Anda di halaman 1dari 8

Analisa Pengaruh Variabel Komposisi MCR Terhadap Parameter yang Mengindikasikan Efisiensi dari Suatu Proses Refrigerasi

Candra Aditya Wiguna (6512010005) Galang Franfis Dania Yessa (6512010006)


Teknik Pengolahan Gas LNG Academy 02 Badak LNG Politeknik Negeri Jakarta Bontang 2014

Perumusan Masalah
Dalam merancang suatu sistem refrigerasi diperlukan berbagai parameter agar proses refrigerasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa parameter tersebut adalah: fluida yang didinginkan, fluida kondenser, daya kompresor, dan refrigerant yang digunakan. Semua parameter tersebut berpengaruh terhadap efisiensi refrigerant. Efisiensi dari suatu refrigerant dapat diukur dengan rasio antara banyaknya fluida yang bisa didinginkan dengan daya kompresor yang digunakan. Untuk mendapatkan efisiensi yang optimal dibutuhkan kesesuaian parameter di dalam proses refrigerasi. Hal inilah yang akan dianalisa dalam analisa ini. Kami akan menganalisa pengaruh perubahan salah satu parameter yaitu komposisi refrigerant terhadap efisiensi dari salah satu proses refrigerasi.

Asumsi
1. PFD

2. Komposisi dan kondisi LNG Inlet

Outlet

3. Pressure Refrigerant : a) Discharge kompresor b) Suction kompresor c) Inlet Main Heat Exchanger d) Inlet Expansion Valve 4. Temperature Refrigerant : a) Suction kompresor b) Inlet Expansion Valve 5. Molar Flow Refrigerant

: 48,09 kg/cm2 : 4,028 kg/cm2 : 5,040 kg/cm2 : 47 kg/cm2 : -14,35 C : -158,6 C : 186,8 Nm3/h(gas)

Parameter yang diubah


Komposisi 1

Komposisi 2

Komposisi 3

Analisa
1. Kondisi MCR dominan fraksi ringan
Di dalam kondisi satu semua kondisi operasi sama, yang di set di sini adalah komposisi dari komponen MCRnya. Komposisi MCR sesuai dengan standar proses pencairan gas alam milik patent APCI yaitu MCR dengan komponen nitrogen, metana, etana, dan propana dengan komposisi sebagai berikut:

Setelah proses dijalankan, proses pencairan berjalan dengan baik dengan menghasilkan LNG yang sesuai dengan spesifikasi yaitu -158oC. ketika melihat grafik hot & cold composite pada LNG Heat Exchanger, terlihat perbedaan temperature yang relative jauh antara fluida pendingin dan fluida yang didinginkan.

dalam grafik terlihat bahwa jarak temperature awal pendingin dan temperature akhir fluida yang didinginkan berjarak terlalu jauh, yaitu sekitar 20oC. Sementara untuk duty kompresor, evaporator dan duty condenser 19,5877 kW, 1,21 x 105 kj/h dan 1,044 x 105 kj/h Untuk adiabatic efficiency dari kompresor sebesar 80,394 %

2. Kondisi MCR komposisi merata


Dalam kondisi kedua, komposisi MCR di set merata pada semua komponennya sehingga, masing masing komponen mempunyai nilai fraksi mol sebesar 0,25.

Sama seperti kondisi pertama, kondisi operasi dari system refrigerant tidak diubah dan sama seperti asumsi diatas. Sama seperti pada kondisi pertama, ketika proses dijalankan, proses pencairan dapat berjalan secara normal dan dapat menghasilkan LNG dengan spesifikasi sama.

Tetapi jika kita melihat grafik antara cold dan hot composite dalam LNG Heat Exchanger terlihat perbedaan temperature masuk dari pendingin dan temperature keluar dari fluida yang didinginkan yang relative dekat. Sementara untuk duty kompresor dan duty dari condenser tidak berubah dari kondisi pertama. Duty evaporator berubah menjadi 1,512 x 105 kJ/h. Untuk efisiensi adiabatic dari kompresor ada sedikit perubahan. Ada sedikit penurunan efisiensi adiabatic pada kondisi kedua menjadi 75%

3. Kondisi MCR komposi dominan fraksi berat


Dalam kondisi ketiga, komposisi MCR diset lebih menitik beratkan pada fraksi beratnya yaitu propan dengan komposisi sebagai berikut:

Untuk kondisi operasi masih tetap sama seperti kondisi pertama dan kedua. Pada saat proses dijalankan terdapat gangguan karena di dalam LNG Heat Exchanger terjadi temperature cros antara fluida pendingin dan fluida yang didinginkan

Terdapat persilangan antara temperature masuk dari pendingin dan fluida yang didinginkan yang artinya fluida pendingin sempat memanaskan fluda yang didinginkan sebelum akhirnya berhasil mendinginkan fluida tersebut. Perbedaan kedua terdapat pada heat flow yang relative besar dibandingkan dengan kondisi pertama dan kedua. Untuk duty kompresor dan condenser masih sama dengan kondisi pertama dan kedua. Duty evaporator menjadi 1,818 x 105 kJ/h Sementara untuk efisiensi adiabatic di kompresor sebesar 69,673%

Kesimpulan
Berdasarkan ketiga kondisi diatas kita dapat mencatat adanya perubahan yang terjadi di setiap kondisi adalah sebagai berikut: Kondisi 1 (ringan) Besar 80% Kecil 1,21 x 105 kJ 1,716 Kondisi 2 (seimbang) Kondisi 3 (berat) Kecil Bersilang 75% Menengah 1,512 x 105 kJ 2,144 70% Besar 1,818 x 105 2,579

Perbedaan Temperatur Efisiensi Adiabatis Kompresor Heatflow Duty Evaporator COP

Dari sisi perbedaan temperatur Dari perbedaan pertama yaitu perbedaan temperatur dapat disimpulkan bahwa MCR dengan komposisi dominan fraksi ringan cenderung kurang efisien untuk karena MCR kondisi 1 dapat mendinginkan fluida yang mempunyai titik didih jauh dibawah LNG. Sementara tujuan siklus refrigerant disini adalah mencairkan LNG yang hanya membutuhkan temperature pendingin berkisar -160oC. Jadi MCR dengan komposisi dominan fraksi ringan kurang cocok untuk proses pencairan LNG. Sementara MCR dengan komposisi dominan fraksi berat tidak cocok untuk proses pencairan LNG karena di LNG Heat exchanger terdapat temperature-cross yaitu persilangan antara temperature masuk pendingin dengan temperature keluar dari fluida yang didinginkan, yang artinya sesaat fluida pendingin justru menjadi pemanas fluida yang akan didinginkan. Hal ini membuat proses pencairan LNG mengalami gangguan yang menyebabkan proses tidak berjalan. MCR dengan komposisi seimbang dirasa paling cocok untuk proses pencairan LNG, karena menurut perbedaan temperature, MCR dengan komposisi seimbang mempunyai perbedaan temperature yang kecil dan tidak terjadi temperature cross di LNG Heat Exchanger.

Dari sisi efisiensi adiabatis Dalam efisiensi adiabatic pada kompresor menunjukkan bahwa kompresi adiabatik yang paling efisien adalah pada komposisi MCR yang dominan fraksi ringan, kemudian yang menengah, dan efisiensi terburuk pada MCR yang dominan oleh fraksi berat. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan duty kompresi yang sama heat yang didapat oleh MCR dengan dominan fraksi ringan lebih banyak didapat daripada MCR yang mempunyai fraksi ringan. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh di dalam siklus refrigerant karena di program HYSYS duty kondensor dikatakan tetap.

Dari sisi heatflow Dari sisi heatflow MCR dengan komposisi dominan fraksi ringan mempunyai heat flow yang paling kecil. Hal ini dikarenakan komponen MCR yang didominasi oleh fraksi ringan saat masuk ke proses evaporasi terdiri dari sedikit liquid yang mengandung fraksi berat yang mempunyai heat flow yang tinggi. Sementara MCR dengan komposisi dominan fraksi berat mempunyai heatflow yang paling tinggi diantara semua kondisi hal ini dikarenakan MCR dengan fraksi berat mempunyai banyak liquid yang mempunyai heat flow yang tinggi. MCR yang mempunyai komposisi seimbang mempunyai heat flow yang menengah dibanding kedua kondisi diatas.

Dari sisi duty evaporator dan COP Dari sisi duty evaporator, MCR dengan komposisi dominan fraksi ringan mempunyai duty evaporator yang paling kecil dan COP yang kecil pula, hal ini dikarenakan duty kompresor yang selalu tetap di ketiga kondisi. Sementara MCR dengan komposisi dominan fraksi berat mempunyai duty evaporator dan COP yang besar karena banyaknya fraksi berat yang masih berfase liquid pada proses evaporasi. MCR dengan komposisi seimbang mempunyai duty kompresor dan COP yang menengah dari kedua kondisi diatas.

Pemilihan MCR Dari semua perbedaan diatas MCR komposisi dominan fraksi ringan hanya memiliki satu keunggulan yaitu efisiensi adiabatic yang tinggi. Tetapi parameter tersebut tidak terlalu berpengaruh pada proses refrigerasi MCR komposisi seimbang memiliki spesifikasi yang menengah di semua aspek perbedaan MCR komposisi dominan fraksi berat memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah mempunyai heatflow dan COP yang tinggi, tetapi terjadi temperature cross yang membuat proses tidak berjalan secara normal.

Jadi yang komposisi MCR paling efisien dalam proses pencairan LNG APCI yang kami modelkan di program HYSYS diatas adalah MCR komposisi seimbang, walaupun kondisi tersebut tidak mempunyai keunggulan dari semua perbedaan akan tetapi mempunyai keseimbangan spesifikasi dan proses refrigerasi atau liquifaksi berjalan secara normal. Akan tetapi, jika fluida yang akan dicairkan memiliki titik didih yang lebih rendah daripada LNG maka MCR dominan fraksi ringanlah yang akan dipilih, begitupun sebaliknya jika fluida yang dicairkan memiliki titik didih lebih rendah daripada LNG maka MCR dengan komposisi dominan fraksi beratlah yang akan dipilih.

Anda mungkin juga menyukai