di siang hari pada bulan Ramadhan. 3. Jenis maksiat yang hukumannya tidak ditentukan oleh syariat atau syariat menentukan batasan hukuman bagi pelakunya tetapi syarat-syarat pelaksanaannya tidak diterangkan dengan sempurna, misalnya menyetubuhi wanita selain farjinya, mencuri sesuatu yang tidak mewajibkan penegakan hukuman potong tangan di dalamnya, wanita menyetubuhi wanita (lesbian) dan tuduhan selain zina, maka wajib ditegakkan

tazir pada kasus-kasus itu, tersebut dalam hadits: Janganlah kamu mencambuk melebihi sepuluh kali cambukan kecuali dalam hukuman dari hukuman-hukuman Allah Azza wa Jalla. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Dawud) Dalam suatu riwayat bahwa Umar bin Khathab radhiyallahu anhu mentazir dan memberi pelajaran terhadap seseorang dengan mencukur rambut, mengasingkan dan memukul pelakunya, pernah pula beliau radhiyallahu anhu membakar kedai-kedai penjual khamr dan membakar suatu desa yang menjadi tenpat penjualan khamr. Tazir dalam perkara yang disyariatkan adalah tazir yang wajib menurut pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad rahimahumullah. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bolehnya mentazir dengan harta, Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah mentazir dengan menahan harta rampasan perang dari orang yang berhak menerimanya, dikabarkan pula bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam mentazir orang yang tidak menunaikan zakat dengan mengambil separuh hartanya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Nasai, Apa yang diberikan oleh seseorang karena mencari pahala maka dia mendapatkan pahalanya, dan barangsipa yang menahannya maka kami yang akan mengambilnya beserta separuh hartanya, hal itu sebagai salah satu kewajiban dari Rabb kami. Tazir dilakukan oleh seorang pemimpin (hakim), demikian pula bapak boleh melakukan terhadap anaknya, tuan terhadap budaknya dan suami terhadap istrinya -dengan syarat mereka tidak melakukannya dengan berlebih-lebihan. Dibolehkan menambah tazir untuk mencapai makrud (dalam memberi pelajaran) atas suatu kesalahan. Tetapi jika menambah tazir bukan untuk tujuan ini, berarti dia telah melampaui bata s dan menimpakan hukuman yang menyebabkan binasanya seseorang. Ibnu Rajab rahimahullah menyampaikan pernyataan penting sehubungan dengan apa yang sedang kita bahas. Beliau rahimahullah berkata, Disebutkan dalam riwayat Muslim, Barangsiapa yang melakukan sesuatu yang mewajibkan ditegakkannya hukuman, kemudian hukuman itu ditegakkan atasnya, maka itu menjadi kafarah baginya. Ini menunjukkan bahwa hukuman-hukuman itu merupakan kafarah. Syaby rahimahullah berkata, Tidaklah saya mendengar tentang permasalahan ini -bahwa hukuman itu menjadi kafarah bagi pelakunyayang lebih baik dari hadits Ubadah bin Shamit radhiyallahu anhu. Juga perkataannya: Maka mereka dihukum dengan hukuman-hukuman yang syari yaitu hukuman-hukuman yang telah ditetapkan ketentuannya atau tidak ditetapkan -seperti tazir- serta mencakup hukuman-hukuman taqdir seperti berbagai musibah dan penyakit. Telah ada riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, Tidaklah seorang muslim tertimpa penyakit, musibah, kecemasan dan kesedihan sampaipun sebuah duri yang menusuknya kecuali dengan sebab itu Allah Azza wa Jalla menghapuskan kesalahan-kesalahannya. Muqodimah Penegakan hukum ini harus konsisten. Setiap orang yang menggunakan narkoba harus dijatuhi hukuman tegas. Orang yang sudah kecanduan harus dihukum berat. Demikian pula semua yang terlibat dalam pembuatan dan peredaran narkoba, termasuk para aparat yang menyeleweng. Rekrutmen aparat penegak hukum juga harus selektif. Aparat yang menegakkan hukum haruslah yang bertaqwa. Dengan sistem hukum pidana yang tegas dan berefek jera, maka hukum tidak akan dijualbelikan. Mafia peradilan sebagaimana arak terjadi dalam peradilan sekular saat ini. Itulah bila bersumber dari Allah SWT, serta aparat penegak hukum yang bertaqwa, Kemungkinan peluang kecil terjadi dalam sistem pidananya. Ini karena tatkala menjalankan aturan Allah, aparat penegak hukum yang bertaqwa sadar betul, bahwa mereka sedang menegakkan hukum Allah, yang akan mendatangkan pahala jika mereka amanah dan akan mendatangkan dosa jika mereka menyimpang atau berkhianat. Wallahuaalam Bisshowab

Anda mungkin juga menyukai