Anda di halaman 1dari 22

Uji Diagnostik

Hersa Ave (07) Rahmani (08) Farida ariani (10) Ni Luh Putu Anggreni (24)

Uji diagnostik
Adalah uji yang digunakan untuk membantu penentuan diagnosis pasien dalam keadaan ketidakpastian. Uji diagnostik mulai dari pemeriksaan laboratorium sederhana sampai pemeriksaan yang canggih

Idealnya uji diagnostik memberi hasil positif pada subyek yang sakit dan memberi hasil negatif pada subyek yang sehat, tetapi hal ini sulit ditemukan sehingga pada setiap uji diagnostik terdapat Probability yaitu hasil pemeriksaan positif semu (false positive) dan negatif semu (false negative) serta hasil positif benar dan negatif benar.

PRINSIP DASAR UJI DIAGNOSTIK


Uji diagnostik baru harus memberi manfaat yang lebih dibanding uji diagnostik yang sudah ada, antara lain :
1. Nilai diagnostiknya tidak jauh berbeda dengan nilai uji diagnostik standar (baku emas). 2. Memberi kenyamanan yang lebih baik bagi pasien. 3. Lebih mudah atau lebih sederhana, atau lebih cepat dan murah. 4. Dapat mendiagnosis pada fase yang lebih dini (asimtomatik).

Langkah-Langkah Penelitian Uji Diagnostik


Dalam melaksanakan uji diagnostik langkah langkah berikut perlu dilaksanakan: memastikan mengapa diperlukan uji
diagnostik baru menetapkan tujuan utama uji diagnostik yang diteliti memilih subyek penelitian menetapkan baku emas melaksanakan pengukuran melakukan analisis

Struktur Uji Diagnostik


Uji diagnostic mempunyai variable predictor, yaitu hasil uji diagnostic dan variable hasil akhir atau outcome yaitu sakit atau tidaknya seorang pasien, yang ditentukan oleh pemeriksaan dengan baku emas. uji diagnostic berbentuk table 2x2

Baku emas merupakan standar untuk pembuktian ada atau tidaknya penyakit pada pasien, dan merupakan sarana diagnostik terbaik yang ada. hasil uji diagnostic harus bersifat nominal dikotom(skala nominal yang mempunyai 2 nilai, misalnya hasil positif- negatif). Apabila hasil uji merupakan variabel berskala numeric, maka harus dibuat titik potong untuk menentukan apakah hasil tersebut normal atau abnormal.

ROC (receiver operator curve) merupakan suatu cara untuk menentukan cutoff point dalam suatu uji diagnostik. Dalam grafik ini akan memperlihatkan antara sensitivitas (ordinal y) dan spesifisitas (absis x). Bila sensitivitas ditingkatkan akan menyebabkan menurunnya spesifisitas, demikian pula sebaliknya.

Tujuan uji diagnostic


1. Untuk menegakkan diagnosis penyakit atau menyingkirkan penyakit. Mencakup sensitifitas dan spesifisitas. Sensitivitas adalah kemampuan suatu uji diagnostik untuk mengidentifikasi yang terkena penyakit Spesifisitas adalah kemampuan suatu uji diagnostik untuk mengidentifikasi yang tidak terkena penyakit

Baku Emas
Abnormal HASIL Positif Negatif Jumlah a (TP) c (FN) a+c Normal b (FP) d (TN) b+d Jumlah a+b c+d a+b+c+d

UJI

a = menderita penyakit dan diagnostik + b = tidak menderita penyakit tetapi diagnosti + c = menderita penyakit tetapi diagnostik d = tidak menderita penyakit dan diagnostik -

% Sensitifitas % Spesitifitas % False negatif % False positif

= a / (a+c)x 100% = d / (b+d)x 100% = c / (a+c)x 100% = b / (b+d)x 100%

2. Untuk keperluan skrining. Skrining dilakukan untuk mencari subyek yang asimtomatik, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan agar diagnosis dini dapat ditegakkan. Agar uji diagnostic dapat dipergunakan sebagai alat skrining maka harus dipenuhi beberapa criteria, yakni : Prevalensi penyakit harus cukup tinggi Penyakit tersebut menunjukkan morbiditas dan atau mortalitas yang bermakna apabila tidak diobati Harus ada terapi efektif yang dapat mengubah perjalanan penyakit Pengobatan secara dini harus menunjukkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan pengobatan pada kasus yang lanjut.

3. Untuk pengobatan pasien.


Uji diagnostik dapat dilakukan berulangulang untuk : 1. Memantau perjalanan penyakit. 2. Mengidentifikasi komplikasi. 3. Mengetahui kadar terapi suatu obat. 4. Menetapkan prognosis. 5. Mengkonfirmasi suatu hasil pemeriksaan yang tak terduga.

4. Untuk study epidemiologi. Uji diagnostic seringkali dilaksanakan dalam studi epidemiologi. Suatu uji diagnostic yang memberikan hasil yang positif ( ada penyakit ) atau negative (tidak ada penyakit ) seringkali dipakai dalam survai untuk menentukan prevalens suatu penyakit

Analisis Dalam Uji Diagnostik


1. Sensitivitas dan spesifisitas penilaian suatu uji diagnostik memberi hal positif benar, positif semu , negatif semu dan negatif benar. Untuk melihat sensitivitas dan spesifitas alat diagnosis.

Contoh soal: Sebuah populasi yang terdiri dari 1000 penduduk, dimana 100 penduduk memiliki penyakit dan 900 penduduk tidak memiliki penyakit. Seorang peneliti ingin menguji suatu alat tes. Sebanyak 180 orang memberi hasil positif dg tes ini namun hanya 80 orang yang benar- benar menderita penyakit tsb. Hitung sensitivitas dan spesifisitas alat skrining tsb.

karakteristik dalam populasi penyakit HASIL UJI Tidak ada penyakit Jumlah

Positif
Negatif Jumlah

80
20 100

100
800 900

180
820 1000

% Sensitifitas = a / (a+c)x 100% = 80/ 100 x 100% = 80% Jadi alat skrining mampu mendeteksi 80% dari semua orang yang terkena penyakit dg benar
% Spesitifitas = d / (b+d)x 100% = 800/ 900 x 100% = 88,89% Jadi sebanyak 89% orang yang tidak sakit memberikan hasil negatif pd tes ini

2. Pengaruh Prevalens Penyakit

Kegunaan uji diagnostik tidak hanya tergantung kepada sensitivitas dan spesfisitasnya saja, tetapi juga pada prevalens penyakit dalam suatu populasi yang akan diteliti.

3. Nilai Duga (Predictive Value )


Nilai duga dibagi menjadi 2 : 1. Nilai duga uji diagnostik yang positif (ND+,atau NDP) atau positive predictive value (PPV) adalah probabilitas seorang menderita penyakit bila uji diagnostiknya positif. PPV = a/(a+ b) 2. Nilai duga suatu uji diagnostik yang negative (ND,NDN) atau negative negative predicative value (NPV)adalah probabilitas seseorang tidak menderita penyakit bila hasil ujinya negative. NPV = d(c+d)

4. Rasio Kemungkinan (Likehood Ratio)


adalah besarnya kemungkinan subyek yang sakit akan mendapat suatu hasil uji diagnostic tertentu dibagi kemungkinan subyek tidak sakit akan mendapat hasil uji yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
MN.Bustan. (2002). Pengantar epidemiologi. Rineka Cipta, Jakarta. Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. (2002). Dasar- dasar Metodologi Penelitian Klinis, Bagian ilmu kesehatan anak FKUI. Bhinarupa Aksara, Jakarta Timmreck, Thomas C. (2004). Epidemiologi Suatu Pengantar. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai