Anda di halaman 1dari 33

Minggu - 8 1. Simulasi Produksi Probabilistik Dengan Metoda Konvolusi 2.

Tatacara Perencanaan Pembangkit Pada regulated market

Simulasi Produksi Probabilistik Dengan Metoda Konvolusi

Perbandingan Solusi deterministik dengan solusi probabilistik (revisit slide minggu lalu)
1. Biaya produksi naik dari 4000 $/jam pada solusi deterministik tanpa forced outage menjadi (i) 4550 $/jam pada deterministik derating karena FOR, dan (ii) 4910 $/jam pada solusi probabilistik Pada solusi deterministik tanpa forced outage hanya unit A dan B yang dioperasikan, deterministik derating karena FOR 3 unit dioperasikan Pada solusi probabilistik seluruh unit dioperasikan
Unit Capacity (MW) 100 100 100 1000 Dispatch (MWh) 100 100 100 1000 FOR Biaya Produksi ($/MWh) 15 25 40 80

2.

3.

A B C Interkoneks i

10% 20% 25% 0%

1. Solusi Deterministik tanpa forced outage


Urutkan mulai dari biaya yang termurah Bebani sampai max capacity Hitung biaya produksi
Unit A B C Interkoneksi Total Capacity (MW) 100 100 100 1000 Dispatch (MWh) 100 100 0 0 200 Biaya Produksi ($/MWh) 15 25 40 80 Biaya Produksi ($) 1500 2500 0 0 4000

2. Solusi Deterministik dengan forced outage


Unit derating karena forced outage Hitung daya derating Urutkan mulai dari biaya yang termurah Bebani sampai max capacity Hitung biaya produksi
Unit A Derating Power (MW) (1- 0.10)*100 = 90 90 Dispatch (MWh) Biaya Produksi ($/MWh) 15 Biaya Produksi ($) 1350

B
C Interkoneksi

(1- 0.20)*100 = 80
(1- 0.25)*100 = 75 1000

80
30 0

25
40 80

2000
1200 0

Total

200

4550

3. Solusi Probabilistik forced outage (revisit slide minggu lalu)


Cari seluruh kombinasi unit beroperasi (complete state enumeration) Hitung probabilitasi dari masing-masing state Urutkan mulai dari biaya yang termurah Bebani sampai max capacity Hitung biaya produksi Expected dispatch, bebani masing-masing unit sampai dengan derated power dan hitung biaya produksinya.
Unit beroperasi A, B, C, INT B, C, INT A, C, INT A, B, INT C, INT B, INT A, INT INT Probabilitas kejadian A MW 100 0 100 100 0 0 100 0 A MWh 54 0 13.5 18 0 0 4.5 0 B MW 100 100 0 100 0 100 0 0 B MWh 54 6 0 18 0 2 0 0 C MW 0 100 100 0 100 0 0 0 C MWh 0 6 13.5 0 1.5 0 0 0 INT MW 0 0 0 0 100 100 100 200 INT MWh 0 0 0 0 1.5 2 4.5 1 Total MWh 108 12 27 36 3 4 9 1 Biaya Produksi ($)

0.9x0.8x0.75x1 = 0.54 0.1x0.8x0.75x1 = 0.06 0.9x0.2x0.75x1 = 0.135 0.180 0.015 0.020 0.045 0.005

2160 390 742.5 720 180 210

427.5
80 4910

Expected dispatch

(MWh)

90

80

21

200

Contoh solusi probabilistik dengan cara tabulasi konvolusi (Probabilistik Convulotion)


1. 2. 3. 4. Beban 200 MW dalam 1 jam Dibagi ke incremental beban dan pembangkitan konstan Asumsi incremental beban / pembangkitan 50 MW Jika unit yang beroperasi tidak cukup memenuhi kebutuhan beban, sisanya diambil dari interkoneksi

Unit A B C Interkoneksi

Capacity (MW) 100 100 100 1000

Dispatch (MWh) 100 100 100 1000

Biaya Produksi ($/MWh) 15 25 40 80 0.10 0.20 0.25 0

FOR

1. 200 MWh unserved beban dimodelkan dengan increment 50 MW.

Tabel 13.5
MW Increments unserved 1 50 51 100 101 150 151 - 200 1.0 1.0 1.0 1.0 Expected hours

2. Buatkan segmentasi dari 200 MWh unserved beban sebelum unit A di-dispatched.

Tabel 13.7
MW unserved Expected hours selama unit A beroperasi Innage rate 90% 0.90 0.90 0.90 0.90 Expected hours selama unit A tidak beroperasi FOR 10% 0.10 0.10 0.10 0.10

1 50 51 100 101 150 151 - 200

3. Unit A convoled dengan 200 MW unserved beban

Tabel 13.8
MW Expected hours selama unit A operasi (90%) Served 1 50 51 100 0.90 unit A operasi 0.90 unit A operasi Unserved 1 50 51 100 101 150 0.90 0.90 0.10 0.10 0.10 1 1 0.10 Expected hours selama unit A outage (10%) Probabilitas dari Total beban unsersed

151 200

0.10

0.10

3. Segmentasi sisa unserved beban setelah unit A di-dispatched tapi sebelum unit B di-dispatched Tabel 13.9
MW unserved 1 50 51 100 101 150 151 - 200 Expected hours selama unit B operasi (80%) 1 x 0.80 = 0.80 1 x 0.80 = 0.80 0.10 x 0.80 = 0.08 0.10 x 0.80 = 0.08 Expected hours selama unit B outage (20%) 1x0.20 = 0.20 1x0.20 = 0.20 0.10 x 0.20 = 0.02 0.10 x 0.20 = 0.02

3. Unit B convoled dengan sisa unserved beban

Tabel 13.10
MW Expected hours selama unit B operasi (80%) Served 1 50 51 100 0.80 unit B operasi 0.80 unit B operasi unserved 1 50 51 100 0.08 0.08 0.20 0.20 0.20 + 0.08 = 0.28 0.20 + 0.08 = 0.28 Expected hours selama unit B outage (20%) Probabilitas dari Total sisa beban unsersed

101 150
151 - 200

0.02
0.02

0.02
0.02

3. Unit C convoled dengan sisa unserved beban

Tabel 13.11
MW Expected hours selama unit C operasi (75%) Served 1 50 51 100 0.28x0.75=0.21 dari unit C operasi 0.28x0.75=0.21 dari unit C operasi unserved 1 50 51 100 101 150 151 - 200 0.02x0.75=0.015 0.02x0.75=0.015 0.28x0.25=0.07 0.28x0.25=0.07 0.02x0.25=0.005 0.02x0.25=0.005 0.085 0.085 0.005 0.005 Expected hours selama unit C outage (25%) Probabilitas dari Total sisa beban unsersed

5. Rekapitulasi solusi production cost dengan solusi probabilistic convolution Tabel 13.6
Unit MW served 1 50 51 100 1 50 51 100 1 50 51 100 1 50 51 100 MWh generation 0.9x50 0.9x50 0.8x50 0.8x50 0.21x50 0.21x50 0.085x50 0.085x50 MWh generation 45 45 40 40 10.5 10.5 4.25 4.25 $/MWh Cost ($) Reference

A A B B C C INT INT

15 15 25 25 40 40 80 80

675 675 1000 1000 420 420 340 340

Table 13.8 Table 13.8 Table 13.10 Table 13.10 Table 13.11 Table 13.11 Table 13.11 Table 13.11

INT
INT

101 150
151 - 200

0.005x50
0.005x50

0.25
0.25

80
80

20
20

Table 13.11
Table 13.11

Expected dispatched

200 MWh

$ 4910

Algoritma Metoda Probabilistic convolution dengan cara tabulasi


1. Istilah-istilah 1. Prob new (MW) =kemungkinan jumlah jam yang unserved dari MW beban sistem setelah konvolusi dari unit berikutnya yang beroperasi 2. Prob old (MW) =kemungkinan jumlah jam yang unserved dari MW beban sistem sebelum konvolusi dari unit berikutnya yang beroperasi, Prob old (negatif MW) = 0 3. FOR unit j = FOR dari unit j Metoda tabular mengarah ke formula recursive, di dalamnya unit j adalah unit urutan dispatched berikutnya. 1. Prob new (MW) =Prob old (MW + capacity unit j) x (1 FORunit j) + Prob old (MW) x FOR unit j 2. Contoh Tabel 11, membuat unit C konvolusi pada step kedua dari beban unserved merupakan hasil dari total sisa beban unserved pada Tabel 10 sebelumnya, yaitu: Prob new (51 - 100) =0.02 x (1 0.25) + 0.28 x 0.25 = 0.015 + 0.070 = 0.085 3. Ketika MW + kapasitas melebihi beban, misalnya 200 + 100, maka Prob old (MW + capacity unit j) = 0, Prob new (151 - 200) =0.0 x (1 0.25) + 0.02 x 0.25 = 0.0 + 0.005 = 0.005 4. Demikian pula jika X MW negatif, tetapi MW + kapasitas positif, misalnya -50 + 100, maka served beban dihitung. Probabilitas dari beban served pada segmen 50 MW dari unit C adalah 5. Prob beban served unit C = Prob new (-50) = Prob old (-50+100) x (1- FORunit j) = 0.28 x (1-0.25) = 0.21

Algoritma Metoda Probabilistic convolution dengan cara tabulasi (2)


Daya yang diharapkan dari unit j dihitung sebagai jumlah increment beban yang terkait ke lokasi dari unit 3 6. Expected power output (unit j) = Prob old (MW + capacityunit j) x (1 FORunit j) x MW

MWunit j

7. Contoh Tabel 11, Expected power output (unit C) = Prob old (-50 + 100) x 0.75 x 50 + Prob old (-100 + 100) x 0.75 x 50 = 0.28 x 0.75 x 50 + 0.28 x 0.75 x 50 = 10.5 + 10.5 = 21 MW

Perencanaan Jangka Panjang pada Regulated Market (Seperti di Indonesia)

Proses Pembangunan Pembangkitan


1. Dalam pembangunan pembangkitan, ada 6 tahap yang perlu diperhatikan, yaitu: pemilihan lokasi, perijinan, kajian sistem transmisi, kajian pasokan bahan bakar, pendanaan dan konstruksi. 2. Pemilihan lokasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, jarak terhadap GI atau saluran transmisi terdekat, akses terhadap sarana transportasi bahan bakar, kondisi lokasi, pembebasan dan pengadaanlahan, persyaratan perijinan. 3. Perijinan. Perhatikan RUTR, bahwa peruntukan lokasi sudah sesuai, ijin lokasi, ketentuan lingkungan (RPL, ANDAL, AMDAL), IUKU dsb. 4. Kajian sistem Transmisi. Lakukan kajian atas, impak load flow terhadap kempuan saluran transmisi, impak dari kenaikan shor circuit level, stabilitas sistem. Apakah perlu up rating sarana transmisi/GI atau perlu penambahan GI baru saluran transmisi baru ? 5. Kajian pasokan bahan bakar. Sumber energi yang digunakan, gas, batubara, lainna. Bila batubara, siapkan coal supply plan, pastikan sarana pelabuhan dan ketersediaan kapal/tongkang atau sarana transportasi darat. Gas. Darimana sumber gas, pembangunan sarana pipa gas. 6. Pendanaan. Pastikan bahwa pendanaan dan anggaran akan tersedia. Penyertaan modal dari pemilik, pinjaman dari bank atau menerbitkan obligasi. 7. Konstruksi. Tentukan pola yang dipilih, trun-key contract atau multi package contract. Siapkan proses pengadaan dan pengorganisasian pembanunan proyek.

Proses Pembangunan PLTG


Aktivitas Pemilihan lokasi Studi sarana pipa gas Kajian sistem transmisi Proses perijinan Pendanaan Konstruksi Testing/Komisioning Masa operasi Permulaan Proses (awal bulan ke) 0 5 5 6 12 18 28 29 Akhir Proses (akhir bulan ke) 6 6 6 12 18 28 29 20/ 30 tahun

Tahapan Perencanaan Pembangkitan


1. Tahap 1. Tentukan tujuannya. Misalnya untuk memenuhi penyediaan kapasitas dalam kurun 10 tahun ke depan (jangka RUPTL-PLN 10 tahun), dengan mempertimbangkan least cost planning. Jadi objektif adalah meminimalkan biaya penyediaan/pelayanan tenaga listrik dalam kurun waktu 10 tahun. 2. Tahap 2. Buatlah daftar faktor yang mempengaruhi biaya penyediaan/pelayanan.
Prakiraan harga gas Prakiraan harga batubara Prakiraan harga bahan bakar lainnya Prakiraan beban Prakiraan kebutuhan reserve/cadangan Prakiraan karakteristik operasi pembangkit eksisting Kontrak bahan bakar eksisting Prakiraan biaya konstruksi berbagai jenis pembangkit Prakiraan biaya konstruksi pada berbagai lokasi Prakiraan biaya up rating / penambahan sarana transmisi Prakiraan lamanya konstruksi Prakiraan karakteristik operasi pembangkit baru Prakiraan biaya operasi dan pemeliharaan pembangkit eksisting di masa depan Prakiraan biaya operasi dan pemeliharaan pembangkit baru di masa depan Prakiraan biaya unuk memenuhi ketentuan lingkungan Biaya pengorganisasian dan mobilisasi personel Prakiraan konfigurasi jaringan di masa depan Discount rate yang digunakan (ditentukan oleh biaya bunga dan keuntungan yang diinginkan)

Tahapan Perencanaan Pembangkitan


3. Tahap 3. Formulasikan kajian optimisasi / meminimalkan biaya penyediaan dengan memperhatikan objektif dan faktor-faktor pada tahap 2. 4. Tahap 4. Siapkan prakiraan faktor-faktor pada tahap 2, dan menjadi input kajian pada tahap 3. Ini adalah proses yang sulit, mengingat banyaknya data yang diperlukan. Terutama dalammengkonversi data mentah ke input pemrograman. 5. Tahap 5. Lakukan studi dan mendapatkan hasil rencana penambahan kapasitas. Biasanya ada beberapa skenario.

Proses Perencanaan Penambahan Kapasitas Pembangkitan


Contoh dengan menggunakan konsep LDC dan reserves margin dan deterministik.

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Permasalahan Akan menentukan tambahan kapasitas incremental (tahunan) berdasarkan jenis pembangkit untuk memenuhi tambahan incremental beban dan kebutuhan cadangan untuk tahun tertentu. Asumsi yang digunakan salah satunya adalah kebutuhan beban tahun sebelumnya sudah dipenuhi oleh tambahan pembangkint yang sudah sempurna, sehingga bisa di-address kebutuhan incremental. Ini adalah simplifikasi yang diperlukan, sehingga kita bisa mendapatkan gambaran yang jelas dari tehnik penyelesaiananya. Pengulangan approach ini ke tahun-tahun berikutnya sehingga diapatkan rencana tambahan kapasitas menyeluruh untuk seluruh kurun waktu perencanaan. Formulasi permasalahan, termasuk fungsi objektifnya dan constraint yang ada, diberikan sesuai dengan metoda penyelesaian yang digunakan. Objektif Untuk suatu tahun tertentu, minimalkan biaya total penambahan kapasitas (MW) dengan berbagai jenis pembangkit.

Fixedyj dan Variableyj adalah biaya tetap dan variable dari jenis pembangkit j P adalah jumlah jenis pembangkit

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Permasalahan Constraint Harus tersedia kapasitas yang memenuhi incremental beban dan kebutuhan cadangan.

MWyj adalah kapasitas terkait decision variable MWy adalah incremental capacity yang dibutuhkan ditentukan oleh incremental load dan kebutuhan cadangan. Kapasitas yang dibutuhkan tidak mungkin tersedia sebelum akhir dari masa konstruksi.

DTj adalah masa konstruksi dari jenis pembangkit j. Jenis pembangkit Hanya ada 2 jenis pembangkit, dengan asumsi biaya yang di-simplified sbb:
Cost1(X) = 82,736 + 56.91X $/MW Cost2(X) = 63,270 + 79.50X $/MW, dimana X = jumlah jam operasi

Screening Curve dan Intersection 2 kurva tersebut adalah 862 jam, artinya jika X< 862 jam, maka pembangkit 2 lebih optimal, sedang untuk X>862 jam maka pembangkit 1 adalah yang optimal. LDC Pada X=0, incremental load adalah 908 MW, sedangkan pada X=862, incremental load adalah 308 MW. Ini artinya, suplai 600 MW dengan pembangkit 1 diperlukan untuk melayani beban selama kurang dari 862 jam, sedangkan suplai 308 MW dengan pembangkit 2 untuk melayani beban selama lebih dari 862 jam.

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Penyelesaian optimisasi secara bertahap Tahap 1 Buatlah forecast dan load duration curves. Tahap 2. Siapkan variable cost untuk pembangkit eksisting dan pembangkit baru yang direncanakan. Misalkan jika dari hasil optimisasi pada tahun ke 4 diperlukan PLTGU 400 MW, maka permasalahan tahun ke 5 dan berikutnya dan diluar PLTGU 400 MW tersebut, menjadi rencana tambahan pembangkit. Tahap 3. Siapkan fixed (biaya konstruksi) dan variable cost (biaya operasi) untuk seluruh pembangkit baru yang direncanakan. Tahap 4. Tentukan tingkat pembebanan pada titik pergantian jenis pembangkit. Tahap 5. Buatlah merit order seluruh pembangkit, mulai dari yang termurah, termasuk eksisting dan yang direncanakan. Tahap 6. Isikan pembangkit sesuai merit order di atas kedalam load duration curves. Pembebanan masing-masing unit mengikuti titik pergantian. Tahap 7. Dengan mendefinisikan incremental load sebagai beban dimana pemlihan jenis pembangkit yang diisikan ke dalam LDC, maka pembebanan pada tahap 6 menjadi solusi optimisasi.

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Contoh Pemilihan Tambahan Kapasitas MIsalkan kita evaluasi tahun ke 5, kita gunakan hasil tahun ke 5 sebagai dasar pemilihan tambahan kapasitas tahun ke 6. Tahap 1 Buatlah forecast dan load duration curves.

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Contoh Pemilihan Tambahan Kapasitas Tahap 2. Siapkan variable cost untuk pembangkit eksisting dan pembangkit baru yang direncanakan. Tabel di bawah menunjkkan rencana tahun ke 5.

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Contoh Pemilihan Tambahan Kapasitas Tahap 3. Siapkan fixed (biaya konstruksi) dan variable cost (biaya operasi) untuk seluruh pembangkit baru yang direncanakan.

Misalkan PLTGU 850,000 $/MW, Masa pinjaman 30 tahun dan i=9%, maka:

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Contoh Pemilihan Tambahan Kapasitas Tahap 3. Tabel di bawah fixed cost dan cost curves untuk beberapa jenis pembangkit baru.

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Contoh Pemilihan Tambahan Kapasitas Tahap 4. Tentukan tingkat pembebanan pada titik-titik pergantian. Titik-titik pergantian adalah: X=2597 jam dan X=862 jam. Di atas 2597 jam diperlukan pembangkit base. Di bawah 862 diperlukan pembangkit peaking, dan antara 862 dan 2597 diperlukan pembangkit intermediate (medium). Tahap 5. Buatlah merit order seluruh pembangkit, mulai dari yang termurah, termasuk eksisting dan yang direncanakan.

Contoh Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Contoh Pemilihan Tambahan Kapasitas Tahap 6. Isikan pembangkit sesuai merit order di atas kedalam load duration curves. Pembebanan masing-masing unit mengikuti titik pergantian.

Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit


Contoh Pemilihan Tambahan Kapasitas Tahap 6. Ilustrasi pengisian pembangkit sesuai merit order ke dalam LDC.

Anda mungkin juga menyukai