Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS DISTRIBUSI PENCEMAR UDARA NO2, SO2, CO, DAN O3 DI JAKARTA DENGAN WRF-CHEM

Nisrina Setyo Darmanto1 dan Asep Sofyan2 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 1 nisrinasetyo@gmail.com, 2asepsofyan@yahoo.com

PENDAHULUAN Peningkatan populasi penduduk di Jakarta memiliki mengakibatkan tingginya pertumbuhan fasilitas sarana dan prasarana perkotaan. Tingginya aktivitas perkotaan ini berakibat pada peningkatan emisi pencemar udara yaitu NOx, SO2, Ozon dan CO. Untuk lebih dapat mendeskripsikan pola pencemaran udara di seluruh wilayah Jakarta, diperlukan penelitian mengenai pemodelan pencemaran udara dengan tujuan untuk mendapatkan estimasi pola pencemaran udara spesifik dan representatif di Jakarta. Pada penelitian ini digunakan model WRFChem dengan input emisi dari inventarisasi emisi. Inventarisasi emisi yang digunakan sebagai input emisi antropogenik pada model mencakup emisi dari sektor penggunaan energi dari bahan bakar fosil karena merupakan sumber pencemar udara yang signifikan. Sektor yang diinvetarisisasi yakni industri, transportasi, dan kegiatan rumah tangga, serta pembakaran residu pertanian. Pencemar yang diinventarisasi yakni CO, SO2, dan NO2. Validasi hasil pemodelan dilakukan dengan perbandingan terhadap hasil observasi di stasiun pencemaran udara DKI 2 (Kelapa Gading). METODOLOGI Wilayah studi yang dipilih adalah Jakarta dan daerah sekitarnya yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Hal ini disebabkan adanya pengaruh timbal balik pencemaran udara di Jakarta ke Bodetabek dan sebaliknya. Oleh karena itu, wilayah inventarisasi emisi meliputi Jakarta dan Bodetabek (Jabodetabek). Inventarisasi emisi yang dilakukan meliputi emisi dari sektor penggunaan energi (industri, transportasi, dan rumah tangga) dan residu pembakaran agrikultur. Metode estimasi beban emisi yang dilakukan dalam inventarisasi yaitu menggunakan pendekatan faktor emisi yang diambil dari USEPA AP-42, Kato&Akimoto, IPCC, Permen LH No.12/2010, dan Andreae&Merlett. Inventarisasi emisi dilakukan dalam skala kecamatan. Konversi beban emisi tiap kecamatan menjadi emisi grid dilakukan dengan perangkat lunak Geographic Information System (GIS) Arc-GIS dan menghasilkan data array. Data array ini adalah data
1

mentah input emisi antropogenik untuk WRF-Chem. Selanjutnya, data mentah ini dikonversi dengan program konversi emisi hingga menjadi data input WRF-Chem. Simulasi dilakukan selama tiga hari pada musim kemarau (14-16 Agustus 2011) dan musim hujan (1416 Januari 2011) untuk masing-masing pencemar udara. Data hasil simulasi kemudian divisualisasi dan dilakukan ekstraksi data menggunakan perangkat lunak Grads. Verifikasi data hasil simulasi dilakukan dengan membandingkan data yang telah diekstraksi dan data observasi dari stasiun kualitas udara DKI 2 (Kelapa Gading). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan hasil inventarisasi emisi di DKI Jakarta dan Bodetabek. Tabel tersebut menunjukkan bahwa emisi NO2 dan CO terutama dihasilkan dari sektor transportasi terutama dari minibus dan truk ringan untuk NO2 dan sepeda motor untuk CO. Emisi SO2 terutama dihasilkan dari industri termasuk Large Point Sources (LPS) dan Pembangkit Listrik. Kondisi tersebut berlaku sama baik di Jakarta maupun di Bodetabek. Tabel 1 Hasil inventarisasi emisi
Daerah Sektor Transportasi Industri RT Agrikultur Total Transportasi Industri RT Agrikultur Total SO2 21,73% 78,22% 0,05% 0,00% 100% 46,22% 50,15% 0,81% 2,82% 100% NO2 CO ton/tahun 92,27% 99,94% 7,63% 0,01% 0,09% 0,03% 0,00% 0,02% 100% 100% 85,79% 93,12% 13,19% 0,00% 0,62% 0,15% 0,39% 6,73% 100% 100%

Jakarta

Bodetabek

Simulasi data meteorologi menunjukkan terjadinya pembentukan mixing layer dengan intensitas tinggi (1,8 km di atas permukaan tanah) pada pukul 15.00 WIB di bulan Agustus serta pergerakan arah angin vertikal ke arah permukaan tanah dengan kecepatan rendah (Gambar 1(a)). Pada

bulan Januari, pembentukan mixing layer rendah dan arah angin vertikal menjauh dari permukaan tanah dengan kecepatan tinggi (Gambar 1(b)).

Mixing layer

(a) (b) Gambar 1 Mixing layer optimum pada pukul 15.00 WIB (a) 15 Agustus 2011 dan (b) 15 Januari 2011 Pola angin di Jakarta pada bulan Agustus dan bulan Januari memiliki perbedaan yang signifikan. Pada bulan Agustus, angin sinoptik muson timur/Australia bergerak dari arah selatan ke utara P. Jawa. Deretan pegunungan di daerah selatan P. Jawa (>3000m dpl) menghalangi hembusan angin sinoptik sehingga pada bulan Agustus angin lokal (angin laut/darat) lebih berpengaruh pada distribusi polutan. Oleh karena itu, pencemar terdistribusi ke selatan (inland) pada siang hari dan ke utara (offshore) pada malam hari seperti pada Gambar 2(a) dan 2(b). Sebaliknya, pada bulan Januari angin sinoptik muson barat/Asia yang bergerak dari barat tidak memiliki penghalang sehingga angin sinoptik memengaruhi vektor angin lokal. Oleh karena itu, pencemar terdistribusi dominan ke arah timur seperti pada Gambar 2(c) dan 2(d).
15.00 15 Agt 03.00 15 Agt

konsentrasi NO2 permukaan pada siang hari lebih rendah dibanding malam hari. Hal ini disebabkan tingginya mixing layer yang terjadi pada siang hari (optimal di pukul 15.00) yang mendispersi pencemar ke arah vertikal dengan cepat. Perbandingan hasil simulasi dengan data observasi udara ambien stasiun DKI 2 untuk SO2, NO2, dan CO masih over estimate. Untuk parameter Ozon, nilai hasil simulasi telah mendekati nilai DKI 2. Kemungkinan ketidaksesuaian hasil simulasi dan observasi disebabkan oleh kurang akuratnya parameterisasi fisika-kimia simulasi WRF-Chem dan ketidakpastian inventarisasi emisi. KESIMPULAN Hasil inventarisasi emisi di DKI Jakarta dan Bodetabek yang menunjukkan bahwa emisi SO2 tertinggi dihasilkan oleh sektor industri dan emisi NO2 dan CO tertinggi dihasilkan dari transportasi. Pada bulan Agustus terjadi dominasi angin laut/darat yang dipengaruhi angin dari arah tenggara muson timur mengakibatkan terakumulasinya pencemar (SO2, NO2, CO, dan Ozon) di selatan, utara, dan barat. Pada bulan Januari terjadi dominasi angin permukaan dari arah barat akibat angin sinoptik muson barat (Asia) yang mengakibatkan terdistribusinya pencemar ke arah timur Jakarta hingga Bekasi. Hasil simulasi masih overe stimate dibandingkan dengan hasil observasi. DAFTAR PUSTAKA Kato and Akimoto. (1992). Anthropogenic Emission of SO2 and NOx in Asia: Emission Inventories. Journal of Atmospheric Environment Vol. 26A. No. 16, 2997-3017. Kumar, R. (2012). Simulations Over South Asia using WRF-Chem: Evaluation and Initial Results. Journal of Geoscientific Model Development Discussion. Pirovano, G., Balzarini A., Bessagnet, B (2012). Investigating Impact of Chemistry and Transport Model Formulation on Model Performance at European Scale. Journal of Atmospheric Environment 2012, pp. 1-17. Sofyan, A., Kitada, T., and Kurata, G. (2007). Difference of Sea Breeze in Jakarta Between Dry and Wet Seasons: Implication in NO2 and SO2 Distributions in Jakarta. Journal of Global Environment Engineering, Vol. 12, pp. 63-85. Takigawa, M., Niwano, M., Akimoto, H., Takahashi, M. (2010). Chemical Modeling with CHASER and WRF-Chem in Japan. Springer Integrated Systems of Meso-Meteorological and CTM pp 181-194.

(a)
15.00 15 Jan

(b)
03.00 15 Jan

(c)

(d)

Gambar 2 Distribusi NO2 pada 15 Agustus 2011(a) 15.00 WIB dan (b) 03.00 WIB dan 15 Januari 2011 (c) 15.00 WIB dan (d) 03.00 WIB Gambar 2 menunjukkan distribusi NO2 pada siang dan malam hari di bulan Agustus dan Januari. Baik pada bulan Agustus maupun Januari,
2

Anda mungkin juga menyukai