Anda di halaman 1dari 18

ANALISA PENGELASAN BEDA MATERIAL STAINLESS STEEL ( SUS 316L )

DENGAN KARBON ( SA 516 Gr 70 ) BERTUJUAN PEMBUATAN


PROSEDURE PENGELASAN ( WPS ) UNTUK ITEM HP VENT KO DRUM


1. Darwin Sebayang, 2. Hendry Purwanto
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Mercu Buana


ABSTRAK

Dalam uraian Jurnal Penelitian ini yang berjudul Analisa Pengelasan Beda
Material Stainless Steel ( SUS 316L ) dengan Karbon ( SA 516 Gr 70 ) bertujuan
pembuatan procedure pengelasan ( WPS ) untuk item HP Vent KO Drum . Latar
belakang penulisan judul tersebut diatas adalah didunia rekayasa industri engineering
seperti fabricator pressure vessel , oil and gas , chemical plant dan power plant , salah
satu proses penyambungan yang paling penting adalah pengelasan atau welding . Oleh
sebab itu setiap spesifikasi pengelasan customer akan mengacu beberapa standart atau
code seperti ASME , AWS , DIN, JIS, Turbular Exchanger Manufacture Associate (
TEMA ) , British Petroluem, API dan lain sebagainya . Penulis membahas urutan
pembuatan Prosedur pengelasan ( WPS ) serta proses dan teknik pengelasan beda
material Stainless Steel ( SUS 316L ) dengan Karbon ( SA 516 Gr 70 ) yang
berbeda karakteristik dan komposisi material untuk dijadikan acuan pembuatan
Prosedur pengelasan ( WPS ) yang bertujuan memberikan informasi kepada desainer
muda dan instansi terkait untuk dapat membuat WPS pengelasan beda material, dengan
pengujian Struktur Makro , Tensile Test , Hardness Test , dan Bend Test . Pengujian
tersebut diatas dilakukan di laboratorium PT. Hi-Test ( Laboratory of Mechanical
Testing )di Taman Tekno BlokA2 No. 49, Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang
Indonesia .


Latar Belakang .

Di dunia rekayasa industri
engineering seperti fabricator pressure
vessel , oil and gas , chemical plant dan
power plant , salah satu proses
penyambungan yang paling penting
adalah pengelasan atau welding . Oleh
sebab itu setiap spesifikasi pengelasan
customer akan mengacu beberapa
standart atau code seperti American
society of Mechanical Engineering (
ASME ) , American Welding Society (
AWS ) , DIN, JIS, Turbular Exchanger
Manufacture Associate ( TEMA ) , British
Petroluem, API dan lain sebagainya .

Material .
Pada jurnal Tugasir ini
menggunakan dua jenis main material
yang berbeda atau main material yang
berbeda karakteristik dan komposisi
kimianya antara Low Carbon steel (
SA 516 Gr 70 ) dengan stainless steel (
SA 240 316 L ) , sedangkan material
pengisi atau filler yang digunakan dalam
pengelasan beda material diatas adalah
ER 309L. Code yang digunakan adalah
ASME IIA ( Ferrous material
spesification ) dan ASME IIC (
spesification for welding rods,
Electrodes, and filler metal ).
Base Material Stainless Steel SUS 316L
dengan Karbon SA 516 Gr 70 .

1. Low Carbon steel ( SA 516 Gr 70 ) :
Manufacture : JFE Steel Corporation
Spesifikasi : ASME SA-516
GRADE 70
Tebal : 12,7 mm
Heat Number : PL 31806 19183
Certificate no. : ASHEX-1741-001








2. Stainless Steel SA 240 316L :
Manufacture : OUTO KUMPU
Spesifikasi : SA 240 316L
Tebal : 12 mm
Komposisi Kimia
C 0,19
Si 0,27
Mn 0,117
P 0,016
S 0,002
Cu 0,01
Ni 0,02
Mo 0,01
Cr 0,05
Al 0,32
Ti 0,002
Tensile Test
( N/mm)
Y.S T.S EL
50,9 77,0 26%


Heat Number : 402026-003
Certificate no. : 6610/1000022474
















3. Filler metal / kawat las ER 309/309L
:
Manufacture : OXFORD
Spesifikasi : AWS A5.9 (
ASME SFA 5.9, Section II, Part C )
Diameter : 2,4 mm
Heat Number : E85484
Certificate no. : 3.1 AS IN EN
10204







Welding Prosedur ( WPS )
Adapun dokumen tertulis dibuat
untuk mengarahkan Juru las / Welder atau
operator las untuk memproduksi
pengelasan sesuai dengan code atau
standart yang diinginkan. Welding
Procedure Standart ( WPS)Adalah
welding prosedur / tata cara pengelasan
yang menjelaskan langkah demi langkah
apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukan, yang hasil pengelasannya /
produk sesuai dengan persyaratan code/
standard , juga dapat dijadikan alat
control untuk juru las / Welder atau
operator las apakah pekerjaannya sudah
Tensile Test
( N/mm)
Y.S T.S EL
330 337 52%
Komposisi
Kimia
C 0,020
Si 0,55
Mn 1,25
P 0,031
S 0,001
Cr 16,96
Ni 10,13
Mo 2,04
Nb 0,007
Cu 10,13
Co 2,04
N 0,007
Komposisi Kimia
C 0,020
Cr 0,55
Ni 1,25
Mo 0,031
Mn 0,001
Si 16,96
P 10,13
S 2,04
Tensile Test
( N/mm)
Y.S T.S EL
400 590 40%


sesuai dengan prosedur pengelasan yang
sudah di uji .
WPS yang disiapkan oleh manufaktur
atau kontraktor mencakup minimum dari
variable yang jelas , essential dan non
essential variable . WPS pada intinya
mencakup 3 ( tiga ) hal yang penting
diantaranya :
1. Detail pengelasan .
2. Gambar dan sket dari detail
sambungan dan bentuk dari
perlapisan
3. Record ( Product Quality Record
) dari hasil pengujian sesuai
dengan WPS .
Adapun variable yang penting (
essential variable ) adalah :
1. Proses pengelasan ( GTAW,
SMAW, PAW, dll )
2. Cara / posisi pengelasan ( 1G,
2G, 3G, dll )
3. Base metal ( Material
spesifikcation dan type ) &
Dimensi material ( Tebal )
4. Kawat Las ( spesfication dan type
)
5. Bentuk sambungan las .
6. Skill juru las / welder
7. Kondisi mesin las ( tegangan
keluar dan tegangan masuk ) .
Adapun non essential variable adalah :
1. Arah pengelasan ( keatas atau
kebawah )
2. Dimensi kawat las .
3. Penggunaan back weld .
4. penggunaan back shield .

Konsentrasi pada pengelasan ini
adalah menjaga terjadinya under bead (
cold cracking ). Biasanya keretakan ini
terjadi pada daerah HAZ ( Heat Affected
Zone ) adalah daerah yang tidak terjadi
pencairan atau molted pada saat
pengelasan terjadi yang mengakibatkan
microstructure didaerah HAZ berubah .
Cold cracking terjadi karena hidrogen
yang datang terperangkap dalam lasan
yang tidak mencair pada saat pengelasan .
Berbagai jenis cacat yang umum dijumpai
pada lasan antara lain :
1. Retak ( Cracks ).
2. Voids.
3. Inklusi
4. Kurangnya fusi atau penetrasi ( lack of
fusion or penetration ).
5. Bentuk yang tak sempurna ( imperfect
shape ).

Pengelasan adalah suatu proses
penyambungan logam dengan logam


yang sejenis ( similar ) atau
penyambungan logam dengan logam
yang tidak sejenis (dissimiliar )
menggunakan energi panas / proses
pembakaran ( titik cair material yang
disambung ) sehingga logam menjadi satu
dengan atau tanpa tekanan. Disamping itu
pengelasan dapat dilakukan dengan
menggunakan kawat las ( logam pengisi )
atau tanpa menggunakan kawat las (
logam pengisi). Pengelasan beda material
( dissimiliar metal ) dapat dilakukan
dengan proses fusion weld seperti
Shielded Metal Arc Weld ( SMAW ) ,
Flux Core Arc Weld ( FCAW ), Gas
Tungsten Arc Weld ( GTAW ) , Plasma
Arc Weld ( PAW ) .

1. Shielded Metal Arc Weld (
SMAW ).
Pengelasan Shielded Metal Arc Weld
( SMAW ) yang juga dikenal dengan Las
Stick adalah proses las busur listrik
merupakan proses las dimana sumber
panasnya dihasilkan oleh karena adanya
busur ( arc ) listrik antara kedua kutup
positip dan negative . Pengelasan busur
listrik dengan electrode terbungkus
Shielded Metal Arc Weld ( SMAW )
bertujuan agar cairan logam yan melebur
terhindar dari pengaruh atmosfer udara
yang mengakibatkan terbentuknya lapisan
terak ( slag ) karena mencairnya electrode
pembungkus .

2. Flux Core Arc Weld ( FCAW ).
Pengelasan Flux Core Arc Weld (
FCAW ) adalah metode las busur yang
prinsip kerjanya sama dengan Shielded
Metal Arc Weld ( SMAW ),dimana logam
pengisi ( electrode ) dan base metal yang
mencair / meleleh bercampur saat logam
pengisi ( electrode ) dipanaskan busur
listrik antara base metal dengan logam
pengisi ( electrode ). Daerah lasan
dilindungi oleh fluks ( lapisan luar dari
electrode ) yang ikut mencair pada saat
pengelasan yang berfungsi agar oksigen
tidak masuk kedalam cairan lasan.

3. Gas Tungsten Arc Weld ( GTAW
)
Pengelasan Gas Tungsten Arc Weld
( GTAW ) juga dikenal sebagai las
tungsteninert gas ( TIG ) , adalah proses
pengelasan yang menggunakan
nonconsumable tungstenelektroda untuk
menghasilkan las . Daerah las dari
kontaminasi dilindungi atmosfer oleh gas
pelindung ( biasanya seperti gas


argon/nitrogen ), dan logam pengisi
biasanya digunakan, meskipun beberapa
lasan, yang dikenal sebagai autogenous
lasan, tidak memerlukan hal itu. Sebuah
konstan-aruslas listrik menghasilkan
energi yang dilakukan di busur melalui
kolom gas dan uap yang sangat terionisasi
logam dikenal sebagai plasma.

4. Plasma Arc Weld ( PAW ).
Pengelasan Plasma Arc Weld ( PAW
), adalah proses pengelasan yang
menggunakan nonconsumable
tungstenelektroda untuk menghasilkan las
yang prinsip kerjanya sama dengan
pengelasan Gas Tungsten Arc Weld (
GTAW ). Daerah las dari kontaminasi
dilindungi atmosfer oleh gas pelindung (
biasanya seperti gas argon / nitrogen ),
dan Plasma Arc Weld ( PAW )tidak
memerlukan logam pengisi (
mencairkan sambungan kedua base metal
) . Sebuah konstan-aruslas listrik
menghasilkan energi yang dilakukan di
busur melalui kolom gas dan uap yang
sangat terionisasi logam dikenal sebagai
plasma . Pengelasan pada umumnya yang
dilakukan ditempat penulis adalah proses
pengelasan Gas Tungsten Arc Weld (
GTAW ) dan Plasma Arc Weld ( PAW ).

Jenis sambungan yang biasa
digunakan dalam proses pengelasan :
a. Sambungan tumpu ( butt joint );
kedua bagian benda yang akan
disambung diletakkan pada bidang
datar yang sama dan disambung pada
kedua ujungnya.
b. Sambungan sudut ( corner joint );
kedua bagian benda yang akan
disambung membentuk sudut siku-
siku dan disambung pada ujung sudut
tersebut.
c. Sambungan tumpang ( lap joint );
bagian benda yang akan disambung
saling menumpang ( overlapping )
satu sama lainnya.
d. Sambungan T ( tee joint ); satu bagian
diletakkan tegak lurus pada bagian
yang lain dan membentuk huruf T
yang terbalik.
e. Sambungan tekuk ( edge joint ); sisi-
sisi yang ditekuk dari ke dua bagian .









Inspeksi dan Pengujian .
Inspeksi dan pengujian
pengelasan ada beberapa cara untuk
mengetahui kualitas pengelasan
diantaranya dengan inspeksi tanpa
merusak atau Non Destructive Test ( NDT
) dan test merusak atau Destructive Test (
DT ).
Pengujian Tanpa Merusak ini langsung
dilakukan pada benda kerja setelah proses
pengelasan selesai dan dilakukan proses
finishing pada permukaan lasan. Ada
beberapa metode yan sering dilakukan
dalam pemeriksaan hasil lasan antara lain
:
Dye Penetran Test .
Magnetic Particle Test .
Ultrasonis Test .
Radiography Test .

Dye Penetran Test .
Pengujian ini dilakukan langsung
pada permukaan lasan benda kerja
dengan menggoles / menyemprot
pada permukaan lasan benda kerja
dengan cairan kimia ( Penetran
& Developer ) dan bila ada cacat
lasan akan tampak oleh visual ( bintik
bintik warna merah ) .
Magnetic Particle Test
.
Metode ini dapat mengetahui
cacat pada lasan sampai kedalaman 3
~ 5 mm dari permukaan lasan .
Kelemahan dari metode ini hanya
dapat dilakukan pada base metal
yang main material karbon steel , jadi
tidak bisa digunakan pada pengelasan
beda material (SA 516 Gr70 dengan
SA240 316 L )
Ultrasonis Test .
Metode ini dapat
mengidentifikasikan cacat lasan atau
defect didalam lasan dan material ,
kekurangannya metode ini
menggunakan gelombang ultrasonic
maka akan ada perbedaan velositi
antara material carbon steel dengan
stainless steel yang akan


mengakibatkan hasilnya kurang
akurat .
Radiography Test .
Methode ini dapat mengetahui
cacat lasan yang berada didalam
lasan, metode ini sangat baik
dilakukan untuk pengujian hasil dari
lasan tetapi sangat berbahaya untuk
lingkungan sekitarnya , karena
metode ini dapat memancarkan
radiasi yang berbahaya untuk mahluk
hidup . Idealnya metode ini dilakukan
di tempat khusus yang ada pelindung
nya ( timah hitam ) dan jauh dari
jangkauan manusia .
Pengujian Merusak ( Destructive Test ) .
Pengujian merusak ini dapat disebut
juga Mechanical Test , yang diuji didalam
laboratorium ( dengan peralatan khusus )
dimana pengujian yang diperlukan
diantaranya Uji tarik ( Tension Test ) , Uji
Tekuk ( Bend Test ), Uji kekerasan dan
Uji Macro Etsa

Diagram Proses pembuatan WPS .
Proses pengambilan data pada
penelitian pengelasan beda material (
dissimiliar metal ) SA 516 Gr 70 dengan
SA 240 316L untuk pembuatan prosedur
pengelasan di gambarkan dalam diagram
proses sebagai berikut :

















Desain Prosedur Pengelasan ( WPS )
adalah dokumen tertulis dibuat untuk
mengarahkan Juru las / Welder atau
operator las untuk memproduksi
pengelasan sesuai dengan code atau
standart yang diinginkan .
Test coupon adalah material yang
disiapkan untuk contoh pengelasan
menggunakan prosedur
pengelasanyang dirancang oleh
engineer yang tujuannya untuk
Desain WPS
Fit up dan Pengelasan Karbon
Cutting test coupon
Pengujian Laboratorium DT
Dokumentasi WPS dan PQR
NO
NO
Engineering
Visual Inspeksi
Hasil
Sertifikasi Migas
Kualitas Pengelasan Sesuai Code


pengujian , apakah prosedur
pengelasan tersebut dapat digunakan
kepada material atau pengelasan
pressure vessel sesuai dari spesifikasi
dari pemesan yang disebut juga
Product Quality Test ( PQT ) .


Setelah selesai proses pengelasan
sesuai dengan prosedur pengelasan
yang dirancang oleh engineer , test
coupon harus segera dilakukan
inspeksi yang bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidak adanya
cacat pengelasan di permukaan atau
didalam lasan , adapun inspeksi yang
dilakukan sesuai dengan material test
coupon dan sesuai dengan code yang
di pesan oleh customer . beberapa
inspeksi sebagai berikut :
Visual inspeksi ini untuk
mengetahui bentuk lasan dan
ukuran lasan apakah sudah sesuai
dengan desain seperti tinggi bead,
cacat permukaan seperti porosity ,
surface crack, under cut, dan
incomplete weld atau pengelasan
yang belum komplit dan
incomplete penetration.
Dye penetran test ini untuk
mengetahui cacat dipermukaan
yang menjalar kedalam lasan
seperti porosity , crack . Hasil
pengujian ini diterima / accepted
sesuai dengan Acceptance criteria
ASME VIII Appendix 8.
Pengujian radiography untuk
mengetahui cacat Linear
Indication seperti crack / retak ,
tembusan yang tidak penuh,
penetrasi yang kurang dan slag
yang terlihat di film radiography,
dimana panjangnya tidak boleh
lebih dari 3x dari lebarnya dan
Rounded Indication seperti
porosity, inclusion, dan slag
tungsten yang terlihat didalam
radiography, dimana panjangnya
tidak boleh lebih dari 3x dari
lebarnya, cacat biasanya
bentuknya bulat,ellip/lonjong,
tidak beraturan. Hasil radiography
test, pengelasan test plate yang
diijinkan sesuai dengan
Acceptance criteria ASME VIII
Appendix 4 .





Pengujian Mecahnical Test .
Pengujian yang dilakukan dalam
pengelasan ini adalah Macro test,
Hardness test, Tensile test, dan Bend test .
Pengujian Macro test bertujuan untuk
melihat bentuk macro material pada
daerah pengelasan sesuai dengan
ASME Section IX yaitu Base metal,
Heat Affected Zone, dan lasan agar
bentuk dari lasan dapat terlihat maka
permukaan harus halus dengan
dilakukan proses machining ,
gerinding, dan polishing kemudian
pada daerah lasan di etcha dengan
cairan kimia diantaranya Acid nitrid,
Asam HCl dan air, agar bentuk dari
lasan antara weld metal , HAZ, dan
base metal terlihat jelas. Dari hasil
test macro ini dapat diketahui visual
kualitas lasan dan bentuk lasan .
Hardness test untuk mengetahui
ketahanan metal dari deformasi
plastik kekerasan material setelah
mengalami pemanasan didaerah base
metal, HAZ, dan weld.
Gambar Test Piece Macro &
Hardness Test

Tes tarik dilaksanakan untuk
menentukan kekuatan tarik, titik
mulur (kekuatan lentur) las,
pemanjangan dan pengurangan
material las . Cara pengujian sangat
simple dengan memberikan beban
tarik sampai material tersebut putus
dan pada proses material di beri baban
tarik awal sampai putus , proses
tersebut direcord pada mesin tersebut
( hasil record diplot dalam grafik ).
Dari grafik tersebut dapat dilihat
kuat tarik ( yield strength ) dan
kemuluran ( elongation ) .

Gambar Tensile Test ( ukuran dalam mm
)

Side bending test ( test bengkok )
bertujuan untuk melihat tahanan
lentur suatu material yang
dibengkokkan sampai 180 . Pada


bagian luar daerah bengkok yang
mulur dapat ditemukan cacat atau
kerapuhan material . Kriteria yang
diterima ( Acceptance criteria ) diatur
di ASME IX QW.163 dimana lasan
dan daerah HAZ pada transfersal/side
weld bend harus masih utuh atau tidak
adanya cacat setelah dilakukan uji
bengkok . Tidak boleh ada cacat retak
atau crack pada daerah lasan dan
HAZ .

Gambar Side Bend Test ( ukuran dalam
mm )

PENGUJIAN MECHANICAL TEST .
Pada pengujian mechanical test
hasil pengelasan sesuai dengan WPS No.
003-WPS-ASME-MMF-2010 dilakukan
di Laboratory of Mechanical Testing PT.
Hi-Test di Bumi Serpong Damai
Tangerang Indonesia . Hasil pengujian
ini akan menjadi record atau Product
Qualification Record menjadi
pembanding apakah parameter dan range
yang ada di WPS sudah sesuai dengan
specification dari customer akan di
buktikan dalam mechanical test .
Pengujian mechanical tersebut adalah :
1. Macro Test
2. Hardness Test
3. Tensile Test
4. Bend Test ( Side Bend )

1. Macro Test .
Pengujian Macro test bertujuan
untuk melihat bentuk macro material pada
daerah pengelasan sesuai dengan ASME
Section IX yaitu Base metal, Heat
Affected Zone, dan lasan agar bentuk dari
lasan dapat terlihat maka permukaan
harus halus dengan dilakukan proses
machining , gerinding, dan polishing
kemudian pada daerah lasan di etcha
dengan cairan kimia diantaranya Acid
nitrid, Asam HCl dan air, agar bentuk dari
lasan antara weld metal , HAZ, dan base
metal terlihat jelas. Dari hasil test macro
ini dapat diketahui visual kualitas lasan
dan bentuk lasan .
Hasil dari pengujian Macro Test dapat
diketahui sebagai berikut :
1. Pengisian lasan sempurna , tidak
terlihat adanya slag .
2. Penetrasi pengelasan sempurna .


3. Undercut tidak ada .
4. Retak Lasan tidak ada .
5. Gas terperangkap tidak ada .



Gambar 11. Macro Test
2. Hardness Test .
Hardness test untuk mengetahui
ketahanan metal dari deformasi plastik
kekerasan material setelah mengalami
pemanasan didaerah base metal, HAZ,
dan weld. Ada 3 macam hardness test
yang digunakan dengan keakuratan
terjamin yaitu :
a) Brinell Hardness .
Brinnel hardness artinya menghantam
atau menumbukkan baja keras atau
carbide sphere dari diameter spesifik
dengan beban spesifik yang diterima
material kemudian diukur diameter
tumbukan. Bola baja biasanya dipakai
berdiameter 10 mm. Beban ditahan 10
sampai 15 detik , setelah itu diameter
yang terbentuk dimaterial di ukur
diameternya dengan toleransi 0.05 mm
menggunakan alat magnification portable
microscope .

Formula Brinell :


Dimana :
P : Beban ( N )
D : Diameter Bola ( mm )
d : Diameter Tumbukan ( mm )


b) Rockwell
c) Hardness Test .
Rockwell hardness adalah
pengetesan kekerasan material
berdasarkan rata-rata penambahan
dikedalaman beban aplikasi.
Kekerasan ini tidak ada satuan atau
unit seperti contohnya 60 HRB,
dimana beban yang terukur sebesar 60
dengan skala B. Skala di Rockwell
test adalah skala B dan skala C .

d) Vickers Hardness Test .
Vickers hardness test ini adalah
standart untuk mengukur kekerasan


metal , vickers menggunakan pyramid
shape diamond . Hasil tumbukan
diukur diagonal dengan
menggunakan miscroscope,
bentuk tumbu

kan pyramid kotak dengan sudut
diagonal 136 . Beban intan yang
ditumbukkan ke material dirange
beban sampai 1176,8 N ( 120 Kg.f ) .
Formula Vickers :



Dimana :
P : Beban ( N )
d1: Diagonal ( mm )

Vickers cocok untuk mengukur kekerasan
metal dan metodenya sama dengan
Brinell test . Terlampir hasil dari
pengukuran Vickers pada hasil
pengelasan WPS No. 003-WPS-ASME-
MMF-2010 hasil Vickers Harness Test

3. Tensile Test ( Test Tarik )
Tes tarik dilaksanakan untuk
menentukan kekuatan tarik, titik
mulur (kekuatan lentur) las, pemanjangan
dan pengurangan material las . Cara
pengujian sangat simple dengan
memberikan beban tarik sampai material
tersebut putus dan pada proses material di
beri baban tarik awal sampai putus ,
proses tersebut direcord pada mesin
tersebut ( hasil record diplot dalam grafik
). Dari grafik tersebut dapat dilihat
kuat tarik (yield strength) dan kemuluran
(elongation ) .
Besar beban dan perpanjangan
tergantung dari dimensi test piece . Beban
dan pemuluran material masing masing
mempunyai parameter yaitu engineering
Stress dan engineering Strain . Dengan
formula sebagai berikut



Formula Engineering Stress :


Dimana :
: Tegangan Tarik ( N/mm )
F : Beban ( N )
Ao : Ukuran Awal sebelum diberi
beban ( mm )

Pada test piece no.1 dengan ukuran Tebal
( T ) = 11.85 mm dan Lebar ( W ) 19.14
mm , dimana luas area ( A ) = T x W dan
beban maksimum yang didapat pada saat
ditarik sebesar 131 kN , maka tegangan
tarik ( tensile stress ) material tersebut
adalah :
Dimana :
P : 131.000 N
A : 11.85 mm x 19.14 mm = 226.81
mm
Maka :
= 131.000 N / 226.81 mm
= 577.6 N/ mm
= 577.6 MPa

Gambar Grafik Tensile Test No: 1


Pada test piece no.2 dengan ukuran Tebal
( T ) = 11.80 mm dan Lebar ( W ) 19.15
mm , dimana luas area ( A ) = T x W dan
beban maksimum yang didapat pada saat
ditarik sebesar 131 kN , maka tegangan
tarik ( tensile stress ) material tersebut
adalah :
Dimana :
P : 131.000 N
A : 11.80 mm x 19.15 mm = 225.97
mm
Maka :
= 131.000 N / 225.97 mm
= 577.6 N/ mm
= 579.7 MPa



Gambar Grafik Tensile Test No: 2

Kriteria yang diizinkan atau Acceptance
Criteria pada uji tarik sesuai code ASME
IX Part QW. 153 dan minimum
specification tensile di QW. 422
1. Diijinkan juga dengan ketentuan
minimum kekuatan tarik tidak
kurang dari minimum kekuatan
tarik material induk .
2. Minimum kekuatan tarik dari dua
material yang berbeda , pada
pengelasan antara SA 516 Gr 70
dengan SA 240 TP 316L kekuatan
tarik yang paling rendah adalah
material SA 516 Gr 70 yaitu
sebesar 528.1 Mpa .
3. Jika spesimen putus diarea base
metal dengan HAZ maka hasil
tersebut diterima , dan apabila
kurang dari minimum strength
base metal , maka toleransi yang
dijinkan adalah 5% dari minimum
tensile strength base metal .
Hasil dari pengujian test tarik pada
pengelasan diatas , material putus
didaerah base metal dan dari hasil
pengujian test taril 1 dan 2 diatas
terhadap pengelasan dapat disimpulkan
minimum tensile strength dari pengujian
test tarik diatas adalah = 577.6 MPa .
4. Side Bend Test ( Test Tekuk ) .
Side bending test ( test bengkok )
bertujuan untuk melihat tahanan lentur
suatu material yang dibengkokkan sampai
180 . Pada bagian luar daerah bengkok
yang mulur dapat ditemukan cacat atau
kerapuhan material . Kriteria yang
diterima ( Acceptance criteria ) diatur di
ASME IX QW.163 dimana lasan dan
daerah HAZ pada transfersal/side weld
bend harus masih utuh atau tidak adanya
cacat setelah dilakukan uji bengkok .
Tidak boleh ada cacat retak atau crack
pada daerah lasan dan HAZ . Dari hasil
pengujian side bend terhadap pengelasan
WPS No. 003-WPS-ASME-MMF-2010
dapat disimpulkan hasil side bend test
dapat diterima sesuai dengan code
karena tidak ada cacat yang timbul
setelah material tersebut di uji bengkok





Hasil pengujian Side Bend Test

Kesimpulan
Prosedure pengelasan ( WPS ) adalah
prosedur / tata cara pengelasan yang
menjelaskan langkah demi langkah apa
yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukan, yang hasil pengelasannya
sesuai dengan persyaratan code / standard
, dalam hal ini mengacu pada ASME
Section IX QW 420 dan QW 430 . Pada
pengelasan dua material yang berbeda
secara karakteristik dan komposisi kimia ,
seperti material carbon SA 516 Gr 70
dengan Stainless steel SA 240 316L ,
yang harus dijadikan acuan dalam
membuat procedure pengelasan tersebut
sebagai berikut :
1. Kelompok atau penggolongan
material induk ( base metal ) atau
dalam istilahnya P Number yang
mengacu pada ASME Section IX
QW 420 Carbon Steel SA 516 Gr
70 digolongkan dalam P.No. 1 dan
Group No. 2 sedangkan Stainless
steel SA 240 316 L digolongkan
dalam P.No. 8 dan Group No. 1 .
2. Welding Squence dan bentuk
sambungan ( bevel ) dari
pengelasan beda material antara
Carbon Steel SA 516 Gr 70 dengan
SA240 316L harus sesuai dengan
Procedure Quailificatio Record (
PQR )
3. Melakukan inspeksi & pengujian
tanpa merusak atau Non Destructive
Test ( NDT ) dan test merusak atau
Destructive Test (DT).
Pengujian tanpa merusak ( NDT )
a. Dye Penetran Test .
b. Magnetic Particle Test .
c. Ultrasonis Test .
d. Radiography Test .
Pengujian merusak ( DT ) /
Mechanical Test
a. Macro Test
Hasil dari pengujian Macro Test
sebagai berikut :


Pengisian lasan sempurna , tidak
terlihat adanya slag .
Penetrasi pengelasan sempurna .
Undercut tidak ada .
Retak Lasan tidak ada .
Gas terperangkap tidak ada .

b. Hardness Test
Hasil dari pengujian Hardness
Test sebagai berikut :
Base metal SA 516 70 Gr 70 rata
rata = 158 HV dan base metal SA
240 316L rata rata = 192.6 HV.
HAZ material SA 516 70 Gr 70
rata rata = 212.3 HV dan base metal
SA 240 316L rata rata = 192.6 HV.
Pada lasan base metal SA 516 70
Gr 70 dengan base metal SA 240
316L rata rata = 192 HV .
c. Tension Test . ( Tes Tarik )
Hasil dari pengujian tes tarik (
Tension Test ) diterima / accepted
dengan acuan sebagai berikut :
pengujian test tarik pada pengelasan
material dengan WPS No. 003-WPS-
ASME-MMF-2010 material putus
didaerah base metal ( SA 516 Gr 70 )
dan minimum tensile strength dari
pengujian test tarik diatas adalah =
577.6 MPa sedangkan minimum
tensile strength dari base metal SA
516 Gr 70 adalah = 528.1 Mpa .
d. Tes bengkok ( Side Bend test )
Hasil dari pengujian tes bengkok
diterima dengan pertimbangan karena
visual pada area lasan yang
dibengkok-kan tidak terdapat cacat
lasan seperti retak ( crack ) atau
laminasi .

Dari hasil pengujian diatas didapat data
data sebagai berikut :
1. Struktur Makro :
a. Fusion : Baik
b. Penetration : Baik
c. Udara terjebak : Tidak ada
d. Undercut : Tidak ada
e. Crack : Tidak ada
f. Slag : Tidak ada

2 Hardness Test :
a. Base Metal SA 516 Gr 70 rata
rata 158 HV dan SUS 316L rata
rata 177 HV.
b. HAZ Material SA 516 Gr 70 rata
rata 212 HV dan SUS 316L rata
rata 192 HV.
c. Weld Metal SA 516 Gr 70 dengan
SUS 316L rata rata 192 HV.



3. Tensile Test diterima karena tensile
stess yang terkecil adalah 579 N/mm.
4. Bend Test diterima karena visual pada
area bending tidak ada indikasi cacat
material seperti crak atau patahan .

Saran .
Pengelasan yang dilakukan harus
sesuai dengan welding prosedure ( WPS )
yang telah diuji atau dites dengan test
tidak merusak dan test merusak (
mechanical test ) . Pengelasan pada
material yang berbeda karakteristik dan
komposisi kimia yang menjadi acuan
adalah pemilihan kawat las dan tehnik
pengelasan berdasarkan pada code atau
standart yang telah dibuat merujuk pada
fungsi dari equipment tersebut seperti
pada pengelasan material SA 516 Gr 70
dengan SA 240 316L untuk mengurangi /
mencegah korosi pada lasan , maka di
WPS harus mengutamakan pencegahan
segi ketahanan korosi pada base metal
dan faktor luar seperti fluida atau
lingkungan sekitar yang bersifat asam .
Maka yang kita pertahankan adalah dalam
proses pengelasan jangan sampai sifat
tahan korosi base metal SA 240 316L
rusak pada waktu proses pengelasan .

DAFTAR PUSTAKA
1) American Society Mechanical
Engineering Section II Part A ,
Ferrous Material Specification ,
Edition 2004 .
2. American Society Mechanical
Engineering Section II Part C ,
Specification for Welding Rod
Electrodes , and Filler Metal , Edition
2004.
3. American Society Mechanical
Engineering VIII Division 1, Rules
for Construction of Pressure Vessels ,
Edition 2004.
4. American Society Mechanical
Engineering Section IX,
Qualifications Standard for welding
and Barzing Procedures, Welders,
Brazers , and Welding Brazing
Operators , Edition 2004

Anda mungkin juga menyukai