Anda di halaman 1dari 7

Tanda-tanda mikrokospik inflamasi akut ialah : Infiltrasi sel-sel radang akut (PMN) Vasodilatasi Oedema

Tanda-tanda mikrokospik inflamasi kronis ialah : Infiltrasi sel-sel kronis (MN) Proliferasi jaringan fibroblast Neovaskularisasi

MEDIATOR KIMIAWI INFLAMASI

Amina Vasoaktif Histamin terbesar luas di jaringan, terutama di dalam sel mast yang berdekatan dengan pembuluh darah, meskipun terdapat juga di dalam basofil dan trombost sirkulasi. Sebelum terbentuk, histamine tersimpan di dalam granula sel mast dan dilepaskan sebagai respon : Cedera fisik, seperti trauma dan panas; Reaksi imun, menyebabkan peningkatan antibody IgE terhadap respon Fc pada sel mast; - fragmen C3a dan C5a komplemen, juga disebut anafilatoksin; - protein pelepas histamine yang berasal dari leukosit; - neuropeptida (misalnya, substansi P); dan - sitokin tertentu (misalnya IL-1 dan IL-8). Pada manusia, histamin bekerja menyebabkan vasodilatasi arteriol dan meningkatkan permeabilitas venula dan pelebaran pertemuan antar sel endotel. Segera setelah dilepaskan dari basofilia jaringan, histamin dibuat inaktif oleh histaminase. Histamin juga dilaporkan merupakan bahan kemotaksis khas untuk eosinofil.

Protease Plasma Macam fenomena dalam respon radang diperantarai oleh tiga faktor plasma yang saling berkaitan kinin , komplemen, dan sistem pembekuan. Sistem kinin. Bila sistem ini diaktifkan --> membentuk bradikinin --> dilatasi arteriol, meningkatkan permeabilitas venula dan kontaraksi otot polos ekstravaskuler. Seperti histamin, dapat bertindak pada sel-sel endotel dengan meningkatkan celah antar sel. Kinin akan dibuat inaktif secara cepat oleh kininase yang terdapat dalam plasma dan jaringan dan perannya dibatasi pada tahap dini peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Sistem komplemen. Terdiri dari satu seri protein plasma yang berperan penting dalam imunitas maupun radang. Komponen komplemen yang terdapat dalam bentuk inaktif dalam plasma dan diberi angka C1 sampai C9. Faktor yang berasal dari komplemen mempengaruhi berbagai fenomena radang akut, sebagai berikut :

1) Fenomena vaskular. C3a dan C5a meningkatkan permeabilitas vaskular yang bersangkutan, meningkatkan permeabilitas vaskular dan menyebabkan vasodilatasi dengan dibebaskannya histamin dari basofilia. C5a juga mengaktifkan jalur lipoksigenase dari metabolisme asam arakidonat dalam netrofil dan monosit, menyebabkan sintesis lebih lanjut dan dibebaskannya mediator-mediator radang. 2) Kemotaksis. C5a menyebabkan adhesi neutrofil pada endotel dan kemotaksis untuk monosit dan neutrofil. 3) Fagositosis. Bila C3b melekat pada dinding sel bakteri, akan bekerja opsonin dan memudahkan fagositosis neutrofil dan monosit yang mengandung receptor untuk C3b pada permukaannya. Secara umum berkaitan tentang protease plasma dapat tergambar sebagai berikut: - Faktor Hagemen teraktivasi (factor XIIa) menginisiasi tempat sistem yang terlibat dalam respon radang: (1) system kinin, menghasilkan kinin vasoaktif; (2) system pembekuan, menginduksi aktivitas thrombin, fibrinopeptida, dan factor X, semuanya bahan peradangan; (3) system fibrinolisis, menghasilkan plasmin dan mendegradasi thrombin; dan (4) system komplemen, menghasilkan anafilatoksin C3a dan C5a. - Bradikinin, C3a, dan C5a merupakan mediator utama pada peningkatan permeabilitas vascular. - C5a merupakan mediator utama peningkatan permeabilitas vascular.

- Trombin memiliki efek yang bermakna pada banyak sel dalam jalurnya (adhesi leukosit, permeabilitas vascular, dan kemotaksis). Banyak produk yang dihasilkan oleh jalur ini (misalnya kallikrein dan plasmin) dan memperkuat aktivasi melalui aktivasi umpan balik factor Hagemen. Hasil Metabolisme Asam Arakidonat ( AA ) Asam arakidonat ini adalah asam lemah poli tak jenuh yang terdapat dalam jumlah sebagai fosfolifid selaput sel. Metabolit metabolit AA bekerja pada berbagai segi proses radang, dapat diringkas sebagai berikut: 1) Fenomena vaskular. Prostaglandin E2 dan prostasiklin ialah vasodilatator kuat yang mengenai arteriol dan tidak seperti histamin, PG E2 dan prostasiklin bekerja memperkuat pembentukan edema dengan meningkatkan permeabilitas mediator lain. 2) Kemotaksis LTB4. merupakan atraktan kimiawi yang kuat untuk leukosit dan monosit. LTB4 juga menyababkan adhesi neutrofil pada endotel pembuluh darah sehingga terbentuk agregasi yang mencolok dalam vaskulator-mikro. 3) Rasa nyeri PGE2 menyebabkan rasa nyeri dan yang lebih penting ialah memperkuat dampak penyebab nyeri bradikinin. PGE2 juga dikatikan dengan penyebab demam. Neuropeptida Seperti amina vasoaktif neuropeptida dapat menginisiasi respons radang, neuropeptida merupakan protein kecil, yang mentransmisikan sinyal nyeri, mengatur tonus pembuluh darah, dan mengatur permeabilitas vaskular. Interleukin-1 dan Faktor Nekrosis Tumor Keduanya dapat dihasilkan oleh makrofag teraktivasi.Baik Il-1 maupun TNF menginduksi aktivasi endotel dengan meningkatkan pengeluaran molekul adhesi, menyekresi sitokin, dan faktor pertumbuhan tambahan, memproduksi eikosanoid dan nitrit oksida, serta meningkatkan trombogenisitas endotel. TNF juga menyebabkan agregasi dan aktifasi neutrofil serta pelepasan enzim proteolitik dari sel mesenkim sehingga berperan dalam kerusakan dan jaringan. IL-1 dan TNF juga menginduksi respon fase akut sistemik, khususnya pada infeksi atau cedera. Respon tersebut, yaitu demam, letargi, sintesis hepatik berbagai protein,

pembuangan secara metabolik, pelepasan neutrofil ke dalam sirkulasi, dan pelepasan hormon adrenokortikotropik. Kemokin Kemokin merupakan suatu kelompok protein kecil yang terutama bekerja sebagai aktivator dan kemoatraktan untuk bagian leukosit. Kombinasi unik kemokin akan merekrut populasi sel khusus yang muncul di suatu tempat yang terkena radang. Kemokin juga merangsang sel prekursor hematopoietik serta merekrut dan mengaktivasi sel mesenkim seperti fibroblas dan sel otot polos. Banyak kemokin berikatan pada matriks ekstraselular, kemunculan kemokin dalm matriks ekstraselular mempertahankan gradien kemotaksis yang diperlukan untuk migrasi terarah sel yang direkrut. Nitrogen Oksida Mediator pleiotropik inflamasi, yaitu nitrogen oksida (NO), pada mulanya dikenal sebagai faktor endotelial yang menyebabkan vasodilatasi melalui relaksasi otot polos sehingga nama lainnya adalah faktor relasasi yang berasal dari endotel.

SEL DAN MEDIATOR INFLAMASI KRONIK Makrofag. Oleh karena merupakan hal utama dan inti pada inflamasi kronik, makrofag merupakan sel jaringan yang berasal dari monosit dalam sirkulasi setelah bermigrasi dari aliran darah. Makrofag normalnya tersebar difus pada sebagian besar jaringan ikat-juga bias ditemukan dalam jumlah yang menigkat di organ, seperti hati (disebut sel Kupffer), limpa dan kelenjar getah bening (disebut histosit sinus), system saraf pusat (sel microglia), dan paru (makrofag alveolus). Ditempat ini, makrofag bertindak sebagai penyaring terhadap bahan berukuran partikel, mikroba, dan sel-sel yang mengalami proses kematian atau senescent (disebut juga system fagosit mononuclear), dan bekerja sebagai sentinel untuk meningkatkan komponen spesifik system imun (limfosit T dan B) terhadap rangsang yang berbahaya. Wakut paruh monosit dalam sirkulasi sekitar 1 hari; di bawah pengaruh molekul adhesi dan factor kemotaksis, monosit mulai beremigrasi ke tempat jejas dalam waktu 24 sampai 48

jam pertama setelah onset inflamasi akut, seperti dijelaskan sebelumnya. Pada saat mencapai jaringan ekstravaskular, monosit berubah menjadi makrofag yang lebih besar, dan mampu melakukan fagositosis besar. Makrofag juga bisa menjadi teraktivasi, suatu peruses yang menyebabkan ukuran sel bertambah besar, meningkatnya kandungan enzim lisosom, memiliki metabolism yang lebih aktif, dan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk membunuh organism yang dimangsa. Dengan menggunakan mikroskop cahaya dan pewarnaan H&E standar, sel ini tampak besar, pipih dan berwarna merah muda; terkadang gambaran ini mirip sel squamosa sehingga sel teraktovasi ini disebut makrofag epiteloid. Sinyal aktivasi mencakup sitokinyang disekresi oleh limfosit T yang tersensitisasi (terutama IFN-gamma), endotoksinbakteri, berbagai mediator yang dihasilkan selama inflamasi akut, dan protein matriks ekstraselular seperti fibronektin. Setelah aktivasi, makrofag menyekresi produk yang aktif sacara biologis dalam jummlah beragam, yang apabila diawasi, dapat menyebabkan jejas jaringan dan menimbulkan tanda fibrosis inflamasi kronik. Produk tersebut mencakup: - Protease asam dan protease netral. Ingat kembali bahwa protease netral juga terlibat sebagai mediator kerusakan jaringan pada inflamasi akut. Enzim lain seperti activator plsaminogen, sangat memperkuat pembentukan zat proinflamasi. - Komponen komplemen dan factor koagulasi. Walaupun hepatosit merupakan sumer utama protein ini didalam plasma, makrofag teraktivasi dapat melepaskan protein ini dalam jumlah yang bermakna secara local ekstraselular.. Komponen ini, meliputi protein kompleen C1 sampai C5; properdin;factor koagulasi V dan VIII; dan factor jaringan. - Spesies oksigen reaktif dan NO. - Metabolit AA (eikosanoid). - Sitokin, seperti IL-1 dan TNF serta berbagai factor pertumbuhan yang memengaruhi proliferasi sel otot polos dan fibroblast, serta produksi matriks ekstraselular. Ditempat inflamasi akuttempat iritan dibersihkan dan proses inflamasi tersebut diperbaikimakrofag akhirnya mati atau masuk pembuluh limfe. Namun demikian, di tempat peradangan kronik, akumulasi makrofag menetap, dan makrofag dapat berproliferasi. Pelepasan terus-menerus factor yang berasal dai limfosit merupakan mekanisme penting yang merekrut atau mengimobilisasi makrofag ditempat radang. IL-4 atau IFN-gamma juga dapat

mnginduksi fusi makrofag menjadi sel besar berinti banyak, dinamakan sel raksasa (giant cell).

Limfosit, Sel Plasma, Eosinofil, dan Sel Mast. Jenis sel lain yang rnuncul pada inflamasi kronik adalah Iimfosit, sel plasma, eosinofil, dan sel mast. Limfosit T dan B, keduanya bermigrasi ke tempat radang dengan menggunakan beberapa pasangan molekul adhesi dan kemokin serupa yang merekrut monosit. Limfosit dimobilisasi pada kendaan setiap ada rangsang imun spesifik (yaitu infeksi), dan pada inflamasi yang diperantarai nonimun (yaitu karena infark atau trauma jaringan). Limfosit T memiliki hubungan timbal balik terhadap makrofag pada inflamasi kronik, limfosit T pada mulanya teraktivasi oleh interaksi dengan makrofag yang menyajikan fragmen antigen "terproses" pada permukaan selnya. Limfosit teraktiaasi kemudian menghasilkan berbagai mediator, termasuk IFN-y, suatu sitokin perangsang utama untuk mengaktivasi monosit dan makrofag. Makrofag teraktivasi selanjutnya melepaskan sitokin yaitu IL-1 dan TNF, yang lebih jauh mengaktivasi limfosit dan jenis sel lainnya. Hasil akhirnya adalah adanya suatu fokus radang, yaitu tempat makrofag dan sel T secara persisten dapat saling merangsang satu sama lain sampai antigen pemicu hilang, atau terjadi beberapa proses pengaturan. Sel plasma merupakan produk akhir dari aktivasi sel B yang mengalami diferensiasi akhir; sel plasma dapat menghasilkan antibodi yang diarahkan untuk melawan antigen di tempat radang atau melawan komponen jaringan yang berubah. Eosinofil secara khusus ditemuksn di tempat radang sekitar terjadinya infeksi parasit atau sebagai bagian reaksi imun yang diperantsrai oleh lgE, yang berkaitan khusus dengan alergi. Emigrasi eosinofil dikendalikan oleh molekul adhesi yang serupa dengan molekul adhesi yang digunakan oleh neutrofil, dan oleh kemokin spesifik (yaitueotaksin) yang berasal dari sel leukosit atau sel epitel. Granula spesifik-eosinofil mengandung protein dasar utama (MBP, major basic protein),yaitu suatu protein kationik bermuatan besar, yang toksik terhadap parasit, tetapi juga menyebabkan lisis sel epitel.

SeI mast merupaknn sel sentinel yang tersebar luas dalam jaringan ikat di seluruh tubuh dan dapat berperan serta dalam respons radang akut maupun kronik. Sel mast "dipersenjatai" dengan IgE terhadap antigen tertentu. Bila kemudian antigen ini ditemukan, sel mast sebelum dipersenjatai dipicu untuk melepaskan histamin dan metabolit AA yang menyebabkan perubahan vaskular dini pada suatu inflamasi akut. Sel mast yang dipersenjatai IgE merupakan pemain utama pada syok anafilaktik , tetapi sel mast juga memainkan peranan yang menguntungkan dalam berbagai infeksi, terutama infeksi parasit. Sel mast juga dapat mengelaborasi sitokin, seperti TNF, sehingga berperan pada respons kronik yang lebih besar. Perihal terakhir yang penting: walaupun neutrofil merupakan tanda klasik pnda inflamasi akut, tetapi banyak bentuk radang kronik dapat terus memperlihatkan infiltrat neutrofil yang luas, akibot mikroba yang menetap ataularena mediotor yang dielaborasi oleh makrofag otau sel nekrotik. Hal ini kadangkala disebut inflamasi kronik akut..

Anda mungkin juga menyukai