Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,

mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat mekanik. Pada dasarnya sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Dalam proses manufaktur untuk mengendalikan atau memantau kekuatan suatu material tertentu, perlu dilakukan adanya pengujian sebagai parameter untuk menandakan suatu produk siap dilepas kepasaran. Dengan adanya serangkaian pengujian yang dilakukan, dapat mengantisipasi dan menganalisa kegagalan yang dapat dialami suatu material. Salah satu bentuk pengujian yang dapat dilakukan adalah pengujian tarik. Pengujian tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan atau material dengan cara memberikan beban gaya yang searah dengan bidang. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis atau gaya tarik yang diberikan secara lambat. Bila suatu material dilakukan penarikan terus hingga putus, maka akan didapatkan profil tarikan yang dapat diilustrasikan dalam bentuk kurva berupa hubungan antara gaya tarikan dengan pertambahan panjang. Terlebih lagi, pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan tarik 2. Kuat luluh dari material

3. Keuletan dari material 4. Modulus elastic dari material 5. Kelentingan dari suatu material 6. Ketangguhan. Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk dilakukan dan paling mendasar karena sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, hal itu disebabkan dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam. Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk

mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya. Dewasa ini perkembangan industri metalurgi kian hari kian berkembang. Tidak sedikit inovasi serta rancangan baru yang beruhubungan dengan teknologi pengujian logam yang telah tercipta oleh para engineer yang menghasilkan prinsip serta teknologi yang lebih efektif dan efisien. Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, mahasiswa metalurgi sebagai calon engineer hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini baik secara teori maupun tindak langsung secara faktual. Pada pengujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.

1.2

Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam

melalui proses uji tarik.

1.3

Batasan Masalah Adapun dalam percobaan ini meliputi pengujian ketahanan logam sebagai

benda uji pada mesin uji tarik untuk menentukan harga tegangan pada yield, pada

tensile strength, dan presentasi elongasinya, serta mengamati gejala-gejala yang terjadi selama percobaan berlangsung untuk dianalisa sifat mekanik logam yang diuji tersebut.

1.4

Sistematika Penulisan Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan

mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan, Bab III menjelaskan mengenai metode percobaan, Bab IV menjelaskan mengenai hasil percobaan yang dilakukan beserta pembahasannya. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan serta saran setelah dilakukannya suatu percobaan. Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat juga blanko percobaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengujian Tarik Uji tarik adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini

sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah antara lain adalah Shimadzu, Instron dan Dartec.

Gambar 1. Mesin uji tarik.2

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan atau material dengan cara memberikan beban gaya yang berlawanan arah. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis

yang diberikan secara lambat. Sifat mekanis logam yang dapat diketahui setelah proses pengujian ini seperti kekuatan tarik, keuletan dan ketangguhan. Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam. Dalam bidang industri juga diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.1 Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan atau material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahasilkan data kekuatan material. Pengujian tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 2. Gambar spesimen uji tarik standar ASTM E8.2

2.2

Hukum Hooke (Hookes Law) Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik,

hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang terhadap beban mengikuti aturan hukum Hooke sebagai berikut: Rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan. Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan. Stress: = F/A Strain: = L/L Dimana : .. (1) ...................(2)

L : pertambahan panjang, L : panjang awal F : gaya tarikan, A : luas penampang

Hubungan antara stress dan strain dirumuskan: E=/ ...(3)

Untuk memudahkan pembahasan, gambar 3

dimodifikasi sedikit dari

hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress versus strain). Selanjutnya kita dapatkan gambar 3, yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan () dan regangan () selalu tetap. E diberi nama modulus elastisitas atau Young modulus. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gambar 3. Kurva regangan-tegangan.3

Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area dan panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva teganganregangan seungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah terlalu besar pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang terjadinya pengerasan regangan (strain hardening), yaitu setelah titik luluh terlampaui. Deformasi suatu bahan akibat pembebanan dapat ditentukan sesuai dengan Hukum Hooke. Menurut Hooke, deformasi elastis sebuah batang dengan penampang So dan panjang Lo, jika dibebani dengan gaya tarik atau tekan sebesar P, maka beban akan mengalami: 1. Deformasi elastis berbanding lurus dengan beban P. 2. Deformasi elastis berbanding lurus dengan panjang batang asal Lo. 3. Deformasi elastis berbanding terbalik dengan luas penampang Ao.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa; besarnya beban P, berbanding lurus dengan panjang batang Lo atau dengan kata lain tegangan sebanding dengan regangan.3

2.3

Bentuk Perpatahan Material Sampel hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa tampilan

perpatahan seperti ditunjukkan oleh Gambar di bawah ini :

Gambar 4. Alur perpatahan sampel uji tarik.2

Pengamatan kedua tampilan perpatahan ulet dan getas dapat dilakukan baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan stereoscan macroscope. Pengamatan lebih detil dimungkinkan dengan penggunaan SEM (Scanning Electron Microscope). 1. Perpatahan Ulet Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih tangguh dan memberikan peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan. Tampilan foto SEM dari perpatahan ulet diberikan oleh gambar berikut:

Gambar 5. Perpatahan ulet.2

2.

Perpatahan Getas Perpatahan getas memiliki ciri-ciri mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan perpatahan ulet. Pada perpatahan getas tidak ada atau sedikit sekali terjadi deformasi plastis pada material. Perpatahan jenis ini merambat sepanjang bidang-bidang kristalin membelah atom-atom material. Pada material yang lunak dengan butir kasar akan ditemukan pola chevrons atau fan like pattern yang berkembang keluar dari daerah kegagalan. Material keras dengan butir halus tidak dapat dibedakan sedangkan pada material amorphous memiliki permukaan patahan yang bercahaya dan mulus.

Gambar 6. Perpatahan getas.2

2.4

Profil Uji Tarik dan Sifat Mekanik Logam Pengujian tarik ialah peregangan dari suatu batang uji yang secara kontinu

bertambah akibat beban yang bekerja pada batang uji sampai batang uji tersebut putus. Pengujian ini merupakan salah satu bentuk pengujian merusak dan umum dilakukan pada bahan bahan Iogam yang akan digunakan dalam lapangan teknik. Dengan pengujian ini akan dapat diketahui; tegangan tarik. Perpanjangan (regangan), penyusutan penampang (kontraksi), modulus elastis, tegangan mulur atau tegangan uji dari batang uji. Semua batang uji sudah dinormalisasikan. dan beban tarik yang bekerja meningkat secara teratur sampai batang uji putus. Beban yang digunakan dalam perhitungan tegangan tarik dari bahan adalah beban maksimum yang dapat ditahan oleh bahan uji tarik tersebut

10

Gambar 7. Profil data hasil uji tarik.2 1. Batas Elastis E ( Elastic Limit) Dalam gambar 7 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan nol. Pada titik O (lihat inset dalam gambar 7). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini. 2. Batas Proporsional p (Proportional Limit) Titik sampai di mana penerapan hukum Hooke masih bisa ditoleransi. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.

11

3. Deformasi Plastis (Plastic Deformation) Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada gambar 7 yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing. 4. Tegangan Luluh Atas uy (Upper Yield Stress) Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis. 5. Tegangan Luluh Bawah ly (Lower Yield Stress) Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini. 6. Regangan Luluh y (Yield Strain) Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis. 7. Regangan Elastis e (Elastic Strain) Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula. 8. Regangan Plastis p (Plastic Strain) Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan. 9. Regangan Total (Total Strain) Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p ...(4)

Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis. 10. Tegangan Tarik Maksimum TTM (UTS, Ultimate Tensile Strength) Pada gambar 7 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik. 11. Kekuatan Patah (Breaking Strength)

12

Pada gambar 7 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah. 12. Tegangan Luluh Tanpa Batas Jelas Antara Perubahan Elastis dan Plastis Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain (lihat gambar 7).

Gambar 8. Penentuan tegangan luluh untuk kurva tanpa daerah linear.2 13. Kelenturan (Ductility) Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle). 14. Derajat Kelentingan (Resilience) Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). 15. Derajat Ketangguhan (Toughness)

13

Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam gambar 6, modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD. 16. Pengerasan Regang (Strain Hardening) Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.2

2.5

Kurva Tegangan Regangan Sesungguhnya Kurva tegangan regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik

deformasi yang sesungguhnya, karena kurva tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk logam liat, akan terjadi penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga maksimum. Karena pada tahap ini luas penampang lintang benda uji turun secara cepat, maka beban yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan segera mengecil. Kurva tegangan regangan teknik juga menurun setelah melewati beban maksimum. Keadaan sebenarnya menunjukkan, logam masih mengalami pengerasan regangan sampai patah sehingga tegangan yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi juga bertambah besar. Tegangan yang sesungguhnya (s) adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas penampang lintang benda uji, Ao dimana beban itu bekerja.

14

Gambar 9. Perbandingan antara kurva tegangan regangan teknik dengan kurva tegangan regangan sesungguhnya.

15

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1

Diagram Alir Percobaan Berdasarkan pelaksanaan praktek yang telah dilakukan dapat ditentukan

langkah-langkah percobaan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :

Menyiapkan bahan uji berbentuk kawat dan plat

Mengatur mesin uji tarik dan menempatkan bahan uji

Memberikan pembebanan hingga bahan patah

Perekaman data

Mencatat beban maksimum dan beban luluhnya

Data

Literatur

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 10. Diagram alir percobaan pengujian tarik

16

3.2 3.2.1

Alat dan Bahan Alat-Alat yang Digunakan 1. Mesin uji tarik 2. Jangka sorong 3. Meteran 4. Mikrometer skrup 5. Penggaris

3.2.2

Bahan-Bahan yang Digunakan 1. Sampel berbentuk pelat 2. Sampel berbentuk kawat

3.3

Prosedur Percobaan 1. Mengukur panjang awal (Lo) atau gage length dan luas penampang irisan benda uji. 2. Memasangkan benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah pada mesin uji tarik. 3. Melakukan setting terhadap mesin uji tarik serta memasukan input data pada mesin tersebut 4. Menyalakan mesin uji tarik dan melakukan pembebanan tarik sampai benda uji putus. 5. Melakukan perekaman data untuk mengantisipasi penentuan nilai beban luluh dan beban maksimum 6. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala. 7. Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian satukan keduanya seperti semula. 8. Mengukur panjang regangan yang terjadi.

17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Percobaan Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, didapatkan

data-data berikut

Tabel 1 Data hasil percobaan uji tarik


Benda Uji standar kawat 2.15 -

t/d

Po mm
200

P mm
240

Ao
3.6

Fy
786 41.8

Fm
790.4 50.8 1356,4 12.1

Ff
61.3 56.1 1273,2 13.2

YS
218.3

TS
219.6

% El
20

plat

0.33

25

64

73

8.25

299.4 9.1

362.9

381.8

14

Keterangan : t/d : tebal/diameter (mm) L : lebar (mm) Ao : luas awal (mm2) Po : panjang awal (mm) 4.2 Pembahasan Percobaan ini menggunakan dua sampel berupa plat dan kawat logam. Sampel ditempatkan pada alat uji tarik lalu di tarik hingga putus ,lalu dapat diketahui nilai tegangannya. Nilai tegangan tergantung salah satunya pada luas penampang sampel tersebut. Data hasil percobaan dapat terlihat pada gambar dibawah ini. YS TS % El P : yield strength (kg/mm2) : tensile strength (kg/mm2) : persentase elongation : panjang akhir (mm)

18

900 800 700 600 Tegangan 500 400 300 200 100 0 0 10 20 30 Regangan 40 50 60

Gambar 11. Kurva regangan-tegangan untuk spesimen kawat.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada awal pengujian dilakukan kenaikan tegangan linear dengan kenaikan regangan yang terjadi pada sampel. Saat menyentuh titik yield yaitu tegangan sebesar 786 N kenaikan tegangan melemah, sesaat setelah itu, tegangan mencapai tegangan maksimalnya yaitu 790 N dimana pada saat itu terjadi necking yang tidak terlihat sama sekali karena saking cepatnya penurunan tegangan yang menyebabkan perpatahan yaitu pada tegangan 613 N.

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0 2 4 6 8 10 12 14 Regangan

Tegangan

Gambar 12. Kurva regangan-tegangan untuk spesimen pelat.

19

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada awal pengujian dilakukan kenaikan tegangan linear dengan kenaikan regangan yang terjadi pada sampel. Saat menyentuh titik yield yaitu tegangan sebesar 2994 N kenaikan tegangan melemah, sesaat setelah itu, tegangan mencapai tegangan maksimalnya yaitu 790 N dimana pada saat itu terjadi necking yang tidak terlihat sama sekali karena saking cepatnya penurunan tegangan yang menyebabkan perpatahan yaitu pada tegangan 1456 N. Dari kedua data diatas dapat terlihat perbedaan mendasar yaitu bedanya sifat mekanis antara plat dan kawat. Dari diagram dapat terlihat sifat mekanis logam. Semakin besar luas kurva yang ada maka material tersebut lebih tangguh sedangkan jika sedikit luas permukaanya maka material tersebut bersifat getas. Jika luasnya berada di pertengahan antara keduanya, itulah yang disebut kekuatan.

20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, maka

didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Dari kurva hasil uji tarik yang diperoleh dapat ditentukan kuat luluh dan kuat maksimum pada suatu bahan. 2. Dari kurva uji tarik selain kekuatan, dapat ditentukan pula ketangguhan, keuletan dan kekuatan yang dimiliki oleh suatu logam. 3. Kekuatan tarik atau beban maksimum sebelum mengalami perpatahan yang dimiliki spesimen pelat lebih besar dibandingkan spesimen kawat. Namun kekuatan luluh spesimen kawat lebih besar dibandingkan spesimen pelat. 4. Pada hasil akhir dibuktikan bahwa pada spesimen pelat menghasilkan persen elongasi yang lebih besar daripada spesimen kawat sehingga dapat diketahui bahwa material pelat cenderung lebih bersifat ulet daripada spesimen kawat.

5.2

Saran Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada pengujian tarik ini,

perlu diperhatikan adanya kecermatan dalam menentukan titik yield dan posisi regangan yang dialami material saat titik tersebut, karena jika tidak akan menyebabkan ketidakakuratan data untuk perhitungan serta menghasilkan kurva tegangan regangan yang kurang sempurna.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalam-kehidupan sehari-hari.html. [26-04-2011, 16:50 Wib]. 2. http://www.scribd.com/doc/21704287/pengujian-tarik.htm.[26-04-2011, 17:00 Wib] 3. http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifatmekanik-logam..htm. [26-04-2011, 17:00 Wib]. 4. http://okasatria.blogspot.com/2008/02/pengujian-tarik.html.[26-04-2011, 17:00 Wib].

22

LAMPIRAN

23

Lampiran 1. Perhitungan 1. Untuk bahan uji berbentuk pelat Diketahui : t/d = 0.33 mm P = 73 mm Fy = 2994 N Ff = 1456 N Po = 64 mm L = 25 mm Fm = 3149.8 N 1. Menghitung Luas Area (Ao)

Ao p xL 64x 25 8.25 mm2


2. Menghitung yield strength (YS)

YS

Fy A0

2994 362.9 N /mm2 8.25

3. Menghitung tensile strength (TS)


TS Fm 3149 .8 381 .8 N /mm2 A0 12 .1

4. Menghitung persentase elongasinya (% El)

%e

P Po 73 64 x100 % x100 % 14 % Po 64

2. Untuk bahan uji berbentuk kawat Diketahui : t/d = 2.15 mm P = 240 mm Fy = 786 N Ff = 613 N Po = 200 mm Fm = 790.4 N Menghitung Luas Area (Ao)
1 1 Ao d 2 3.14 2.152 3.6 mm2 4 4

1. Menghitung yield strength (YS)

YS

Fy A0

786 218.3 N /mm2 3.6

2. Menghitung tensile strength (TS)


TS Fm 790 .4 219 .6 N /mm2 A0 3.6

3. Menghitung persentase elongasinya (% El)

%e

P Po 240 200 x100 % x100 % 20% Po 200

24

Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan 1. Buat grafik hasil uji tarik, hubungan antara kekuatan () dengan regangan () dari data hasil pengujian tarik untuk specimen berdiamerer 1,5 inch berikut :

Load (lb) 0 2000 4000 6000 8000 8500 8900 9000 9000 (max) 8600 (fract) Jawab : Tegangan/ kekuatan () =

Gage Length (in) 3,000 3,001 3,003 3,005 3,007 3,030 3,080 3,120 3,160 3,205

P lb /inch2 , P = load (lb) A0

1 1 2 Ao d 2 .3,14.1,5 1,77 inch2 4 4

Regangan () =

P Po , P = panjang akhir (in), PO = panjang awal (in) Po

Load (lb) 0 2000 4000 6000 8000 8500 8900 9000 9000 (max) 8600 (fract)

Gage Length (in) 3,000 3,001 3,003 3,005 3,007 3,030 3,080 3,120 3,160 3,205

Tegangan () 0 1129,94 2259,89 3389,83 4519,77 4802,26 5028,25 5084,75 5084,75 4858,76

Regangan () 0 0,00033 0,00100 0,00170 0,00230 0,01000 0,02700 0,04000 0,05300 0,06800

25

6000 5000 Tegangan () 4000 3000 2000

1000
0 0 0.02 0.04 Regangan () 0.06 0.08

Gambar 13. Kurva hasil pengujian tarik

2. Tentukan kuat luluh dan kuat tarik dari grafik soal no.1 ! Jawab : 1. Kuat luluh Didapatkan dengan cara metode offset, yaitu pada tegangan sekitar 4519,77 lb/inch2 dan pada regangan sekitar 0,0023. 2. Kuat tarik (tensile strength)
TS Pm ax 9000 lb 5084 ,75 lb / in 2 2 A0 1,77 in

3. Berdasarkan hal diatas berapakah beban yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan 35000 psi pada spesimen berdiameter 2 inch dan 3 inch ? Jawab: 1. Untuk yang berdiameter 2 inch

P A0

26

35000 psi

1 2 d 4 P 35000 psi 3,14 inch 2 P 35000x3,14 psi.inch 2 p 109900 pound 54950kg

2. Untuk yang berdiameter 3 inch

P A0

35000 psi

1 2 d 4 P 35000 psi 7,065 inch 2 P 35000x7,065 psi.inch 2 p 247275 pound 123637,5kg

4.

Jelaskan manfaat hasil pengujian tarik dalam kehidupan sehari-sehari ! Jawab : Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan atau material dengan cara memberikan beban gaya yang berlawanan arah. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat. Sifat mekanis logam yang dapat diketahui setelah proses pengujian ini seperti kekuatan tarik, keuletan dan ketangguhan. Pengujian tarik sangat dibutuhkan untuk menentukan desain suatu produk karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan.

27

Dalam bidang industri juga diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.

5. Gambarkan dan jelaskan bentuk kurva uji tarik dari material lunak dan material getas. Dan sebutkan contoh jenis materialnya! Apa perbedaan dari kedua bentuk kurva tersebut ? Jawab :

Gambar 14. Bentuk kurva material lunak (kiri) dan material getas (kanan). Dari kedua kurva tersebut dapat dijelaskan bahwa material lunak mempunyai elongasi yang lebih panjang dibandingkan material getas sampai terjadi perpatahan pada material tersebut. Untuk material getas mempunyai tegangan yang lebih besar untuk mendeformasi dan material lunak hanya membutuhkan tegangan yang kecil untuk terjadinya deformasi. Contoh material lunak adalah Stainsteel dan material getas yaitu baja karbon.

6. Apa yang dimaksud dengan UTS dalam kurva uji tarik, dan apa kegunaannya? Jawab : UTS (Ultimate Tensile Strength) atau tegangan tarik maksimum merupakan besar tegangan maksimum atau tegangan tertinggi yang dapat ditahan oleh suatu logam sebelum mengalami perpatahan dan terlihat dalam kurva uji tarik yaitu garis kurva yang puncak. Kegunaan UTS ini yaitu untuk

28

mengetahui beban maksimum yang dapat ditahan oleh suatu logam dalam pengaplikasiannya di dunia industri.

7. Gambarkan secara lengkap ukuran spesimen uji yarik sesuai dengan standar API ! Jawab : 75 mm : 40 mm 50 mm 50 mm

225 mm Gambar 15. Dimensi dan ukuran spesimen uji tarik berdasarkan api 8. Sebutkan dan jelaskan sifatsifat mekanik yang bisa terbaca(ditentukan) dalam pengujian tarik! Jawab : 1. Keuletan Keuletan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan beban pada daerah plastis tanpa terjadi perpatahan. 2. Ketangguhan Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik. Kemampuan untuk menahan beban yang kadang-kadang diatas tegangan luluh tanpa terjadi patah. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. 3. Getas Merupakan sifat material yang mengalami perpatahan tanpa terjadinya deformasi plastis terlebih dahulu.

29

Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan

Gambar 16. Mesin uji tarik

Gambar 17. Jangka sorong

Gambar 18. Bahan uji tarik

30

Gambar 19. Mikrometer Skrup

Anda mungkin juga menyukai