merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika serikat, Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi dewasa (Smeltzer dan Bare, 2002). Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjanan penyakit ini terjadi fase-fase eksaserbasi akut, Berbagai factor berperan dalam perjalanan penyakit ini, antara lain factor resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi genetik dan perubahan cuaca. Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2007 asma, bronchitis kronik dan emfisiema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI menunjukan angka kematian karena asma, bronchitis kronis dan emfisiema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Menurut riset kesehatan dasar (RisKesDas) 2007, penyakit asma salah satu penyebab PPOK di Indonesia ada sekitar 5,4% pengidap asma sedangkan di Jawa Barat sebanyak 6,6% baik yang pernah didiagnosis asma maupun yang pernah mengalami gejala. Ada kecenderungan prevelensi penyakit asma meningkat dengan bertambahnya umur, pada umur 65-74 sebanyak 15,8% yang mengidap asma. Menurut jenis pekerjaan utama, prevelensi 8,3%, disusul kelompok petani/nelayan/buruh dengan 7,5%. Sedangkan didaerah perkotaan hanya 4,5% (Depkes, 2007). Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perbaikan hidup di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat, mengakibatkan perkembangan di bidang pelayanan kesehatan. Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, berpikir maju, dan bertanggung jawab (Depkes RI. 2009). Salah satu bentuk pelayanan kesehatan masyarakat adalah melalui puskesmas yang ditunjang oleh 20 program pokok kegiatan puskesmas yang salah satu sasarannya yaitu perawatan pada individu dengan Penyakit paru obstrukif kronik (PPOK), karena penyakit ini merupakan penyakit yang memerlukan pengawasan dan penanganan dari pihak yang terkait, kelompok khusus masyarakat dan keluarga dalam merawat klien dengan penyakit paru obsrtuktif kronik.