Anda di halaman 1dari 11

2. Batang Tarik Batang tarik merupakan batang yang mengalami gaya aksial tarik.

Profil yang mengalami gaya aksial tarik dapat berbentuk profil tunggal ataupun ganda.

Gambar 1. Profil batang tarik

Gambar 2. Aplikasi batang tarik pada struktur Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor Nu harus memenuhi: Nu Nn dengan Nn adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai nilai terendah di antara dua perhitungan menggunakan harga-harga dan Nn di bawah ini:
Batang Tarik Baja LRFD | 1

= 0,9 Nn = Ag fy dan = 0,75 Nn = Ae fu Ag : luas penampang bruto, mm2 Ae : luas penampang efektif mm2 fy : tegangan leleh, MPa fu : tegangan tarik putus, Mpa

a. Penampang efektif Luas penampang efektif komponen struktur yang mengalami gaya tarik ditentukan sebagai berikut: Ae = AU A : luas penampang U : faktor reduksi, dimana U= 1 - (x / L) 0,9 x : eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik, antara titik berat penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan, mm L : panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara dua baut yang terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik, mm

a. Eksentrisitas untuk menentukan nilai U

Batang Tarik Baja LRFD | 2

b. Eksentrisitas untuk menentukan nilai U

c. Eksentrisitas untuk menentukan nilai U

d. Eksentrisitas untuk menentukan nilai U dan panjang L

e. Eksentrisitas untuk menentukan panjang L

Batang Tarik Baja LRFD | 3

b. Kasus gaya tarik hanya disalurkan oleh baut A = Ant adalah luas penampang neto terkecil antara potongan 1-3 dan potongan 1-2-3,

Potongan 1-3: Ant = Ag - n d t Potongan 1-2-3

Ag : luas penampang bruto, mm2 t : tebal penampang, mm d : diameter lubang, mm n : banyaknya lubang dalam garis potongan s : jarak antara sumbu lubang pada arah sejajar sumbu komponen struktur, mm u : jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sumbu komponen struktur, mm Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas penampang utuh. Persyaratan lubang ditentukan sebagai berikut; AISC: d =d(lubang standar) +2 mm (rusak) D lubang standar = db + 2 mm (untuk db < 22 mm) = db + 3 mm untuk db > 22 mm)

Indonesia db<24 Indonesia db>24

Batang Tarik Baja LRFD | 4

Kegagalan fraktur tarik pada sambungan dihindari dengan mengatur Ae Jenis Baja BJ 37 BJ 41 BJ 44 BJ 50 BJ 52 Fy (Mpa) 240 250 280 290 360 Fu (Mpa) 370 410 440 500 520 Fy/fu 0.65 0.61 0.64 0.58 0.69 (Ae/Ag)min 0.78 0.73 0.76 0.70 0.83

c. Komponen struktur tarik dengan penghubung Komponen struktur tarik tersusun dari dua buah profil yang dihubungkan dengan terali atau pelat kopel harus memenuhi: 1. Kelangsingan komponen dengan memperhitungkan jarak antar elemen penghubung, tidak lebih dari 240 untuk komponen struktur utama, dan tidak lebih dari 300 untuk komponen sekunder; 2. Tebal elemen penghubung tidak kurang dari 0,02 kali jarak antara garis sambungan pelat penghubung dengan komponen utama; 3. Panjang pelat kopel tidak kurang dari 0,67 kali jarak antara garis sambungan pelat kopel dengan komponen utama; 4. Pelat kopel yang disambung dengan baut harus menggunakan paling sedikit dua buah baut yang diletakkan memanjang searah sumbu komponen struktur tarik

Batang Tarik Baja LRFD | 5

d. Geser Blok (Block Shear Rupture Strength) (AISC 05)

Geser Blok adalah kondisi batas di mana tahanan ditentukan oleh jumlah kuat geser dan kuat tarik pada segmen yang saling tegak lurus. = 0.75 Agt = luas bruto yang mengalami tarik Agv = luas bruto yang mengalami geser Ant = luas neto yang mengalami tarik Anv = luas neto yang mengalami geser

Rn=min (( 0,6Fu.Anv + Ubs Fu Ant) dan (0,6 Fy Ag + Ubs Fu Ant))


Fraktur geser dan fraktur tarik leleh geser dan fraktur tarik Ubs = koefisien reduksi, digunakan untuk menghitung kuat fraktur geser blok

Kegagalan Blok Geser pada Sambungan Bila fu Ant 0.6 fu Ans akan terjadi pola Pelelehan geser Retakan tarik Nn = fu An t + 0.6 fy Ags Bila fu Ant < 0.6 fu Ans akan terjadi pola Retakan geser Pelelehan tarik Nn = fy Ag t + 0.6 fu An s = 0.75

Batang Tarik Baja LRFD | 6

Kegagalan Blok Geser pada Ujung Baut dimana: Nn = fu Av Av = luas bidang geser disekitar baut fu = tegangan putus penampang Kegagalan blok geser pada daerah sambungan baut dihindari dengan memenuhi ketentuan JARAK BAUT MINIMAL : > 1,5 d dari tepi pelat > 3,0 d antar baut

Ubs=1

Ubs=0,5
Batang Tarik Baja LRFD | 7

Contoh soal. Sebuah batang tarik berupa pelat PL 20.150 disambungkan ke pelat PL 20.300 dengan sambungan las memanjang sepanjang 20 cm pada kedua sisinya, seperti terlihat pada Gambar 2.14. Kedua pelat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, BJ-41, fy = 250 MPa dan fu = 410 MPa. Berapa gaya tarik, Nu yang dapat dipikul batang tarik? Sambungan las dianggap kuat. Karena kedua pelat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, maka kuat rencana akan ditentukan oleh kuat tarik pelat yang lebih kecil luas penampangnya yaitu PL 20.150.

Kriteria Desain: Nu Nn a. Kondisi Leleh Nu < Nn = 0.9 fy Ag = 0.9*250*20*150 = 675.00 kN (menentukan) b. Kondisi Fraktur Nu < Nn = 0.75 fu Ae Untuk sambungan las memanjang searah gaya: An = Ag = 20*150 = 3000 mm2 w = 150 mm < l = 200 mm < 1.5w = 225 mm U = 0.75 Ae = U An = 0.75*3000 = 2250 mm2 Diperoleh : Nn = 0.75*410*2250 = 691.88 kN Kuat rencana yang menentukan adalah pada kondisi leleh : Nn = 675.00 kN. Dengan kriteria desain yang disyaratkan, maka gaya tarik yang dapat dipikul: Nu < 675.00 kN Catatan: Nilai ( ) sesuai dengan persyaratan kuat rencana ditentukan oleh kondisi leleh. Contoh 2 Sebuah batang tarik berupa pelat PL 10.100 dihubungkan dengan baut berdiameter lubang 10 mm dengan konfigurasi seperti pada Gambar. Mutu baja yang digunakan adalah BJ-41 ( fy = 250 MPa dan fu = 410 Mpa). Dengan memperhatikan kemungkinan keruntuhan blok geser, tentukan besar gaya, Nu yang dapat dipikul batang tarik.
Batang Tarik Baja LRFD | 8

a. Kapasitas Tarik Murni Luas Efektif,Ae U = 1.0 Ae = An = 10*100 1*10*10 = 900 mm2 Kuat tarik rencana, Nn Kondisi leleh Nn = 0.9 fy Ag = 0.9*250*1000 = 225.00 kN Kondisi fraktur Nn = 0.75 fu Ae = 0.75*410*900 = 276.75 kN

b. Blok Ujung Kombinasi Geser dan Tarik Ags = 300*10 = 3000 mm2 Ans = (300 2.5*10)*10 = 2750 mm2 Agt = 50*10 = 500 mm2 Ant = (50 0.5*10)*10 = 450 mm2 fu Ant = 410*450 = 184.50 kN 0.6 fu Ans = 0.6*410*2750 = 676.50 kN Nn = (fy Agt + 0.6 fu Ans) = 0.75*(250*500 + 0.6*410*2750) = 601.13 kN Dari pengecekan diatas, nilai Nn ditentukan oleh Nn=min dari nilai { }

Nn =225 kN (Kondisi Leleh) Jadi, batang tarik mampu memikul Nu = 225 kN Catatan: 1. Jarak antar baut lebih besar dari tiga kali diameter baut, 100 mm > 30 mm, menghindarkan terjadinya kegagalan blok ujung. ( ) sesuai dengan persyaratan kondisi leleh menentukan. Contoh 3. Tentukan penampang batang tarik horizontal AB untuk rangka batang dengan mutu baja BJ-37 seperti terlihat pada Gambar. Dari analisa struktur diperoleh harga gaya
Batang Tarik Baja LRFD | 9

dalam batang tarik tersebut adalah : PDL = 90 kN dan PLL = 50 kN. Asumsikan diameter baut 16 mm dan disusun dalam alur tunggal pada salah satu kakinya. Pilihan desain: a. Penampang berupa profil siku tunggal yang paling ringan. 1. Penampang berupa profil siku ganda dengan kaki-kaki yang terpisah sejauh 6 mm saling bertolak belakang.

Kombinasi gaya dalam akibat beban yang diperhitungkan Nu = 1.4 PDL = 1.4*90 = 126 kN Nu = 1.2 PDL + 1.6 PLL = 1.2*90 +1.6*50 = 188 kN (menentukan) Tentukan Ag minimum yang diperlukan, yang ditentukan baik oleh: Kondisi leleh : min Ag= Kondisi fraktur min Ag= Asumsikan U = 0.85. Nilai Ag minimum untuk kondisi fraktur masih harus ditambah dengan luas lubang yang ada. Ambil penampang yang memenuhi kelangsingan minimum a. Pilihan Batang Siku Tunggal Untuk menentukan penampang yang akan dipilih, terlebih dahulu dilihat beberapa penampang yang memenuhi syarat. Tabel : Profil Siku Tunggal yang Memenuhi Syarat Tebal Profil Siku (mm) 6 6 10 Catatan: 1) Luas lubang baut = 1*(16+3)*6 = 114 mm2
Batang Tarik Baja LRFD | 10

Luas Ag yang Lubang disyaratkan Baut (mm2) (mm2) 1141) 114 190 9112) 911 987

Profil Siku yang memenuhi syarat L.80.80.6 (Ag = 923 mm2, rmin = 1.58 cm3)) L.90.90.6 (Ag = 1055 mm2, rmin = 1.78 cm) L.100.100.10 (Ag = 1900 mm2, rmin = 1.95 cm)

2) Ag yang disyaratkan = 797+114 = 911 mm2 3) rmin untuk profil siku tunggal adalah r. Cek ulang nilai U untuk penampang terpilih, misal L.80.80.6 ( x = 2.10 cm), yaitu dengan memasang baut sejarak L, sedemikian sehingga ( 1 - x/L ) = ( 1 - 2.10/ L > 0.85, atau L > 14.0 cm Untuk batang siku tunggal digunakan profil L.90.90.6 b. Pilihan Batang Siku Ganda Dengan cara yang sama, penampang yang akan dipilih, terlebih dahulu dilihat beberapa penampang yang memenuhi syarat. Tabel Profil Siku Ganda yang Memenuhi Syarat Luas Ag yang Lubang disyaratkan Profil Siku yang memenuhi syarat Baut (mm2) (mm2) .50.50.6 2281) 10252) (Ag = 1128.8 mm2, rmin = 1.50 cm) .60.60.5 190 987 (Ag = 1160.4 mm2, rmin = 1.84 cm) .60.60.6 228 1025 (Ag = 1382.0 mm2, rmin = 1.82 cm)

Tebal Profil Siku (mm) 6 5 6

Catatan: 1) Luas lubang baut = 2*(16+3)*6 = 228 mm2 2) Ag yang disyaratkan = 797+228 = 1025 mm2 Mengingat luas lubang baut berdiameter 16mm > 15% luas penampang, maka diameter baut harus dikurangi menjadi 10mm. Jarak baut (L) dicek sehingga nilai U > 0.85 sesuai asumsi perhitungan awal. Untuk batang siku ganda digunakan profil .60.60.5

Batang Tarik Baja LRFD | 11

Anda mungkin juga menyukai