Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah, - Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003 iv, 44 hal. ISBN 979-725-210-8
KATA PENGANTAR
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Dalam pada itu, kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek substantif yang mendukungnya, yakni kurikulum. Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas telah menyiapkan seperangkat kurikulum yang disebut dengan Kurikulum 2004. Sebelum kurikulum ini diberlakukan secara nasional telah dilakukan rintisan pelaksanaan (pilot mini) di beberapa sekolah kemudian dilanjutkan dengan perluasan rintisan pelaksanaan di sejumlah sekolah yang lebih banyak. Rintisan dan perluasan rintisan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan tentang kekuatan dan kelemahan perangkat yang telah disusun sebagai bahan penyempurnaan. Perangkat kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar, Standar Kompetensi Bahan Kajian, dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Perangkat Kurikulum 2004 juga didukung oleh perangkat layanan profesional yang terdiri atas (1) Pemahaman terhadap Kurikulum 2004, (2) Model Sistem Penyampaian Kurikulum, (3) Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif, (4) Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah, (5) Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus.
Dr. H. Siskandar, MA
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... Rasional Perubahan Kurikulum ................................................ 5 5 7 7 9
BAB II. PERUBAHAN YANG MENYERTAI KURIULUM 2004 .............. A. Perbandingan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 1994 ... B. Dampak Perubahan Kurikulum .......................................... BAB III. BAGAIMANA MELAKUKAN PENGELOLAAN KURIKULUM DI TINGKAT SEKOLAH? ....................................................... A. Pengertian Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ...... B. Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ............................................ C. Perencanaan dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ................................................................................ D. Implikasi Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ........ BAB IV. BERBAGAI ASPEK YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGELOLAAN KURIKULUM DI SEKOLAH ......................... A. Peran dan Tanggungjawab Sekolah dalam Pengelolaan Kurikulum ........................................................................... B. Berbagai Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Kurikulum ........................................................................... BAB V. LANGKAH-LANGKAH PENJABARAN KURIKULUM MENJADI SILABUS YANG DILAKUKAN DI TINGKAT SEKOLAH .................................................................................. A. Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus ............................. B. Penyajian Silabus ............................................................... C. Pembelajaran Tematis di Kelas I dan II .............................
12 12 13 14 22
24 24 24
29 29 37 39
PENDAHULUAN
dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Dengan demikian, sekolah yang dikategorikan dapat mengelola kurikulum sendiri tentu saja sekolah yang sudah mampu melakukan manajemen berbasis sekolah karena telah memenuhi persyaratan sebagai sekolah yang sudah mandiri, mampu mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya, memiliki fleksibilitas dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal, serta sudah melibatkan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah. Suatu sekolah dikatakan telah mampu melaksanakan program MBS, antara lain sekolah tersebut telah mandiri dalam program-program berikut: perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, fasilitas, keuangan, kurikulum, kesiswaan, hubungan sekolah dan masyarakat, serta iklim sekolah. Dengan demikian, pengelolaan kurikulum dapat dilakukan dengan cara berbasis sekolah jika sekolah tersebut telah memiliki syarat-syarat di atas. Dengan melibatkan unsur masyarakat berati pula suatu sekolah telah siap dengan manajemen transparansi/keterbukaan dan mau melaksanakan akuntabilitas publik untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitas sekolah kepada masyarakat. MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, pemerataan, serta akses pendidikan), sedangkan pengelolaan kurikulum di tingkat sekolah dimaksudkan untuk mengembangkan isi kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan daerah dengan tetap mengacu pada peningkatan mutu pembelajaran sesuai dengan standar nasional.
2. Penekanan pada kemampuan 2. Penekanan pada kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung Membaca, Menulis, dan Berhitung 3. Konsep-konsep dan Materi Pokok 3. Konsep-konsep dan Materi Pokok (esensial) pada setiap mata pelajaran (esensial) pada setiap mata pelajaran untuk mencapai kompetensi untuk mencapai kompetensi 4. Muatan Lokal 5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran tetap 45 menit untuk SMP & MTs, SMA &MA, SMK & MAK 4. Muatan Lokal 5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran tetap 45 menit untuk SMP & MTs, SMA &MA, SMK & MAK
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) Perbedaan 1. Pemberdayaan Sekolah dan Daerah 2. Memuat Standar Kompetensi 3. Kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan terprogram 4. Pengenalan mata pelajaran Teknologi dan Informasi 5. Penilaian Berbasis Kelas
Kurikulum 1994
1. Sentralistik 2. Tidak memuat Standar Kompetensi 3. Tidak ada kegiatan pembiasaan perilaku 4. Belum ada mata pelajaran Teknologi dan Informasi 5. Meskipun sudah disarankan di dalam rambu-rambu untuk melakukan penilaian berbasis kelas, kenyataannya masih didominasi penilaian pilihan ganda
6. Pendekatan Tematik di kelas I dan 6. Pendekatan Tematik di kelas I dan II SD & MI hanya disarankan II SD & MI untuk memperhatikan kelompok usia dini 7. Kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas I sampai dengan kelas XII 8. Diversifikasi: Kurikulum layanan khusus dan standar internasional 9. Silabus disusun oleh daerah dan atau sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya 7. Tidak ada kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas I sampai dengan kelas XII 8. Tidak ada Diversifikasi: Kurikulum layanan khusus dan standar internasional 9. Memberikan peluang kepada guru/sekolah/daerah untuk mengembangkan potensinya dalam bentuk program penjabaran dan penyesuaian atau melakukan analisis materi pelajaran
Ada beberapa tujuan penilaian dilakukan guru, antara lain untuk grading (membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam satu kelas), alat seleksi (memisahkan antara siswa yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak, atau untuk menentukan seorang siswa dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu), menguasai kompetensi (menentukan apakah seorang siswa telah menguasai kompetensi tertentu atau belum), bimbingan (mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dirinya, membuat keputusan yang harus dilakukan siswa, atau untuk menetapkan penjurusan), alat prediksi (mendapatkan informasi yang digunakan untuk memprediksi kinerja siswa pada pendidikan berikutnya) dan alat diagnosis (melihat kesulitan belajar atau dalam hal apa siswa memiliki prestasi untuk menentukan perlu remediasi atau pengayaan). Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas, jenis penilaian diagnosis, bimbingan, dan pencapaian penguasaan kompetensi harus menjadi perhatian utama guru pada setiap kali mengajar. Guru dituntut mampu melaksanakan penilaian mulai dari awal sampai akhir proses belajar mengajar. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja ( performance ), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses yang dilakukan guru melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Jadi, peran penilaian berbasis kelas adalah memberikan masukan atau informasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa dilihat ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung hingga hasil akhirnya dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dicapai siswa. 3. Diversifikasi Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai
10
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2004 berisi seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah. Dalam hal ini diversifikasi kurikulum diperlukan mengingat keberagaman kemampuan siswa, daerah dan sekolah sehingga cara penyampaian dan pencapaian kompetensi harus disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah, Jadi, pengertian diversifikasi kurikulum adalah pelayanan pendidikan dengan cara menyesuaikan, memperluas, dan memperdalam kompetensi dan materi pelajaran dalam rangka untuk melayani keberagaman penyelenggaraan satuan pendidikan, kebutuhan serta kemampuan daerah dan sekolah ditinjau dari segi geografis, budaya, serta kemampuan dan minat peserta didik. Diversifikasi kurikulum yang melayani keberagaman kemampuan peserta didik ini dikelompokkan ke dalam: normal, sedang, dan tinggi. Diversifikasi kurikulum yang melayani minat peserta didik dan kebutuhan daerah dirancang oleh daerah dan sekolah. Diversifikasi kurikulum juga dilaksanakan untuk melayani peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena adanya kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Diversifikasi kurikulum juga perlu dilaksanakan untuk melayani peserta didik dari daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
11
12
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Konteks Pendidikan Otonomi Daerah, Pembangunan Daerah, Pembangunan Berkelanjutan, Kompetensi Standar, Kehidupan Demokratis Globalisasi, Perkembangan Ilmu & Teknologi Informasi, Ekonomi Berbasis Pengetahuan, HAM
Rekonseptualisasi Kurikulum
PUSAT
DAERAH
Pengembangan Silabus
Implementasi Kurikulum
Pemantauan Kurikulum
13
Kurikulum 2004 ini merupakan kerangka inti yang memiliki perangkat penyerta lain, yang kita sebut sebagai model pelayanan profesional KBK: yaitu Model Sistem Penyampaian KBK, Model Penilaian Berbasis Kelas, Model Kegiatan Belajar Mengajar, dan Model Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah. Model Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah (sebagai salah satu komponen atau perangkat Kurikulum 2004) menyajikan berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumberdaya lain di tingkat sekolah untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan tim pengembang silabus, cara pengembangan silabus dan bahan ajar, pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum. Dalam kaitannya dengan pengembangan silabus, juga dilakukan penetapan dan pengembangan materi yang diperlukan di sekolah, pelaksanaan kurikulum termasuk kegiatan intra dan ekstra kurikuler, dan pengembangan sistem pemantauan.
14
Jadi, dalam hal ini setiap sekolah yang memutuskan untuk mengembangkan silabus sendiri harus melakukan identifikasi kesiapan yang menyangkut sumber daya manusia, finansial, sarana dan prasarana, dsb. Jika dari kesemua persyaratan yang dituntut tersebut, ternyata lebih banyak kelemahannya tentu saja sekolah itu belum layak kalau ingin mengembangkan silabus sendiri. Ini akan menyulitkan kerja kepala sekolah sebagai manajer sekolah jika keputusannya tidak bisa didukung oleh kemampuan dan kemauan semua pihak di sekolahnya. 2. Merencanakan Kegiatan di Tingkat Sekolah Jika hasil identifikasi kesiapan menunjukkan suatu sekolah mampu mengembangkan silabus sendiri, selanjutnya perlu dilakukan perencanaan dalam pelaksanaan langkah-langkah kegiatan, misalnya: mengatur pelaksanaan pelatihan dan pembinaan guruguru, mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan pembinaan, pada jam sekolah atau menanti saat liburan sekolah, menyusun program sekolah, melakukan pemilihan materi, dsb. Berikut akan disajikan rincian penjelasannya: a. Mengatur pelaksanaan pelatihan/pembinaan apakah semua guru perlu mendapatkan pelatihan untuk pengembangan silabus, apakah digilir dari guru kelas rendah, lalu diteruskan dengan guru-guru di kelas tinggi berapa hari diperlukan untuk pelatihan materi apa saja yang akan diberikan pada pelatihan tersebut, bagaimana bentuk pelatihan (tatap muka, supervisi kelas, atau bentuk lainnya) di mana tempatnya (di tingkat sekolah atau gugus sekolah) kapan dilaksanakan (apakah pada jam sekolah atau pada saat libur sekolah?) b. Melakukan pemilihan materi sebelum pelaksanaan pelatihan? pemetaan kompetensi tiap mata pelajaran pembelajaran tematis di kelas I dan II pemilihan materi esensial penyusunan program semester dan program tahunan penyusunan kegiatan ekstra kurikuler kajiulang silabus yang telah dikembangkan
15
c. Melakukan Pelatihan/Pembinaan Antarsekolah Pelatihan/pembinaan dapat dilakukan antarsekolah, misalnya sekolah-sekolah yang berada dalam satu kompleks. Di beberapa kota dapat dijumpai ada beberapa sekolah yang berada dalam satu kompleks, mereka dapat bergabung melakukan pelatihan, atau pelatihan pada sekolah-sekolah yang tergabung dalam satu gugus yakni melalui kegiatan KKG atau MGMP, atau jika sekolah swasta yang berada dalam yayasan tertentu, yayasan tersebut dapat melaksanakan pelatihan khusus untuk guru-guru yang berada di bawah yayasan tersebut. Selain dalam bentuk pelatihan, dapat pula dilakukan pembinaan dengan mengadakan kunjungan antarsekolah, terutama untuk sekolah-sekolah yang telah mendapatkan pelatihan penyusunan silabus dan telah pula menggunakannya dapat dikunjungi oleh guru-guru dari sekolah lain, agar mereka dapat berlajar langsung dari mengamati kbm, melihat dokumen yang telah dikembangkan, dan melakukan wawancara dengan guru-guru di sekolah tersebut menanyakan pengalaman dan berguru bagaimana mengembangkan silabus yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. 3. Implementasi Kurikulum yang telah Dijabarkan Menjadi Silabus Di Tingkat Sekolah Sebelum mengimplementasikan kurikulum baru, setiap sekolah perlu mempersiapkan diri, misalnya dengan memberikan jaminan bahwa guru-guru mampu melaksanakannya, misalnya mereka juga menyiapkan sejumlah bahan/perangkat yang diperlukan, seperti format-format (pengamatan, penilaian, pencatatan, dsb) pemetaan kompetensi dan materi untuk setiap mata pelajaran, serta menyiapkan sumber belajar dan alat bantu mengajarnya. Jika silabus dikembangkan di tingkat sekolah perlu dilakukan pemantauan dalam penyusunan silabus ini oleh pihak-pihak yang berwenang seperti pengawas, pihak dinas dari tingkat kecamatan hingga kabupaten/kota, juga pihak perguruan tinggi setempat untuk mengontrol standar mutu yang telah ditetapkan secara nasional.
16
4. Sistem Monitoring dan Pelaporan a. Bagaimana Memantau Proses Penyusunan dan Pelaksanaan Silabus? Jika sekolah telah memutuskan untuk menyusun silabusnya sendiri dengan persetujuan Kepala Dinas Pendidikan setempat, maka kepala sekolah, pengawas bersama-sama dengan Dinas perlu memantau proses penyusunan silabus yang sedang berlangsung. Dalam kaitan ini ada beberapa aspek yang pelu diperhatikan dalam pemantauan ini. 1. Kelengkapan unsur penyusunan dan penunjangnya Dalam hal ini apakah pihak-pihak yang seharusnya terlibat dalam penyusunan silabus ini dapat berperan secara aktif. Bila unsur yang seharusnya datang namun berhalangan, apakah telah diatasi dengan baik. Pemantauan juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sarana prasarana pendukung kegiatan penyusunan silabus ini memadai atau tidak seperti misalnya ruangan tidak panas, cukup penerangan, tidak banyak gangguan dari kebisingan, keramaian orang yang lalu lalang, dsb. 2. Kelengkapan aspek yang harus disusun Dalam penyusunan silabus perlu dilihat apakah silabus tersebut telah merumuskan dengan jelas kegiatan pembelajarannya. Juga perlu dilihat apakah pembelajaran yang disusun/diformulasikan tersebut merupakan penjabaran sinergis dari aspek kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Selain itu, dalam silabus hendaknya sudah tergambar metode belajar mengajar yang akan dipilih, alat bantu belajar, sumber belajar, serta bentuk-bentuk penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil kegiatan pembelajaran. 3. Kejelasan Redaksional Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini antara lain: a) apakah bahasanya mudah dipahami, jelas, singkat, dan tidak menggunakan kosakata yang dapat menimbulkan makna ganda (ambigue). b) tidak menggunakan kata-kata asing, kecuali terpaksa
17
dan itu pun hanya bersifat penjelas saja yang ditulis dalam tanda kurung. c) kalimat disusun dengan kaidah bahasa yang benar dan memperhatikan efektivitas berbahasa. 4. Kelayakan (feasibility) konsep-konsep yang terangkum dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang tersusun perlu ditinjau kembali, apakah telah sesuai dengan tingkat perkembangan anak (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar), menggunakan alat bantu belajar yang terjangkau, menggunakan buku sumber yang mudah diperoleh, serta kegiatan pembelajaran tidak membahayakan siswa. 5. Pelaksanaan silabus yang telah tersusun menjadi kegitan belajar mengajar di kelas Apakah telah sesuai dengan yang direncanakan, misalnya apa benar guru-guru melatihkan semua kompetensi yang harus dikuasai siswa, bagaimana latihan dan praktek itu dilaksanakan, apakah setiap siswa mendapatkan pelayanan secara individual, apakah sistem evaluasi atau penilaian sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, apakah guru juga memberikan program remedial dan pengayaan, dsb. b. Bagaimana Agar Sesama Guru Dapat Saling Membantu? Guru yang sudah menguasai/memahami silabus perlu membagikan kemampuannya kepada guru lain yang belum memahami dengan memberikan contoh-contoh pembelajaran. Guru yang belum mampu/menguasai perlu secara proaktif minta penjelasan beserta contoh-contoh pembelajaran yang sesuai/benar kepada guru yang telah menguasai/mampu. Mencari contoh kongkrit pembelajaran yang sesuai dengan cara mengunjungi/mengobservasi kegiatan pembelajaran di kelas yang diselenggarakan oleh guru yang telah menguasai/ mampu. Selain itu, saat istirahat juga merupakan waktu yang tepat bagi guru yang belum menguasai untuk bertanya atau minta penjelasan kepada guru yang telah menguasai/mampu tentang suatu hal yang belum dikuasainya.
18
c. Bagaimana Guru Mau Melakukan Koreksi Diri Sendiri? Guru dapat melakukan koreksi diri sendiri melalui penelitian sendiri tentang pelaksanaan pengajarannya. Tujuan melakukan penelitian sendiri ini untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Dalam bahasa ilmiah kegiatan penelitian semacam ini disebut action research (penelitian tindakan) yaitu kegiatan penelitian yang meneliti kegiatan belajar mengajarnya sendiri untuk melihat kekurangan dan kekuatan yang ada. Kekurangan dan kekuatan tersebut selanjutnya dijadikan umpan balik (feed-back), yang selanjutnya diolah untuk menentukan tindakan belajar mengajar selanjutnya yang lebih baik. Misalnya, dalam mengajarkan konsep atau pokok bahasan tertentu hasilnya kurang baik, ini perlu dianalisis: apakah metodenya kurang tepat, apakah pengorganisasian kelasnya tidak tepat, apakah alat bantunya kurang atau tidak memadai atau tidak tepat. Sebagai tindak lanjutnya, dalam mengajar berikutnya, aspek-aspek tersebut diperbaiki atau dilengkapi dan hasil belajarnya dicatat pula. d. Bagaimana Memperoleh Umpan Balik dari Siswa? Dalam rangka memperoleh umpan balik terhadap kegiatan pembelajaran, siswa merupakan sumber informasi yang sangat penting, karena siswa sendiri berperan sebagai obyek sekaligus subyek dalam pembelajaran. Umpan balik ini dapat diperoleh melalui tanya jawab secara lisan dan tertulis (angket), Dalam hal ini, secara lisan guru dapat bertanya kepada siswa tentang sesuatu hal yang diperlukan guru misalnya apa kamu senang mengikuti pelajaran tadi, bagian mana yang menyenangkan, bagian mana yang tidak menyenangkan, bagian mana yang masih belum jelas, topik-topik apa yang kamu sukai, apa kamu senang berdiskusi? dsb. Sedangkan umpan balik yang diperoleh melalui angket pada prinsipnya sama dengan tanya jawab tersebut, bedanya dalam angket pertanyaan-pertanyaan ditulis dan jawaban siswa ditulis pula. e. Bagaimana Pemandu Memonitor/Memantau Kelas? Pemandu perlu memonitor kegiatan pembelajaran di kelas untuk mengontrol tercapainya standar kompetensi yang telah
19
ditetapkan dalam Kurikulum 2004 sehingga mutu sekolah dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Yang juga perlu diketahui bahwa tujuan monitoring bukan untuk mencari kesalahan guru, melainkan untuk memperbaiki program mengajar guru sehingga dapat dilaksanakan KBM yang efektif yaitu siswa menguasai kompetensi melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. f. Bagaimana Melakukan Sistem Pelaporan? Monitoring pengembangan dan pelaksanaan silabus di tingkat sekolah ini dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan petugas dari dinas diknas dari tingkat kecamatan maupun kabupaten. Dapat pula ditambah oleh sesama guru, komite sekolah, nara sumber di masyarakat, ahli dari perguruan tinggi, yang kesemuannya ini dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja guru dalam menguasai isi silabus, dan pada gilirannya untuk menjaga standar mutu pendidikan yang kita harapkan. Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan monitoring ini diharapkan membuat laporan yang ditujukan kepada kepala sekolah untuk mereka yang berada di lingkup sekolah. Sedangkan seperti kepala sekolah, pengawas, dan pihak dinas membuat laporan kepada pihak atasannya. Laporan ini diperlukan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan silabus di masing-masing sekolah, sehingga dapat digunakan untuk melakukan program perbaikan, baik yang akan dilakukan di tingkat sekolah/yayasan maupun di tingkat gugus atau kecamatan yang tersistem yang dilaksanakan oleh pihak dinas diknas.
g. Bagaimana Menyusun Program Tindak Lanjut? Dari hasil butir 1-5 di atas sebaiknya segera disusun program tindak lanjut yang tujuannya untuk memperbaiki atau meningkatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan program lainnya yang tengah berjalan. Dari butir 1-5 di atas, masingmasing dirumuskan masalahnya. Berdasarkan masalah-masalah yang telah teridentifikasi tersebut, selanjutnya dapat disusun program perbaikannya. Program tindak lanjut ini sebaiknya
20
disusun oleh suatu tim yang terdiri dari kepala sekolah, pengawas, pihak dinas pendidikan, dan guru. 5. Sistem Komunikasi/Layanan Konsultasi a. Siapa yang Harus Menciptakan Sistem Komunikasi/Layanan Konsultasi? 1. Komunikasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun berjenjang. Komunikasi secara langsung seperti pihak sekolah dengan pengawas. Sedangkan komunikasi berjenjang, misalnya dapat dilakukan antara pihak sekolah dengan dinas atau pusat (Depdiknas). Istilah lain dari layanan komunikasi ini adalah layanan konsultasi. Tujuan utama dari layanan konsultasi ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada sekolah atau pihak mana pun yang menggunakan Kurikulum 2004 agar mampu melaksanakannya dengan efektif dan efisien. Dalam memberikan layanan konsultasi ini, sebaiknya dibentuk tim yang benar-benar dapat memberikan bantuan layanan, mereka boleh saja berasal dari ahli kurikulum dari Pusat, pihak Dinas Pendidikan dari tingkat Propinsi sampai Kecamatan, nara sumber dan ahli pendidikan dari perguruan tinggi setempat, serta para instruktur atau totor dari MGMP dan KKG. Berbagai unsur ini seyogyanya membentuk jaringan kerja (networking) agar mereka dapat bekerjasama dan saling membantu para guru di sekolah sehingga mereka mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan kompetensi yang diinginkan dalam Kurikulum 2004. 2. Jaringan komunikasi atau layanan konsultasi ini seyogyanya dibentuk oleh dinas pendidikan di tingkat propinsi, sehingga memperoleh legalitas yang memadai serta disegani oleh semua pihak yang terlibat termasuk para guru. Adapun yang menjadi penanggung jawab dari jaringan komunikasi ini sebaiknya juga dari pihak dinas khususnya bidang kurikulum. Fungsi jaringan ini akan lebih baik lagi jika telah memiliki Website, sehingga para guru dan pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengakses langsung dengan mudah, murah, dan cepat. Melalui Website ini antarguru (baik dalam satu sekolah maupun dengan sekolah lain) dapat mencari
21
informasi dan berbagi pengalaman tentang pelaksanaan program pembelajaran yang sesuai dengan maksud kompetensi dalam Kurikulum 2004. Layanan konsultasi ini dapat dilakukan antarsekolah dengan bantuan pengawas maupun dinas. Di sini pihak pengawas dan dinas perlu menginformasikan tentang sekolah yang telah dianggap bagus dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi kepada sekolah-sekolah lain yang masih dianggap kurang. Dengan demikian kepala sekolah tidak akan ragu lagi untuk berkonsultasi dengan kepala sekolah lain yang lebih tahu/bagus untuk membicarakan hal-hal yang masih belum dipahami atau masalah yang dihadapi sekolahnya berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum tersebut. Selain itu, kepala sekolah juga dapat berkonsultasi langsung kepada pengawas maupun pihak dinas pendidikan untuk minta bantuan jika sekolahnya menghadapi masalah. b. Melalui apa saja Layanan Konsultasi ini dapat ditempuh? Selain Website, layanan konsultasi ini juga dapat ditempuh melalui jalur telepon. Untuk jalur telepon ini sebaiknya dipilih sekolah yang telah memiliki SDM yang lebih baik khususnya punya pemandu, telah ada beberapa guru yang telah mampu melaksanakan pengajaran sesuai dengan kurikulum baru, dan sekolah tersebut telah memiliki dokumen Kurikulum yang lengkap. Selain itu, layanan konsultasi ini dapat ditempuh melalui pertemuan-pertemuan, misalnya saat istirahat atau saat usai kegiatan belajar mengajar sekolah, atau saat pertemuan KKG/MGMP.
22
dapat dilibatkan dalam penyusunan silabus, pelaksanaan, dan penilaiannya 4. Sumber-sumber daya pendidikan lainnya yang terdapat di sekolah dan daerah yang bersangkutan dapat dimanfaatkan untuk penyusunan silabus 5. Sumber-sumber informasi lain termasuk multimedia dapat dimanfaatkan untuk memperkaya penyusunan silabus dan pelaksanaannya
23
Penggunaan dana yang diperoleh dari berbagai sumber harus dapat dipertanggungjawabkan kepada penyedia dana sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai hal tersebut. 2. Pembentukan Tim Pengembang Silabus Sekolah dipandang mampu mengelola kurikulum sendiri jika sekolah itu memiliki tim pengembang silabus yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Biasanya sekolah-sekolah yang bernaung di bawah suatu yayasan dengan dikoordinir oleh yayasan, atau sekolah-sekolah yang berada di dalam satu gugus dapat membentuk tim pengembang silabus, Pembentukan tim pengembang atau penyusun silabus harus dilakukan terlebih dahulu untuk memenuhi kriteria mutu silabus yang dapat dipertanggungjawabkan. Anggota tim sebaiknya dipilih berdasarkan kriteria dan jika perlu tes tertentu yang dibuat secara khusus untuk menjaring orang yang memiliki kemampuan menjadi penyusun silabus. Pengembang yang direkrut sebagai anggota tim terdiri atas spesialis kurikulum, guru mata pelajaran, guru didaktik/metodik, guru yang menguasai penilaian, kepala sekolah, pengawas, komite sekolah atau perwakilan orangtua siswa yang bisa menjadi nara sumber. Dapat pula ditambah dengan staf profesional kantor dinas pendidikan dan nara sumber atau ahli mata pelajaran dari perguruan tinggi. Tim tersebut bertanggung jawab kepada kepala sekolah atau yayasan yang meminta bantuannya sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku di daerah masing-masing. 3. Penyusunan Silabus Dalam penyusunan silabus ini ada tahapan yang harus dilalui: Perencanaan Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti multimedia dan akses internet.
25
Pelaksanaan Dalam penyusunan silabus perlu melakukan analisis terhadap semua perangkat Kurikulum 2004, yakni dengan: a. memahami keseluruhan konteks Kurikulum 2004, telaah perangkat kebijakan yang mendeskripsikan hakikat, struktur, dan pelaksanaannya b. merumuskan tujuan pembelajaran dan menentukan materi pelajaran dengan menggunakan perangkat Kurikulum 2004 yang memuat komponen: aspek dan subaspek mata pelajaran, standar kompetensi per kelas, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pokok. c. menentukan cara atau metode pembelajaran dengan mengacu pada perangkat pelayanan profesional Kurikulum 2004: Model Kegiatan Belajar Mengajar yang Efisien dan Efektif yang mendeskripsikan model-model pembelajaran untuk siswa. d. menentukan cara dan alat penilaian dengan mengacu pada perangkat Penilaian Berbasis Kelas yang menyajikan dan mendeskripsikan sistem penilaian yang sesuai dengan misi Kurikulum 2004.
Kesesuaian isi silabus ini ditetapkan oleh tim pengembang dengan memperhatikan desain, pendekatan, ruang lingkup, organisasi materi, organisasi pengalaman belajar, dan alokasi waktu yang sesuai dengan Kurikulum 2004 dan komponennya. Perbaikan Buram silabus perlu dikajiulang sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Para pengkaji dapat terdiri atas para spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik/metodik, ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf profesional kantor dinas pendidikan, nara sumber, perwakilan orangtua siswa, dan siswa itu sendiri. Pemantapan Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria dengan cukup baik dapat segera disampaikan kepada Kepala sekolah atau ketua yayasan, serta komunitas sekolah lainnya.
26
4. Penilaian Silabus Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan model-model penilaian kurikulum yang selama ini sudah banyak digunakan oleh para ahli penilaian kurikulum. Salah satu model penilaian silabus yang dapat digunakan, yaitu model kesesuaian. Model ini sangat praktis untuk digunakan dalam penilaian silabus karena model ini diarahkan untuk menggali apakah semua pesan dalam silabus sudah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan harapannya? Penilaian terhadap silabus juga dimaksudkan untuk menggali kekuatan dan kelemahan silabus tersebut, baik dari segi kelayakan dokumen maupun implementasinya. Model Pemetaan Kelayakan Sekolah untuk Menyusun Silabus sendiri:
KRITERIA Tenaga pengembang silabus yang potensial Kemampuan menggali dana yang memadai Kemampuan untuk meningkatkan kapasitas Kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis Prospek kemajuan sekolah di masa yang akan datang ................................. ................................ .................................... KETERSEDIAAN ADA TIDAK ADA
27
5. Yang Dilakukan Sekolah untuk Mengembangkan Silabus: meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak (guru, karyawan sekolah, orangtua, siswa, pihak akademis, birokrat terkait) untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, dan implikasinya terhadap siswa dan sekolah menetapkan tahap administrasi (persuratan/legalitas) pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, misalnya: menyusun silabus sendiri atau memohon bantuan dinas kabupaten/kota untuk menyusun silabus atau menggunakan model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau pihak lainnya menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas yang lebih sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang telah ditetapkan sebelumnya.
28
29
Dasar sudah dapat dicapai oleh siswa, berarti target Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi. e. Materi Pokok Merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan. 2. Pengalaman Belajar Pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang bersifat spiral (mudah ke sukar; konkret ke abstrak, dekat ke jauh) juga memerlukan urutan pembelajaran yang terstruktur. Rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu: kegiatan siswa dan materi. Contoh:
Mengamati pertumbuhan tanaman berakar serabut Kegiatan siswa materi
Menjelaskan pengaruh aktivitas gunung berapi terhadap kehidupan penduduk Kegiatan siswa materi
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan siswa dan materi pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan Siswa Dalam memilih kegiatan siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran sebaiknya dipertimbangkan hal-hal berikut ini:
30
Hendaknya memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru. Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan ketrampilan dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Misalnya observasi di lingkungan sekitar, penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, simulasi, wawancara dengan nara sumber, pengembangan teknologi, penggunaan peta dan foto, pemanfaatan kliping. Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia. Bervariasi dengan mengkombinasikan antara kegiatan belajar perseorangan, pasangan, kelompok, dan klasikal Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat, kemampuan, minat, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.
Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan program pembelajaran yang dirancang untuk menggali potensi dan pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensi dari pembelajaran berbasis kompetensi ini, materi pembelajaran yang dipilih haruslah yang bermakna, yakni yang memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajarinya, sehingga siswa terhindar dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut Agar siswa belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepatguna, sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata siswa. Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga
31
materi pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan. Guru harus punya sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari metodologi pembelajaran baru yang lebih tepatguna.
Tahapan Pembelajaran Bermakna ALOKASI WAKTU PEMANASAN-APERSEPSI Tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman 5 - 10 %
25 - 30 %
35 - 40 %
PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap & perilaku
10 %
PENILAIAN FORMATIF
10 %
PEMANASAN APERSEPSI 1. Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa. 2. Motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi siswa. 3. Siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
32
EKSPLORASI 1. Materi/ketrampilan baru diperkenalkan. 2. Kaitkan materi ini dengan pengetahuan yang sudah ada pada siswa. 3. Cari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan siswa akan materi baru tersebut. KONSOLIDASI PEMBELAJARAN 1. Libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru. 2. Libatkan siswa secara aktif dalam problem solving. 3. Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/ kehidupan di dalam lingkungan. 4. Cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan siswa. PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU 1. Siswa didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari. 3. Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku siswa. PENILAIAN FORMATIF 1. Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran siswa. 2. Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihadapi guru. 3. Cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. b. Materi Agar penjabaran dan penyesuaian Kemampuan Dasar tidak
33
meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menseleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut antara lain: 1) Sahih ( Valid ): Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya, ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan. 2) Tingkat Kepentingan (Significance): Dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: Sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa penting?. Dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa. 3) Kebermanfaatan (utility): Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan seharihari 4) Layak dipelajari (learnability): Materinya memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat) 5) Menarik minat (interest): Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
34
c. Alokasi Waktu Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk mempelajari satu materi pelajaran perlu ditentukan alokasi waktunya. Penentuan besarnya alokasi waktu ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi, serta tingkat kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan setempat. d. Sarana dan Sumber Belajar Dalam proses belajar mengajar sarana pembelajaran sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud dengan sarana pembelajaran dalam uraian ini akan lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga. Sarana berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran. Oleh karena itu, hendaknya dipilih sarana yang memiliki ciriciri sebagai berikut: (1) Menarik perhatian dan minat siswa. (2) Meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkrit yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme. (3) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha pengembangan nilai-nilai. (4) Berguna dan berfungsi ganda. (5) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitarnya. Salah satu asas belajar menyatakan bahwa makin banyak media pembelajaran (alat-peraga) dimanfaatkan secara tepat dalam proses belajar mengajar, makin besar daya serap siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Implikasi asas ini dalam proses belajar mengajar adalah bahwa dalam pembelajaran guru wajib menggunakan berbagai jenis media pembelajaran dan dimanfaatkannya secara tepat. Memanfaatkan media secara tepat artinya dapat memilih alat yang cocok dengan materi yang dibahas dan mendemonstrasikan alat tersebut pada saat yang tepat sehingga dapat berfungsi memperjelas informasi/konsep yang sedang dibicarakan.
35
Adapun sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak seperti: buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi: a. Lingkungan alam seperti bentang alam yang berupa gunung, pegunungan, gunung api, plato, pantai laut dalam, sungai, dan lain-lain. b. Lingkungan sosial misalnya keluarga, rukun tetangga, desa, kota, pasar, dan sebagainya. c. Lingkungan budaya misalnya candi, adat istiadat dan sebagainya. Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber belajar untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengambilan materi pelajaran dan sumber belajar sudah barang tentu harus dipilih, disaring dan diselaraskan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. e. Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan mentafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara lain: Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu: pengetahuan, ketrampilan, dan sikap Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung, misalnya: mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, memberikan tes. Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran
36
Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja, hasil karya siswa, proyek (observasi), portofolio. Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya. Tidak bersifat diskriminasi, yakni untuk memilih-milih mana siswa yang berhasil dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran.
B. Penyajian Silabus
Dalam menyajikan silabus, ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu: aspek keterbacaan, keterkaitan antarkomponen, dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun oleh guru lain yang akan menggunakannya. Penentuan format silabus tidak dibakukan, guru bebas menentukan format mana yang akan digunakannya. Banyak contoh format dapat disusun ketika guru mengembangkan silabus. Bagaimana Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Pengalaman Belajar? Dalam penyusunan pengalaman belajar perlu memperhatikan Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan. Untuk mengetahui keluasan atau kedalaman cakupan Kemampuan Dasar dapat digunakan jaringan topik/tema/konsep. Kompetensi Dasar yang terlalu luas/dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pengalaman belajar. Sedangkan Kompetensi Dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pengalaman belajar. Beberapa cara yang disarankan dalam menjabarkan Kompetensi Dasar menjadi pengalaman belajar, yaitu:
37
1. Pengalaman belajar disusun berdasarkan atas satu tuntutan Kompetensi secara utuh.
Kompetensi
Pengalaman belajar . .
Cara ini dilakukan apabila Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan tidak terlalu luas atau tidak dalam cakupan materinya, sehingga memungkinkan untuk menguraikannya dalam satu unit pembelajaran. 2. Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih Hasil Belajar dalam satu Kompetensi
Kompetensi
Pengalaman belajar . .
Pengalaman belajar . .
Apabila dalam satu Hasil Belajar keluasan dan kedalaman materi pembelajarannya ternyata terlalu kompleks, maka dapat disusun satu unit pembelajarannya. Atau seandainya memungkinkan dua
38
Hasil Belajar yang tidak terlalu luas dan dalam tapi masih memiliki kaitan materi, maka dapat disusun ke dalam satu unit pembelajaran. 3. Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih Indikator dalam satu Kompetensi
Kompetensi
Pengalaman belajar . .
Cara ini ditempuh dengan berpedoman kepada Indikator hasil belajar. Kadang satu indikator membutuhkan banyak waktu dalam pembelajarannya, sehingga perlu dibuatkan dalam satu unit pembelajaran yang utuh. Atau dapat pula terjadi beberapa Indikator yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas atau dalam dibuatkan dalam satu unit pembelajaran sekaligus.
39
1. Bagaimana Strategi Pembelajaran Tematis? Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi anak Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, anak tidak harus dilatih ( drill ), tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak 2. Apa Ciri-ciri Pembelajaran Tematis? Berpusat pada anak Memberikan pengalaman langsung pada anak Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran Bersifat fleksibel Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak 3. Keuntungan Pembelajaran Tematis Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna, Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, dan Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 4. Peran Tema Anak mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
40
Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan Contoh:
Pend. Kesenian: Melagukan nyanyian Bangun Tidur Menggambar atau mewarnai Matematika: Menjumlah dan mengurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
Bahasa Indonesia: Bercerita kegiatan sehari-hari Menyimak cerita guru Membaca teks pendek Menggambar dan menulis tentang dirinya
DIRI SENDIRI:
5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematis Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan Pilihlah tema yang terdekat dengan anak Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema
41
6. Langkah-Langkah Menyusun Pembelajaran Tematis Pelajari kompetensi dasar pada kelas yang sama dari setiap mata pelajaran Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensikompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester. Pilihan Tema: Diri Sendiri; Keluarga; Lingkungan; Tempat Umum; Pengalaman; Budi Pekerti; Kegemaran; Tumbuhan; Hiburan; Binatang; Transportasi; Kesehatan; K3; Makanan; Pendidikan; Pekerjaan; Peristiwa; Parawisata; Kejadian Sehari-hari; Pertanian; Negara; Komunikasi Buatlah Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema. Dalam langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok dikembangkan dengan tema apa. Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran. Perhatikan contoh! Buatlah pemetaan pembelajaran tematis. Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan terlihat kaitan antara tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Susunlah silabus berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematis.
Catatan: a. Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran yang telah disepakati b. Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kompetensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya: Mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik Membawa narasumber ke sekolah, misalnya polisi, dokter, pak pos, tukang sayur, dan lain-lain. Memanfaatkan cerita dari buku atau majalah anak-anak. c. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematis dibuatkan silabus tersendiri.
42
NOTES:
43
Kutipan Pasal 44
Sanksi Pelanggaran Undang - undang Hak Cipta 1987 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
2.