Anda di halaman 1dari 15

ADAB MAKAN & MINUM MENGIKUT SUNNAH RASULULLAH SAW 1.

Membasuh Tangan Membasuh tangan bergantung kepada keadaan yaitu jika tangan kotor maka dibasuh dan jika tidak cukup dengan menyapu tangan. Pendapat ini berdasarkan hadis: apabila baginda ingin makan maka baginda membasuh kedua tangan baginda (lebih dulu). (HR An-Nasaai) 2. Membaca Bismillah Nabi SAW bersabda kepada seorang kanak-kanak yang makan di samping baginda: Wahai kanak-kanak, sebutlah nama Allah (HR Bukhari dan Muslim). Ini merupakan satu suruhan yang jelas mengenai membaca Bismillah. 3. Makan Dan Minum Dengan Tangan Kanan Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang kamu makan, maka hendaklah dia makan dengan tangan kanannya dan apabila dia minum, maka hendaklah dia minum dengan tangan kanannya, karena sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya. (HR Muslim) 4. Mulai Makan Dari Tepian, Tidak Di Tengah Rasulullah SAW bersabda: Apabila seseorang kamu makan suatu makanan, maka janganlah dia (mulai) makan makanan yang berada di tengah, akan tetapi hendaklah dia makan makanan dari tepian di sebelah bawahnya, karena sesungguhnya keberkahan itu turun daripada tengah (ke bawah). (HR Abu Daud) 5. Tidak Mencela Makanan Abu Hurairah r.a. pernah meriwayatkan: Tiadalah sekali-kali Nabi SAW meng-aibkan makanan (yang terhidang). Jika baginda berselera, baginda memakannya, dan jika baginda tidak ingin, baginda meninggalkannya. (HR Bukhari) 6. Tidak Bernafas Dalam Minuman Ibnu Abbas r.a. memberitakan: Sesungguhnya Nabi SAW melarang bernafas dalam minuman atau menghembuskan ke dalamnya. (HR At-Tirmidzi) 7. Tidak Makan Banyak Nabi SAW bersabda: Orang mukmin itu makan menggunakan sebuah perut sedangkan orang kafir itu makan menggunakan tujuh buah perut. (HR Bukhari) 8. Larangan Makan Sambil Meniarap Bahwa Nabi SAW melarang seorang lelaki makan sedang dia duduk meniarap. (HR Ibnu Maajah) 9. Menjilat Punggung Jari Dan Jari-Jari Rasulullah SAW menyuruh umatnya menjilat jari dan punggung jari sesudah makan. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya kamu tidak mengetahui (bahagian) manakah (makanan kamu) yang mengandungi keberkahan. (HR Muslim) Di dalam hadis lain menyebut: Apabila salah seorang kamu makan suatu makanan, maka janganlah dia menyapu tangannya (dengan sapu tangan) sehingga dia menjilatnya atau makanan itu dijilatkan. (HR Bukhari) 10. Mengucapkan Alhamdulillah Selesai Makan Terdapat beberapa doa selesai makan yang telah diajarkan oleh Nabi SAW. Dan juga mendoakan untuk yang menjamu hidangan kepada kita. 11. Larangan Makan Dan Minum Menggunakan Alat Makan Dari Emas Dan Perak Siapa minum dalam emas atau perak, maka sesungguhnya akan menggelegak dalam perutnya (bakaran) api neraka. (HR Muslim). Ilmuan Islam sependapat tentang keharaman makan menggunakan peralatan emas dan perak.

CARA TIDUR RASULULLAH SAW

Jika tidak ada kepentingan/keadaan darurat janganlah tidur terlalu malam. Segeralah tidur setelah sholat isya dan jangan tidur sebelumnya. Bahwasanya Rasulullah SAW membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya. [Hadist Riwayat Al-Bukhari dan Muslim]. Tidurlah dalam keadaan suci dari hadast kecil (berwudhu). Salah satu dari manfaat yang tersembunyi adalah melancarkan darah dan meregangkan otot setelah seharian beraktifitas. Seperti dalam hadist Rasulullah SAW:Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tempat tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat. (Hadist Riwayat Al-Bukhari dan Muslim). Mulailah membaringkan badan dengan posisi bagian kanan tubuh sebagai tumpuannya (rusuk bagian kanan). Meskipun setelah itu akan berubah ke posisi kiri (bertumpu pada rusuk kiri). Seperti dalam sabda Rasulullah SAW :Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu. (Hadist Riwayat Al-Bukhari dan Muslim). Posisi tidur yang dianjurkan oleh sunnah Rasulullah selain bertumpu pada posisi bagian kanan tubuh yaitu meletakkan tangan kanan pada pipi kanan bagian bawah. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW :Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya. (Hadist Riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban). Kapan dan dimanapun anda berada janganlah tidur dengan posisi perut dibawah (telungkup dengan menjadikan perut sebagai tumpuannya). Seperti dalam hadist Rasulullah SAW :Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla. (Hadist Riwayat Abu Dawud dengan sanad yang shohih). Sebelum anda membaringkan badan pada tempat tidur hendaklah membaca Ayat Kursi, membaca dua ayat terakhir dari surat Al- Baqoroh. Mengatupkan dua telapak tangan lalu ditiup dan dibacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas kemudian dengan dua telapak tangan mengusap dua bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Hal ini diulangi sebanyak 3 kali (Hadist Riwayat Al-Bukhari Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi) dan setelah itu bacalah doa ini sebagai akhir dari doa tidur : Yang artinya : Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih. (Hadist Riwayat Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Ketika dalam tidur anda ingin merubah posisi tidur(dari satu sisi ke sisi lain) maka disunnahkan untuk mengucapkan doa berikut : Yang artinya : Tidak ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Allah yang Maha Esa, Maha Perkasa, Rabb yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun. (Hadist Riwayat Al-Hakim). Jika merasa tidak bisa tidur dikarenakan merasa gelisah dan merasa takut tidur malam maka kepada mereka dianjurkan untuk membaca doa yang artinya : Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku. (Hadist Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi dan lainnya). Tidur Rasulullah SAW selalu memakai celak mata pada saat beliau hendak tidur malam, berdasarkan hadits Ibnu Umar:Bahwasanya Rasululloh shallallahu alaihi wasallam senantiasa memakai celak dengan batu celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau sholallahu alaihi wassalam memakai celak pada kedua matanya sebanyak 3 kali goresan. (Hadist Riwayat Ibnu Majah). Membersihkan tempat tidur sebelum tidur adalah salah satu bagian dari sunnah maka bersihkanlah tempat tidur menggunakan kain yang bersih dengan cara mengibaskan pada tempat tidur sembari mengucapkan bismillah seperti dijelaskan dalam hadist Rasulullah SAW :Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan

bismillah, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi. (Hadist Riwayat Al Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan Abu Dawud). Ketika anda sudah terbangun maka dianjurkan untuk tidak langsung berdiri dari pembaringan (tempat tidur) dan kemudian membaca doa seperti berikut : Alhamdulillahilladzii ahyaanaa badamaa amaatanaa wa ilayhinnusyuur. Yang artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkanNya dan kepada-Nya kami dibangkitkan. (Hadist Riwayat Al-Bukhari dan Muslim). Setelah bangun tidur, disunnahkan mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun tangan. seperti dalam hadist Rasulullah SAW :Maka bangunlah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya. [Hadist Riwayat Muslim]. Membersihkan mulut setelah bangun tidur (bersiwak) adalah bagian dari sunnah Rosulullah SAW, seperti di kutip dalam hadist :Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak. (Hadist Riwayat Al Bukhari dan Muslim). Membersihkan hidung dengan menggunakan air atau disebut beristinsyaq dan beristintsaar (yaitu menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung). seperti dalam hadist Rasulullah SAW :Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya. (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim). Membersihkan kedua tangan dengan membasuhnya menggunakan air sampai tiga kali sebelum memasukkan tangannya atau mengambil air dari dalam bak. seperti dalam hadist Rasulullah SAW :Apabila salah seorang di antara kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali. (Hadist Riwaya t Al-Bukhari dan Muslim). Sunnah-Sunnah Dalam Adzan Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan adzan ada lima: seperti yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Zaadul Maad. Sunnah Bagi Orang Yang Mendengar Adzan Untuk Menirukan Apa Yang Diucapkan Muadzin Kecuali Dalam lafadz. Hayya alash-shollaah, Hayya alash-shollaah Maka ketika mendengar lafadz itu maka dijawab dengan lafad. Laa hawla walaa quwwata illa billahi Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah [HR. Al-Bukhari dan Muslim no. 385.] Faedah Dari Sunnah Tersebut Sesungguhnya (sunnah tersebut (yaitu menjawab adzan) akan menjadi sebab engkau masuk surga, seperti dalil yang tercantum dalam Shahih Muslim (no. 385. Pent)[2]. Setelah Muadzin Selesai Mengumandangnkan Adzan, Maka Yang Mendengarnya Mengucapkan [1] Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya. Aku ridho kepada Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai agama(ku) dan Muhammad sebagai Rasul [HR. Muslim 1/240 no. 386] Faedah Dari Sunnah Tersebut Dosa-dosa akan diampuni sebagaimana apa yang terkandung dalam makna hadits itu sendiri. [3]. Membaca Shalawat Kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa salam setelah selesai menjawab adzan dari muadzin dan menyempurnakan shalawatnya dengan membaca shalawat Ibrahimiyyah dan tidak ada shalawat yang lebih lengkap dari shalawat tersebut. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Apabila kalian mendengar muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya lalu bershalawatlah untukku karena sesungguhnya orang yang bershalawat

untukku satu kali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali [HR. Muslim 1/288 no. 384)] Faedah Dari Sunnah Tersebut Sesungguhnya Allah bershalawat atas hambaNya 10 kali Makna bahwasanya Allah bershalawat atas hambaNya adalah Allah memuji hambaNya di hadapan para malaikat. Sedangkan shalawat Ibrahimiyah adalah : Artinya : Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji dan Mahamulia. Berikanlah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji dan Mahamulia. [HR. Bukhari dalam Fathul Baari 6/408, 4/118, 6/27; Muslim 2/16, Ibnu Majah no. 904 dan Ahmad 4/243-244 dan lain-lain dari Kaab bin Ujrah] [4]. Mengucapkan Doa Adzan Setelah Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Artinya :Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-Wasilah (derajat di Surga), dan al-fadhilah kepada Muhammad Shalallahu alaihi wa sallm. Dan bangkitkan beliau sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang Engkau janjikan. [HR. Bukhary no. 614, Abu Dawud no. 529, At-Tirmidzi no. 211, an-NasaaI 2/26-27. Ibnu Majah no. 722). adapun tambahan "Sesungguhnya Engkau Tidak pernah menyalahi janji" Ttidak boleh diamalkan karena sanadnya lemah. Lihat Irwaul Ghalil 1/260,261] Faedah Dari Doa Tersebut Barangsiapa yang mengucapkannya (doa tersebut) maka dia akan memperoleh syafaat dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam [5]. Berdoa Untuk Dirinya Sendiri, Dan Meminta Karunia Allah Karena Allah Pasti Mengabulkan Permintaannya. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam Artinya : Ucapkanlah seperti apa yang mereka (para muadzdzin) ucapkan dan jika engkau telah selesai, mohonlah kepadaNya, niscaya permohonanmu akan diberikan. Apabila sunnah-sunnah ketika mendengar adzan dikumpulkan, maka seorang muslim telah melaksanakannya sebanyak 25 sunnah. SUNNAH-SUNNAH DALAM IQAMAH Sunnah-sunnah saat iqamah sama dengan sunnah-sunnah pada adzan yaitu pada empat point yang pertama. Hal ini sesuai dengan Fatawa Lajnah ad Daimah lil Buhuts Ilmiyyah wal Ifta. Apabila dijumlah secara keseluruhan terdapat 20 sunnah iqamah pada setiap shalat wajib. Faidah : Merupakan sunnah bagi yang mendengar iqomah untuk menirukan orang yang iqamah kecuali pada lafadz Hayya alash-shollaah, Hayya alash-shollaah Ketika mendengar lafadz itu, dijawab dengan lafadz Laa hawla walaa quwwata illa billahi Artinya : Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah [HR. Muslim] Kemudian ketika ucapan Qod qoomatish shalah Hendaknya menirukannya dan tidak boleh mengucapkan Aqoomahaa Allahu wa adaamaha Karena ucapan itu berdasarkan hadits yang dhaif

Sunnah Di Kamar Mandi (Wc) Berikut sunnah-sunnah di kamar mandi:

# Masuk Kamar Mandi/WC dengan Kaki Kiri dan Keluar dengan Kaki Kanan Inilah sunnah yang diperintahkan oleh Nabi SAW, dan juga disunnahkan untuk membaca 'doa sebelum masuk kamar mandi' (doa dibaca di luar kamar mandi) dan juga doa setelah keluar dari kamar mandi. Berbeda kalo kita masuk Masjid dan Rumah dengan kaki Kanan dan keluar dengan kaki Kiri. # Menggunakan Alas Kaki Menurut penelitian di Amerika di dalam kamar mandi/WC ada sejenis virus dengan type 'Americanus' yang masuk lewat telapak kaki orang yang ada di WC tersebut. Dengan proses waktu yang panjang virus tersebut naik ke atas tubuh dan ke kepala merusak jaringan otak yang menyebabkan otak lemah tak mampu lagi mengingat, blank semua memori otak sehingga pikun. Sandal hendaknya diletakkan di luar WC, jangan di dalam WC, karena semakin kotor, lembab dan tak mengenai sasaran kebesihan. # Buang Air Jongkok Ketika hendak buang air kecil, disunahkan untuk Jongkok (gak berdiri terkecuali terpaksa/darurat). Dengan jongkok kotoran bisa keluar tuntas, sehingga gak jadi penyebab kencing batu maupun lemah syahwat. # Beristinja' dengan Air Beristinja' (bersuci dan membersihkan kotoran) dengan air, bukan dengan tissue atau lainnya kecuali kalo gak ditemukan air, seperti ketika dihutan, padang pasir dsb. Boleh gunakan tissue tapi harus dibilas lagi dengan air setelahnya. Syarat kebersihan dan kesucian dari Najis menurut syariat adalah hilang warna, hilang bau, dan hilang rasa dari najis tersebut.

# Beristinja' dengan Tangan Kiri Beristinja' juga disunnahkan dengan tangan kiri, inilah pembagian tugas dari tangan, bagaimana tangan kiri untuk urusan 'belakang' sedangkan untuk makan & minum disunnahkan dengan tangan kanan, jangan dicampuradukkaan, tangan yang untuk urusan belakang itu juga untuk makan. Dan Nabi melarang makan & minum dengan tangan kiri. # Ketika Buang Air Dilarang Menghadap/Membelakangi Qiblat Nabi melarang ketika membuang hajat menghadap atau membelakangi kiblat. Apabila lubang WC menghadap qiblat hendaknnya ketika buang air, badan agak diserongkan sedikit agar tidak menghadap/membelakangi arah qiblat. Dan usahakan sebelum membuat WC Jangan menghadap atau membelakangi Kiblat. # Jangan Merancang/Merencanakan Sesuatu di WC Nabi sangat melarang merencanakan atau membuat suatu rencana/ide/inspirasi di dalam WC, karena WC adalah markaz'nya syetan. Sebagaimana doa kita ketika hendak masuk WC: "Allahumma inni a'udzubika minal khubutsi wal khabaits". Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan laki-laki maupun perempuan". Karena dikhawatirkan rencana/ide/inspirasi yang didapat berasal dari bisikan syetan yang kelihatannya baik tapi setelah dijalankan ternyata banyak mudharat/keburukannya. Secara adab dan budaya pun sangat gak baik, masa sambil buang kotoran mencari ide/inspirasi atau merencanakan sesuatu yang baik apalagi sesuatu itu menyangkut hajat hidup orang banyak. Begitu juga setelah keluar WC, baca istighfar dan doa keluar WC. # Segera Keluar WC Setelah Hajat Selesai Disunnahkan juga untuk menyegerakan keluar WC apabila hajat udah selesai, bukan malah bernyanyi-nyanyi apalagi sambil baca buku atau Koran.

ADAB-ADAB KETIKA MEMBACA AL-QURAN Sabda Nabi Muhammad S.A.W: Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)

Seperti ibadah yang lain, Al-Quran juga mempunyai peraturan dan adab-adabnya yang tersendiri sebelum membacanya. Antara adab-adab ketika membaca Al-Quran adalah seperti berikut:

1. Mengambil wudhuk,berada dalam keadaan suci, serta duduk dalam keadaan sopan dan tenang. Sebelum membaca al-Qur'an hendaklah membersihkan badan dan disunatkan mengambil wudhuk terlebih dahulu,adapun bagi orang yang berhadas besar seperti haid,nifas dan seumpamanya adalah haram bagi mereka membaca Al-Quran. Selain itu juga,haram bagi kita menyentuh mashaf Al-Quran dalam keadaan tangan yang mempunyai najis. Jika sudah berwudhuk, mulut hendaklah dibersihkan. Kita juga disunatkan untuk berpakaian yang elok, bersih dan menutup aurat serta memakai bau-bauan. 2. Menghadap kiblat dan istiadzhah Disunatkan menghadap kiblat dan istiadzhah ketika membaca Al-Quran sepertimana firman Allah di dalam surah An-Nahlu ayat:98. Mafhumnya: maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Quran, mohonlah perlindungan dari syaitan yang terkutuk.

3. Membacanya dengan perlahan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati dan memahami ayat yang dibaca,serta bertajwid dan tarannum. Disunatkan untuk membaca AQuran secara perlahan seprtimana firman Allah dalam surah AlMuzammil ayat:4 yang bermaksud:(Bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan) serta betul tajwidnya dan bertarannum.

Adab Masuk Rumah Beberapa adab ketika masuk rumah diantaranya adalah: 1. Mengetuk Pintu dengan Pelan Dianjurkan bagi seorang Muslim jika ia masuk ke dalam rumahnya agar mengetuk pintu dengan pelan, atau memencet bel pintu dengan tenang. Tidak perlu ia mengetuk pintu dengan keras atau mengetuk pintu sambil memencet bel terus-menerus. Sebab, hal itu dapat mengganggu penghuni rumah dan membuat mereka takut. Ada sebagian orang yang mengetuk pintu rumah Imam Ahmad dengan keras atau secara terus menerus, maka beliau bangkit dan membuka pintu seraya berkata: Ini adalah ketukan pintu aparat keamanan. 2. Memberikan isyarat kepada Penghuni Rumah Ketika Masuk Hendaknya seseorang memberi isyarat kepada penghuni rumah apabila mereka tidak menyadari masuknya ia ke dalam rumah. Hal itu dapat dilakukan misalnya dengan berdehem atau menghentakkan kakinya ke lantai sehingga ia tidak mengagetkan orang di dalam rumah, membuat mereka takut, atau mereka mengira sedang dimata-matai. Imam Ahmad berkata: jika seorang laki-laki ingin masuk ke rumahnya, maka dianjurkan baginya berdehem atau menghentakkan sandalnya atau alas kakinya. Amir bin Abdullah bin Masud berkata: Sesungguhnya apabila ayahku masuk ke dalam rumah, beliau memberi isyarat kepada keluarga dengan isyarat yang mereka ketahui, lalu berbicara dan mengangkat suaranya hingga mereka mengenalinya.

Abdullah bin Ahmad berkata: Sesungguhnya apabila ayahku pulang dari masj id dan masuk ke rumah, beliau menghentakkan kakinya sebelum masuk ke dalam rumah, hingga terdengar suara hentakan kakinya ataupun alas kakinya ketika ia masuk ke dalam rumah. Kadangkala ia berdehem agar orang-orang yang berada di dalam rumah mengetahui ketika ia masuk.[4] 3. Masuk dengan Mendahulukan Kaki Kanan Mendahulukan sebelah kanan dalam segala urusan termasuk petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kecuali dalam perkara-perkara yang jelek dan sejenisnya.[5] 4. Berdzikir kepada Allah Subhananu wa Taala Ketika Masuk ke dalam Rumah Berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Taala ketika masuk akan menjaga rumah dan penghuninya dari gangguan syaitan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam bersabda: Jika seseorang masuk ke dalam rumahnya dan ia menyebut nama Allah Subhanahu ketika masuk dan ketika makan, maka syaitan berkata: Tidak ada tempat berrmaIam bagi kalian dan tidak ada makanan di sini. Sementara jika ia masuk tanpa mengucapkan nama Allah Subhanahu wa Taala, maka syaitan berkata: Kalian telah mendapatkan tempat bermalam. Jika ia tidak menyebut nama Allah ketika hendak makan, maka syaitan berkata: Kalian telah mendapatkan tempat bermalam dan makanan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam juga bersabda: Jika seseorang masuk ke dalam rumahnya, hendaknya ia berkata: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu sebaik-baik tempat masuk dan tempat keluar. Dengan menyebut nama Allah kami masuk, dengan menyebut nama Allah kami keluar, dan kepada Allah Rabb kami, kami bertawakkal. Kemudian, ia mengucapkan salam kepada keluarganya. 5. Mengucapkan Salam ke-pada Penghuni Rumah Telah disebutkan hadits tentang mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Mengucapkan salam dimaksudkan sebagai ramah tamah kepada ahli bait (tuan rumah) dan untuk menyebarkan kasih sayang di dalam rumah, serta menambah keakraban antara seseorang dengan keluarganya. 6. Bersiwak Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam masuk ke dalam rumahnya, beliau memulai dengan bersiwak. Bersiwak merupakan salah satu cara menjaga kebersihan mulut, juga dapat mengharumkan baunya. Dan menunjukkan kepedulian kepada isteri dan berhias untuknya. 7. Shalat Dua Rakaat Hendaknya seseorang mengerjakan shalat dua rakaat ketika masuk sebagaimana yang ia lakukan ketika keluar dari rumahnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Jika engkau masuk ke dalam rumahmu, maka shalatlah dua rakaat karena ia akan menjagamu dari tempat masuk yang buruk. Adab Menuntut Ilmu Beberapa adab menuntut ilmu : 1. Mengikhlaskan niat karena Allah tal. 2. Berdoa kepada Allah tal supaya mendapatkan taufiq dalam menuntut ilmu. 3. Bersemangat (antusias) untuk melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu. 4. Berusaha semaksimal mungkin untuk menghadiri kajian-kajian ilmu. 5. Apabila ada seseorang yang datang belakangan di tempat kajian hendaknya tidak mengucapkan salam apabila dapat memotong pelajaran yang berjalan, kecuali kalau tidak mengganggu maka mengucapkan salam itu sunnah. (Pendapat Syaikh al-Utsaimin dalam Fatawa Islamiyyah:, jilid 1, hlm. 170) 6. Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu sebab hilangnya barakah ilmu. Allah tal mencela orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya dalam firman-Nya: Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. ash-Shaf: 2-3) Imam Ahmad rahimahullahu mengatakan: Tidaklah aku menulis satu hadits pun dari Nabi n, kecuali telah aku amalkan, sampai ada hadits bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam

berbekam kemudian memberikan Abu Thaybah satu dinar, maka aku pun memberi tukang bekam satu dinar tatkala aku dibekam. (al-Adab asy-Syariyyah, jilid 2, hlm. 14) 1. Merasa sedih tatkala ada masyayikh yang sezaman tapi tidak sempat bertemu, serta mencontoh adab dan akhlak mereka. al-Khalal meriwayatkan akhlak Imam Ahmad rahimahullahu dari Ibrahim, ia berkata: Apabila mereka mendatangi seseorang yang akan mereka ambil ilmunya, mereka memperhatikan shalat, kehormatan dan gerak-gerik serta tingkah lakunya, kemudian barulah mereka mengambil ilmu darinya. Dan dari al-Amasy rahimahullahu berkata, Orang dahulu belajar kepada ahli fikih tentang semua hal termasuk pakaian dan sandalnya. (al-Adab asy-Syariyyah, jilid 2, hlm. 145) 1. Sopan santun dalam menuntut ilmu. 2. Kontinyu (konsisten) untuk hadir dan tidak malas. 10. Tidak berputus asa dan mencela diri (merendahkan diri). Hendaknya ingat firman Allah tal: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. anNahl: 78) Terlebih apabila kesulitan dalam mempelajari sesuatu. 11. Membaca kitab-kitab yang berkaitan dengan thalabul ilmi dan mempelajari metode yang benar dalam menuntut ilmu, serta berusaha mengetahui kekurangan dan kesalahan yang ada pada dirinya. 12. Antusias untuk hadir lebih awal dan mempergunakan waktu dengan baik. 13. Berusaha melengkapi pelajaran yang terlewatkan. 14. Mencatat faedah pada halaman depan atau buku catatan. 15. Berusaha keras untuk mengulang-ulang faedah yang telah didapatkan. 16. Tatkala membeli buku hendaknya diperhatikan terlebih dahulu. 17. Tidak melemparkan kitab ke tanah. Ada seseorang yang melakukan itu di hadapan Imam Ahmad rahimahullahu dan beliau marah seraya mengatakan, Beginikah kamu memperlakukan ucapan orang-orang baik? (al-Adab asySyariyyah, jilid 2, hlm. 389) 18. Tidak memotong perkataan guru sampai beliau menyelesaikannya. Imam al-Bukhari berkata: Bab barangsiapa yang ditanya tentang ilmu, sedangkan dia sibuk berbicara, maka selesaikan dulu permbicaraannya. Kemudian beliau membawakan hadits: : : Ada seorang Arab Badui bertanya kapan hari kiamat tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam berkhutbah, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam melanjutkan khutbahnya dan berpaling dari orang itu, tatkala Nabi menyelesaikan khutbahnya, kemudian bertanya: Dimana orang yang tadi bertanya tentang hari kiamat. (al-Fath, jilid 1, hlm. 171) 19. Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata: Kapan saja ada yang tidak dapat dipahami dari perkataan guru oleh muridnya, hendaklah dia bersabar sampai sang guru menyelesaikan ucapannya, baru kemudian dia meminta penjelasan gurunya dengan penuh adab dan kelembutan dan tidak memotong di tengah-tengah pembicaraannya. (al-Adab asy-Syariyyah, jilid 2, hlm. 163) 20. Sopan tatkala mengajukan pertanyaan kepada guru, tidak menanyakan sesuatu yang dibuatbuat atau berlebihan atau menanyakan sesuatu yang sudah tahu jawabannya dengan tujuan supaya gurunya tidak mampu menjawab dan menunjukkan bahwa dia tahu jawabannya, atau menanyakan sesuatu yang belum terjadi, dimana salafush shalih mencela hal seperti ini apabila pertanyaan itu dibuat-buat. (Tahdzib at-Tahdzib, jilid 8, hlm. 274, as-Siyar, jilid 1, hlm. 398) 21. Membaca biografi para ulama. 22. Membaca topik dan tema yang berbeda sebelum tiba waktunya. Seperti Ramadhan dan hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa, sepuluh awal dzulhijah dan kurban. 23. Antusias untuk membeli kitab-kitab yang khusus membahas permasalahan-permasalahan fikih. Seperti kitab yang berkaitan dengan sunnah-sunnah Rawatib atau qiyamullail, dll. 24. Memprioritaskan hal-hal yang utama dalam menuntut ilmu.

25. Memulai dengan yang lebih penting. Sebagaimana petunjuk Rasul Shallallahu alaihi wa Sallam memulai yang lebih penting yang beliau lakukan dengan tujuan itu. Oleh karena itu tatkala Utban bin Malik memanggil Rasul Shallallahu alaihi wa Sallam seraya berkata kepada beliau, Aku ingin Anda datang untuk shalat di rumahku, supaya aku jadikan tempat itu menjadi mushalla, kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam keluar beserta beberapa orang sahabatnya. Tatkala sampai di rumah Utban, mereka meminta izin untuk masuk, kemudian mereka masuk, dan Utban telah membuatkan makanan untuk mereka, maka Rasul Shallallahu alaihi wa Sallam tidak makan terlebih dahulu, bahkan berkata: Dimana tempat yang ingin kamu jadikan mushalla itu? kemudian diperlihatkan kepada beliau, kemudian beliau shalat, setelah itu baru duduk untuk menyantap hidangan. (HR. al-Bukhari, no. 425 & 667, Muslim, no. 263 dan disebutkan juga oleh Syaikh al-Utsaimin rahimahullahu dalam Syarh Riyadhu ash-Shalihin, jilid 3, hlm. 98) 26. Tidak sok pintar. 27. Memuji Allah Subhanahu wa Taala tatkala menyebut-Nya. 28. Bershalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam tatkala menyebutnya. 29. Mengucapkan radhiyallahu anhum ( ) kepada para sahabat tatkala menyebut mereka. 30. Mengucapkan rahimahullah ( ) kepada para ulama tatkala menyebut mereka. 31. Tidak menyandarkan sesuatu kepada maraji apapun kecuali apabila kita membaca berita itu darinya. 32. Tidak menyandarkan hadits kepada selain Imam al-Bukhari dan Imam Muslim apabila hadits itu ada pada keduanya atau salah satu dari keduanya. 33. Berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam menyalin. 34. Menyandarkan faedah kepada yang empunya. 35. Tidak meremehkan faedah walaupun sedikit. 36. Tidak menyembunyikan faedah. 37. Tidak mempergunakan dalil hadits dhaif atau maudhu. 38. Tidak mendhaifkan hadits, kecuali setelah meneliti an menanyakan kepada ahlinya. 39. Tidak mengacuhkan permasalahan-permasalahan yang ditanyakan kepada dirinya, karena itu dapat mendorong anda untuk meneliti dan menggali lebih dalam masalah itu. 40. Membawa buku catatan kecil untuk mencatat faedah-faedah dan berbagai macam permasalahan. 41. Tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang mubah. 42. Tidak menyibukkan diri dengan memperbanyak manuskrip atau satu buku yang berbeda penerbitnya, terkecuali ada faedahnya. 43. Mengunjungi perpustakaan-perpustakaan untuk menelaah kitab-kitab yang ada. 44. Menghindari keumuman istilah ilmiah yang mirip lafazhnya. 45. Antusias untuk membaca kitab-kitab yang menjelaskan istilah-istilah penulis atau menjelaskan metode kitab dan bahasan-bahasannya. 46. Tidak terburu-buru dalam memahami ucapan, baik yang tertulis atau yang terdengar. Ibnul Qayyim rahimahullahu menyebutkan dari Ayub as-Sakhtiyani rahimahullahu, Apabila ia mengulangi soal itu sama seperti awal, maka ia jawab, kalau tidak maka beliau pun tidak menjawabnya. (Ilam al-Muwaqiin 2/187) 47. Banyak membaca kitab-kitab tentang fatwa-fatwa. 48. Tidak terburu-buru untuk menafikan secara umum. 49. Apabila anda meriwayatkan hadits secara makna hendaknya anda jelaskan hal itu. 50. Hindari penggunaan lafadz-lafadz pengagungan untuk memuji diri sendiri. 51. Terimalah kritikan dan nasihat dengan lapang dada bukan karena basa basi. 52. Tidak sedih dan patah semangat karena sedikitnya orang yang belajar darinya. Imam adzDzahabi menyebutkan biografi Atha bin Abi Rabah bahwasanya dia, tidak ada yang duduk bersamanya (dalam menuntut ilmu pent) kecuali sembilan atau delapan orang saja. (Siyar Alam an-Nubala` 8/107)

53. Tidak menghabiskan waktu untuk membahas perkara-perkara yang tidak bermanfaat, seperti masalah-masalah yang ganjil lagi aneh, seperti warna anjng Ashabul Kahfi, pohon yang Nabi Adam p memakan buah darinya, dan panjang kapal Nabi Nuh p, dll. 54. Tidak terpancing untuk keluar jauh dari fokus pembahasan. 55. Tidak berlebih-lebihan dalam merangkai kata-kata dan menjelaskan ucapan serta tidak mempergunakan ibarat dan istilah yang asing. 56. Tidak berbicara tanpa ilmu, dan tidak merasa kesal jika pertanyaannya tidak dijawab. 57. Tidak terpengaruh dengan celaan pribadi apabila agamamu selamat, dan ingatlah ucapan penyair: Apabila engkau diuji dengan orang yang tidak baik Maka bersikaplah seolah-olah engkau tidak mendengarnya dan dia tidak berkata 58. Tidak berputus asa. 59. Semangat dalam menjalankan shalat malam. 60. Tidak banyak bicara, istirahat dan tidur dalam menuntut ilmu. 61. Secara khusus thalibul ilmi dan secara umum seorang muslim: 1. Memenuhi kebutuhan orang lain. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda: Berilah syafaat niscaya kalian dapat pahala. (HR. al-Bukhari) 1. Menepati janji. Allah memuji para Nabi dan Rasul sebagaimana firman-Nya etntang Nabi Ismail :Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya. (QS. Maryam: 54) 1. Bijaksana, sabar dan lemah lembut. Allah tal berfirman: Jadilah engkau pemaaf dan perintahkanlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. al-Araf: 199) As-Samani rahimahullahu menyebutkan dalam kitab al-Ansab, adz-Dzahabi dalam kitab Tajrid ash-Shahabah, tentang biografi Auf bin Numan, berkata: Di masa jahiliyah dahulu dia lebih senang untuk mati dalam kondisi kehausan dari pada mati dalam kondisi ingkar janji, sebagaimana disebutkan:..Apabila anda telah mengatakan ya maka laksanakanlah Karena ucapan ya adalah hutang yang harus di lunasi Kalau tidak mampu katakanlah tidak dan istirahatlah Supaya orang lain tidak mengatakan anda pendusta 1. Tawadhu. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling bertawadhu, supaya tidak ada yang membanggakan dan menyombongkan diri. (HR. Muslim) 1. Gembira, lapang dada, dan mau mendengarkan problema orang lain. 2. Mengajak bicara dan memberi nasihat kepada manusia. Ikrimah rahimahullahu mengatakan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu : Nasihati manusia satu jumat sekali, jikalau mau maka dua kali, jika mau maka tiga kali, jangan bikin mereka bosan dengan al-Qur`an dan jangan mendatangi mereka tatkala sedang dalam urusannya dan kau sela pembicaraannya, sehingga mereka merasa jemu, akan tetapi diamlah, jikalau mereka meminta, maka nasihati karena mereka menginginkannya dan hindari olehmu sajak dalam berdoa, karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam dan para sahabatnya tidak melakukan hal itu. (HR. al-Bukhari, no. 6337) 1. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu berkata: Ajaklah bicara manusia dengan apa yang mereka ketahui. Disitu ada dalil, seyogyanya sesuatu yang tidak jelas tidak di sampaikan ke khalayak ramai, dan hendaknya berkata sesuai dengan apa yang dipahami orang lain, juga ucapan Ibnu Masud Radhiyallahu anhu, Jangan kau ajak bicara satu kaum yang tidak dapat dipahami oleh mereka karena tu dapat menimbulkan fitnah. (HR. Muslim) Adab Berbicara 1. Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS 4/114, dan QS 23/3), dalam hadits nabi SAW disebutkan: Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam. (HR Bukhari Muslim)

2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah ra: Bahwasanya perkataan rasuluLLAH SAW itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar. (HR Abu Daud) 3. Seimbang dan menjauhi bertele-tele, berdasarkan sabda nabi SAW: Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara. Maka dikatakan: Wahai rasuluLLAH kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna almutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: Orang2 yang sombong. (HR Tirmidzi dan dihasankannya) 4. Menghindari banyak berbicara, karena kuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wail: Adalah Ibnu Masud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu AbduRRAHMAN (gelar Ibnu Masud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Masud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi SAW dan beliau menjawab kuatir membosankan kami (HR Muttafaq 'alaih) 5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW jika berbicara maka beliau SAW mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau SAW mendatangi rumah seseorang maka beliau SAW pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari) 6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits nabi SAW: Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keridhoanNYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat. (HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah) 7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits nabi SAW: Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat. (HR Ahmad dan Tirmidzi) Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi SAW: Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya. (HR Abu Daud) 8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadits nabi SAW: Bukanlah seorang mumin jika suka mencela, melanat dan berkata-kata keji. (HR Tirmidzi dengan sanad shahih) 9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits nabi SAW: Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa. (HR Bukhari) 10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits nabi SAW: Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya. (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya) 11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits nabi SAW:

Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat. (HR Bukhari) 12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadits nabi SAW: Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara. (HR Muttafaq alaih) 13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits nabi SAW dari AbduRRAHMAN bin abi Bakrah dari bapaknya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi SAW: Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu! (2 kali), lalu kata beliau SAW: Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya. (HR Muttafaq alaih dan ini adalah lafzh Muslim) Dan dari Mujahid dari Abu Mamar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim)

ADAB MENDENGAR 1. Diam dan memperhatikan (QS 50/37) 2. Tidak memotong/memutus pembicaraan 3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis) 4. Tidak menyela pembicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa. 5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU 1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian 2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal 3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara 4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih 5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit 6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan sisi benarnya lebih dulu sebelum mengomentari yang salah 7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat 8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi 9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya 10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati. "Aku adalah pemimpin pada sebuah tempat di surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia benar". [1] Al Miro' adalah jidal/berdebat. Dilarang membuat orang tertawa dengan cara berbohong. sebagaimana sabda Rasulullah :

"Celaka orang yang berbicara kemudian berbohong supaya orang-orang menertawakannya celaka baginya, celaka baginya". Semestinya seseorang meninggalkan banyak tertawa, sebagaimana sabda Rasulullah r: "Janganlah kalian banyak tertawa sebab banyak tertawa menyebabkan matinya hati".[3] Apabila seseorang berbicara dengan saudaranya kemudian dia menoleh kepadanya maka itu adalah amanah sebagaimana sabda Rasulullah r: "Bilamana seorang membicarakan sesuatu kemudian dia menoleh kepadanya maka itu adalah amanah". Mendahulukan orang yang lebih tua dalam berbicara, dan berbicara harus dengan suara yang terang dan tidak rendah serta harus dengan kalimat yang jelas yang dapat dipahami oleh semua orang dengan tidak mengada-ada dan berlebih-lebihan. Tidak memotong pembicaraan orang lain, sebagaimana yang diceritakan tentang Nabi r yang berbicara dengan kaumnya lalu masuk kepadanya seorang badui, kemudian bertanya kepadanya tentang hari kiamat, namun Rasulullah tetap meneruskan pembicaraannya bersama para shahabat, setelah selesai beliau berkata: Manakah orang yang sebelumnya bertanya tentang hati kiamat?, maka barulah beliau menjawab pertanyaan orang tersebut.[5] Berbicara dengan pelan-pelan dan tidak pula tergesa-gesa, sebagaimana diceritakan tentang Nabi r bahwa apabila beliau bicara dengan tentang sesuatu, seandainya ada orang yang menghitung ucapannya nya niscaya dia bisa terhitung).Dan Rasulullah r tidak berbicara secara terus menerus, beliau bicara dengan suatu kalimat yang dan dan terperinci sehingga orang yang mendengarnya menjadi hafal. Berbicara dengan suara, pelan Allah Subhanahu Wa Taala berfirman: "Pelankanlah suaramu". Menjauhi kata-kata yang haram, seperti mengkafiran orang lain, bersumpah dengan selain nama Allah, perkataan seseorang: Celaka manusia, bersumpah dengan thalak serta mencaci maki masa. Meninggalkan mementingkan diri sendiri dalam berbicara. Tidak menceritakan tentang pribadi untuk membanggakan diri sendiri sebagaimana firman Allah I: "Maka Janganlah kamu mengatakan dirimu suci". " juga tidak mengagungkan diri sendiri dengan mengatakan aku, kami berpendapat dan sebagainya. Menjaga perasaan orang lain, Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: Di antara mereka ada orang yang dirasuki oleh dorongan semangatnya (ruh) ini adalah keadaan yang berat lagi dibenci, dia adalah wujud akal yang tidak pantas berbicara untuk memberikan manfaat bagimu, atau tidak bisa berdiam dengan baik sehingga bisa mengambil pelajaran darimu, serta tidak mengetahui dirinya sendiri sehingga bisa menempatkan dirinya pada tempatnya. Tidak mengungkapkan cacian kepada khalayak. Hendaknya ia meninggalkan beberapa hal di bawah ini: Banyak bertanya dan sengaja mengada-ada pertanyaan tersebut sebagaimana sabda Nabi r: "Dan membenci tiga hal dari kalian salah satunya adalah cerewet dalam bertanya".[10] Tergesa-gesa memberikan jawaban. Tergesa-gesa memberikan pendapat, baik dalam hal yang kecil atau yang besar. Sibuk mengahadapi orang-orang randah dan hina. Berbicara tidak sesuai dengan keadaan. Berbicara yang tidak keruan sebagaimana hadits Rasulullah r: "Dari kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya".[11] Berbicara disamping orang yang tidak menyukainya. Mengulang-ulangi omongan.

Meninggikan diri terhadap orang yang mendengarkan omongan. Tidak mendengarkan orang lain yang berbicara dengan baik. Menganggap remeh terhadap pembicaraan orang lain. Meminta orang lain untuk mempercepat menyelesaikan perkataannya. Meninggalkan orang padahal seseorang belum menyelesaikan perkataannya. Tergesa-gesa memvonis orang yang berbicara sebagai pembohong. Menyepelekan perkataan orang yang masih muda belia. Tergesa-gesa menyebarkan suatu berita sebelum nampak fakta yang kongkrit (tentang kebenaran berita tersebut) dan belum jelas manfaat menyebarkannya. Mendengarkan dan menerima perkataan orang secara langsung tanpa menyaring dan menseleksi kebenaran berita tersebut. Kasar dalam memanggil orang. Allah I berfirman: "Katakanlah kepada hamba-hambaku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang baik (benar), sesungguhnya syaitan menimbulkan perselisihan diantara mereka, sesungguhnya syaitan merupakan musuh yang nyata bagi manusia".[12] Pada ayat yang lain Allah I berfirman: "Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia".".[13] Kasar dalam mencela. Tidak mengetahui adab berdiskusi. Tidak menghiraukan perasaan orang lain. Bersikap apriori terhadap teman bicara. Bergaya bahasa menantang dan menyerang. Masa bodoh dengan nama teman bicara. Mengabaikan prinsif-prinsif yang benar. Ngotot dengan kesalahan dan enggan kembali kepada yang hak. Tidak menguasai materi diskusi. Memvonis saat diskusi berlangsung. Bercabang dalam judul pembicaraan dan keluar dari fokus semula. Senang membantah dan bertentangan. Tenggelam dalam membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Banyak saling mencela. Banyak mengeluh kepada orang-orang. Banyak membicarakan tentang perempuan. Banyak bermain-main/senda gurau. Banyak bercanda. Banyak bersumpah, Allah I berfirman: "Jagalah sumpah-sumpah kalian".[14] Mencari-cari kesalahan teman duduk. Menampakkan kebosanan terhadap teman duduk. Membebankan teman duduknya untuk melayaninya. Melakukan suatu hal yang bertentangan dengan rasa di dalam majlis seperti membersihkan gigi dengan tusuk gigi, meludah di hadapan orang banyak, terbahakbahak, dan memain-mainkan kumis serta jenggot. Melakukan kemungkaran di dalam majlis. Menghadiri majlis yang di dalamnya terdapat kemungkaran dan menemani mereka melakukan hal tersebut. Duduk dengan posisi yang tidak mencerminkan sopan santun. Duduk di tengah-tengah lingkaran orang banyak. Memaksakan diri berbicara secara fasih sebagaimana Rasulullah r bersabda: "Akan ada suatu kaum dimana mereka makan dari hasil lisan-lisan mereka sebagaimana sapi memakan makanan dari bumi".[15] Janganlah membawa suatu perkataan apabila engkau tidak bisa membawakannya seperti yang sebenarnya".

Senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk menutup aib saudara semuslim, hal ini sebagaimana di beritakan oleh Rasulullah r: "Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba yang lainnya di dunia melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat nanti".[16] Menjaga agar tidak menamai dengan gelar-gelar yang jelek sebagaimana Allah berfirman: "Janganlah kamu panggil-memanggil dengan memakai gelar-gelar yang buruk".[17] dan firman Allah I pula: "Celaka bagi pengumpat lagi pencela"[18] Rasulullah r bersabda: "Cukuplah seseorang berbuat dosa yaitu mengejek saudaranya yang muslim".[19] Apabila seseorang berbicara dengan suatu kaum, maka tidak boleh baginya mengarahkan pandangannnya kepada orang tertentu tanpa yang lainnya. Apabila seseorang salah dalam mengatakan suatu perkataan walaupun perkataan itu mengandung kekufuran dimana lisannya ceroboh dengan ucapan tersebut, maka janganlah perkataan tersebut dijadikan sebagai modal untuk menjelekannya. Dalil yang menjelaskan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim bahwasanya Rasulullah r bersabda: "Sesungguhnya Allah lebih gembira dengan taubat seorang hambaNya tatkala ia bertaubat kepadaNya dari seseorang yang bersama hewan tunggangannya di suatu padang yang luas, kemudian hewan itu menghilang darinya sedangkan makanan dan minumannya ada padanya. Lalu ia merebahkan badannya dibawah pohon karena telah putus asa dengan hewannya itu. Namun, tatkala dia bangun, tiba-tiba hewan tersebut berdiri dihadapannya, kemudian ia mengambil tali pengikatnya sambil berkata dengan perasaan yang sangat bahagia: Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanMu, Ia salah mengucapkannya karena kegembiraannya".

Anda mungkin juga menyukai