Anda di halaman 1dari 4

gimana yaa rasanya jadi teman selebriti???

Mungkin kalian pernah mikirin pertanyaan yang sama seperti judul tulisan ini. Jujur aku sendiri sudah mikirin pertanyaan itu berulang-ulang kali saat ngeliat idola aku ataupun hanya mendengar kalau idola aku itu punya teman yang sangat dekat atau biasa kita sebut dengan sahabat yang notabene nya bukan dari kalangan selebriti tidak lebih dari orang biasa seperti kita-. Hal pertama yang tergambar dalam bayangan aku adalah betapa beruntungnya mereka karena bisa bertemu dan bercengkrama dengan orang yang kita sebut selebriti. Tapi apa kalian pernah memikirkan kalau mungkin saja dalam pertemanan itu yang merasa beruntung bukanlah Si Teman Selebriti itu (selanjutnya kita sebut T), melainkan Si Selebriti itu sendiri (selanjutnya kita sebut S) yang merasa sangat beruntung bisa mengenal T. Diantara kalian pasti ada yang mengangap kalau itu nonsense apa lagi kalau mereka jelas-jelas berteman ketika si S sudah menjadi seorang selebriti. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena si S juga adalah manusia biasa seperti kita yang punya kehidupan selayaknya orang-orang awam yang mengaguminya. Sebutan selebriti buat mereka mungkin hanyalah sekadar sebutan untuk profesi yang mereka pilih, seperti profesi lainnya dokter, guru, pramugari, dll. Sejujurnya Persahabatan itu sama sekali tidak mengenal apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana hubungan itu bisa terjalin. Itulah yang aku alami. Mungkin juga kalian. Dan aku yakin itu. Dua orang yang menjadi sahabat baik disekolah saat ditanya kapan mereka pertama kali bertemu, mungkin mereka akan menjawab kami bertemu saat MOS, lalu kami sekelas dan duduk sebangku. Sejak itu kami menjadi sangat dekat. Namun pernahkah kalian berpikir kalau mungkin saja dua orang tadi itu pernah bertemu sebelumnya disuatu tempat, disuatu waktu saat melakukan sesuatu yang mungkin dengan kepentingan berbeda. Mereka satu sama lain menyebut diri mereka sebagai stranger

saat itu. Mereka tak saling sapa. Mungkin mata mereka sempat saling menyapa, juga mereka sempat berbicara satu sama lain tapi hanya dengan maaf, saya tidak sengaja,tidak apa-apa, permisi, saya mau tanya .., oh, terimakasih ,-hanya dengan kata-kata singkat itu yang kita kira hanyalah suatu kebetulan, Tuhan tanpa sepengetahuan kita disuatu tempat ternyata telah mengatur sebuah skenario besar dalam hidup kita. Tuhan dengan sengaja mengatur pertemuan itu untuk menjalin satu chemistry diantara stranger itu tadi. Suatu chemistry yang ternyata tersimpan hingga sampai suatu waktu Tuhan mempertemukan kita lagi. Bertemu untuk tidak mengenal satu sama lain dengan sebutan stranger lagi melainkan sebagai dua orang yang mengenal satu sama lain sebagai seorang sahabat. Contoh sederhana diatas jelas sudah bisa sedikit merasionalkan bagaimana pertemanan itu tidak membedakan yang namanya status dan sebagainya. Karena tidak ada sesuatupun didunia ini yang terjadi secara kebetulan dengan arti tanpa direkayasa, tidak ada yang menyangkanya akan terjadi-. Buatku kebetulan hanyalah sebutan lain yang merujuk pada skenario Tuhan yang manusia sama sekali tidak tahu menahu. Kembali ke masalah selebriti tadi. Kalau menurutku tentu itu adalah hal yang lumrah dan dapat kita analogikan dengan apa yang selama ini kita alami. Saat ini aku punya empat teman yang cukup dekat dikampus. Salah satunya aku sebut saja namanya aL. Seingatku kami mulai berteman sejak seminggu setelah kuliah perdana. Dimulai saat kami pergi ke kantin bersama-sama juga dengan teman-teman yang lain. Alisa yang lebih sering dipanggil lisa oleh teman-teman yang lain membuatku tidak nyaman saat memanggil namanya yang sama dengan panggilanku dirumah. aku meminta izin untuk memanggilnya hanya dengan sebutan aL, dan dia bilang terserah aku saja. Sejak itu aku menggilnya aL dan menurutku kejadian itulah yang menjadi chemistry dari Tuhan yang mengikat kami hingga sekarang seperti yang aku sebut diatas sebelumnya. Chemistry itu lah yang menjadikan perubahan apapun -seperti perubahan fisik dari anak-anak menjadi dewasa, dari kurus ke gemuk atau sebaliknya, atau

bahkan perubahan karakter dari yang humoris jadi sangat sensitif ,- bukanlah suatu masalah. Faktanya saat kita berteman dan terlalu dekat dengan seseorang akan muncul perbedaan pendapat antara kita yang menjalani pertemanan itu dengan orang yang diluar pertemanan itu, tentang orang yang menjadi teman kita. Akan selalu ada hal-hal yang mungkin orang lain tidak sadar akan perubahan pada seseorang kecuali orang terdekat dari orang itu sendiri yang akan menyadarinya. Juga bisa sebaliknya. Saat kita terlalu dekat dengan seseorang, bertemu setiap hari, mungkin kita tidak akan terlalu menyadari kalau orang itu agak gemukan atau lebih kurusan. Karena kita bersamasama setiap hari saat perubahan itu berjalan sedikit demi sedikit. Namun bagi orang lain yang pernah mengenalnya kurus, lama tidak bertemu, lalu bertemu lagi saat orang itu sudah gemuk.. tentu akan sangat menyadari perubahan itu. Sama halnya dengan si selebriti tadi. Meskipun mungkin si T mengenal si S saat telah menjadi seorang selebriti yang dikagumi banyak orang dan mungkin juga si T adalah salah satu orang yang mengagumi si S. Namun seiring waktu, lama kelamaan saat mereka telah menjadi teman, sahabat yang dekat, pandangansi si T terhadap si S sbg seorang selebriti akan berubah sebagai pandangan seorang sahabat. Si T tidak akan lagi terlalu mempermasalahkan status si S sbg selebriti namun si T akan menilai si S sebagai seorang teman diluar embel-embel keselebritian si S tadi. Jadi siapapun teman anda minumnya tetap the botol sosr* ! hhaha. --___-- Intinya sih saat kita sudah berani menyebut seseorang sebagai teman apalagi sahabat maka kita harus siap memperlakukan orang itu sebagai individu yang dekat dengan kita dengan menanggalkan embel-embel profesi, status, dan lainnya. Karena siapapun teman kita dia adalah orang yang sudah digariskan Tuhan untuk kita kenal sebagai pribadi utuh diluar embel-embel profesinya. Dimanapun dan kapanpun bahkan dengan siapapun, lebih lagi untuk apapun kalian menjalin pertemanan maka yakinilah bahwa hubungan itu tidak akan pernah terjalin kecuali sudah digariskan oleh Tuhan

untuk satu tujuan yang manfaat yang membantu kalian memilih akan jadi siapa diri kalian nantinya. Hidup ini pilihan termasuk dengan siapa kalian ingin berteman dan untuk apa kalian berteman. Benar dan salah itu adalah hal mutlak yang merupakan pilihan kita sendiri kawan. Dan keberuntungan adalah tergantung dari sisi mana kalian melihatnya. :D

Anda mungkin juga menyukai