Anda di halaman 1dari 17

BAB III

SIDIK JARI DALAM PEMBUKTIAN


A. Pengertian Sidik Jari Dan Perkembangannya di Indonesia
1. Pengertian Sidik Jari
Sidik jari manusia merupakan bukti materi yang amat penting. Tak ada
sidik jari yang identik di dunia ini sekalipun diantara dua saudara kembar. Dalam
dunia sains pernah dikemukakan, jika ada 5 juta orang di bumi, kemungkinan
munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun
kemudian.
Mengingat betapa akuratnya mengidentifikasikan seseorang lewat sidik
jari, diciptakanlah sebuah alat pendeteksi sidik jari dengan sistem elektronik. Alat
ini pertama kali digunakan Federal Bureau Investigation (atau populer dengan
sebutan FBI) di Amerika Serikat sekitar tahun 60-an. Sidik jari ini biasanya
tertinggal di tempat kejadian perkara sebuah peristiwa kriminal. FBI kemudian
menggunakannya untuk mengetahui jati diri korban atau bahkan tersangkanya.
Hanya dengan memasukkan sidik jari seseorang melalui melalui teknologi
komputer, pihak berwenang pun langsung mendapatkan data seputar nama,
tanggal lahir dan sejarah kriminalnya.
Salah satu petunjuk mengenai sidik jari ialah diketemukannya peninggalan
dari orang-orang Indian prasejarah berupa sebuah lukisan kasar sidik jari pada
30
sebuah batu karang di Nova Scotia. Selain itu, diketemukannya pula sidik jari
pada tanah liat yang diartikan sebagai segel atau materai dari surat-surat jual beli
dari zaman Dinasti Tang pada abad ke-8. Perkembangan pengetahuan manusia
terhadap nilai sidik jari melalui suatu proses panjang dari masa ke masa. Setelah
dipertentangkan dan diperbandingkan dengan metode-metode yang lain, akhirnya
sidik jari diakui sebagai metode, identifikasi yang paling tepat. Pada permulaan
abad ini hanya pihak Institusi Kepolisian Indonesia yang diberi wewenang untuk
mengajarkan ilmu ini.
Adapun pengertian sidik jari adalah gurat-gurat yang terdapat di kulit
ujung jari. Fungsinya adalah untuk memberi gaya gesek lebih besar agar
jari dapat memegang benda-benda lebih erat. Sidik jari manusia
digunakan untuk keperluan identifikasi karena tidak ada dua manusia
yang memiliki sidik jari persis sama. Hal ini mulai dilakukan pada akhir
abad ke-19.
1
Sidik jari sebenarnya adalah kulit yang menebal dan menipis membentuk
suatu punggungan pada telapak jari yang membentuk suatu pola, sidik jari tidak
akan hilang sampai seorang meninggal dunia dan busuk, goresan - goresan atau
luka biasanya pada waktu kulit berganti akan membentuk pola yang sama kecuali
kulit tersebut mengalami luka bakar yang parah.
Seorang berkebangsaan Inggris yang benama Sir Richard Edward Henry
telah mengelompokkan tentang sidik jari sehinngga berkat usahanya pihak

1
http: //id. Wikipedia. Org/wiki/ Sidik_Jari
31
kepolisian dan hukum terbantu dalam mengunggkapkan kejahatan. Henry
bukanlah penemu teknik atau metode sidik jari. Namun, berkat kepeloporannya
saat mendirikan Biro Sidik Jari di Scotland Yard, penggunaan sidik jari menjadi
bagian penting aparat penegak hukum.
2
Identifikasi Sidik jari dikenal dengan Daktiloskopi atau Daktilografi
adalah yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali
(identifikasi) terhadap orang dan merumus pola sidik jari pada tapak tangan yang
sama, kiri maupun kanan. Adapun metoda yang digunakan atau dikenal adalah
metode Henry, Rocher dan Vucetich. Metode Sir Edward Henry, Inspektur
Jendral Polisi di Bengel kemudian Komisaris di London, menyederhanakan
metode perumusan Galton dan membuatnya mudah digunakan untuk keperluan
kepolisian. Selanjutnya sistem Galton-Henry, dengan beberapa perubahan serta
perluasannya digunakan di AS dan negara-negara yang berbahasa Inggris di
seluruh dunia.
3
Metode Rocher digunakan di negara Jerman dan Jepang,
sedangkan Metode Juan Vucetich yaitu pejabat kepolisian di Argentina menyusun

2
Cyber Jakarta, Tue, 6 Feb 2007, Sir Edward Richard (1850-1931) Berjasa
Mengembangkan Klasifikasi Sidik Jari.
3
A. Gumilang, Kriminalistik (Pengetahuan Tentang Teknik dan Taktik Penyidikan), Cet.
3, (Bandung : 1993), hal. 87-88.
32
file pertama bagi seperangkat sidik jari untuk keperluan dinegara-negara yang
berbahasa Spanyol. Indonesia sendiri menggunakan Metoda Henry.
4
Dalam mengungkapkan sesuatu kejahatan ilmu forensik memiliki
keterkaitan yang sangat erat pelaksanaanya. Ilmu forensik adalahaplikasi
dari ilmu pengetahuan bagi kepentingan hukum pidana dan hukum perdata
yang dilakukan atau dilaksanakan oleh badan kepolisian dalam suatu
sistem peradilan kriminal.
5
Oleh karena itu ilmu forensik mempunyai pengertian luas yang mencakupi
hampir semua disiplin ilmu yang digunakan untuk melakukan investigasi dengan
tujuan menyeret semua penjahat kedepan pengadilan.
Dalam mengidentifikasi sidik jari dikenal dengan istilah identify
(mengenali) dan individualized (membedakan dari yang lain). Kedua asal kata
tersebut sebenarnya berasal dari bahasa latin yang mempunyai kesamaan arti
(idem berarti sama dan individus berarti tidak dapat dibagi), namun demikian
dalam prakteknya manakala kedua kata tadi secara benar diterapkan dalam
kriminalistik akan menimbulkan kekhususan yang istimewa.
Identity diartikan oleh para ahli sebagai keunikan, sementara itu
identification dalam arti yang luas menempatkan suatu obyek dalam kelompok
yang terbatas, sementara itu pengertian individualization adalah menunjukkan

4
Ibid., hal. 89.
5
Prof. Koesparmono Irsan, Ilmu Kedokteran Kehakiman, (Jakarta : 2007), hal. 18.
33
keunikan tertentu suatu barang bukti (evidence) bahwa tidak ada dua hal di dalam
kenyataan yang secara tepat sama.
Hal ini nampak pada sidik jari, bahwa tidak ada dua sidik jari yang sama
benar, pasti ada perbedaanya satu sama lain. Demikian juga cetakan bibir, cetakan
sepatu, dan potongan dari percahan kaca.
2. Perkembangan Sidik Jari di Indonesia
Pada tahun 1911 pemerintah Hindia Belanda secara resmi telah
mengeluarkan suatu ketentuan yang berupa Koniklij ke Besluit tanggal 16 Januari
1911 No. 27, dimuat dalam Indonesia Staatblad No. 234 tahun 1911 yang isinya
menetapkan memperlakukan/mengunakan sidik jari untuk mengenal kembali
seseorang sebagai pengganti sistem anthropometric yang berlaku sebelumnya.
Sedangkan pelaksanaanya diserahkan kepada Departemen Kehakiman
(Departement van Justitie) dan baru terwujud yaitu tanggal 12 Nopember 1914
dengan didirikannya Kantor Pusat Daktiloskopi Departemen Kehakiman dengan
nama Centraal Kantoor voor Dactyloscopie van de Departement van Justitie,
34
dengan tugas utamanya mengumpulkan keterangan sebanyak-banyaknya dari
semua orang yang ada di Indonesia baik kriminal maupun nonkriminal, serta
memberikan keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh instansi-instansi lain,
baik pemerintah maupun swasta.
6
Pihak Kepolisian Hindia Belanda (Algemeene Politie) tidak ketinggalan
dalam hal ini. Dengan keputusan Gubenur Jenderal Hindia Belanda yang dimuat
dalam Staatblad No. 322 tahun 1914, dibentuklah Kantor Daktiloskopi yang
terpisah dari Kantor Pusat Daktiloskopi Kehakiman tersebut diatas. Akan tetapi,
hal ini akan berlangsung lebih kurang 2 tahun saja dan pada tahun 1961 kegiatan
pelaksanaan tugas yang menyangkut penghimpunan, pengelolahan dan
penyimpanan kartu-kartu sidik jari diserahkan kepada Kantor Pusat Daktiloskopi
Departemen Van Justitie. Sedangkan tugas-tugas dan kegiatan yang menyangkut
bidang kriminal Daktiloskopi dilaksanakan oleh pihak kepolisian. Hal ini
berlangsung sampai Indonesia merdeka. Dalam perkembangannya sejak tahun
1945 hingga sekarang, baik nama maupun statusnya dalam Struktur Organisasi
Kepolisian RI, organ Daktiloskopi ini telah mengalami beberapa perubahan.
Pada tahun 1959 Kepolisian RI mulai berusaha menyusun dan
membangun Kantor Pusat Daktiloskopi sendiri karena didesak oleh kebutuhan-
kebutuhan dalam pelaksanaan tugas kepolisian yang terasa semakin kompleks.

6
A. Gumilang, Kriminalistik (Pengetahuan Tentang Teknik dan Taktik Penyidikan), Cet.
10, (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 90.
35
Sejak 25 Agustus 1960 Kepolisian RI mengunakan sistem Henry yang telah
diubah dan diperluas (Modified Henry System), sesuai dengan yang digunakan
oleh FBI sedangkan sebelumnya masih menggunakan Sistem Henry yang lama.
7
B. Sidik Jari Sebagai Salah Satu Barang Bukti Dalam Tindak Pidana
Dalam suatu perkara pidana sidik jari merupakan hal penting dalam upaya
mengidentifikasi pelaku, khususnya dalam tempat kejadian perkara, sehingga
untuk menjaga keaslian polisi dari suatu tempat kejadian perkara dalam suatu olah
TKP maka polisi memberikan garis batas (police line) dengan tujuan agar keaslian
tempat perkara tetep terjaga. Begitupun tidak sembarang orang dapat memegang
benda-benda yang ada disekitar tempat kejadian sehingga sidik jari pelaku dapat
diidentifikasi secara jelas dan mudah. Sidik jari merupakan jejak atau alur kulit
yang ditemukan pada telapak tangan dan bagian plantar.
Istilah sidik jari mengacu pada ibu jari, telapak dan jari kaki. Ketika
diperiksa oleh ahli sidik jari menjadi alat identifikasi yang sangat berharga.
Identifikasi sidik jari pertama kali ditemukan pada tahun 1982 di Buenos Aries
oleh Juan Vucatich, hal ini disebabkan adanya kasus pembunuhan terhadap 2
orang anak laki-laki Fransesca Rojas, dimana dia menuduh tetangganya telah
membunuh kedua anaknya. Sidik jari yang mengandung bercak darah ditemukan

7
Ibid., hal. 91.
36
pada pintu dekat dengan lokasi korban ditemukan. Pintu tersebut kemudian
dilepas dan dibawa kepusat identifikasi bersama dengan sidik jari tersangka dan
Rojas. Sidik jari Rojas diperiksa dan dia mengaku telah membunuh kedua
anaknya.
Sidik jari laten adalah jejak yang tertinggal akibat akibat menempelnya
alur jari. Sidik jari laten harus dimunculkan sebelum dapat dilihat dengan kasat
mata. Sidik jari mempunyai beberapa jenis, yaitu:
8
a. Sidik jari yang terlihat, seperti pada debu, lumpur, darah, minyak atau
permukaan yang kontras dengan latar belakangnya;
b. Sidik jari laten, tersembunyi sebelum dimunculkan dengan serbuk atau alat
pohy light;
c. Sidik jari cetak, pada permukaan yang lembut seperti lilin, purtty;
d. Sidik jari etched, pada logam yang halus disebabkan oleh asam yang ada
dalam kulit.
Sidik jari banyak ditemukan dalam tempat kejadian perkara dan sangat
amat mudah rapuh jika tidak dijaga dan ditangani dengan baik. Untuk dapat
memudahkan proses identifikasi sidik jari maka seringkali digunakan serbuk atau
bahan kimia lain atau bahkan fotografi pollilight.

8
Cunliffe, Frederick dan Peter B. Piazza. Kriminalitstik dan Penyidikan Secara Ilmiah
(Eriminalistic and Scientific Investigation), diterjemahkan oleh Affandi. Jakarta: Pusat
Pengembangan Ilmu dan Teknologi Kepolisian Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, 1992.
37
Sidik jari dapat melepaskan atau menjerat seseorang dari keterlibatanya
dalam suatu tindak pidana. Sidik jari membuktikan bahwa adanya kontak antara
permukaan suatu benda dengan orang. Lamanya sidik jari tergantung pada
beberapa faktor,yaitu :
a. Komposisi sidik jari laten;
b. Bahan yang terkandung didalamnya;
c. Kondisi lingkungan;
d. Bahan yang melekat pada sidik jari;
e. Posisi sidik jari laten;
f. Lamanya waktu antara terbentuknya sidik jari dengan pemeriksaan.
Pada sidik jari laten untuk dapat melakukan identifikasi harus
dimunculkan terlebih dahulu dengan serbuk warna (untuk benda menyerap atau
tidak menyerap) tehnik pencahayaan (non desruktif), pollylight atau cyanoacrylate
(super glue untuk benda yang tidak menyerap), hal ini dikarenakan sifatnya rapuh,
sehingga dalam melakukan identifikasi seorang penyidik harus memakai sarung
tangan untuk mencegah tercampurnya sidik jari penyidik dengan tersangka.
Dalam identifikasi sidik jari laten perlu disadari dimana kemungkinan letak sidik
jari tersebut, apabila diduga sidik jari laten terdapat pada permukaan gelas maka
harus dipegang dengan sangat hati-hati.
38
Dalam praktek identifikasi sidik jari, terkadang pelaku berusaha
menghilangkan keaslian sidik jarinya dengan cara merusak susunan kulit ari pada
jari-jari tangan (khususnya). Namun alur kulit pada sidik jari tangan tidak mudah
untuk dihilangkan atau diubah, hal ini dikarenakan alur kulit berkembang selama
masa fletus (10-20 minggu) dan tidak berubah sampai proses pembusukan. Ciri-
ciri alur kulit tidak berulang pada bagian manapun pada orang yang sama atau
orang lain, ciri alur kulit akan berubah jika terkena suatu penyakit. Meskipun pola
alur kulit beragam namun dapat diidentifikasi.
Sidik jari dapat diklasifikasikan dengan mudah, hal ini dikarenakan sidik
jari dimiliki oleh setiap manusia dan disukai oleh setiap manusia hal ini terbukti
dengan adanya sidik jari pada gua-gua purba, sidik jari dalam segel lilin, keramik
dari tanah liat (seperti di Cina dan Jepang).
Sir Edward Henry pada akhir abad 19 menciptakan sistem klasifikasi sidik
jari dan sistem ini dipergunakan diseluruh dunia. Sistem klasifikasi sidik jari
didasarkan pada penerapan nilai secara numerik terhadap berbagai pola,
dikombinasikan dengan perhitungan alur kulit dan jejaknya. Seiring dengan
perkembangan zaman maka untuk mempermudah melakukan klasifikasi sidik jari
teknologi telah menghasilkan alat yang lebih akurat yang dikenal dengan nama
automated fingerprint identification system dan live scan technology.
39
Dari hasil identifikasi sidik jari maka terdapat beberapa pola sidik jari
yaitu:
9
a. Pola Loop: Dalam pola loop terdapat satu delta pada alur kulit dan
mengalir dari kanan kembali ke kanan;
b. Pola Whorl: Sedangkan pola whorl terdapat dua delta dengan alur
melingkar menuju pusat;
c. Pola Double loop: Pola ini mempunyai dua loop dimana satu alur kulit
mengalir kekiri dan satu alur kulit mengalir ke kanan sehingga terdapat
dua delta;
d. Pola Arch dan Tented Arch: Pola arch tidak mempunyai pusat sidik jari.
Pola arch sangat jarang dimiliki oleh manusia. Pola tented arch juga tidak
mempunyai pusat sidik jari, adanya garis ke atas di tengahnya seperti
tenda.
Selain itu dalam melaksanakan identifikasi orang/penjahat terdapat tiga
sistem ilmiah yang saat ini berkembang, yaitu:
a. Anthropometry
b. Dactylography, dan
c. Deoxyribo-nucleic-acid (DNA) typing

9
Ibid., hal. 311.
40
Menurut Prof. Koesparmono Irsan bahwa Bukti yang ditemukan oleh
seorang ahli forensik dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Yang paling
sederhana adalah apa ya g dikenal dengan pengklasifikasian dalam:
1. Personal evidence misalnya dalam bentuk testimony/pernyataan pribadi
seperti kesaksian atau keterangan yang diucapkan/diuraikan oleh saksi mata.
Personal evidence bersifat subyektif dan diwarnai oleh sikap dan persepsi
personal yang dibawakan oleh saksi, maupun ahli forensik itu sendiri.
2. Physical evidence atau bukti fisik seperti sidik jari, pecahan kaca, peluru,
tapak kaki/ sepatu dan lainnya. Physical evidence bersifat obyektif, dan akan
tetap seperti apa adanya sekalipun diperiksa oleh lain ahli forensik, walaupun
kemudian kemungkinan ada aspek subyektifnya.
10
Dalam mengidentifikasi sidik jari/gambar setiap jari-jari mengunakan
berbagai macam rumus. Dibutuhkan pakar matematika yang handal dan komputer
yang sangat canggih untuk menunjukkan gambar yang sama sekali tidak
mengalami pengulangan dalam membedakan setiap sidik jari sehingga tidak
terjadi kesalahan.
Diantara bermilyard-milyard sidik jari manusia dalam ribuan tahun tidak
satu pun orang yang mempunyai sidik jari yang sama dengan sidik jari orang lain.
C. Pejabat Yang Berwenang Melakukan Pengambilan Sidik Jari
Pasal 1 angka 1 KUHAP menyatakan bahwa Penyidik adalah pejabat
polisi Republik Indonesia atau pejabat pegaewai negeri sipil yang diberikan

10
Prof. Koesparmono Irsan, Ilmu Kedokteran Kehakiman, (Jakarta: 2007), hal. 24.
41
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Dari
penjelasan terasebut, maka pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penyidikan adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu yang diberikan oleh undang-undang yang mengatur
mengenai wewenangnya untuk melakukan penyidikan. Kecuali dalam hal tindak
pidana khusus jaksa masih memegang wewenang melakukan penyidikan.
Untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan orang yang berhak
sebagai penyidik ditinjau dari instansi maupun kepangkatan, ditegaskan dalam
Pasal 6 KUHAP. Adapun bunyi dari Pasal 6 KUHAP adalah sebagai berikut:
(1) Penyidik adalah:
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia;
b. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Tegasnya penyelidikan adalah setiap pejabat Polri dari pangkat terendah
sampai pangkat tertinggi. Dengan demikian jaksa atau pejabat lain tidak
berwenang melakukan penyelidikan. Penyelidik Monopoli Tunggal Polri.
Kemanunggalan fungsi dan wewenang penyelidikan bertujuan:
42
1. Menyederhanakan dan memberi kepastian kepada masyarakat siapa yang
berhak dan berwenang melakukan penyidikan;
2. Menghilangkan kesimpang siuran penyelidikan oleh aparat penegak
hukum, sehingga tidak lagi terjadi tumpang tindih seperti yang dialami
pada masa HIR;
3. Juga merupakan efisiensi tindakan penyelidikan ditinjau dari segi
pemborosan jika ditangani oleh beberapa instansi, maupun terhadap orang
yang diselidiki, tidak lagi berhadapan dengan berbagai macam tangan
aparat penegak hukum dalam penyelidikan, dari segi waktu dan tenaga
jauh lebih efektif dan efesien.
D. Hubungan Science Investigation Dengan Sidik Jari
Science Investigation atau dalam bahasa indonesia merupakan investigasi
ilmiah yang dilakukan terhadap kasus pidana tertentu yang cukup pelik, misalnya
dimana barang bukti tidak berada di tempat kejadian perkara telah mengalami
perubahan atau barang bukti tidak lagi berada di tempat kejadian perkara. Contoh
lain adalah suatu perkara tidak ada saksi langsung. Tidak semua barang yang ada
pada tempat kejadian perkara merupakan barang bukti akan tetapi barang bukti
yang terkait langsung dengan kasus tindak pidana itulah yang akan digunakan
baik dalam proses penyidikan maupun proses pengadilan.
43
Andi Hamzah mengutip pendapat dari Moelyatno bahwa Investigasi
ilmiah merupakan pengumpulan barang bukti yang ditujukan untuk proses
pembuktian baik ditingkat penyidikan maupun pengadilan dengan
menggunakan metode ilmiah guna memberi keterangan lebih lanjut
mengenai barang bukti yang telah dikumpulkan tadi.
11
Dalam hukum pidana di Indonesia, Science Invertigation digunakan baik
terhadap benda, korban, tersangka ataupun mayat.
12
Oleh karena itu dikenal
dengan adanya labolatorium kriminal, ahli rekonstruksi dan ahli forensik guna
memberikan keterangan terhadap barang bukti yang ditemukan.
Dari seluruh proses Investigasi secara ilmiah akan membantu proses
pembuktian di pengadilan khususnya pada saat pemeriksaan saksi ahli. Dalam
Undang-undang Hukum Acara Pidana, Science Investigation dikategorikan dalam
keterangan ahli.
13
Hal ini dikarenakan diperlukan keahlian khusus dengan latar
belakang pendidikan yang khusus pula sehingga berdasarkan penelitian ilmiah
terhadap barang bukti dapat memberikan penjelasan kepada penyidik ataupun
majelis hakim mengenai hal-hal yang bersifat teknis, seperti ahli forensik akan
menerangkan senjata api dan lainnya yang secara umum tidak diketahui oleh
penyidik ataupun majelis hakim.

11
Hamzah, op. cit., hal. 268.
12
Abdurrachman, Aneka Masalah Dalam Praktek Penegakan Hukum Pidana di
Indonesia, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 111.
13
Ibid, hal. 111.
44
Dengan demikian Science Investigation merupakan keterangan ahli
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP sebagai salah satu alat bukti.
Pasal 186 KUHAP menyatakan bahwa keterangan seorang ahli adalah apa yang
seorang ahli nyatakan dalam sidang pengadilan. Jadi pasal tersebut memberikan
sedikit banyak penjelasan bahwa keterangan yang diberikan seorang ahli
didasarkan pada suatu penyidikan ilmiah (Science Investigation).
Science Investigation atau penyidikan ilmiah dapat diberikan sebelum atau
sesudah pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam
bentuk laporan dan dibuat dengan mengangkat sumpah diwaktu menerima jabatan
atau pekerjaan. Jika hasil penyelidikan ilmiah tidak diberikan pada waktu
pemeriksaan oleh penyidik atau jaksa penuntut umum maka pada waktu
pemeriksaan di sidang diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam
berita acara pemeriksaan.
Tidak diberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan Science
Investigation dalam keterangan ahli khususnya di KUHAP. Menurut
pendapat Andi Hamzah bahwa pendapat seorang ahli yang terhubung
dengan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari tentang sesuatu apa yang
diminta pertimbangannya.
14
Van Bemellen berpendapat bahwa Science Investigation adalah:

14
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Ed, 2. (Jakarta : PT. Sinar Grafika,
2008), hal. 267.
45
Ilmu tulisan, ilmu senjata, pengetahuan tentang sidik jari dan lain-
lainnya. Sebagaimana termasuk pengertian ilmu pengetahuan, oleh karena
itu sebagai ahli seseorang dapat didengar keterangannya mengenai
persoalan tertentu yang menurut pertimbangan hakim orang tersebut
mengetahui bidang tersebut secara khusus.
15
Dengan demikian pengertian Science Investigation dalam hukum pidana di
Indonesia diartikan penyelidikan ilmiah yang merupakan bagian dari keterangan
ahli, karena keterangan ahli yang disampaikan baik pada saat proses penyidikan
ataupun ilmu yang dipelajari.

15
M, Yahya Harapan, Hukum Pidana, (Jakarta: Grafiti, 2003), hal. 270.

Anda mungkin juga menyukai