Petunjuk Prak Genap 2014 ITS

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. UMUM
Sesuai dengan tujuan pendidikan di ITS yaitu :
Pembinaan hidup bermasyarakat.
Pembinaan sikap ilmiah.
Pembinaan sikap kepemimpinan.
Pembinaan keahlian.
Maka tugas dari laboratorium Fisika Dasar FMIPA ITS antara lain :
Memperkuat konsep.
Melengkapi kuliah.
Melatih ketrampilan / penerapan teori.
Dengan demikian praktikum Fisika Dasar adalah melatih ketrampilan dalam
menerapkan teori-teori yang diperoleh dari kuliah dan untuk melengkapi kuliah.
Disamping itu praktikum Fisika Dasar merupakan saat pertama kali bagi
mahasiswa dalam melakukan/melaksanakan percobaan sendiri. Oleh sebab itu,
melaksanakan praktikum dengan sungguh-sungguh merupakan prasyarat bagi
keberhasilan praktikum anda, karena praktikum bagaimanapun juga, merupakan
dasar bagi praktikum yang akan anda lakukan dan temui selama anda kuliah di
ITS.
Selama anda melaksanakan praktikum di Laboratorium Fisika Dasar ada
beberapa hal yang perlu anda perhatikan :
1. Praktikan harus mengumpulkan pas foto 3 x 4 = 2 lembar.
2. Selama praktikum, praktikan dibimbing olek asisten dan untuk itu praktikan
harus mempersiapkan segala sesuatu tentang percobaan yang akan
dilakukan seperti yang ada pada BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM bersama
rekan praktikumnya.
3. Sebelum melaksanakan praktikum, periksalah semua peralatan yang akan
digunakan dan pinjamlah peralatan yang belum ada.
4. Dalam melaksanakan praktikum perlu diperhatikan penggunaan waktu yang
ada, karena waktu pelaksanaan Praktikum Fisika Dasar adalah 3 jam.
Rincian penggunaan waktu praktikum adalah sebagai berikut :
Persiapan :
Untuk persiapan praktikan diberi waktu 30 menit dan pada saat persiapan
tugas praktikan adalah : menyerahkan Tugas Pendahuluan dan meminjam
peralatan yang belum ada.
Melakukan Percobaan :
Dalam melakukan percobaan praktikan diberi waktu 120 menit dan
sisanya (30 menit) digunakan untuk mencatat hasil praktikum dalam
lembar Laporan Sementara.
5. Tugas pendahuluan dikumpulkan sebelum praktikum dimulai kepada
asistennya masing-masing.
6. Praktikan dilarang mengerjakan Tugas Pendahuluan di lingkungan
laboratorium Fisika Dasar.
7. Sebelum melakukan percobaan, setiap praktikan harus mempersiapkan
Laporan Resmi yang telah ditulisi dengan tujuan percobaan, teori, cara kerja
serta persiapkan pula kertas karbon dan kertas grafik bila diperlukan.
B. TATA TERTIB.
Tata tertib yang harus diperhatikan dan ditaati selama Praktikum Fisika Dasar
adalah :
1. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Praktikan baru diperkenankan masuk laboratorium setelah percobaan yang
dilaksanakan dinyatakan SIAP oleh Asisten.
3. Sebelum melakukan praktikum, semua perlengkapan kecuali buku petunjuk
praktikum, alat tulis dan peralatan penunjang harus diletakkan ditempat yang
telah ditentukan.
4. Setiap praktikan harus melakukan percobaan dengan teman praktikum yang
telah ditentukan.
5. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus berpakaian sopan dan tidak
diperbolehkan memakai sandal, bertopi, merokok, membuat gaduh, dll.
6. Selama praktikum. Praktikan hanya diperbolehkan menyelesaikan tugasnya
pada meja yang telah disediakan (melakukan percobaan, membuat laporan
sementara dan resmi).
7. Selama melakukan percobaan semua data hasil percobaan ditulis dalam
kolom-kolom tabel yang dipersiapkan lebih dahulu. Laporan sementara dibuat
rangkap n+1 dan dilaporkan pada asisten untuk ditanda tangani. n adalah
jumlah praktikan dalam satu kelompok.
8. Berdasarkan Laporan Sementara yang telah disetujui oleh asisten, setiap
praktikan membuat Laporan Resmi sesuai dengan tugas yang diberikan
dalam buku petunjuk. Kemudian diserahkan kepada asisten masing-masing
dengan dilampiri laporan sementara.
9. Jika praktikan akan meninggalkan ruang praktikum, harus melaporkan pada
asisten dan demikian pula sebaliknya.
10. Praktikan yang sudah menyelesaikan tugas-tugasnya, diharuskan
meninggalkan ruang praktikum.

C. SANGSI.
Ada beberapa sangsi yang dapat diterapkan terhadap praktikan yang melanggar
peraturan tata tertib :
1. Pelanggaran terhadap :
a. Point A-5, asisten berhak melakukan pencoretan terhadap tugas yang
telah dikerjakan.
b. Point A-6, B-1, B-5, B-6, dan B-9 dikenakan sangsi pembatalan percobaan
yang dilakukan.
c. Point A-2, B-3, B-4 dan B-9 dikenakan sangsi peringatan dan apabila telah
mendapatkan peringatan 3 kali, praktikan akan dikeluarkan dan
mendapatkan Nilai E.
2. Praktikan yang melakukan kecurangan dapat dikenakan sangsi berupa
pembatalan seluruh praktikum dan diberi Nilai E.
3. Praktikan yang karena kelalaiannya menyebabkan kerusakan atau
menghilangkan alat milik laboratorium harus mengganti alat tersebut. Apabila
dalam waktu yang ditentukan belum mengganti, maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum berikutnya.
4. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum sebanyak 4 kali diberi sangsi
pembatalan seluruh praktikum dan diberi nilai E.
5. Sangsi lain yang ada diluar sangsi-sangsi diatas ditentukan kemudian oleh
Kepala Laboratorium Fisika Dasar.


BAB II
CARA PENGGUNAAN ALAT

Petunjuk cara penggunaan alat ini digunakan untuk menghindari :
1. Tidak tepatnya pengukuran.
2. Kemungkinan kerusakan alat.

A. JANGKA SORONG
Jangka sorong diguanakan untuk pengukuran besaran panjang. Alat ini dapat
digunakan untuk mengukur : panjang, lebar, tinggi, diameter luar dan dalam,
serta kedalaman lubang suatu benda.
Cara Menggunakan Jangka Sorong :
1. Letakkan benda pada posisi A-B (untuk mengukur diameter digunakan C-D
dan lubang digunakan P-Q).
2. Tekan E agar posisi A-B, C-D, dan P-Q dapat berubah sesuai dengan ukuran
besar benda.
3. Baca skala dasar F (satuan cm) dan skala Bantu G (satuan mm). Jika skala G
penuh berarti 1 mm. Misalnya pada gambar II.1 ditunjukkan garis nol pada
skala Bantu G berada antara 1,3 dan 1,4 pada skala dasar F, sedangkan
pada skala bantu yang paling berimpit dengan skala dasar adalah 0,1 mm.
Jadi panjang benda yang diukur adalah : 1,3 mm + 0,01 mm = 1,31 mm.
Seandainya garis nol dari skala Bantu sudah tepat berimpit dengan skala
dasar (skala satu), maka panjangnya adalah harga dari skala dasar tersebut.
4. Skala dasar H adalah dengan satuan inchi.

B. MIKROMETER.
Digunakan untuk mengukur panjang, lebar, diameter luar dan tinggi.
Cara Menggunakan Mikrometer ;
1. Sebelum menggunakan perhatikan permukaan A-B apakah sudah bersih dari
kotoran, benda-benda kecil dan sebagainya.
2. Dengan memutar skala bantu C, maka A dan B akan berimpit. Agar A dan B
berimpit betul putarlah E sehingga bersuara 5 kali ( Standart Laboratorium)
dan ini lakukan dengan hati-hati.
3. Perhatikan kedudukan titik nol, apabila skala dasar D tidak tepat pada nol
maka perlu dilakukan Ralat Sistimatik. Contoh, bila dalam pengecekan alat
ini setelah A dan B berimpit dengan memutar E 5 kali, skala dasar tidak
terlihat sedangkan pada skala Bantu berharga 21 dan skala dasar berharga
nol maka Ralat Sistimatiknya adalah 0,21 mm.
4. Cara Pengukuran :
Letakkan benda diantara A dan B.
Putar E (5 kali) agar A dan B benar-benar menghimpit benda. Apabila
skala dasar D menunjukkan harga 2 sedang skala Bantu C menunjukkan
harga 48 (gambar II.2), maka panjang benda adalah : 2 mm + 0,48 mm +
0,21 mm = 2,69 mm.
Catatan :Spesifikasi Mikrometer yang digunakan adalah ;
1. Satuan terkecil skala dasar = 0,01 mm
2. Satuan terkecil skala Bantu = 1 mm
3. Tiap putaran skala Bantu E (360
o
) = 0,5 mm
4. Pembacaan skala Bantu dari 0 sampai 0,5 mm

C. NERACA TEKNIS
Neraca teknis digunakan untuk mengukur berat benda secara teliti.
Cara menggunakan neraca teknis :
1. Perhatikan batas maksimum dan minimum neraca teknis ini.
2. Sebelum menimbang periksa dahulu kedudukan neraca, apakah sudah
berdiri tegak (dengan melihat bandul A) dan praktikan dilarang merubah skrup
pengatur B.
3. Pada umumnya jarum gandar C, tidak dapat berhenti karena pengaruh dari
luar (angina). Karena itu dianjurkan untuk menggunakan neraca dalam ruang
tertutup.
4. Dalam penimbangan, letak anak timbangan di sebelah kanan dan benda yang
ditimbang di sebelah kiri (Standar Laboratorium).
5. Pada saat meletakkan atau mengambil anak timbangan hanya diperbolehkan
apabila jarum gander C berhenti berayun.
6. Anak timbangan tidak boleh dipegang dengan tangan dan dianjurkan dengan
penjepit.
7. Zat yang dapat merusak pinggan neraca dilarang diletakkan di pinggan.
8. Pada saat melepas penahan (D) usahakan agar simpangan jarum tidak
terlalu besar.
9. Penimbangan dianggap tepat bila jarum C tepat pada titik nol.






























BAB III
CARA PERHITUNGAN


A. PERHITUNGAN RALAT.
Pada tiap pengukuran akan selalu timbul masalah ketidak telitian yang
disebabkan oleh tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan cara ukur, tidak
sempurnanya panca indra,dll. Untuk itu perlu teori ralat yang dapat memberikan
gambaran kuantitatif terhadap ketelitian suatu pengukuran.
Ada 2 jenis ralat, yaitu : 1. Ralat Sistimatik
2. Ralat Kebetulan
1. Ralat Sistimatik :
Ralat ini digunakan untuk sumber-sumber kesalahan yang timbulnya dapat
dipelajari secara sistematis.
Misalnya :
a. Jarum penunjuk Ampermeter yang seharusnya menunjukkan angka 0 A saat
tidak ada arus, ternyata menunjukkan angka 0,5 A. Maka harus ada koreksi
titik nol sebesar -0,5 A. Bila alat digunakan untuk mengukur arus maka arus
yang sebenarnya = arus terbaca + koreksi titik nol.
b. Jangka sorong dan Mikrometer sering tidak menunjukkan titik nol.
c. Pembacaan Barometer air raksa perlu koreksi pembacaan karena adanya
pemuaian air raksa.
Dalam pekerjaan kita selalu melakukan koreksi terhadap ralat sistimatik. Ralat
Sistimatik tidak perlu masuk perhitungan, tetapi perlu dituliskan.

2. Ralat Kebetulan.
Sumber dari ralat ini tidak dapat kita ikuti dan kita kendalikan. Misalnya pada
pengukuran yang berulang dengan hasil yang berbeda. Untuk mendekati harga
sesungguhnya dari hasil pengukuran kita gunakan harga rata-rata. Tetapi untuk
pengukuran berulang dengan hasil yang berbeda diperlukan Ralat Suatu
Pengukuran. Ralat suatu pengukuran harus dicantumkan dalam hasil
pengukuran. Ralat ini disebut pula Ralat Kebetulan.
Contoh :
Hasil pengukuran panjang batang logam adalah :
Peng. Ke
Panjang ( ) x ( ) x x
( )
2
x x
1
2
3
4
5
20,1 m
20,0 m
20,2 m
19,8 m
19,9 m
+0,1 m
0,0 m
+0,2 m
-0,2 m
-0,1 m
0,01 m
2
0,00 m
2

0,04 m
2

0,04 m
2

0,01 m
2

Rata-rata ( ) x = 20,0 m
E ( )
2
x x = 0,10 m
2


Ralat Mutlak : A =
( )
2
1
2
) 1 (
(


n n
x x

dimana : n = jumlah pengukuran
A = 005 , 0
) 1 5 ( 5
10 , 0
2
1
=
(

m
A = 0,0707 m = 0,07 m
Ralat Nisbi : I =
x
A
x 100
I =
00 , 20
07 , 0
x 100
I = 0,4
Keseksamaan : K = 100 - I
K = 100 - 0,4%
K = 99,6 %
Keterangan :
Dalam menuliskan ralat mutlak diambil hanya satu angka yang bukan nol
dibelakang koma. Angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan lebih kecil
dari 5 diabaikan. Jadi 0,0707 dibulatkan menjadi 0,07.
Hasil pengukuran dituliskan = Hasil rata-rata Ralat mutlak
Misalnya : panjang gelombang = (20,00 0,07) m.
Jadi panjang batang logam sebenarnya terletak antara (20,00 0,07) m dan
(20,00 + 0,07) m.
Bila pengukuran hanya dilakukan 1 kali maka ralat mutlak adalah setengah
harga skala terkecil.

3. Ralat Hasil Perhitungan.
Untuk menentukan ralat hasil perhitungan dari hasil pengukuran harus kita
perhatikan beberapa hal. Misalnya :
Akan kita ukur besaran f didapat dengan mengukur besaran x dan y.
Dikatakan f merupakan fungsi x dan y |f = f(x,y)|
Menurut Kalkulus : untuk f = f (x,y) berlaku
df =
x
f
dx
x
f
c
c
+
c
c

Dalam perhitungan ralat diperoleh : Af = y
y
f
x
x
f
c
c
+
c
c

Ralat dari f ditimbulkan oleh ralat dari x dan y, Bila Ax dan Ay merupakan ralat
mutlak x dan y maka,
f = x + y Af = Ax + Ay
f = x y Af = Ax - Ay
f = x . y Af/f = y y x x +
dimana Af = ralat mutlak hasil perhitungan.
f = harga rata-rata.
Contoh 1 :
Bila M = (x
2
. y) / z, dimana x, y, z adalah besaran yang diukur dengan ralat
mutlak masing-masing Ax, Ay dan Az.
Penyelesaiannya :
M = (x
2
. y) / z
z
z
y
y
x
x
2
M
M
+ + =
Sehingga diperoleh : M =
(

+ +
z
z
y
y
x
x
2 M
Contah 2 :
Hasil perhitungan volume tabung adalah :
Volume (V) = t r
2
l
Jari-jari (r) = (65,00 0,02) cm.
Panjang (l) = (10,00 0,03) cm.
Artinya r = 65,00 cm, Ar = 0,02 cm dan l = 10,00 cm, Al = 0,03 cm.
Ralat mutlaknya (V) dapat dihitung :
0,03 0,08
10,00
0,03
65,00
0,02
2
l
l
r
r
2
V
V
+ = + = + =
0,011
V
V
=
V = t . (5,00)
2
. (10,00) = 785,00 cm
3

AV = 785 . 0,011 = 8,635 cm
3

Jadi volume tabung = (785 9) cm
3

Ralat nisbi I = AV/V X 100% = 0,011 X 100% = 1,1 %
Dengan pembulatan maka I = 1%
Keseksamaan K = 100% - 1% = 99%
Ringkasan :
Dalam mencantumkan hasil pengukuran harus disertai :
1. Ralat Sistimatis (apabila ada)
2. Ralat Mutlak :
( )
( )
2
1
2
1 n n
x x
x
(


=
Dimana : n = Jumlah pengukuran, x = Harga rata-rata
3. Ralat Nisbi :
x
x
x 100% = %
4. Keseksamaan : 100% - ralat nisbi = %

B. MEMBUAT GRAFIK.
1. Grafik harus dibuat pada kertas millimeter dan titik pada grafik harus diberi
tanda yang jelas : O, o, A dsb.
2. Besar skala dan letak titik nol harus dibuat sedemikian rupa sehingga grafik
mudah dibaca dan dimengerti. Artinya skala absis = skala ordinat. Letak titik
nol dipusat sumbu (gambar III.1a dan III.1b).
3. Grafik harus disertai keterangan lengkap tentang absis dan ordinat.
4. Jika kita mengharapkan garis lurus dari grafik itu, maka garis yang ditarik
harus sedapat mungkin melalui titik-titik tersebut (gambar III.2).
5. Jika kita tidak yakin akan bentuk grafik, maka harus ditarik garis lengkung
penuh (bukan garis patah) melalui hamper semua titik (gambar III.3).
6. Beri interprestasi dari grafik tersebut seperti linier eksponensial, maksimum,
minimum, dan sebagainnya.
7. Bila akan menggambar lebih dari satu grafik pada satu gambar maka untuk
tiap titik pada setiap grafik kita beri tanda berbeda. Misalnya pada gambar
III.4, titik grafik y
1
= f
1
(x) kita beri tanda dan pada grafik y
2
= f
2
(y) bertanda o.

Keterangan :
Skala absis tidak tepat.
Grafik sulit dibaca.
Puncak grafik terlalu tajam,
karena dipaksa melalui

se
mua titik.
Keterangan :
Skala absis sudah tepat.
Grafik muda dibaca.
Grafik tidak dipaksa melalui
Semua titik.



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1





Gambar II.2 : Grafik Linier
X

Y
o
o
1 2 3 4 5 6 7
5
4
3
2
1





Gambar III.1a : Grafik Salah
1 2 3 4 5 6 7
5
4
3
2
1





Gambar III.1b : Grafik benar





Regresi Linier
y = A + Bx
B =
2 2
x) ( x n
y) x. ( xy) n(



A =
n
x B y
2








1 2 3 4 5 6
3


2


1

Gambar III.4
X

Y
0
1 2 3 4 5 6
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1




Gambar II.2 : Grafik Linier
X

Y
o
























Kiri


E
Kanan


E


THERMOKOPEL
(KODE PERCOBAAN P3)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menjelaskan Konsep Temperatur pada logam.
2. Untuk menera Termokopel dari konsep diatas.
II. PERALATAN
1. Amplifier (Amp) satu buah
2. Voltmeter (V) satu buah
3. Termokopel dua set
4. Termometer satu buah
5. Statip dengan kelengkapannya satu set
6. Kompor listrik satu buah
7. Potongan es batu secukupnya.

III. DASAR TEORI
Semua logam terdiri dari atom atau elektron yang selalu bergerak. Ini
menunjukkan bahwa elektron mempunyai tenaga gerak. Tenaga inilah yang
menentukan temperature logam (semakin tinggi temperature semakin tinggi
tenaganya). Dalam termokopel (dua buah logam yang dilekatkan menjadi satu)
dimana elektron dari logam yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bergerak
menuju logam yang berkosentrasi lebih rendah. Ini menunjukkan adanya
hubungan antara temperature dengan beda potensial yang terjadi pada dua
ujung bebas logam tersebut. Dalam percobaan ini termokopel dilengkapi dengan
Amplifier dan Voltmeter yang dirangkai seperti pada gambar berikut ini :








Junction A adalah titik ukur temperature dan junction B adalah titik referensi
apabila terjadi beda suhu antara logam A dan B, maka Voltmeter V akan
menunjukkan beda potensial yang terjadi. Oleh sebab itu termokopel dapat
digunakan untuk mengukur suhu benda apabila temperature referensinya telah
diketahui sebelumnya.

IV. CARA MELAKUKAN PERCOBAAN
a. Rangkailah gambar 1 hati-hati dalam menggunakan kompor listrik, Voltmeter
dan Ampllifier serta tanyakan assisten sebelum menghubungkan dengan
tegangan PLN.
b. Sebelum dihubungkan dengan tegangan PLN 240 V, switch yang ada pada
amplifier harus pada kedudukan :
Switch 1 pada posisi off nol.
Switch 2 pada posisi penunjukkan ke 30 mV.
Switch 3 pada posisi penunjukkan ke 0.
Switch 5 pada posisi Short circuit.
Output 4 harus sudah dihubungkan dengan Voltmeter.
V
A
B
Gambar 2 : Termokopel
8 8 8
1
2

3
2
1
KOMPOR LISTRIK
THERMOMETER
AMPLIFIER
VOLTMETER
A
B
7
5
1
6
1
4
2
1
Gambar 1 : Rangkaian Percobaan Termokopel
c. Setelah Amplifier dihubungkan dengan tegangan PLN, ubah switch 1 pada
posisi on dan 5 menit kemudian putar switch 2 ke kiri berturut-turut ke
penunjukkan 10, 3,1 dan seterusnya sampai jarum penunjukkan voltmeter
bergerak. Jaga harga penunjukkan voltmeter tetap nol untuk setiap memutar
switch 2 dengan jalan mengatur knop 7.
d. Putar switch 5 ke posisi dan catat penunjukkan voltmeter dan suhu
ruangan. Harga beda potensial sebanding dengan suhu ruang.
e. Catat penunjukan voltmeter dan temperature referensi
0
o
C (bila memungkinkan), 10
o
C, 40
o
C, 50
o
C, 60
o
C, 70
o
C, 80
o
C, dan 90
o
C,
dengan tanpa merubah posisi switch 2.
f. Ulangi langkah percobaan di atas untuk termokopel yang lain.

V. TUGAS UNTUK LAPORAN RESMI
1. Buat grafik hubungan Temperatur referensi dengan beda potensial yang
tercatat.
2. Dari kedua termokopel yang digunakan, manakah yang lebih baik untuk
menera temperature benda. Jelaskan !
3. Buat kesimpulan dari percobaan ini.

VI. TUGAS PENDAHULUAN
1. Dari konsep suhu, proses perpindahan panas apakah yang terjadi pada
termokopel.
2. Jelaskan kegunaan termokopel yang anda ketahui.
3. Jelaskan rumusan hubungan antara suhu dan beda potensial.
4. Betulkah termokopel yang baik mempunyai panas jenis massa yang kecil dari
salah satu logamnya. Jelaskan !








N a m a : .
N R P : .
Fak / Jur : .

L E M B A R D A T A
PRAKTIKUM : P3
No Suhu (C) Tegangan (mV) No Suhu (C) Tegangan (mV)
Suhu Kamar Suhu Kamar






Menyetujui,
Asisten




()
- +
A
- +
V
E
-
+
_
+
-
Thermometer
K
(a)
HUKUM JOULE
PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK
(KODE PERCOBAAN L1)

I. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan panas yang ditimbulkan oleh arus listrik.
2. Membuktikan Hukum Joule dan menentukan harga 1 Joule.
II. Peralatan Yang Digunakan :
1. Kalorimeter dengan perlengkapannya 1 set.
2. Thermometer 1 buah.
3. Adaptor 1 buah.
4. Stopwatch 1 buah.
5. Tahanan geser (Rg) 1 buah.
6. Ampermeter (A) dan Voltmeter (V) masing-masing 1 buah.
III. Teori :
Bila antara ujung kawat konduktor
diberi beda potensial, maka
electron bebas akan bergerak.
Elektron akan menumbuk partikel
konduktor selama terjadi beda
potensial. Dengan demikian
elektron dapat dianggap
berkecepatan rata-rata tetap.
Adanya tumbukan, sebagian energi
gerak electron diberikan pada
partikel. Getaran partikel akan
bertambah besar dan inilah yang
menyebabkan panas. Dalam
percobaan ini kawat spiral yang
dialiri listrik dimasukkan dalam air,
sehingga terjadi perpindahan
panas dari spiral ke air.
Hingga derajat pertambahan panas (Dh/dt) berbanding lurus dengan arus listrik
dan beda potensial :
_
+
V
Thermometer
+
_
A
V
(b)
E
-
+
K
dH/dt = V i (1)
Bila i dan V tetap maka persamaan (1) dapat diintegralkan :
H = V i .. (2)
dimana : H = jumlah panas yang timbul (Joule)
t = lama waktu ketika dialiri listrik (detik)
Bila V, i, t dapat diukur maka H dapat dihitung.
Panas yang diterima air :
Q
1
= w (Ta Tm) (kalori) ...(3)
Panas yang diterima kalorimeter dan pengaduknya
Q
2
= 0,26 w (Ta Tm) (kalori)(4)
Dimana : w = massa air (gram)
Ta = Temperatur akhir (
o
C)
Tm = Temperatur mula (
o
C)
0,26 w = Harga air
Berdasarkan Asas Black panas yang diterima = panas yang diberikan, maka
persamaan (2) = jumlah persamaan (3) dan (4). Maka harga 1 joule dalam
satuan kalori dapat kita tentukan.

IV. Cara Melakukan Percobaan.
1. Buat rangkaian seperti gambar IV.22 (a) hubungkan tegangan PLN seijin
assisten.
2. Isi kalorimeter K dengan air, catat massa air dalam calorimeter.
3. Beri beda potensial selama 10 menit, Usahakan arus konstan dengan
mengatur tahanan geser Rg.
4. Catat kenaikan suhu tiap 30 detik selama 10 menit.
5. Lakukan untuk rangkaian gb. IV.22(b)

V. Tugas Untuk Laporan Resmi
1. Buat hasil pengukuran dalam table.
2. Hitung harga H dengan persamaan (2)
3. Buat grafik pada kertas millimeter, T sebagai fungsi t, selama arus mengalir.
Apa kesimpulan dari ggrafik yang terjadi?
4. Hitung Q
1
dan Q
2
dengan persamaan (3) dan (4) lalu bandingkan dengan
harga H yang telah dihitung. Lalu tentukan tara kalor mekanik. (ingat 1 Joule
= 0,24 kalori)
5. Buat kesimpulan percobaan ini.
VI. Tugas Pendahuluan
1. Mana yang lebih menguntungkan dari kedua rangkaian diatas ? jelaskan !
2. Apa definisi dari ; standard resistor.
3. Apa hukum Joule ? Pengertian apa yang anda peroleh dari hokum Joule
tersebut?
Benarkah tahanan kawat bergantung temperature? Jelaskan !
























N a m a : .
N R P : .
Fak / Jur : .

L E M B A R D A T A
PRAKTIKUM : L1

Arus Listrik = Ampere
No. m (gram) V (Volt) T (
o
C) t (menit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20





Arus Listrik = Ampere
No. m (gram) V (Volt) T (
o
C) t (menit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20












Menyetujui,
Asisten




()
VOLTMETER
(KODE PERCOBAAN L2)

I. Tujuan :
Menentukan Keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan
menggunakan voltameter tembaga.
II. Peralatan :
1. Voltameter tembaga dengan perlengkapannya 1 set.
2. Amperemeter 1 buah.
3. Timbangan analis 1 set.
4. Tahanan geser 1 buah.
5. Adaptor 1 buah.
6. Stopwatch 1 buah.
7. Tahanan variable 10 x 10 satu buah (Rv).
III. Teori :
Sifat hantaran listrik zat cair dapat digolongkan :
Isolator : air murni, minyak, dll
Larutan ion : larutan asam basa, larutan garam. Ion yang ada sebagai
konduktor dengan disertai perubahan kimiawi.
Air raksa, logam cair dapat dialiri arus tanpa perubahan kimiawi.
Menurut Hukum Faraday : apabila arus I mengalir dalam t detik maka pada
kutub negatif (katoda) terdapat endapan seberat G.
G = a i t (gram) ..(1)
Dimana : a = ekivalen elektro kimia.
Larutan yang digunakan adalah CuSO
4
. Reaksi kimia yang terjadi bila terdapat
arus listrik adalah :

CuSO
4
Cu
++
+ SO
4
- -

Pada Anoda : H
2
O 2H
+
+ O
2

Pada Katoda : Cu
++
Cu + 2 e
Artinya Cu
++
dari larutan garam menuju Katoda dan Anoda kehilangan Cu
++

yang dipakai untuk menetralkan SO
4

- -
.
Dari persamaan (1) diperoleh :
i = G / (a t) .(2)
dimana : G dalam satuan milligram
a dalam satuan mgram/coloumb (utk Cu, a = 03294).
i dalam satuan ampere
t dalam detik


IV. Cara Melakukan Percobaan :
1. Hitung arus maksimum, dengan mengukur luas permukaan katoda bila
kepadatan arus 0,01 0,02 A/cm
2
.
2. Bersihkan alektroda dengan kertas gosok, uku massa elektroda dengan
neraca analitis.
3. Buat ranngkaian seperti gambar IV.23, gunakan i tentukan dengan mengatur
Rv. Catat harga amper meter dan usahakan harga i tetap dengan mengatur
Rg.
4. Setelah 10 menit, putus aliran listrik lalu keringkan katoda dan timbang
massa endapan yang menempel pada katoda.
5. Lakukan langkah 2 4, 5 kali dengan selang waktu yang sama.
6. Lakukan langkah 2 5, untuk arus amper meter yang lain.

V. Tugas untuk Laporan Resmi :
1. Hitung besar i sebenarnya menurut persamaan (2) dan bandingkan dengan
penunjukkan ampermeter tercatat.
2. Buat grafik antara i ampermeter (absis) vs I sesungguhnnya (ordinat).
3. Buat kesimpulan dari percobaan ini.


+
-
+
-
+
+
A
Rv
-
+
+
Rg
E
+
-
+
Gambar IV. 23
VII. Tugas Pendahuluan :
1. Bagaimana menentukan harga a untuk Cu ?
2. Mengapa kutub anoda katoda rangkaian perlu diperhatikan ?
3. Bagaimana cara menentukan i maksimum yang diijinkan. Jelaskan mengapa i
maksimum harus ditentukan lebih dahulu.

VIII. Daftar Pustaka
1. Sears & Zemansky, University Physics (2
nd
edition) : halaman 532.


































N a m a : .
N R P : .
Fak / Jur : .

L E M B A R D A T A
PRAKTIKUM : L2
No. I (amp) m (gr) t (det)
1
2
3
4
5


No. I (amp) m (gr) t (det)
1
2
3
4
5


No. I (amp) m (gr) t (det)
1
2
3
4
5









Menyetujui,
Asisten




()
PLAT KAPASITOR
(Kode percobaan : L7)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk Menentukan kapasitan pada 2 (dua) buah plat sejajar.
2. Untuk Mengetahui Pengaruh Diameter Plat dan Tegangan terhadap
kapasitan.
3. Untuk Membandingkan besaran C hasil perhitungan dengan hasil
pengamatan.

II. ALAT ALAT
1. I Measuring Amplifier D 1 (satu) buah.
2. Moving Coil Instrument D 1 (satu) buah.
3. Parallel Plat Kapasitor 1 (satu) pasang.
4. Regulated Power Supply 0 300 V 1 (satu) buah.
5. Voltmeter atu E Measuring instrument D 1 (satu) buah.
6. Measuring Resistor 100 M.

III. DASAR TEORI
Apabila 2 (dua) buah plat sejajar dihubungkan dengan sumber tegangan (power
supply), maka plat tersebut akan menyimpan muatan yang besarnya dinyatakan
dalam satuan Farad F. Besarnya perbandingan antara muatan dengan
tegangan selalu konstan dan faktor konstanta tersebut adalah kapasitan (C).
Dimana hubungan antara muatan dengan tegangan dapat dirumuskan seperti
berikut ini :
C =
V
q
.. 1
Menurut Hukum Gauss :
o
=
o
EA = q maka persamaan diatas dapat
dituliskan :
C =
o
x
d
A
.. (2)
Dimana :
o
= Permisifitas Hampa (8,85 x 10
-12
C
2
/ NM
2
)
A = Luas lempeng
D = jarak antar lempeng


IV. CARA MELAKUKAN PERCOBAAN
1. Susun peralatan seperti gambar diatas.
2. Atur tegangan pada power supply unit dan biarkan untuk beberapa saat
(tanya assisten).
3. Lepaskan kabel dari resistor pada kutub positif plat kemudian masukkan
kabel koaksial dan catat harga V hasil pengamatan pada voltmeter.
4. Ulangi langkah seperti diatas untuk tegangan yang berbeda (Tanya assisten).

V. TUGAS UNTUK LAPORAN RESMI
1. Buat grafik tegangan dengan kapasitor dan kapasitan.
2. Buat perbandingan harga kapasitan dengan menggunakan persamaan 1 dan
2.
3. Kesimpulan apa yang anda dapatkan pada percobaan ini.

VI. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan kapasitor dan kapasitan ?
2. Bagaimana cara untuk mendapatkan harga kapasitan pada plat sejajar.
3. Jelaskan mengapa kapasitor dapat menimpa muatan.
4. Apa perbedaan kapasitor pada rangkaian arus AC dan DC.



Metramax
Multimeter
Power Supply
Resistor 1 M
Plat kapasitor
Measuring
Amplifier
Voltmeter
Gambar 1 : Rangkaian Plat kapasitor
N a m a : .
N R P : .
Fak / Jur : .

5. L E M B A R D A T A
6. PRAKTIKUM : L7
7.
No. Tegangan (V) Jarak (mm) Q (10
-9
C)
1
2
3
4
5

8.
No. Tegangan (V) Jarak (mm) Q (10
-9
C)
1
2
3
4
5


No. Tegangan (V) Jarak (mm) Q (10
-9
C)
1
2
3
4
5








Menyetujui,
Asisten




()
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
(Kode Percobaan : L.8)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk membuktikan Hukum Induksi Faraday melalui pengukuran
ketergantungan tegangan induksi dari :
1. Kepadatan Arus.
2. Luas Induksi.
3. Kecepatan Induksi.

II. ALAT - ALAT
1. Peralatan induksi dengan konduktor 1 set.
2. Pasangan magnet 6 pasang.
3. Motor eksperimen 100 W 1 buah.
4. Alat kemudi dan pengatur 1 buah.
5. Mikrovoltmeter 1 buah.

III. DASAR TEORI
Suatu konduktor akan ditarik keluar oleh medan magnetik konstan dengan
kecepatan u dan diukur tegangan induksi yang terjadi. Pada gerakan suatu
konduktor dalam medan magnet B, maka elektron-elektron dalam konduktor
terkena penngaruh kekuatan LORENTZ. Pada ujung-ujung konduktor (penyalur
arus) akan timbul tegangan U, yang proporsional terhadap arus magnetik .
U =
dt
du

Pada percobaan ini suatu konduktor yang bersudut lebar b dan dengan
kecepatan konstan v =
dt
ds
akan ditarik keluar dari dalam medan magnet B yang
homogen seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.



Setiap interfal waktu dt permukaan yang masih berada dalam medan magnet
akan berubah sebesar b. ds arus G jadi sebesar :

dt
du
= B . b .
dt
ds

Jadi
U = B . b . v
Proporsionalitas antara U dan B akan kita buktikan, setelah medan magnet kita
rubah. Proporsionalitas antara U dan v, setelah konduktor kita tarik dengan
kecepatan yang berlainan keluar dari medan magnet. Kemudian kita ukur
tegangan induksi pada B dan v yang konstan untuk lebar konduktor b yang
berlainan.




N
B
S
V
8 8 8 8
220 Volt


IV. CARA MELAKUKAN PERCOBAAN
1. Susun peralatan seperti gambar 2 dan hubungkan dengan peralatan lain.
2. Ikatkan senar pancing pada peluncur dan hubungkan dengan kopling penarik.
3. Atur mikrovoltmeter pada 104.
4. Pasangkan 8 pasang magnet yang tersedia pada alat induksi.
5. Untuj proporsionalitas dari U dan V, hubungkan konduktor b = 4 cm dengan
cara memasukkan penghubung kortsluiting pada alat peluncur. Suatu
kumparan tali senar pancing diikatkan pada garis tengah kumparan kopling
yang bergerak terkecil. Hidupkan motor dan stel putarannya sehinggatercapai
suatu tegangan induksi sebesar 40mV. Pada goyangan yang mungkin terjadi
pada alat penunjuk pengukur, maka dicari harga rata-rata / menengah.
Jumlah putaran motor dipertahankan agar sama dalam waktu melakukan
seluruh percobaan dari bagian.
6. Ulangi percobaan dengan menggunakan kedua alat kumparan lain dengan
garis tengah kumparan yang berlainan. (Pada garis tengah kumparan yang
lain, maka kecepatan akan berlipat ganda atau lipat empat dengan jumlah
putaran motor yang tetap. Garis tengah alat kumparan kopling bergerak
memiliki perbandingan 1 : 2 : 4.
7. Untuk proporsionalitas dari U dan b, percobaan dilakukan dengan
menggunakan 8 pasang magnet dan garis tengah alat kumparan maksimal (V
= 4 Vo) untuk konduktor dengan b = 2 cm dan b = 2,8 cm.
8. Ulangi percobaan pada point nomor 7 namun dengan menggunakan 6,5,4,3
dan 2 pasang magnet
1
2
9. Untuk proporsionalitas antara V dan B, percobaan dilakukan denngan garis
tengah alat kumparan yang minimal dan lebar konduktor yang maksimal pula
yaitu b = 4 cm.
10. Ulangi percobaan pada point nomor 9 namun dengan menggunakan 6,5,4,3
dan 2 pasang magnet.

V. TUGAS UNTUK LAPORAN RESMI
1. Cari kesebandingan / proporsionalitas antara perubahan fluks magnet U
dengan kecepatan v.
2. Cari kesebandingan / proporsionalitas antara kecepatan v dengan medan
magnet B.
3. Cari kesebandingan / proporsionalitas antara kecepatan U dengan medan
magnet B.

VI. TUGAS PENDAHULUAN
1. Bila ada dua koil yang penampangnya saling berhadapan, dan salah satu dari
koil diberi sumber arus searah dan dihubungkan dengan saklar koil yang lain
dihubungkan dengan galvanometer. Apabila saklar diputus disambung secara
terus menerus apa yang terjadi dengan koil dua.
2. Terangkan konsep dari hukkum induksi Faraday.
3. Jelaskan konsep tanda minus (-), dari persamaan perubahan flux magnet (u) :
u = -
dt
du

4. Jelaskan prinsip dari hokum Lenz.










V =
V =
V =
N a m a : .
N R P : .
Fak / Jur : .

L E M B A R D A T A
PRAKTIKUM : L8

No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV)
1
2
3
4
5


No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV)
1
2
3
4
5


No. b (cm) B (pasang) Tegangan (mV)
1
2
3
4
5









Menyetujui,
Asisten




()


















































TUGAS
PENDAHULUAN

Kode Percobaan : .
Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
N R P : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tgl. Prak. : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nama Asst. : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


















































LAPORAN
SEMENTARA

Kode Percobaan : .
Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
N R P : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tgl. Prak. : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nama Asst. : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Nama :
N R P :
Tgl. Prak. :
Nama Asst. :

Anda mungkin juga menyukai