Anda di halaman 1dari 8

'

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Mata Pelajaran Matematika Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru dianggap mutunya rendah. Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari epang dan erman yang mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan pendidikan, AS !enderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relati" ke!il. Sebaliknya epang dan erman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara bangunan#sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS. $erdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana kebutuhan minimal sarana dan "asilitas pendidikan telah relati" terpenuhi, nampak bah%a in&estasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum terpenuhi. Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari peren!anaan sampai

pada proses pengelolaannya. (erumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-ba%ah (&ertikal) maupun hubungan antarinstansi satu dengan lainnya (hori)ontal). *alaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa ganjalan-ganjalan dalam proses peren!anaan, prosedur pengelolaan, dan distribusi anggaran pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. +amun demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai beralih ke (abupaten atau (ota. Dengan ber!ermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat dari segi pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru. (esejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. ,ang nonmaterial misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan hukum. Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan, dan insenti" lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus se!ara jujur diakui masih minim. (enaikan gaji !enderung hanya upaya mengimbangi laju in"lasi. Akibatnya se!ara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat. *alaupun se!ara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negaranegara lain yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti tetangga kita di Malaysia, mengajarkan kepada kita bah%a memang prestasi kerja merupakan "ungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan produkti&itas kerja, serta semakin ke!il tindakan indisipliner. $elajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. ika gaji guru meningkat, maka akan meningkat pula status guru, sehingga mampu menarik !alon-!alon guru yang berkualitas.

$ukan hanya !alon kelas dua atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan guru sampai saat ini. .embaga pendidikan guru (misalnya /(01), bukanlah idola !alon mahasis%a atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang !enderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang 2kurang baik2 karena pendapatannya rendah. (arena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik bangsa. Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi !alon guru, terutama dari keluarga kurang mampu atau kurang mampu pula se!ara akademis. Mereka memilih /(01 dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pega%ai negeri sipil. +amun kenyataannya, masih banyak lulusan /(01 yang tidak dapat diangkat lantaran kemampuannya juga rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga pendidikan yang justru mengangkat lulusan "akultas murni untuk menjadi tenaga guru lantaran kemampuannya dianggap lebih. Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru juga merosot. (onsekuensinya mutu lulusan atau !alon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot pula. Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan dalam usaha menarik minat !alon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama "aktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap pro"esi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada %aktu ini sekolah terutama dikelola pemerintah. $arangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru seperti di atas yang menyebabkan !alon guru kurang memiliki moti&asi yang kuat. .ebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai !alon guru sekarang sebenarnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena

mereka tahu bah%a pro"esi guru tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang !ukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat ini pro"esi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain tidak bisa menampungnya. 4etapi kerja paksa juga bisa diartikan, kerja keras tetapi gajinya ke!il. Di masyarakat yang gandrung pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai tinggi. Sebab, %alaupun tugas guru itu mulia, namun tidak memberi keuntungan materi. $erdasarkan kondisi tersebut, maka agaknya repot bagi pendidikan guru untuk menangkis serangan atau kritik tentang mutu lulusannya. Masyarakat mengeluh anak-anaknya diajar oleh guru yang kurang bermutu. Di sisi lain, .14( mengkha%atirkan semakin merosotnya minat !alon mahasis%a yang ingin menjadi guru. (eluhan masyarakat dan kekha%atiran perguruan tinggi tersebut pada akhirnya beralamatkan kepada pemerintah juga. Sampai sekarang ja%aban yang memuaskan terhadap permasalahan guru dan mutu pendidikan masih di!ari dan diupayakan. Mungkin bisa di!oba untuk membatasi jumlah masukan ke pendidikan guru sebatas jumlah minimal program studi masih bisa memenuhi syarat. ika masukan sudah amat terbatas, maka lulusan juga amat terbatas, sehingga jumlah pen!ari kerja di bidang pendidikan makin berkurang, sampai pada suatu titik di mana terdapat kekurangan guru lagi. Sedangkan yang ada sekarang mudahmudahan dalam jangka %aktu tertentu bisa diangkat, %alaupun sebagai guru bantu. Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru masih relati" rendah, tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita benar-benar mau

<

meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru se!epatnya diperbaiki. Dengan demikian untuk men!iptakan potensi guru yang baik, maka harus diadakan upaya untuk meningkatkan pro"esionalisme keguruan, karana hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan 1enelitian 4indakan (elas (14() yang didasarkan pada desain kajian seorang guru agar bias diterima sis%a yang nantinya akan men!iptakan suasana pembelajaran yang baik. Apabila sis%a sudah bias menerima pembelajaran yang guru sampaikan, dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat. Dengan melihat paparan yang sudah dijelaskan tersebut di atas, serta melihat perolehan hasil belajar matematika SD+ Sukamulya 00 (e!. 1angatikan (ab. 6arut di (elas 07 yang masih jauh dari hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu dengan perolehan hamper 89 : sis%a mendapatkan hasil belajar yang masih kurang. Dengan demikian, penulis men!oba melakukan penelitian terhadap sis%a terhadap mekanisme belajar mengajar yaitu dengan menggunakan kajian meningkatkan kemampuan memahami perkalian !ara susun pada sis%a kelas 07 SD+ Sukamulya 00 dengan metode demontrasi . 2. Mata Pelajaran IPS 0lmu 1engetahuan Sosial (01S) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD#M0#SD.$ sampai SM1#M4s#SM1.$. 01S mengkaji seperangkat peristi%a, "akta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan denganisu sosial. 1ada jenjang SM1#M4s mata pelajaran 01S memuat materi 6eogra"i, Sejarah, Sosiologi, dan ;konomi. Melalui mata pelajaran 01S,peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi %arga negara 0ndonesia yang demokratis, dan bertanggung ja%ab, serta %arga dunia yang !inta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi

tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran 01S diran!ang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi so!ial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran 01S disusun se!ara sistematis, komprehensi", dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kede%asaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Adapun tujuan mata pelajaran 01S yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. '. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. -. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, meme!ahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan so!ial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 5. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 0lmu 1engetahuan Sosial (01S) adalah salah satu bidang studi yang rumit, karena ruang lingkupnya sangat luas dan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geogra"i, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi. 01S mem"okuskan perhatiannya pada peranan manusia dalam masyarakat terutama dalam situasi global saat ini. Dalam implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu dengan !ara menggunakan srategi pengajaran konsep untuk membantu kelan!aran pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan se!ara langsung terhadap proses pada pembelajaran.

Dari setiap pengamatan selanjutnya dilakukan re"leksi dan analisis setiap tindakan untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan. Dalam rangka men!apai harapan seperti itulah dalam kegiatan belajar ini dikemukakan salah satu alternati" dari segi peren!anaan, yaitu dengan upaya memoti&asi sis%a dalam pembelajaran kepahla%anan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungan anak melalui penguatan &erbal dan non &erbal. Dengan menggunakan metode ini diharapkan sis%a dapat termoti&asi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dengan tujuan meningkatkan &olume pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran diharapkan sesuai dengan apa yang diharapkan. B. Rumusan Masalah $erdasarkan paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut = '. Mata 1elajaran Matematika '). $agaimana !ara meningkatkan kemampuan memahami perkalian pada sis%a > -). $agaimana !ara meningkatkan proses pembelajaran matematika > 3). $agaimana !ara meningkatkan hasil belajar sis%a pada mata pelajaran matematika> -. Mata 1elajaran 01S '). $agaimana !ara memoti&asi sis%a dalam pembelajaran kepahla%anan agar pembelajaran bisa dipahami se!ara merata > -). $agaimana !ara meningkatkan proses pembelajaran pada mata pelajaran 01S > 3) Apakah pemberian penguatan &erbal dan non &erbal dapat meningkatkan pemahaman sis%a dalam mata pelajaran 01S > . !ujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut =

'. Mata 1elajaran Matematika a. Meningkatkan penguasaan perkalian pada sis%a. b. Meningkatkan proses pembelajaran Mata 1elajaran Matematika. !. Meningkatkan hasil pembelajaran sis%a. -. Mata 1elajaran 01S a. Meningkatkan moti&asi sis%a dalam pembelajaran kepahla%anan agar pembelajaran bisa dipahami se!ara merata. b. Meningkatkan proses belajar mengajar pada Mata 1elajaran 01S. !. Meningkatkan pemahaman sis%a dalam belajar dengan metode pemberian penguatan &erbal dan non &erbal. D. Man"aat Penelitian Adapun man"aat dari 1enelitian 4indakan (elas ini adalah sebagai berikut = a. $erdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi penulis, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya Matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada Mata 1elajaran lain. b. $agi (epala Sekolah dan 6uru, dapat dijadikan media moti&asi untuk dapat dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di Sukamulya 00, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. !. $agi sis%a, dapat memberikan kesan bah%a belajar 01S itu mudah dan menyenangkan serta dapat memberikan %a%asan materi pembelajaran. d. $agi pemba!a, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran dalam upaya melaksanakan 1enelitian 4indakan (elas (14().

Anda mungkin juga menyukai