Anda di halaman 1dari 48

1

Minyak, berkah yang dikutuk


oleh: Noor Cholis
Bermula pada paruh kedua abad kesembilan belas, sejarah modern minyak bumi
sepenuhnya mengubah wajah abad kedua puluh. Pada dekade-dekade awal
kebangkitannya minyak memasok dunia industri dengan sebuah produk yang diberi nama
“kerosene” (minyak tanah yang sekarang kita jumpai sehari-hari) dan dikenal sebagai
“cahaya baru” yang mendesak mundur malam dan memperlama jam kerja. Pada abad
kedua puluh minyak menggulingkan tahta Raja Batu bara.
Raja baru ini berperan besar dalam kemenangan angkatan laut Inggris, simbol
keunggulan imperialisme negara itu, yang menggunakan bahan bakar minyak atas
angkatan laut Jerman yang masih mengandalkan batu bara. Selanjutnya minyak terlibat
dalam berbagai peperangan sebagai bahan bakar kendaraan tempur dan objek perebutan.
Banyak invasi militer dalam Perang Dunia Kedua yang bermotif penguasaan sumber
minyak. Usai Perang Dunia II pertarungan memperebutkan kontrol antara perusahaan-
perusahaan internasional dan negara-negara berkembang memainkan peran utama dalam
drama besar dekoloniasi dan kemunculan nasionalisme selama Perang Dingin. Krisis
Terusan Suez pada tahun 1956 lebih merupakan sengketa minyak ketimbang lain-lainnya.
Selepas Perang Dingin minyak berada di jantung krisis invasi Irak atas Kuwait. Lalu,
pada awal abad kedua puluh satu Irak dijajah Amerika Serikat pun karena minyak.
Pengerahan-pengerahan kekuatan militer tersebut menunjukkan betapa minyak pantas
menduduki singgasana yang pernah diduduki batu bara.
Sedemikian tergantung manusia modern pada minyak hingga para antropolog
menyebut kita Manusia Hidrokarbon, masyarakat kita adalah Masyarakat Hidrokarbon.
Sepanjang abad kedua puluh ketergantungan pada minyak umumnya dipandang sebagai
sesuatu yang hebat, simbol kemajuan manusia. Minyak, komoditas yang membentuk
politik abad kedua puluh dan sangat mempengaruhi cara hidup kita, lama-kelamaan
menuai kritik dari gerakan lingkungan hidup. Sendi masyarakat industri ini mulai
digoyang, dan industri minyak berikut semua dimensinya menduduki puncak tangga
kritik dan perlawanan. Minyak dituding sebagai biang polusi udara, hujan asam,
penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global.
Berkah ini tidak hanya dikutuk dalam urusan kerusakan lingkungan hidup di
2

bumi, ia pun didakwa memainkan peran utama dalam ketidakadilan global. Pada paruh
dasawarsa kedua akhir abad kedua puluh terlihat jelas ketidakadilan dalam konsumsi
energi dunia. Penduduk negara-negara kapitalis maju yang hanya mencapai 20,1 persen
dari seluruh penghuni bumi mengkonsumsi 59,1 persen energi dunia. Sedangkan seluruh
penduduk Afrika dan Amerika Latin yang merupakan 21, 4 persen dari seluruh warga
dunia, hanya mengkonsumsi 10,3 persen energi. Jepang, yang hanya dihuni 2,2 persen
manusia bumi, mengkonsumsi 5 persen energi dunia. Negara-negara kaya Timur Tengah
yang dihuni 3,7 persen penduduk bumi mengkonsumsi 4,6 persen energi dunia.
Sementara itu seluruh negara Asia Timur, Selatan, Tenggara serta Oceania dan Australia
dijadikan satu yang menampung 53,6 persen warga bumi, hanya mengkonsumsi 20,7
persen energi dunia. Benar, ini terkait dengan hubungan timpang Utara-Selatan, bekas
penjajah dan bekas jajahan.
Indonesia bukan perkecualian. Keluhan terhadap dampak minyak karang (dahulu,
di Amerika Serikat disebut rock oil untuk membedakan minyak bumi dari minyak yang
berasal dari tumbuhan dan lemak hewan) terhadap lingkungan hidup juga terdengar.
Tetapi Manusia Hidrokarbon Indonesia, seperti rekan-rekannya di berbagai negara lain,
enggan meninggalkan mobil pribadi dan tidak bisa, bagi yang kantongnya cekak,
meninggalkan angkutan umum yang dipaksa jalan meski tak laik. Dalam obrolan santai
sering terdengar pertanyaan perintang waktu, “Katanya kita penghasil minyak, mengapa
masih impor juga?” Obrolan tentang minyak tidak lagi santai ketika terdengar kabar
bahwa pemerintah berancang-ancang menaikkan harga BBM. Bertebaran artikel dan
surat pembaca yang menyoal niat pemerintah ini. Jalanan di kota-kota besar tak henti-
henti dipakai untuk aksi protes, dari yang baik-baik saja sampai yang anarkis. Kenaikan
harga BBM tahun 2008 harus dilakukan kalau tidak ingin pundi-pundi negara dikuras
subsidi BBM, begitu kata pemerintah. Itu dalih saja, intinya adalah liberalisasi pasar agar
SPBU asing bisa jualan di sini, kata seorang pengamat. Ah, itu cuma sebagian kecil saja
dari persoalan, persoalannya adalah sistem perdagangan dunia dikuasai Amerika Serikat,
sanggah ahli yang lain. Apa pun, banyak yang susah karena kenaikan harga BBM, wajah-
wajah tidak gembira mereka yang antre di SPBU menjelang jam kenaikan berlaku, sudah
cukup menjelaskan.
Di tengah meroketnya harga kebutuhan hidup sebagai dampak kenaikan BBM
3

yang juga mempengaruhi semua aspek kehidupan, tiba-tiba, tak ada petir tak ada hujan,
pada tanggal 13 Februari 2008 sebuah universitas swasta di Yogyakarta mengumumkan
kabar gembira. Solusi mujarab yang akan menyelesaikan masalah khalayak ramai tanpa
efek samping, ramah lingkungan, murah lagi, namanya Banyugeni™. Setelah seluruh
upaya mempopulerkan energi alternatif sempoyongan di hadapan Raja Minyak Karang,
ia akan menumbangkan tahta Sang Raja.

Air Api
“Bahan bakar dari minyak bumi dan batu bara semakin sulit diperoleh padahal
konsumsinya terus meningkat. Harga minyak mentah di tingkat dunia bahkan sempat
menembus angka 100 dolar AS per barel. Pada sisi lain penggunaan BBM berbasis fosil
menyisakan emisi gas yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan,’’ ungkap
Dr. Khoiruddin Bashori, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada
acara soft launching Banyugeni (Air api dalam bahasa Jawa). Rektor melanjutkan, “Fakta
ini menimbulkan kesadaran peneliti UMY untuk melakukan eksplorasi terhadap sumber
bahan bakar baru. Setelah melakukan penelitian dan pengembangan yang cukup lama
para peneliti UMY menemukan teknologi yang mampu memproduksi bahan bakar
berbahan baku air (hydrofuel).” Menurut Drs. Purwanto, ketua tim peneliti UMY
sekaligus staf ahli rektor bidang pengembangan teknologi, penggunaan air untuk bahan
bakar sebenarnya sangat masuk akal karena air terdiri atas hidrogen dan oksigen, kedua
unsur yang mudah terbakar. Jadi pada hakikatnya, air adalah api,” katanya.

Bahan bakar air itu, menurut Rektor Khoiruddin, dihasilkan oleh tim peneliti
setelah mencerna kandungan Alqur’an dalam surat At-Thur (6) yang mengatakan,
“Perhatikan laut yang berapi ...”, Al-Anbiya’ (30) “... dan Kami jadikan dari air segala
sesuatu yang hidup,” serta At-Takwir (6) yang berbunyi, “Dan apabila laut dipanaskan.”
Berdasarkan ayat-ayat ini, para peneliti UMY—Drs. Purwanto, Ir. Bledug Kusuma
Prasadja, Ir. Tony K. Haryadi MT, Ir. Lilik Utari MS, dan Dra. Nike melakukan
penelitian panjang dan menghasilkan hidrofuel yang dipatenkan dengan nama Banyugeni.
Buah penelitian panjang ini dipandang mampu menjawab tantangan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono akan kehadiran bahan bakar air beberapa waktu sebelumnya.
Produk hidrofuel ini memiliki varian berupa hidro-kerosene (setara minyak
4

tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin), dan hidro-avtur (setara
bahan bakar jet). Produk-produk hidrofuel tersebut dihasilkan melalui teknologi
mekanotermal-elektrokemis yang meliputi empat proses, yakni mekanik (gerak), thermal
(panas), listrik, dan kimiawi. “Produk ini sudah diuji PT CoreLab Indonesia, sebuah
laboratorium internasional yang independen. Hasilnya, ke-4 varian Banyugeni telah
memenuhi standar Ditjen Migas,” tegas Ahmad Ma’ruf SE MSI, Ketua BHK UMY.
Hasil ujicoba menunjukkan jika hidro-kerosene dapat langsung digunakan untuk
menyalakan kompor minyak tanah, lampu minyak atau petromak. Hidro-diesel dapat
langsung digunakan pada mesin diesel atau mobil dengan bahan bakar solar. Sementara,
hidro-premium dapat langsung digunakan pada mobil, motor dan mesin berbahan bakar
bensin serta pesawat aeromodeling. Sementara, hidro-avtur telah diujicobakan pula pada
mesin berbahan bakar jet (jet-fuel), misal untuk pesawat aeromodeling. Lebih jauh,
Rektor Khoiruddin mengatakan, “Kandungan unsur dan sifat bahan bakar minyak yang
sudah diolah pada Banyugeni™ sangat memungkinkan untuk digunakan pada mesin
tanpa mengubah atau memodifikasi komponen,’’ tuturnya. Bukan itu saja, Banyugeni
diklaim tidak kororsif, ramah lingkungan dan, ini yang paling penting, murah harganya.
Lebih murah dari premium yang dijual Pertamina, cuma Rp 2.000.

Banyugeni Menyulut Kontroversi


Mencengangkan! Digali ilhamnya dari sumber religius, ditindaklanjuti oleh para
peniliti mumpuni yang gigih menekuni penelitian panjang, dihasilkan oleh anak bangsa
yang bakal memberi sumbangan besar bagi dunia dan ini jelas mengharumkan nama
bangsa yang selalu peduli soal harum-haruman nama, Banyugeni adalah terobosan
mencengangkan. Ringkas kata, temuan spektakuler itu seolah mengatakan, “Minyak
bumi tidak ada apa-apanya dan dimohon bersiap-siap menyingkir demi Air Api yang
hebat tanpa cela ini.” Sampai titik ini, nampaknya pepatah “Tak ada gading yang tak
retak” sudah tidak laku.
Mengejutkan! Para peneliti Jepang yang sejak akhir 1980-an dipasok dana riset
dan pengembangan energi melebihi dana serupa di Amerika Serikat saja tidak kunjung
memberi kejutan menggembirakan pemerintah mereka. Para peneliti dari sebuah
universitas yang tidak dikenal mempunyai tradisi kuat penelitian, khususnya di bidang
5

energi mampu menyodorkan solusi bagi krisis minyak Indonesia bahkan dunia. Dituntun
oleh seorang konsultan yang tidak dikenal di kalangan peneliti di negeri ini,
menghasilkan sesuatu yang tidak pernah dicapai berbagai perguruan tinggi dengan tradisi
riset kuat. Hanya dalam tempo 5 tahun sudah melibas lembaga-lembaga penelitian
tersohor dan berdana besar bukan hanya di Indonesia, juga di seluruh dunia. Sangat
membanggakan bukan cuma bagi sivitas academika Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, tetapi juga warga Muhammadiyah dan seluruh rakyat Indonesia tentunya.
Apalagi bagi sebagian orang Indonesia yang tidak akan mengecap kebahagiaan sebelum
nama bangsa menjulang harum mewangi di dunia. Mestinya begitu.
Maka sangat wajar jika kehadiran minyak ajaib ini disambut penuh gegap
gempita. Antusiasme masyarakat boleh jadi terwakili oleh tepuk tangan riuh rendah di
halaman Gedung Ahmad Dahlan, Kompleks Terpadu UMY, saat sepeda motor Suzuki
Smash benomor polisi AB 5520 GI menyala. Lantas, Rektor UMY, Dr. Khoiruddin
Bashori menggeber gas kendaraan roda dua itu. Idham Samawi, Bupati Bantul, didaulat
menaiki kendaraan itu. Bersama Khoiruddin, sang bupati mengitari halaman kampus
dengan kendaraan berbahan bakar air itu.
Idham Samawi mengaku bangga dengan hasil penelitian itu. Dia menegaskan
bahwa Pemerintah Kabupaten Bantul siap mengalokasikan anggaran untuk
mengembangkan penelitian ini. “Bahkan, seharusnya bukan cuma APBD, tetapi APBN
juga layak untuk membiayai penelitian ini,” tandasnya.
Begitu pula khalayak luas, tatkala kabar gembira itu menyebar, banyak yang
kegirangan. Bahkan ada yang menyatakan kegembiraan seolah-olah ratu adil sudah
datang. Ambil contoh berbagai komentar di situs-situs internet sebagai wahana berekpresi
paling bebas merdeka bagi siapa saja. Para pendukung bahan bakar air itu
mengungkapkan rasa bangga, harapan, pujian setinggi langit. Kita pungut saja beberapa,
tanpa perubahan selain tata tulis demi kenyamanan Anda membaca:

Sophia, 18 Februari 2008, 2:15 am


Viva buat ke-5 peneliti dan UMM jogja. Anda semua sudah menjadi ASMAUL
HUSNA ke 100 untuk menjadi saksi bahwa ALLAH ada dan maha rahman dan
rohim di tengah-tengah penderitaan hidupnya dan yang hidup di negara yang
6

salah urus. Tidak ada balasan bagi hambanya yang sudah mempersembahkan
hidupnya untuk kemakmuran orng lain kecuali SURGA. bisakah saya
mendapatkan alamat lengkap kelima peneliti kiriman ALLAH itu?

taufik adi sanjaya 14 Februari 2008, 7:34 am


salut banget sama insan indonesia yang bisa menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat ... ga kalah sama dunia internasional. semoga bisa dikembangkan dan
dipasarkan dengan harga murah sehingga orang jogja khususnya dan orang
indonesia umumnya bisa menikmati karya anak bangsa… secepatnya ya…. Salut
sama penemunya bisa mengkaji Al Quran dan menghasilkan sesuatu yang
spektakuler karenanya

Zulkifli, SpDI 2 Juni 2008, 2:29 pm

Bravo buat UMY.


Sudah saatnya dunia tahu bahwa universitas Muhammadiyah bisa bersaing
dengan universitas negeri. Warga Muhammadiyah adalah masyarakat yang selalu
mau belajar dan terbuka terhadap penemuan-penemuan baru. Congratulation atas
penemuan banyugeni.

Eko Winarno, 14 Februari 2008, 11:26 am

Selamat, saya bangga, saya bersyukur jika temuan ini dapat diproduksi massal
berarti kita keluar dari kesulitan bahan bakar yang sangat mempengaruhi
kehidupan rakyat dan perekonomian bangsa. semoga cepat direalisasikan karena
rakyat sudah capek ngantri minyak tanah, belum lagi ada ancaman pembatasan
premium. saya inget semboyan waktu SMA dulu, iman-ilmu-amal, barang kali
ini pembuktianya. jika bener beriman, berilmu maka sebaiknya kita amalkan utk
umat.

Gyl ,14 Februari 2008, 5:27 pm


Okee…. semoga cepat diluncurkan ke pasaran ! Bahan bakar hebat ini. Semoga
7

tidak di halangi orang-orang kolot sebagaimana nutrisi saputra yang sekarang gak
kedengaran lagi

Tentu ada yang kritis juga:


Ahmad, 16 Februari 2008, 1:53 am
Indonesia akan kehabisan minyak? suka nggak suka, mau nggak mau pasti ya,
entah berapa puluh tahun lagi. Seandainya BBM habis bangsa ini tidak
menyiapkan diri untuk itu. Dengan kondisi masyarakat yang makin sulit secara
ekonomi, ditambah harga BBM terus naik, sepertinya persoalan bangsa ini
semakin tambah lagi, belum lagi bencana alam. Lalu ada BANYUGENI hadir
dengan tiba-tiba, hasil riset dari sebuah univeristas yang notabene belum memiliki
reputasi di bidang karya teknologi atau karya ilmiah setingkat UGM atau ITB.
Bangsa ini memang sedang banyak masalah tetapi bukan berarti harus kehilangan
akal, penemuan fenomenal membutuhkan kajian ilmiah yang mendalam, bukan
sekedar meneliti produk, lalu launching, tapi juga proses harus dikaji secara
mendalam. jangan mengharapkan ratu adil itu datang, kita harus berjuang keras
untuk mengubah nasib. Yang saya takutkan adalah kehadiran BANYUGENI
justru memberi penyakit baru bagi bangsa ini, layaknya mengharapkan kehadiran
ratu adil. Kita harusnya bekerja keras untuk mengubah nasib bukan dengan
“PARODI TEKNOLOGI”.

El-toro, 16 Februari 2008, 3:42 pm

Maaf bukan pesimis ini versi lokal dari blue energy yang presiden SBY lihat di
Bali? Semoga kenyataan, bukan seperti dana revolusi atau uang nusantara yang
katanya ada di swiss

handoko 9 Maret 2008, 9:32 am


1. Itu memang angin surga mas. Belum ada launcing alat di UMY hanya launching
informasi aja, semacam press conference.
2. Alat tersebut sama sekali tidak ada di laboratorium UMY. Coba cari aja sampai
blusukan. Nggak ada.
3. Itu hanya sedikit hiperbola, kayaknya UMY diboongin oleh penemunya untuk
8

mengeruk/investasi aspal (asli tapi palsu)


4. Di UMY sendiri 95% menolak penelitian itu (karena tidak masuk akal, dan
cenderung boong), yang setuju hanya empat (yang satu sudah mundur), he... he
tinggal tiga peneliti itu dan pak rektor yang tersilaukan
5. Emang jujur terjadi mismanajeman di UMY tentang penelitian itu.
6. Maaf semuanya kawan-kawan

Yang ini, sarkasame telak untuk UMY:

wong cilik, 29 Mei 2008, 1:50 am

Hebat, orang Indonesia memang pinter. Di luar sana dengan setumpuk doktor dan
ahli puluhan tahun research belum mampu menghasilkan pengganti minyak.
UMY hanya beberapa tahun mampu menjawab tantangan itu. Orang Indonesia
pinter2, termasuk pinter menipu…..

Alquran itu memang benar isinya, tetapi tidak dengan mudah kita mampu
mengungkapkannya.
Mana pakai alquran lagi. Disebutkan yang berapi kan laut, bukan air laut. Laut
memang berapi dalam artian sumber panas, karena di lautlah munculnya panas
dari mantle dan inti bumi. Sama dengan gunung yang bergerak, penggeraknya
adalah arus panas yang muncul di dasar laut ini. Selebihnya pelajari sendiri di
plate tectonic theory.

Jadi Alquran tidak dengan mudah diungkapkan artinya. Perlu penelitian yang
panjang. Kalau ternyata temuannya bohong kan bukan hanya UMY saja yang
tercemar namanya, tetapi kalangan muhamadiyah (UMY singkatan dari
Universitas Muhammadiyah Yogya kan??).

Memang bener Iqro, tetapi iqro nya pun buka sembarang iqro…..
9

dan ini, lebih menampar lagi:

joko lelono, 30 Mei 2008, 7:30 am

Sebagai peneliti, saya percaya sekali dengan UMY ini. UMY ini adalah
universitas yang banyak sekali mengeluarkan penemuan penemuan yang mutahir
dan dipublikasikan di majalah international baik di Eropa maupun Amerika.
Banyak juga staf pengajar dari sini yang diminta untuk memberikan ceramah di
MIT, Harvard, Oxford dan universitas top di dunia. Banyugeni ini tidak hanya
bisa digunakan untuk bahan bakar kendaraan, tapi bisa juga buat pesawat ulang
alik dan akan segera untuk dilakukan uji coba di Florida USA.
Rektor UMY sendiri adalah seorang genius dan memounyai pandangan yang luas
kedepan, sehingga dibawah kepemimpinan beliau UMY telah menjadi pusat riset
terkenal di dunia, jauh diatas universitas 2 di Jepang, Korea bahkan inggris.
Selamat Pak Rektor atas………..anda

Kutipan apa adanya di atas hanyalah sebagian kecil dari pro-kontra yang mudah
dijumpai di berbagai situs ketika kita mengetikkan kata kunci Banyugeni di mesin
pencari Google, misalnya. Pada awal kemunculan Banyugeni orang-orang yang
mendukung sangat banyak, sedikit saja ada yang kritis langsung dihujani tudingan “tidak
menghargai karya anak bangsa”, “antek kapitalis”, “agen perusahaan minyak”, dan
banyak lagi. Bahkan ketika ada yang mengingatkan bahwa menafsirkan Alquran, di situs
banyugeni.com misalnya, harus hati-hati, “jangan asal caplok, nanti malu sendiri ...”
Komentar-komentar di bawahnya adalah caci-maki bagi orang yang memberi peringatan
itu. Asal bisa mengakses internet, orang boleh berkomentar sesuka hati memang. Dan
orang yang ingin mengungkapkan pendapat soal Banyugeni sedemikian banyak hingga
kalau dikutip semua pastilah buku ini akan menjadi kumpulan posting pro-kontra
Banyugeni yang sangat tebal. Rasanya cuplikan beberapa posting di atas sudah
menunjukkan respons masyarakat, lewat dunia maya, terhadap Banyugeni. Di dunia
nyata perbincangan tentang Banyugeni juga hangat menjelang kenaikan BBM.
10

Orang boleh berkomentar apa saja, masyarakat bolah terbelah dalam pro dan
kontra, para peneliti pantang mundur. Berbagai roadshow digelar. Pemasaran disiapkan.
Anjing menggonggong kafilah berlalu. Tetapi ketika banyak yang mengaitkan Banyugeni
dan Blue Energy, dan Joko Suprapto dikatakan sebagai penipu oleh UGM ketika
menjajakan dagangannya ke universitas itu, persoalannya menjadi lain. Tim Banyugeni
pun balik kanan, “Bubar jalan!” Konon, sesuatu yang kelewat sulit dipercaya, biasanya
memang tidak bisa dipercaya.

Banyugeni dan Blue Energy


“Kita ingin membuktikan kepada dunia bahwa kita bukan bangsa kere, yang terombang-
ambing harga minyak dunia,” kata Heru Lelono, Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi
dan Pengembangan Daerah, sekretaris umum lembaga pendukung Presiden Yudhoyono
Gerakan Indonesia Bersatu, komisaris PT Sarana Harapan Indo Group, pendiri Center for
Food, Water and Energy Studies (CFWES). Entah bagian dunia mana yang menuntut
pembuktian itu. Tidak jelas juga mengapa banyak orang kita yang memelihara hobi
membuktikan ini itu. Yang jelas, Heru bersumbar, “Bangsa Indonesia bisa menemukan
sendiri bahan bakar.” Bukan itu saja, bahan bakar temuan bangsa sendiri itu diklaim tidak
merusak lingkungan, emisinya juga ramah lingkungan. Masyarakat pengguna tidak perlu
lagi memodifikasi kendaraannya.
Bahan bakar temuan anak negeri itulah yang digunakan rombongan kendaraan
Heru Lelono melakukan tur eksebisi udara bersih, bahan bakar bersih dan kendaraan
bersih dalam rangka memeriahkan Konferensi Perubahan Iklim Internasional di Bali pada
3-15 Desember 2007. Presiden di kediaman pribadinya di Puri Cikeas Indah, melepas
rombongan itu bersama anggota keluarga dan para menteri. Setelah berputar-putar di
Jakarta, rombongan bertolak menuju Bali dan singgah di Nganjuk, mengunjungi Joko
Suprapto sang penemu Blue Energy. Jawa Pos edisi 30 November 2007 melaporkan
tentang keampuhan Blue Energy:

“Luar biasa. Ini mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa
berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam
tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar
11

bermanfaat. Insya Allah," ujar Heru begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.
Untuk diketahui, pertemuan kemarin berlangsung di salah satu hotel di
Nganjuk. Rombongan Heru tiba sekitar pukul 09.00. Mereka mengendarai lima
unit kendaraan untuk menguji bahan bakar berbahan dasar air tersebut. Yakni, dua
pikap double cabin Ford Ranger, satu sedan Mazda 6, satu bus, dan satu truk
pengangkut blue energy.”

Pada kesempatan itu pula Heru Lelono bersumbar hendak membuktikan


kehebatan bangsa ini kepada dunia.
Dilepas oleh orang nomor satu di negeri ini, sesampai di Bali rombongan itu
disambut oleh Presiden Yudhoyono dengan segala kebesaran di hajatan internasional itu.
Berikut kemegahan penyambutan tersebut sebagaimana dimuat dalam situs
banyugeni.com:

“Di area Konferensi Perubahan Iklim, bahan bakar yang diberi nama ”Minyak
Indonesia Bersatu” itu dipamerkan. Lagu-lagu ciptaan Yudhoyono, yang
albumnya baru saja diluncurkan, diputar di lokasi pameran. Mereka yang hadir
mengenakan seragam putih bergaris biru, dengan tulisan Blue Energy. Presiden
dengan bangga mengatakan, ”Inilah kemenangan bangsa Indonesia.” Tepuk
tangan menggema.”

Benarkah ini “kemenangan bangsa Indonesia”? Apakah Blue Energy, nama yang
diberikan oleh Presiden Yudhoyono untuk bahan bakar yang konon berbahan dasar air itu
—akan dikembangkan oleh Center for Food, Water and Energy Studies, nama ini juga
pemberian presiden, yang dikelola oleh orang-orang Gerakan Indonesia Bersatu, lembaga
yang didirikan para pendukung Presiden Yudhoyono—memenuhi sesumbar Heru Lelono
untuk membuktikan bahwa “Indonesia juga mampu mencari jawaban terhadap masalah
yang dibutuhkan khususnya soal bahan bakar non fosil”. Bukan dan tidak. Menjadi
ledekan pers internasional, ya.
Tentang Blue Energy yang konon ditemukan oleh, mengutip Presiden
Yudhoyono, “ ... seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan
12

dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang
lalu,” Reuters menulis:
“Lima mobil, berbahan bakar “blue energi” yang sudah menempuh perjalanan 5
hari dari Jakarta menjalani uji emisi. Hasilnya: rata-rata 50 persen lebih rendah.
Yudhoyono menyebut itu “kemenangan bagi bangsa Indonesia”, disambut
tepuk tangan riuh hadirin berseragam putih-biru, sementara lagu-lagu, ditulis dan
digubah oleh presiden sendiri, dimainkan sebagai latar belakang. Pemimpin
perusahaannya mengatakan bahwa ini bisa menjadi jalan keluar bagi Indonesia
untuk keluar dari belitan krisis minyak. Pendek kata, ini minyak ajaib.

Sayangnya keajaiban pudar


Sebetulnya minyak itu adalah sulingan dari limbah cair yang Anda dapati dari
pengeboran minyak yang biasanya dikembalikan ke perut bumi. Limbah itu
mengandung unsur hidogen tetapi jelas itu bukan sekadar air.
Sains di balik bahan bakar baru ini agak kabur. Heru Lelono mengakui
bahwa ini bukan teknologi baru, banyak orang yang sudah menggunakannya.
Fakta bahwa penjelasan-penjelasan ilmiah yang dipajang di arena pameran itu
ditenggelamkan oleh jargon-jargon patriotik (Minyak Indonesia Bersatu,
misalnya) juga tidak menolong.
Sebagian pengamat mengatakan bahwa bahan bakar itu dilebih-lebihkan
dan menyesatkan, sedangkan yang lain menyambut upaya itu dengan catatan,
mereka mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak pengujian dan sains di balik
keajaiban itu dibeberkan kepada publik.
Lelono menganggap enteng kritik itu. Dengan dukungan politik kuat
(presiden turut mendirikan lembaga yang lalu menjadi inti perusahaan) dia
mematok target tinggi: menggusur bahan bakar fosil dengan air dan menurunkan
pencemaran gas buang Indonesia. Yang dia perlukan cuma beberapa miliar dolar.

Sekiranya usulan fantastis Joko Suprapto dibicarakan terlebih dahulu dengan para
ahli energi dan doktor-doktor sains yang melimpah di negeri kita ini, proyek mercusuar
itu tidak akan ada. Dan kita tidak menjadi bahan tertawaan internasional. Ini sungguh
13

memalukan.
Sekiranya orang-orang yang bertugas sebagai filter informasi bagi presiden
menjalankan fungsinya dengan baik, tentulah tukang bikin trafo dan pemilik bengkel dari
Nganjuk yang belakangan kaya mendadak dan gemar menghambur-hamburkan uang
dengan menanggap wayang setiap pekan itu tidak bakalan menyulut kontroversi yang
tidak perlu.1
Beberapa saat dan sesudah acara pemer “temuan” anak bangsa yang diharapkan,
mengutip Presiden Yudhoyono lagi, “ ... betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan
memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia bahkan dunia,” Blue Energy dan
sang “penemu” Joko Suprapto, yang mengaku-aku alumnus Teknik Elektro Universitas
Gadjah Mada, tidak terlalu santer diberitakan. Justru karena gagal memenuhi janji kepada
Presiden Yudhoyono untuk memamerkan magnum opus-nya pada perayaan Seabad
Kebangkitan Nasional, barangkali biar terkesan monumental, Blue Energy dan Joko
Suprapto melejit dan membuat media massa melacak segala sesuatu yang terkait dengan
keduanya.
Raibnya Joko Suprapto makin mengentalkan kesan misterius yang menyelubungi
Blue Energy dan sang “penemu”. Peristiwa itu membuat sementara orang menduga-duga:
jangan-jangan ini ulah para mafia kaki tangan kaisar minyak yang sering dituding selalu
menghalangi upaya pengembangan bahan bakar alternatif non-fosil yang bakal membikin
usaha mereka gulung tikar. Teori konspirasi yang menuding para pengusaha minyak
sebagai dalang pembunuhan atau pembungkaman orang-orang yang mengancam bisnis
mereka sering muncul. Misalnya, sewaktu Thomas Alva Edison berhenti
mengembangkan mobil listrik ciptaannya, para raja minyak dituding sebagai
penyebabnya. Ada yang mengatakan bahwa mobil bertenaga listrik tidak pernah
diproduksi secara massal karena ulah Henry Ford memperkenalkan mobil (berbahan
bakar bensin) Ford “model T” yang melegenda itu. Diduga penyebab Edison
meninggalkan impian mewujudkan mobil bertenaga listrik karena dibanjiri uang minta
ampun banyaknya hingga cukup untuk mendirikan perusahaan General Electric. Dugaan

1 Ke depan, karena istana kepresidenan bukan kantor desa yang sembarang orang bisa menjajakan
jualannya, layak disimak pendapat Bima Arya Sugiarto, pengamat politik Universitas Paramadina, yang
menyarankan pembentukan badan seperti West Wing dalam sistem kepresidenan AS. Badan yang terdiri
atas para profesional nonpartisan ini bertugas menyaring segala macam informasi sebelum masuk ke Ruang
Oval.
14

yang makin enak dipercaya mengingat belakangan Edison menjadi kawan karib Henry
Ford, dan Ford Motor Company adalah anak perusahaan Standard Oil, perusahaan
minyak terbesar dunia milik keluarga Rockefeller. Daniel Yergin dalam bukunya yang
meraih penghargaan Pulitzer, The Prize, mengatakan, “ ... mobil listrik, yang kalah
bersaing melawan mobil bensin pada awal abad kedua puluh.” Sesederhana itu? Ya,
karena memang hanya begitu yang terjadi.
Tamak atau tidak, dan perlu diingat bahwa ketamakan bukan monopoli para
kaisar minyak, semua pengusaha pasti mencari untung. Kalau mobil listrik memang lebih
hebat performanya ketimbang mobil bensin, bisa menyimpan tenaga listrik sepraktis
tangki bensin, dan prospek berjualan minyak bumi tidak cerah, apa sulitnya bagi mereka
memilih menjadi para dewa penguasa listrik dan aki kering? Hari ini pun, bahkan di
sebuah kota kecil Jawa Tengah sekalipun, tidak sulit menjumpai sepeda motor listrik.
Kalau ternyata tidak laris, itu sama sekali bukan karena persekongkolan jahat para raja
minyak. Baterai cuma tahan 2 jam, kalau kehabisan tenaga di tengah jalan tidak bakal ada
stasiun pengisi ulang baterai. Kalau rusak bengkelnya tidak bertebaran di pinggir jalan.
Dan, ini agak aneh, suaranya yang tidak terdengar itu justru dikeluhkan, terutama oleh
para pejalan kaki di gang. Tanpa persekongkolann apa pun, kebanyakan orang pasti lebih
mencintai sepeda motor bensin.
Terkait dengan hirup pikuk Blue Energy, diangkat-angkatlah teori konspirasi
tentang pembunuhan Meyer yang dilakukan, sudah bisa ditebak, pengusaha minyak
kapitalis tamak yang bisnisnya terancam. Sebuah buku berjudul Rahasia Bahan Bakar
Air, memuat kalimat berikut di halaman judulnya, “Penemunya, Stanley Meyer, terbunuh
secara misterius karena mengungkapkan rahasia ini.” Di sampul belakang ditulis:

“Telah cukup lama teknologi ini disembunyikan dan ditekan agar tidak beredar
untuk menjadi konsumsi publik. Sudah begitu banyak negara dan ilmuwan
mencoba mengembangkannya, karena kepentingan sebagian orang yang punya
kuasa dan uang. Penemunya, Stanley Meyer, ditemukan tewas terbunuh karena
diracun. Apa rahasia dan keunggulan teknologi bahan bakar air ini hingga selalu
harus berakhir dengan misteri dan kontroversi?”
15

Kalau Anda berharap memperoleh jawaban tuntas tentang konspirasi para


kapitalis tamak untuk menghambat pengembangan bahan bakar air, atau pengaruh para
kaisar minyak yang menentukan hidup mati orang banyak, sudilah kiranya Anda kecewa.
Setelah menguraikan, dalam buku itu, peristiwa meninggalnya Meyer:
“Stanley Meyer meninggal pada usia 57 tahun secara tiba-tiba. Kematiannya yang
mengejutkan itu diperkirakan akibat diracun pada 21 Maret 1998 di sebuah
restoran Grove City, Ohio. Setelah selesai makan malam, tepatnya setelah
beberapa saat setelah makan malam,”
Penulisnya menutup dengan kalimat: “Semuanya masih menjadi misteri.” Rahasia bahan
bakar yang diungkap adalah cara membuat unit elektrolisa air. Itu bukan rahasia, teknik
demikian melimpah ruah di internet. Keterangan “Cara Mengirit Bensin Dan Solar
Dengan Memanfaatkan Air” memang ditulis pada halaman judul, tetapi perhatian orang
sudah tersedot oleh judul besar Rahasia Bahan Bakar Air. Bagi pembeli yang tergila-gila
dengan teori konspirasi keterangan itu kemungkinan besar terlewatkan. Persis pengguna
layanan seluler yang tergiur dengan iklan sekian rupiah per detik tapi luput
memperhatikan tanda bintang semungil semut yang menunjuk pada tulisan kecil-kecil
“Ketentuan dan syarat berlaku” di bawahnya.
Kata sahibut hikayat, Stanley Meyer pada tahun 1995 mengatakan berhasil
menemukan mesin yang menggunakan bahan bakar air. Dia katakan pula bahwa
kendaraan bermesin Meyer itu sanggup menempuh perjalanan dari Los Angeles ke New
York hanya dengan bahan bakar 83 liter air. Begitu meyakinkan klaim Meyer, para
investor pun berebut ingin mengongkosi penemuannya. Enam tahun berlalu, karya Meyer
tidak tampil juga. Para investor yang geram menyeret Meyer ke pengadilan. Di
pengadilan Ohio, Meyer tidak mampu mendemonstrasikan bahan bakarnya. Dia juga
tidak bisa menunjukkan mobil peraga berbahan bakar air yang memikat para investor itu.
Akhir 1996, pengadilan menyatakan Meyer menipu dan mewajibkannya membayar
$25000 sebagai ganti rugi kepada para investornya. Selanjutnya paten Meyer dicabut.
Dua tahun kemudian, Meyer meninggal dunia akibat tekanan darah tinggi setelah makan
di sebuah restoran. Di mana misteriusnya? Bahwa dikabarkan dia dibunuh dengan
diracun, itu cuma teori konspirasi.2 Apa perlunya mafia minyak menghabisi orang yang
2 Dari berbagai dugaan adanya konspirasi untuk “membungkam” Joko Suprapto selama menelusuri
internet untuk keperluan penulisan ini, saya menemukan dugaan tentang Blue Energy yang paling saya
16

oleh pengadilan dinyatakan menipu para investornya yang boleh jadi, kalau kita mau
meladeni para penggemar teori konspirasi, bakal menjadi pesaing industri minyak?
Yang terang, taktik omong besar mempromosikan temuan spektakuler untuk
memikat investor, menikmati uang banyak, lalu mangkir, bohong, berbelit-belit, lalu
menipu bukan monopoli orang Amerika Serikat.
Nampaknya mafia suruhan para kaisar minyak masih banyak pekerjaan untuk
menculik Joko Suprapto. Detasemen Khusus 88 Antiteror menemukannya tergolek di
Rumah Sakit dr. Soedono Madiun. Dia mengaku sakit jantung. Kepada Metro TV yang
menemuinya, pada 23 Mei 2008, Joko Suprapto menyatakan, dia kabur dari proyek blue
energy yang didukung penuh pemerintahan Presiden Yudhoyono untuk menenangkan
diri. Dia merasa sudah tidak nyaman lagi dengan pihak-pihak yang mendukung proyek
ini. Satu bulan kemudian, kepada Johny Nelson Simanjuntak dari Komnas HAM yang
menyambanginya, dia mengaku pura-pura sakit karena ditekan pihak-pihak yang
membuat perjanjian dengannya, kelompok Heru Lelono. Jelas dan tidak ada misteri-
misterian, dia berdusta. Meski kemudian media sering menyandangkan kata miterius
untuk orang ini dan karyanya.
Ketika sumber kehebohan sudah ditemukan kembali, mestinya semua yang terkait
dengan Blue Energy menjadi jelas. Ternyata tidak. Misterius? Begitulah kata beberapa
media ketika mengungkap orang ini dan minyak ajaibnya. Misalnya, detikcom edisi 29
Me1 2008 ini:

... Sedang Letkol Chrisetyono saat dihubungi detikcom sempat memastikan


bahwa Joko masih berada di rumah. "Ya Pak Joko ada di rumah," ujarnya yang
kemudian langsung menutup telepon.
Sebelumnya, Joko pada 24 Mei memang sempat berjanji hendak memberikan
keterangan pers. Namun saat itu karena alasan sakit, Joko urung menemui
wartawan. Kemudian, informasi dari istrinya, Winda Mirah, Rabu (28/5/2008)

sukai. Ditulis orang dengan nickname ydoea, dikirim 25 Desember 2007, 19:17 di
http://priyadi.net/archives/2007/12/06/bahan-bakar-blue-energy/, begini bunyinya:
“jadi kepikiran, kalo sekarang saya nyampur pertamax sama cat biru tambah minyak wangi sedikit, trus
klaim begini, “saya telah membuat bahan bakar baru, bersih, biru, bahan dasarnya air keran PDAM, oktan
tinggi, bahkan wangi sekali sehingga mengurangi polusi. prosesnya? rahasia. nanti takut ditiru sama orang.
nah, sekarang saya siap bikin pabrik 10ribu barel per hari. modalnya 2 juta dolar saja. gimana?”
17

kemarin, Joko dibawa ke Jakarta dan dirawat intensif di ICU sebuah RS di


Jakarta Pusat. Jadi, Joko ada di Jakarta atau di Nganjuk? Benar-benar misterius!

Ini, sederhana sekali, bohong. Bukan misterius. Karena kata misterius menunjuk pada
sesuatu yang penuh misteri dan terkesan hebat serta layak dipecahkan, kata-kata yang
lebih tidak konotatif seperti “menutup-nutupi” atau “menyembunyikan” atau “bohong”
atau “menipu” atau “mengecoh” atau “mengelabui” rasanya lebih tepat. Kegemaran Joko
Suprapto bermain rahasia-rahasiaan, yang juga menulari teman-temannya mulai dari
orang-orang PT SHI hingga para anggota timnya bahkan juru bicaranya, soal resep bahan
bakar ajaibnya justru membuat pro-kontra menghebat. Makin membikin senewen banyak
orang lagi ketika klaim-klaim Blue Energy (setelah retak kongsi dengan HL, kepada
wartawan Metro TV Joko Suprapto menyatakan keberatan atas penamaan untuk minyak
ajaibnya ini) bergerakgerak lincah ibarat air di daun talas.

Mula-mula, seperti dilansir Jawa Pos edisi 30 November 2007, Joko Suprapto
mengatakan, “Intinya adalah pemecahan molekul air menjadi H plus dan O2 min. Ada
katalis dan proses-proses sampai menjadi bahan bakar dengan rangkaian karbon
tertentu.” Beberapa hari kemudian Heru Lelono mengatakan, “Bahan bakar ini (blue
energy, MIB) lebih tepat dikatakan sebagai bahan bakar sintetik yang proses
pembuatannya tidak perlu memakan waktu ratusan tahun seperti fosil. Tetapi dilakukan
lebih cepat dengan mesin yang berhasil diciptakan Tim Blue Energy.” Lalu ketika
Presiden Yudhoyono mulai menyinggung methanol economy di hadapan para ahli energi
sungguhan, Iswahyudi dengan gesit mengatakan bahwa pembuatan bahan bakar sintetis
seperti yang dilakukan lembaganya mirip dengan methanol economy dan biomass yang
disebut Presiden dalam pidatonya itu. Lalu ketika UMY memperkarakan penipuan yang
dia lakukan, Joko Suprapto yang nampaknya kehabisan jurus mengelak memperagakan
temuannya, yang ternyata cuma menghemat bahan bakar dengan memanfaatkan air.
Semua teknik mengolah bahan bakar alternatif di atas sudah ditemukan orang. Joko
Suprapto bukan penemu, dia “penemu”.

Ketika ada orang, mungkin dia ini juga bagian dari persekongkolan para agen
minyak tanah, yang mengatakan bahwa sang “penemu” gila adanya. Para penggemarnya
18

sontak berteriak, “Banyak penemu yang pada mulanya dituduh gila!” Edison, Alexander
Graham Bell Wright Bersaudara awalnya dianggap gila oleh masyarakat mereka yang
tidak mengerti, nyatanya temuan mereka terbukti kita nikmati hari ini.” Benar, sejarah
mencatat demikian. Tetapi juga benar bahwa tidak semua yang dianggap gila, atau gila
beneran, adalah penemu. Dan ini jauh lebih banyak.

Sadar atau tidak orang-orang (di luar tim Joko Suprapto dan yang berkepentingan
langsung dengan dia) yang mendukung dan membela dengan gigih Blue Energy turut
mengungkapkan bahwa Blue Energy bukan temuan orang Indonesia ketika mereka
berusaha meyakinkan bahwa upaya Joko Suprapto bukan sesuatu yang mustahil dengan
mengatakan, misalnya, bahwa Blue Eenergy bukan isapan jempol sebab di Belanda
teknologi itu sudah sukses dipakai. Tak kurang dari Wakil Presiden Yusuf Kalla, seperti
dilaporkan Majalah Tempo Edisi 16/XXXVII/09-15 Juni 2008, usai salat Jumat di
kantornya mengatakan, “Blue energy bukan hal yang baru. Di Amerika sudah dilakukan
hal tersebut.”

Boleh jadi penabalan nama Blue Energy untuk pekerjaan Joko Suprapto, yang
kata Heru Lelono dinamakan begitu karena penemuannya [sic] didasarkan pada teknologi
mata hati, ini turut menyumbang bagi merebaknya sengkarut. Blue Energy jelas bukan
teknologi baru, jelas bukan ditemukan oleh Sang Werkudoro (julukan Tempo untuk Joko
Suprapto). Kalau kita mengetikkan kata kunci blue energy di mesin pencari Google, akan
kita dapati situs perusahaan Blue Energy International milik Kanada. Didukung oleh R.
W. Beck Engineering, US Army Corps of Engineer, dan Dewan Riset Nasional Kanada
perusahaan ini, Blue Energy Canada, menawarkan perangkat Davis Hydro Turbin yang
mampu memanfaatkan arus laut sebagai sumber tenaga listrik yang kuat dan terbarukan.
Jadi bukan air yang dimasukkan ke suatu alat lalu keluarnya bensin. Sama sekali bukan.
Blue Energy yang di Belanda juga bukan alat penyihir air menjadi bahan bakar,
melainkan teknologi yang memanfaatkan perbedaan kadar keasinan air laut dan air
sungai. Apa motif di balik pemungutan nama Blue Energy itu tidak jelas. Yang jelas
penamaan itu membingungkan, kalau bukan menyesatkan.

Teknologi mata hati? Entah apa lagi mahluk ini. Kata “hati” sejauh tidak
19

disandingkan dengan kata busuk, kotor, atau dengki menyiratkan makna sesuatu yang
bersih, baik dan, ini yang paling penting dalam perkara ini, JUJUR. Terlalu banyak
ketidakjujuran dan ketidakberesan terkait promosi bahan bakar ajaib ini. Kesemrawutan
yang mencuat ini tidak disebabkan oleh inkompetensi media massa, tapi memang
sumber-sumber mereka mengatakan hal-hal yang simpang siur dan tidak konsisten seperti
yang diuraikan di atas, kalau di zaman Orde Lama para promotor bahan bakar ajaib itu
akan disebut plintat-plintut. Media bisa salah, ini tidak perlu dikatakan sebenarnya, tetapi
kalau sumber-sumbernya suka main rahasia namun ingin dikenal juga, tidak konsisten
ucapan-ucapan mereka, media tidak salah dalam hal ini. Ketidakjujuran terkait dengan
bahan bakar ajaib ini sungguh kelewatan.

Karena berbagai alasan, tetapi bukan karena bodoh, banyak orang, yang saya
kenal maupun tidak, memilih drop out. Mereka hebat dan mengagumkan dalam bidang
masing-masing, dan tidak mengklaim lulusan ini itu. Joko Suprapto mengaku lulusan
Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, dan di media sering disebut
demikian hingga Universitas Gadjah Mada membantah itu. Sebelum ada bantahan itu,
Joko Suprapto tidak pernah meluruskan anggapan itu, setelah ada bantahan itu juga tidak.
Ketika ditanya wartawan Tempo, “Anda lulusan Universitas Gadjah Mada?” Dia
menjawab, “Jangan lihat orang dari masa lalu atau latar belakang pendidikannya. Itu
tidak penting. Yang penting bermanfaat atau tidak bagi masyarakat.” Sulit sekali
menjawab ya atau tidak.3

Universitas yang dicatut Joko Suprapto inilah yang berperan besar menjernihkan
kesemrawutan terkait bahan bakar ajaib dan orang yang mengaku sebagai penemunya.
Barangkali karena keterlibatan orang-orang kuat di belakang Joko Suprapto hanya
individu-individu yang menuding Joko Suprapto berbohong dan meragukan apa yang
diklaim sebagai temuannya. Tidak ada lembaga yang bersuara demikian. Tegas UGM
mengatakan bahwa Joko Suprapto dan kelompoknya adalah penipu, “temuan” mereka
cuma akal-akalan.

Sebelum menemui orang-orang dekat Presiden Yudhoyono, Joko Suprapto cs


3 Layaknya orang terkenal, dia punya juru bicara yang tidak berguna untuk meluruskan persoalan semudah
dan semendasar ini.
20

pernah menjajakan pembangkit listrik dengan sumber tenaga yang tidak diketahui secara
jelas, juga “temuan” aneh-aneh lain seperti pembangkit listrik tenaga matahari dengan
kapasitas gigawaat dengan cara membolongi lapisan ozon, dan rencana menjadikan air
sebagai bahan bakar.4 Peristiwa kedatangan rombongan “penemu” itu dibeberkan, pada
28 Mei 2008, oleh Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM Sudiartono kepada
para wartawan, “Pada akhir Desember 2005 Joko Suprapto bersama 8
temannya ke UGM menggunakan mobil rental. Mereka diterima Rektor UGM
Prof. Sofian Effendi, didampingi Dr. Chairil Anwar.” Di depan Rektor
UGM di rumah dinasnya, Joko Suprapto memperlihatkan hasil karya berupa
pembangkit listrik tenaga entah. Dia mempresentasikan pembangkit
listrik bertenaga empat buah batu baterai kecil, beberapa bola lampu 60
watt serta panel surya. Pembangkit listrik yang dipresentasikan katanya
berkapasitas 25 kilowatt, Profesor Sofian pun tertarik untuk membelinya
untuk keperluan listrik di perumahan UGM.

Saat ditanyakan apakah di dalam alat itu ada aki atau inverter,
tim “penemu” itu menjawab: tidak ada. Ketika ditanya berapa lama lampu
itu akan menyala, mereka menjawab: selamanya. Mendengar jawaban ini
Sudiartono mulai tidak percaya, karena menyalahi hukum kekekalan
tenaga. Dari diskusi sederhana ini Sudiartono sempat mencuriga motif
permintaan Joko untuk bertemu langsung dengan Rektor UGM. Akhirnya
diketahui, Joko hanya meminta selembar surat pengakuan dari UGM atas
hasil ciptaannya dan minta membiayai riset untuk menyelesaikan
pembangkit listrik tenaga aneh sebesar Rp 3 miliar. Selain itu, tim
tersebut juga menceritakan tentang pesanan alat serupa oleh PT Leces.

Untunglah, rektor meminta Sudiartono dan peneliti di PSE untuk


mendiskusikan secara ilmiah. Pada pertemuan di kantor PSE, Joko tidak
hadir, tapi mengirim utusannya, Purwanto, untuk mendiskusikan lebih
lanjut. Purwanto yang datang menggunakan taksi ini ditugaskan Joko
untuk melayani diskusi dengan Sudiartono dan Kusnanto, peneliti dari
Teknik Fisika UGM. Sebelum diskusi sempat ditanyakan latar belakang
pendidikan Purwanto. Ia mengaku lulusan Teknik Fisika IKIP Yogyakarta
(sekarang UNY), sambil memperlihatkan kartu nama, tertulis namanya
tidak menggunakan gelar Drs. Saat diskusi Purwanto sempat kewalahan dan
kesulitan menjawab berbagai pertanyaan Sudiartono dan Kusnanto. Apalagi

4 Sudiartono menulis kronologi kunjungan Joko Suprapto cs ke UGM. Lihat Lampiran I.


21

ketika ditanya tentang hukum kekekalan tenaga, dia menjawab dengan


sedikit ngawur yang tidak ada hubungan dengan pembangkit listrik
tersebut. Anehnya lagi, tandas Sudiartono, Purwanto mengaku mampu
menciptakan pembangkit listrik tenaga matahari dengan kapasitas
Gigawatt dengan cara melobangi lapisan ozon. ”Dari sini kami mulai
tidak menanggapi lagi, karena sudah kelihatan penipuannya. Saat
melontarkan bahan bakar air, kami tidak menanggapinya,” ujarnya.

Untunglah UGM tidak bodoh, hingga luput dari rasa malu tak
tertanggungkan menjadi bahan tertawaan. Kendati demikian, Sudiartono,
dalam kronologinya tentang usaha Joko Suprapto cs mengecoh UGM,
menulis, “Hanya yang kami sayangkan, saat di rumah dinas Rektor UGM
waktu itu, dia mengambil foto-foto Rektor dan yang lain. Yang kami
khawatirkan, dengan foto-foto tersebut mungkin akan digunakan untuk
mencari mangsa di tempat lain.”
Dan mereka mendapat mangsa, gemuk-gemuk lagi.
Dua hari setelah pernyataan Sudiartono di atas, tim peneliti UGM—

Dr. Tumiran (Ketua Jurusan Elektro FT UGM), Drs Sudiartono MSc (diwakili oleh Rita
Kristyani, Direktur Pengembangan Program Pusat Studi Energi UGM), Dr Wega
Trisunaryanti (dosen jurusan Kimia Fakultas MIPA UGM) dan Dr Jayan Sentanuhady
(Teknik Mesin Industri)—menegaskan bahwa air tidak dapat diubah menjadi
hidrokarbon. Meski secara prinsip air dapat diubah menjadi hidrogen, itu butuh energi
yang besar.
“Air sebagai sumber energi memang betul, namun untuk mengubahnya susah dan
masih banyak kendala,” kata Dr. Wega yang intensif meneliti masalah tersebut. Menurut
dia, energi berbasis air bukan hal baru. Pada prinsipnya air dapat diubah menjadi
hidrogen dengan teknik elektrolisis. Gas hidrogen inilah yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar. “Tapi proses elektrolisis air menjadi gas hidrogen butuh energi sangat
besar,” tambahnya. Lebih jauh dia menguraikan bahwa mengubah air menjadi bensin,
solar, minyak tanah dan avtur adalah sesuatu yang tidak mungkin. Air (H2O) terdiri atas
komponen hidrogen dan oksigen. Untuk mengubahnya menjadi hidrokrabon adalah
sesuatu yang mustahil. Sifat air yang polar sangat berlainan dengan hidrokarbon yang
non-polar. Dengan demikian secara hukum logis energi, hal ini jelas sangat tidak rasional
karena hidrogen yang memiliki sensitifitas tinggi harus diubah menjadi hidrokarbon yang
memiliki sensitifitas rendah. Dia menegaskan “Tingkat efesiensinya bagaimana? Itu
22

mustahil.”
Tim peneliti UGM menyebutkan, energi berbasis air bukan hal baru sehingga
kurang pada tempatnya jika penemuan teknologi berbasis air ini diklaim beberapa pihak
sebagai inovasi atau temuan baru.
Lebih jauh Dr. Jayan Sentanuhady mengatakan bahwa Dr. William Rhodes adalah
orang pertama yang mendokumentasikan metode elektrolisis ini pada tahun 1960.
Metode ini dipopulerkan oleh Profesor Yull Brown, tetapi di dunia sains banyak ahli
yang meragukan efisiensi proses ini karena dipandang sebagai pemborosan. Dr. Jayan
juga menerangkan bahwa proses elektrolisis yang umumnya menggunakan aliran listrik
masih terlalu mahal dibanding energi yang dihasilkan. Dengan kata lain tidak ekonomis.
Menanggapi maraknya “penemuan” bahan bakar alternatif yang tidak dibuktikan
secara ilmiah Profesor Dr. dr. Sutarya, Ketua Senat Akademik UGM, mengatakan, “Hasil
temuan seorang peneliti bisa saja tidak selalu benar, namun harus tetap menjunjung tinggi
kejujuran ilmiah dan tidak berbohong, apalagi secara sengaja membohongi publik dengan
berkedok rahasia riset atau rahasia perusahaan.” Menurut dia, klaim-klaim tentang Blue
Energy yang selama ini dilansir media menyalahi hukum kekekalan energi. Oleh sebab
itulah tim peneliti UGM merasa perlu menjelaskan kepada publik agar masyarakat
mendapatkan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Drs. Suryo Baskoro MS,
Kepala Bidang Keprotokolan UGM, menambahkan, “UGM menghimbau kepada semua
pihak untuk tidak lagi memberikan informasi yang menyesatkan tentang energi
terbarukan kepada masyarakat.” Lebih jauh dia mengatakan bahwa UGM juga
menghimbau para pengusaha atau pemerintah daerah melakukan pemeriksaan silang jika
ada pihak yang menawarkan sumber energi baru. Kepada pihak-pihak berwenang
diharapkan tidak ragu-ragu melakukan pengujian ulang guna menghindari kerugian.
Terlambat. Sudah ada yang telanjur menyetor uang, dalam jumlah yang tidak
sedikit. Jika ada kerugian material, ini bisa dimejahijaukan, sebab ini termasuk pidana
penipuan sebagaimana diatur dalam hukum positif kita. Kalau kesal merasa dibohongi,
jengkel melihat pendusta membual tak keruan, muak dengan angin surga yang
menimbulkan harapan kosong? Sanksi adat sudah tidak berdaya di negeri kita. Pada
zaman kolonial barangkali akan kita saksikan pendusta dikalungi tulisan PEMBOHONG
dipermalukan di depan khalayak. Sekarang, paling banter secara perorangan kita hanya
23

bisa mencatat bahwa si ini dan si ini tukang kibul.


Di blog milik Priyadi Iman Nurchayo, pada tanggal 21 Desember 2007 seorang
bernama Iswahyudi mengatakan, setelah menyalahkan orang banyak yang mengira Blue
Energy atau Minyak Indonesia Bersatu adalah air yang diubah menjadi bahan bakar (dia
mengatakan bahwa pada April 2008 kilang yang memproduksi 5400 barel perhari sudah
akan selesai dibangun), menyangkal adanya usaha penipuan. Dia justru menanyakan, apa
ada yang dirugikan?” Menurut dia, dana untuk BE/MIB tidak mengambil satu sen pun
dari ABPN dan semua keperluan untuk road show dan pengembangan proyek BE berasal
dari kantong para pendukung BE. Dia menutup penjelasannya dengan “Tidak akan ada
masyarakat yang dirugikan. Sekali lagi doa restunya, bukan kantong anda yang diincar.
Jadi mohon kesimpang siuran yang terjadi bisa diakhiri.”
Mau nangka tidak mau getahnya. Ingin enak (kata enak bisa diganti dengan kaya
mendadak, terkenal diakui sebagai penemu yang mengharumkan nama bangsa, dan lain-
lain) tentu sah-sah belaka, tetapi kalau menimpakan susahnya ke orang lain jelas
menjengkelkan. Iswahyudi, konsultan perminyakan dan aktivis gerakan Indonesia
Bersatu, membawa kenalannya Joko Suprapto menemui Heru Lelono. Kepada Heru, Joko
Suprapto mengatakan bahwa dia bisa membuat pembangkit listrik murah dan minyak
mentah dengan memisahkan hidrogen dari air. “Ini sesuai dengan keinginan Presiden di
berbagai kesempatan tentang perlunya kita mengembangkan FEW: food, energy, and
water,” kata Heru, seperti dikutip Tempo. Klop sudah.
Heru dan Iswahyudi lantas mengenalkan Joko Suprapto kepada Presiden
Yudhoyono. Pucuk dicinta ulam tiba. Memang inilah yang diharapkan Joko Suprapto.
Berbeda dengan kronologi versi Sudiartono, kepada seorang sumber Purwanto
mengatakan bahwa tujuan tim penemu (terdiri atas Ir. Joko Suprapto, Purwanto,
Hirmawan DA, dan Agung, dengan perantara Kyai Kholil Badawi, Bambang Sunarto,
Imam, dan Iwan) adalah meminta agar UGM bersedia menyampaikan temuan mereka
kepada presiden. Menurut Purwanto, Rektor Sofian Efendi marah besar karena timnya
tidak mau dipayungi nama besar UGM. UGM minta hak ekslusif atas temuan mereka.
Tim menolak, mereka ingin dipertemukan dengan RI-1 diperantarai UGM. Ketika tim
menolak menjelaskan teknologi, terutama yang di black box, orang-orang UGM kecewa.
Mengenai tuduhan bahwa dirinya penipu, Purwanto mengatakan bahwa PT Bramasta
24

benar-benar ada (ada dokumen dan akta notarisnya segala) tetapi alamatnya masih
menumpang karena belum punya kantor sendiri.
Entah dari mana gelar insinyur itu (ditulis demikian dalam kronologi versi
Purwanto, tanpa keterangan tanggal, dia bahkan lupa kapan kunjungan ke UGM
dilakukan). Tentu kita tidak boleh mengukur kecakapan seseorang dari gelar, tetapi
mengaku-ngaku alumnus UGM jelas lebih tidak boleh. Saya yakin kita semua sepakat,
peneliti atau bukan, penemu atau bukan, insinyur atau bukan, mestinya berlaku jujur
kalau memang punya itikad baik. Minta agar “temuan” mereka disampaikan oleh UGM
kepada presiden, ketika diminta menjelaskan teknologinya tidak mau. Ada yang lebih
aneh? Jika tidak punya niat jelek, mengapa sejak awal tidak mengatakan kepada
Sudiartono bahwa alamat ini menumpang? Mengapa, untuk urusan sebesar ini (dikatakan
bahwa latar belakang kunjungan ke UGM adalah agar temuan mereka yang “ibarat
tambang minyak terbesar di dunia” itu “dapat dimanfaatkan bagi bangsa dan negara.”)
Purwanto tidak minta kepada Sudiyanto, Direktur Keuangan PDAM Surakarta, agar
memberi tahu pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang menumpang di
rumahnya bahwa rumahnya dipakai sebagai kantor perusahaan, dengan memasang papan
nama misalnya? Ini perusahaan yang menawarkan solusi bagi bangsa, bukan rental
pengetikan. Barangkali Purwanto tidak bohong, dia hanya tidak mengatakan yang
sebenarnya. Upaya penjelasan Purwanto ini malah menimbulkan lebih banyak
“mengapa” dan menunjukkan ada yang tidak beres dalam upaya mereka.
Pendeknya tim ini berhasil meyakinkan presiden. Presiden memberikan dukungan
penuh. Lahirlah PT Sarana Harapan Indo Group, yang memayungi Sarana Harapan
Indopangan, Sarana Harapan Indopower, dan Sarana Harapan Indohidro. Heru menjadi
komisaris, dan Iswahyudi sebagai direktur. Pengembangan minyak dilakukan sayap
Indohidro. Indopangan giat mengkampanyekan padi varietas baru: Supertoy HL 1-3. HL,
singkatan dari Heru Lelono yang katanya bisa menghasilkan padi belasan ton per hektare.
Entah ada hubungannya dengan Minyak Indonesia Bersatu—yang kilangnya akan
selesai pada 1 April 2008 dan produknya akan dijual Rp 3000 seliternya—atau tidak
Presiden Yudhoyono mengatakan, dalam acara pelantikan Kasal pada tanggal 7
November 2007: “Tidak ada opsi itu, karena kita cari solusi yang lain, yang cespleng.
Paling tidak mengurangi dampak tanpa harus menimbulkan permasalahan pada
25

masyarakat luas. Insya Allah kita carikan jalan terbaik.” Lebih lanjut presiden
mengatakan bahwa pemerintah akan terus melakukan langkah-langkah untuk mengatasi
harga minyak yang kian melambung. “Kita lakukan langkah-langkah domestik,
kebijakan yang lain, supaya kita bisa mengatasi. Ada solusi, tidak mengguncangkan
perekonomian kita, tidak mengubah anggaran pembelanjaan kita. Itu yang sedang
kita lakukan, yang pada saatnya kalau memang begini terus dan lebih tinggi lagi, tentu
akan ada yang kita lakukan secara signifikan,” tegas presiden. Yang jelas janji itu
diucapkan sebelum pameran Minyak Indonesia Bersatu di Bali.
Joko Suprapto berjanji akan mempertunjukkan karyanya kepada presiden pada
tanggal 18 Mei 2008. Dia ingkar janji sebagaimana sudah umum diketahui. Harga BBM
yang dijanjikan tidak naik pada tahun 2008 pun naiklah. UGM menyatakan bahwa yang
dilakukan Joko Suprapto tak lebih dari usaha penipuan. Melejitlah kontroversi Blue
Energy.
Berdeketakan dengan pernyataan UGM tentang bahan bakar ajaib itu para ahli
yang kompeten mulai angkat bicara. Salah satunya adalah Dr. Hari Sutrisno, dosen di
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA, Universitas negeri Yogyakarta.
Dr Hari Sutrisno menduga, karena memang resep ditutup-tutupi oleh pembuatnya,
Blue Energy SHI maupun Banyugeni UMY bukan 100 persen air melainkan campuran
Air + BBM + Surfaktan + Garam mineral. Dugaannya diperkuat oleh pernyataan
Komandan Kodim Nganjuk Letnan Kolonel (Art) Chrisetyono yang menyaksikan
pembuatan Blue Energy bersama putra Presiden Yudhoyono. Letkol Chrisetyono
mengatakan, “Saat itu Pak Joko memasukkan bahan tertentu sejenis deterjen ke dalam
tangki penuh air. Air di dalam tangki itu lalu dipanaskan selama sekitar dua jam sampai
benar-benar mendidih. Setelah itu air yang di dalam tangki sudah menjadi bahan bakar.”
BBM yang digunakan tergantung kebutuhan, solar untuk mesin diesel, bensin,
minyak tanah, dan avtur (bahan bakar pesawat terbang). Agar air dan BBM bercampur
sempurna, dibutuhkan surfaktan sebagai pengemulsi. Kesempurnaan percampuran
bergantung pada jenis atau sifat surfaktan dan garam mineral. Komposisi campuran air +
BBM + surfaktan ini sudah banyak dipatenkan di berbagai negara. Teknik menghemat
bahan bakar ini, secara sains sangat mungkin, meski secara ekonomi harus
dipertimbangkan masak-masak. Demikian pandangan Dr. Hari Sutrisno.
26

Surfaktan bukan barang murah dan masih harus dipesan dari luar negeri. Kalau
benar proses pembuatan Blue Energy seperti dugaan Dr. Hari, dan kalau benar Minyak
Indonesia Bersatu akan dijual seliternya Rp 3000, makin besar saja subsidi negara untuk
mengimpor surfaktan. Mengingat yang diunggul-unggulkan dari Minyak Indonesia
Bersatu ini adalah aspek ramah lingkungan bahan bakar ini, apakah oplosan ini ramah
lingkungan atau tidak masih harus ditanyakan kepada ahlinya.
Karena memang tidak diminta presiden untuk menilai fisibilitas Minyak
Indonesia Bersatu, Unggul Prayitno, Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber
Daya Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengatakan bahwa
dirinya tidak tahu persis proses pembuatan Blue Energy karena semuanya serba rahasia.
Menurut Unggul memang tidak ada keharusan untuk memberi tahu lembaga riset
pemerintah seperti BPPT atau LIPI. Kata dia itu hak orang yang meneliti, tetapi kalau
ingin meyakinkan orang lain mestinya si peneliti bisa menjelaskan. Unggul menduga
bahwa Blue Energy tidak jauh-jauh dari teknologi yang sudah banyak dikenal sejauh ini,
memakai hidrokarbon untuk menghasilkan energi dan mencari cara paling murah
menghasilkan hidrogen.
Bawahan Unggul yang mengunjungi stan pameran Blue Energy di Konferensi
Internasional Perubahan Iklim di Bali akhir tahun silam pun tidak memperoleh banyak
keterangan. Eko Aji, Lead Consultant UNDP dan BPPT menggambarkan tentang tim
yang ditemuinya di Bali, “Kalau ditanya lebih dalam seperti tidak terbuka, ada semacam
kebohongan.” Eko bersama tim BPPT dua kali mengunjungi stan tim blue energy.
Menurut logika berpikir peneliti air laut tanpa proses tertentu jelas tidak mungkin
menjadi bensin.
“Mereka mengaku air laut itu dicampur dengan senyawa tertentu, lalu berubah
menjadi bensin. Tapi mereka tidak mau menjelaskan bagaimana prosesnya. Dan yang
kita lihat hanya hasil akhir yaitu bensin atau solar yang dimasukkan ke mobil. Dan itu
tidak pakai alat lagi,” jelasnya. Menurut Eko air laut dan bensin yang berasal dari fosil
memiliki senyawa berbeda. “Ini bagaimana caranya, ada senyawa kimia berbeda. Di
energi fosil ikatan karbon itu ikatan C, jadi kalau di air atau H, dapat unsur C-nya dari
mana? Itu kan H20, itu air laut. Bayangkan air jadi BBM, ini tidak logis,” ungkapnya.
Eko juga menuturkan bahwa saat mengobrol dengannya anggota tim blue energy
27

membanggakan hasil “temuan” yang bila diproduksi massal harga jualnya hanya Rp
3000. Dia tidak habis mengerti mengapa mereka tidak mau mempatenkan “temuan” itu.
“Ada teknik khusus, tapi mereka tidak mau memberi tahu.” kata Eko. Tim blue energy
berjanji akan memberi sampel untuk diuji di laboratorium Balai Besar Teknologi Energi
(B2TE) di Serpong. “Kami undang untuk diskusi, juga dibantu untuk sertifikasi, tapi
tidak pernah datang,” ujarnya.
Menurut Eko, sebagai perbandingan, proses sintesis bahan bakar biofuel saja
sangat mahal, sehingga bila air laut hanya dicampur saja dengan senyawa tertentu—tanpa
alat apa-apa—dan jadi bahan bakar sangat tidak rasional. Dia menambahkan, “Ada
gambar-gambar, memang mereka tunjukkan. Tapi tetap saja tidak masuk akal. Jadi
seperti berbicara di dunia klenik. Ya saya kasihan saja proyek ini sampai ke ring 1,” kata
Eko.
Klenik? Jadi ingat para ilusionis, dari keliber lokal hingga David Copperfield,
yang bisa mempengaruhi audiens untuk melihat sebagaimana yang diinginkan para
maestro hiburan itu. Juga para ahli ilusi yang tidak menghibur, para pelaku gendam yang
sempat banyak menelan korban. Jadi ingat juga pada cerita para pemilik warung,
“Tadinya saya lihat uang yang diberikan, setelah orangnya pergi jadi daun.” Klenik?
Demo selalu di kalangan terbatas, dalam tempo terbatas. Klenik? Jangan-jangan ketika
menanyakan apakah kotak pembangkit ajaib (yang diberi julukan keren oleh Purwanto,
black box) itu adalah PLT Jin Sudiartono tidak sedang berseloroh.
Klenik atau bukan, yang jelas proyek minyak ajaib itu bisa menyedot begitu
banyak perhatian karena berhasil menembus Istana Negara. Ini pula yang disesalkan
Tumiran, Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada. Tumiran mengaku
prihatin dan menganggap klaim Joko yang dipercaya Presiden itu telah menyesatkan
masyarakat. “Ini hal yang memalukan karena presiden kita lebih mempercayai hal-hal
seperti ini,” ujarnya. Menurut dia sebelum masuk ke presiden sebuah temuan seharusnya
memperoleh verifikasi dulu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, atau Kementerian Riset dan Teknologi sebagai
asisten pemerintah di bidang penelitian.
Pak Menteri, bagaimana ini?
Ketika ditanya soal blue energy Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto
28

Kadiman mengaku tidak tahu banyak. Dia malah menyarankan agar menanyakan saja ke
Joko Suprapto dan orang-orang yang punya perjanjian dengannya sebagai investor.
Ketika ditanya apakah dirinya sama sekali tidak dilibatkan dan ditegur pihak Istana
karena ragu terhadap blue energy, Kusmayanto menyatakan hal itu hanya permainan
politik. “Saya tidak mau terjebak dan terbawa arus politik. Perkenankan saya berfokus
melakukan yang baik-baik dengan benar.”
Ketika ditanya Teguh Santosa, mahasiswa Universitas Hawaii Manoa tentang
perkembangan “temuan” menggegerkan di tanah air itu, Kadiman malah berkisah tentang
Markonah. Nama sesungguhnya Markonah adalah Cut Sahara Fonna. Bermodal tape
recorder mini perempuan itu mengaku bayi dalam kandungannya bisa mengaji Alquran.
Dengan akal bulus tersebut perempuan berpendidikan tidak memadai itu berhasil
mengecoh orang-orang terpelajar yang merelakan isi dompet mereka. Ini terjadi pada
awal 1970-an. Kusmayanto juga menyebut-nyebut soal penggalian situs Batutulis oleh
Menteri Agama Said Agil Al-Munawar pada pemerintahan Megawati Soekarnoputri.
Menurut Teguh Santosa, Kusmayanto terkesan tidak percaya dengan “temuan”
Joko Suprapto.5 Dia sama sekali tidak dilibatkan dalam proyek itu. “Ini sepenuhnya
5 Boleh jadi karena Menristek sudah tahu apa sebetulnya magic fuel itu. Belakangan, tanggal 2 Juni 2008,
terungkap bahwa BPPT pernah mengujinya. Hasil uji BPPT terhadap blue energy ini dipaparkan oleh
Menristek sendiri dalam jumpa pers di gedung BPPT, Jl. Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (2/6/2008).
Ternyata minyak ajaib itu bukan hal aneh, itu cuma varian dari minyak diesel dari bahan bakar fosil.
BPPT mendapatkan blue energy karena pernah dikirimi 1 jeriken bahan bakar bertuliskan blue energy.
Sumber di BPPT membocorkan bahwa blue energy inilah yang pernah diperlihatkan kepada Presiden SBY
oleh tim dari Heru Lelono dan Joko Suprapto cs dan pernah dipamerkan di arena Konferensi Climate
Change di Bali akhir 2007 lalu. Anehnya, BPPT mendapatkan blue energy ini bukan dari PT Sarana
Harapan Indo (SHI) Corp—perusahaan yang mengembangkan blue energy—melainkan dari Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat Dephub.
Menurut Kusmayanto, setelah mendapatkan 1 jerikan blue energy ini, peneliti BPPT melakukan dua
tahap pengujian. Tahap pertama, membandingkan blue energy dengan bahan bakar solar reguler dan
petradex produksi Pertamina yang biasa dijual di SPBU.
Lalu, pengujian kedua dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan blue energy tersebut.
“Pengujian yang kedua ini, kita mau tahu dari mana kira-kira bisa dapat satu jeriken ini,” kata Kusmayanto.
Pengujian terhadap blue energy ini dilakukan dengan mobil Isuzu Panther. “Dari hasil itu, dapat
diketahui bahwa 80% blue energy itu sama atau mirip dengan solar regular dan petradex,” jelas
Kusmayanto.
Selain itu, tim BPPT juga menyimpulkan pembuatan bahan bakar dari air belum efisien, karena
biayanya sangat mahal. Menurut Kusmayanto yang menjelaskan di depan wartawan sambil membuat
ilustrasi di papan tulis, pembuatan bahan bakar dari air memerlukan biaya tinggi, bila teknologi yang
dipakai adalah elektrolisa. Teknologi ini harus memecah hidrogen yang memerlukan energi besar.
[...]
Prawoto menyatakan penelitian BPPT terhadap blue energy ini dilakukan pada Januari-Februari 2008.
Namun, mengapa hasil penelitiannya tidak segera dikirimkan kepada Presiden SBY? Inilah yang belum
disampaikan BPPT.
(Disarikan dari detikcom 2 Juni 2008)
29

pekerjaan Heru Lelono,” katanya. Konon Kusmayanto sempat mengungkapkan


keraguannya itu kepada Presiden. Dia malah diminta diam dan tidak mengomentari
proyek Heru dan kawan-kawan. Dimintai konfirmasi soal ini, Kusmayanto enggan
menjawab.
Ruwet dan serba tidak jelas. Berbelit-belit betul tim Blue Energy ini. Tidak aneh
jika kontroversi dan kesimpangsiuran merebak. Berdasarkan uraian di atas, sumber
keruwetan ini adalah “tim hebat” itu sendiri. Ketika orang gaduh bertanya-tanya, kesal
bangsa ini jadi tertawaan (lagi), enteng saja mereka berkata, “Mohon kesimpangsiuran ini
dihentikan. Biarkan para peneliti bekerja.” Mengapa tidak sungguh-sungguh meneliti,
bukan membeli kucing dalam karung yang isinya apa belum jelas, minta diuji lembaga-
lembaga yang kompeten, setelah fisibilitasnya diketahui jelas, baru menepuk dada?
Tidak ada yang dirugikan. Bukan kantong Anda yang kami incar. Begitu katanya.
Tim Joko Suprapto yang menjajakan minyak ajaib di tempat lain sudah menelan korban.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Agar dapat dimanfaatkan bagi bangsa dan
negara, kata Purwanto. Setelah gagal membuat mata dunia terbelalak kagum dengan
temuan terobosan anak bangsa tapi sangat berhasil membuat mata dunia terbelalak
melihat sedemikian tidak nalarnya sebagian bangsa ini, tim Joko Suprapto tergerak
hatinya untuk membikin nama UMY semerbak mewangi di level dunia yang akan
membuat MIT tersipu malu.
Pernyataan dan peringatan UGM itu cukup bertaring rupanya.6 Tak lama setelah
itu diberitakan oleh Koran Tempo tanggal 30 Mei 2008 bahwa tim ilmuwan Universitas

6 Tetapi tak cukup bergigi melunturkan dukungan Presiden Yudhoyono, berikut petikan dari Koran Tempo
edisi Rabu, 28 Mei 2008:
Presiden Tetap Dukung Blue Energy
"Berhasil atau tidak, itu urusan belakangan."
JAKARTA - Di tengah keraguan dan olok-olok dari berbagai pihak, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyatakan akan tetap mendukung pengembangan energi alternatif, termasuk proyek "blue energy".
"Presiden terus mendukung terobosan teknologi," kata juru bicara kepresidenan Andi Alfian Mallarangeng
di kantor Presiden kemarin.
Menurut Andi, dukungan juga akan diberikan kepada setiap penemuan yang berguna. "Baik (dalam
bidang) energi, bibit unggul, teknologi informasi dan komunikasi, maupun perangkat lunak dan lainnya,"
katanya. "Soal berhasil atau tidak, itu urusan belakangan.”
Tentu saja sikap presiden itu sungguh tepat, memang begitulah seharusnya pemimpin. Akan lebih tepat
lagi kalau setiap usulan didaring secara kritis oleh badan-badan riset pemerintah.
Pada acara pelepasan konvoi kendaraan Tim Blue Energi menuju Bali, 25 November 2007, Presiden
Yudhoyono mgrtk, “"Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan,
dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi
bangsa Indonesia bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil
konkretnya setelah semua penelitian ini selesai.”
30

Gadjah Mada yang membeberkan dugaan penipuan oleh Joko Suprapto cs dipanggil
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara pada tanggal di atas. Pertemuan
itu dilakukan untuk mendiskusikan secara ilmiah kontroversi kabar penemuan sumber
energi alternatif dari air (blue energy). Tetapi pada hari yang sama detikcom (30/05/2008,
08:42 WIB) menurunkan berita yang menyatakan bahwa tim UGM membantah kabar
adanya undangan dari Presiden SBY untuk memberikan penjelasan terkait blue energy.
Hal ini ditegaskan Kepala Pusat Studi Energi UGM Sudiartono. “Salah semua, tidak ada
urusan. Saya tidak pernah dipanggil,” kata Sudiartono saat dihubungi detikcom via
telepon, Jumat (30/5/2008). Dia bahkan mengaku pihak Istana sama sekali belum pernah
menghubunginya. “Belum pernah, belum sama sekali,” imbuh pria yang pernah
menyusuri jejak Joko Suprapto cs dan menyimpulkannya sebagai penipu ini. Ketika
ditanya bagaimana kalau dipanggil, Sudiartono mengatakan, “Saya siap, tapi hanya
menjelaskan kronologi ketika tim banyugeni dan blue energy menemui saya. Kalau
memberikan penjelasan apa itu blue energy itu bukan bidang saya,” jelasnya.
Beberapa media cetak pada hari itu memberitakan bahwa Tim UGM, salah
satunya Sudiartono, akan bertemu dengan Presiden SBY pada pukul 10.30 WIB. Juru
bicara Istana Kepresidenan Andi Mallarangeng saat dikonfirmasi detikcom juga mengaku
tidak tahu tentang jadwal pertemuan itu.
Keesokan harinya, Sabtu 31 Mei 2008, Koran Tempo memberitakan bahwa Tim
Universitas Gadjah Mada (UGM) batal bertemu dengan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono kemarin sehubungan dengan kontroversi proyek “energi biru”. “Rencananya
ada makan siang dengan pakar-pakar energi membahas isu-isu energi alternatif dan
penghematan energi, tetapi Presiden masih batuk-batuk,” kata juru bicara Andi
Mallarangeng di lingkungan Istana Negara kemarin. Andi mengatakan Presiden
disarankan untuk istirahat dan mengurangi aktivitas yang mengeluarkan banyak suara.
"Kami carikan waktu lain. Mudah-mudahan Senin (pekan depan) bisa dilakukan,"
katanya.
Ternyata sesudah UGM membeberkan dugaan mereka tentang siapa sebetulnya
Joko Suprapto cs, urusan simpang siur belum selesai juga.
Senin yang dimaksud Andi tiba. Bukan hanya dari UGM, Presiden Yudhoyono
mengundang 60-an ilmuwan dan ahli energi dari berbagai lembaga dan universitas. Para
31

peneliti yang hadir dalam pertemuan itu, antara lain, berasal dari Universitas Indonesia,
Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, dan
Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Sedangkan dari lembaga penelitian
pemerintah antara lain dari Badan Teknologi Nuklir Nasional, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Sekitar
sebelas menteri yang menangani bidang energi, ekonomi, dan politik hadir, termasuk
Panglima Tentara Nasional Indonesia. Empat badan usaha milik negara ikut diundang,
yaitu PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, PT Perusahaan Gas Negara, dan PT
LEN Industri, yang bergerak di bidang elektronik.
“Kami ditantang Presiden untuk menyerahkan masukan mengenai pengganti
energi fosil,” kata Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman. Kusmayanto
menambahkan bahwa para ilmuwan diberi waktu dua minggu untuk menyerahkan
rekomendasi temuan energi alternatif pengganti minyak bumi. Tujuannya adalah mencari
solusi agar Indonesia tidak bergantung pada minyak, yang makin mahal dan tak
terbarukan.
Dalam pertemuan itu Presiden Yudhoyono mengatakan agar dirinya jangan
didebat. Dalam pidatonya sekitar satu jam, presiden merujuk buku Beyond Gas: The
Methanol Economy, karya pemenang Nobel asal Amerika Serikat, George A. Olah. “Jika
masih ingin mendebat,” kata Presiden, tujukan kepada Olah. “yang menulis buku itu,
bukan saya.”
Dr. Tumiran, Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada, yang
meragukan temuan blue energy, batal menghadiri acara itu. Seseorang yang mengaku
dari protokol Istana mengatakan, dia baru akan diundang lain waktu. Namun, nama
Tumiran dicatat dalam situs presidensby.info sebagai peserta. Ketika wartawan Tempo
menghubungi kepala rumah tangga Presiden, Ahmad Rusdi, tidak menjawab telepon
maupun pesan singkat yang dikirim untuk konfirmasi.
Ketika para ilmuwan sekolahan yang identik dengan teori dan tidak becus praktik
sibuk membicarakan tantangan ala Bandung Bondowoso akibat, langsung atau tidak, aksi
pendekar tenaga biru dari Nganjuk, sang pendekar justru tidak terlihat batang hidungnya.
Kemanakah “peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan
teori” itu gerangan? Tempointeraktif bilang dia mengurung diri di rumah berleha-leha.
32

Penjaga rumahnya bilang tidak tahu, mungkin ke Jakarta. Komandan Kodim bilang Heru
Lelono ke Nganjuk hendak menemui Joko Suprapto. Tidak misterius sama sekali. Hanya
tidak jelas. Yang jelas sepekan kemudian para pedagang makanan dan minuman
berduyun-duyun menuju rumah orang yang dalam setahun belakangan menjadi orang
terkaya di Dusun Turi itu. Joko Suprapto menggelar pertunjukan wayang kulit.
Sementara itu, diakui atau tidak, pengungkapan UGM itu mempengaruhi nasib
“temuan” Joko Suprapto yang itu-itu juga tapi diberi nama lain, Banyugeni. Para
“peneliti” dadakan itu tiarap semua. Para petinggi UMY serempak sariawan semua.
Rektor Dr. Khoiruddin hanya berkata, “Kita cooling down dulu.” Banyugeni dipetieskan.
Air + Api itu menjelang padam rupanya.
Ketika orang ramai mempertanyakan kemiripan Banyugeni dan Blue Energi, pada
hari Ahad 1 Juni 2008 rektor UMY, Dr. Khoiruddin, mengatakan bahwa Banyugeni yang
dikembangkan UMY berbeda dan terpisah dari Blue Energy yang dikembangkan Joko
Suprapto. Rektor juga menegaskan bahwa Drs. Purwanto, staf ahli rektor bidang
pengembangan teknologi, tidak ada kaitannya dengan Joko Suprapto. Dia menegaskan
kepada wartawan Harian Kedaulatan Rakyat, “Kita kenal dengan beliau yang
mengembangkan blue energy dan sudah ‘dipamerkan’ pada Presiden SBY. Sedang kami
muncul belakangan.” Mengenai tudingan bahwa Joko Suprapto adalah penipu dia
berkomentar, “Mungkin, maksud baik beliau memberikan kepada bangsa dan negara ini
tidaklah semulus jalannya yang dibayangkan, malah dikira penipu.” Sehingga, masih
menurut Dr. Khoiruddin, belajar dari kasus blue energy pihaknya tidak cepat-cepat
menepuk dada. “Kan dalam bekerja itu ada gerakan politik, struktural dan kultural. Nah
kita tidak usah mengambil lewat struktural, tapi kultural saja. Kita melakukan yang kecil-
kecil dulu, mudah-mudahan berguna untuk rakyat. Yang penting kalau ada apa-apa nanti
rakyat yang membela,” jelasnya
Tentu saja berbeda dan tidak ada hubungannya. Bukankah Banyugeni adalah buah
dari penelitian panjang nan melelahkan para peniliti UMY yang mengambil inspirasinya
dari Alqur’an? Sedangkan Blue Energy “ditemukan” oleh Joko Suprapto. Sebab rujukan
dalam kitab suci itu laut, maka yang digunakan sebagai bahan dasar Banyugeni adalah air
laut, bukan air tanah. Begitulah kata Drs. Purwanto. Sedangkan Blue Energy tidak mesti
memanfaatkan air laut. Berubah-ubah sesuka yang menjawab. Mula-mula air laut yang
33

molekulnya dipecah menjadi H plus dan O2 min. Beberapa hari kemudian rekan kongsi
Joko Suprapto mengatakan bahwa Minyak Indonesia Bersatu adalah bahan bakar sintetik
yang dibuat dari substitusi molekul hidrogen dan karbon tak jenuh, proses pembuatannya
sama dengan minyak fosil, namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah. Berubah
lagi menjadi sinergi air dengan bahan bakar. Rupanya Banyugeni lebih unggul ketimbang
Blue Energy dalam hal tidak plintat-plintut. Perbedaan lain, tim “peneliti” UMY
terilhami oleh Surat At-Thur ayat (6), Al-Anbiya’ ayat (30), dan At-Takwir ayat (6),
sedangkan Joko Suprapto memungut ilhamnya dari surat Al-Kahfi ayat (83).7 Tim energi
biru berjanji meluncurkan produk pada Agustus 2008, sedangkan tim peneliti Banyugeni
memilih membuat khalayak penasaran. ”Saya lebih baik menjawab masih lama, biar
aman. Karena tidak sederhana,” ujar Dr. Khoiruddin Bashori. Kata Direktur Jenderal Hak
atas Kekayaan Intelektual, Andy Noorsaman Sommeng, hingga akhir Mei 2008 belum
ada pendaftaran hak paten untuk teknologi temuan Joko Suprapto ataupun Center for
Food, Eenergy and Water Studies (CFEWS). Sedangkan untuk melindungi merek
‘Banyugeni’, sudah dimintakan patennya di Ditjen HAKI Dephuk HAM dengan nomor
00.2008.004866. Berbeda bukan?
Tetapi hebatnya, “temuan” berbeda dan penemunya yang dikatakan tidak punya
hubungan dengan staf ahlinya, Drs. Purwanto, itulah yang membuat Dr. Khoiruddin
meletakkan jabatan sebagai rektor. Setelah merenung dan istikharah, pada tanggal 17 Juni
2008 dia melayangkan surat pengunduran dirinya ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah
yang mengabulkan permohonan itu lima hari kemudian. Khoirudin mengatakan bahwa
pengunduran diri itu adalah inisiatifnya sendiri. Tak ada paksaan dari siapa pun. Dia
enggan menjawab ketika pengunduran dirinya itu dikaitkan dengan kasus Banyugeni
yang terjungkal dan merugikan universitas yang dipimpinnya sebesar Rp 1,3 miliar. Yang
dikatakannya cuma, dia sudah menjabat sebagai rektor selama dua periode. Yang jelas,
berita tentang rencana mundurnya rektor UMY sudah beredar menyusul pembongkaran
Pembangkit Listrik Tenaga Mandiri “Jodhipati” dan dihentikannya proyek Banyugeni.
Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Dr. Chairil Anwar mengatakan
bahwa di antara alasan yang dikemukakan dalam surat pengunduran diri Dr. Khoiruddin
adalah “situasi tidak yang nyaman”. Dia menambahkan bahwa itu pastilah tidak lepas

7 Bingung mencari hubungan antara Dzulqarnain dan air laut jadi bensin? Saya juga.
34

dari situasi di UMY yang sudah tidak kondusif akibat dari pemberitaan Banyugeni dan
generator yang luar biasa dan kontroversial. Kepala Biro Humas dan Kerja Sama
Universitas Muhammadiyah Ahmad Ma’ruf mengatakan inisiatif pengunduran diri
Khoiruddin diduga terkait dengan masalah “Banyugeni”. Menurut Ma’ruf, surat
pengunduran diri Khoiruddin merupakan inisiatif pribadi sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kasus kerja sama dengan Djoko Suprapto terkait dengan sewa
daya pembangkit listrik “Jodhipati” dan proyek penelitian “Banyugeni”. Pernyataan yang
lebih tegas tentang keterkaitan mundurnya Dr. Khoiruddin dengan proyek Banyugeni
disampaikan oleh Prof Dr Edy Suandi Hamid, Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi
Lembaga Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah. “Jelas," kata Edy, “semua
orang sudah tahu ini karena kasus Banyugeni.”
Dr. Khoiruddin Bashori harus menandatangani surat permohonan mengundurkan
diri karena menandatangani kontrak dengan Joko Suprapto yang dikenal sebagai
“penemu” Blue Energy. Dalam kontrak tertanngal 13 Desember 2007 itu, menurut
Muchtar Zuhdi, pembangkit listrik tenaga aneh Jodhipati akan mulai berfungsi pada
Januari 2008. Joko mengatakan bahwa pembangkit tersebut akan mempunyai daya
sebesar 3 megawatt dan dapat menghemat hingga separuh dari PLN. UMY bersedia
mengongkosi proyek itu, harganya turun dari yang dijajakan ke UGM, senilai 1,3 miliar
lebih.
Selain menawarkan pembangkit listrik, yang belakangan lebih ngetop dengan
sebutan Pembangkit Listrik Tenaga Jin, Joko Suprapto dan kelompoknya, di antaranya
adalah Purwanto yang nantinya menjadi staf ahli rektor bidang pengembangan teknologi
dan ketua tim Banyugeni, juga menawarkan proyek bahan bakar air, yang nama patennya
adalah Banyugeni. Air Api sudah dipamerkan kepada khalayak sebagaimana diuraikan di
atas. Berbagai roadshow digelar untuk memperkenalkan minyak ajaib ramah lingkungan
dan ramah dompet itu, lebih murah dari MIB, cuma Rp. 2000 per liter. (Hingga tanggal
26 Mei 2008, beberapa hari sebelum UGM mengungkap siapa sejatinya para “peneliti”
keliling itu, tim Banyugeni masih berpromosi di Aula Bappeda Kabupaten Sleman.)
Tunggu-punya tunggu, Januari berlalu, pembangkit listrik yang bisa membikin
gulung tikar Perusahaan Listrik Negara tak kunjung rampung. Hingga memasuki bulan
Juni 2008, belum rampung juga. Ahmad Ma’ruf yang, barangkali karena tugasnya
35

sebagai Kepala Biro Humas dan Kerja Sama UMY, pernah menyampaikan paparan
mendetail lagi meyakinkan tentang betapa dahsyat Banyugeni itu mengatakan bahwa
molornya perampungan pembangkit listrik tenaga mandiri itu membuat pihaknya curiga.
Kecurigaan yang kian menguat ketika banyak yang mulai mempersoalkan kemiripan
Blue Energy dan Banyugeni, apalagi setelah terungkap bahwa Joko Suprapto dan
Purwanto pernah mengajukan tawaran serupa ke Universitas Gadjah Mada.
Akhirnya setelah “sihir” Joko Suprapto pudar dihantam pro-kontra
dan kecurigaan, pihak UMY dibantu para ahli kelistrikan dari UGM,

membongkar alat ajaib itu. Bukan mendapati alat inovatif inkonvensional


mencengangkan, mereka tercengang mendapati benda-benda yang pantas disebut
rongsokan.
Pembongkaran yang dilakukan PT MPK (PT Mentari Prima Karsa, salah satu
badan usaha milik UMY yang sedianya akan mengelola proyek Banyugeni yang
prestisius itu) bersama tim dari Teknik Elektro UMY (Ir. Jalam dan Ir. Ri’fan MT) serta
para ahli kelistrikan Universitas Gadjah Mada (Profesor Adhi Susanto, Sudiartono, dan
Dr. Sarjiyo) dan disaksikan para pejabat UMY itu sempat diwarnai sedikit ketegangan,
ada “teror” dan ancaman dari tim Joko Suprapto bahwa Jodhipati mengandung obat-
obatan yang dikhawatirkan akan menimbulkan radiasi, dan akan meledak jika dibongkar.
Oleh sebab itu UMY menghadirkan para ahli dari Badan Tenaga Atom Nasional
Yogyakarta dan aparat kepolisian. Alat aneh itu tidak meledak. Tidak ada obat-obatan di
dalamnya. Isinya kebohongan.

Air + Api = Padam


Bersama pembongkaran alat tidak jelas itu terbongkar pula penipuan berkedok inovasi
teknologi. Banyugeni ternyata bukan inovasi karya anak bangsa yang ditunggu-tunggu,
cuma kebohongan besar. Proyek yang awalnya diandalkan itu kini menjadi aib besar
yang mesti ditanggung UMY. Sanksi untuk para “peneliti” pun dibicarakan, penjaja
dagangan proyek inovatif itu dipolisikan. Sebagai penipu.
Setengah bulan sebelumnya, ketika memutuskan pembekuan sementara proyek
Banyugeni, Dr. Khoiruddin ditanya wartawan keputusan itu dipengaruhi oleh sinyalemen
UGM bahwa ada unsur penipuan dalam proyek itu, dengan tegas dia mengatakan: tidak.
36

Katanya, “Ini negara hukum, kalau penipuan dituntut saja dan itu bisa perdata atau
pidana. Kalau saya merasa tertipu, ya saya tuntut. Ini negara hukum, gampang. Kalau
misalnya saya ditipu, yo tak oyak.” Jawabannya pada wartawan itu soal pengaruh UGM
itu sulit dimengerti. Tetapi Khoiruddin berkata benar soal penuntutan itu. Walaupun
untuk “gampang” itu, ternyata tidak segampang itu. Sebab, selain dikenal sebagai
“penemu”, yang diragukan bahkan ditertawakan banyak orang, Joko Suprapto sungguh
pendekar aliran tenaga biru yang lincah lagi licin.
Dilaporkan ke Polda DIY, Joko balik melaporkan UMY, lewat Susantio
pengacaranya, karena merusak alat miliknya. Sutantio mengatakan bahwa kliennya
membantah telah melanggar kesepakatan sebagaimana tertuang dalam Lembar
Kesepakatan Bersama Pengganti Kontrak (LKBPK) yang dibuat 13 Desember 2007. Joko
Suprapto tidak terima disebut-sebut telah melakukan penipuan berkedok inovasi, PLM
Jodhipati. Menurut Susantio, dalam LKBPK yang juga ditandatangani Rektor UMY Dr.
Khoiruddin Bashori selaku pihak pertama, Joko tak pernah menjanjikan PLM Jodhipati
dapat difungsikan mulai Januari 2008. “Dalam LKBPK, klien saya memang menjanjikan
akan melakukan pemasangan PLM Jodhipati paling lambat minggu ke-3 Januari, bukan
menjanjikan untuk memfungsikannya. Kedua istilah ini beda," ungkap Susantio.
Tidak jelas benar, apakah UMY memang berniat hanya menjadikan PLM itu
hanya sebagai pajangan saja, juga tidak dijumpai komentar sang pengacara tentang isi
Jodhipati yang oleh para ahli dinyatakan sama sekali tidak bisa disebut alat pembangkit
listrik itu. Juga tidak dijelaskan oleh sang pengacara, bagaimana Joko Suprapto bisa
menuntut UMY karena merusak alatnya, kalau Joko mengaku tidak mengetahui proyek
itu? Sebagaimana dilansir Koran Tempo, 15 Juni 2008.
Soal uang yang sudah dikantongi Joko Suprapto, Muchtar Zuhdi, koordinator tim
kuasa hukum UMY mengatakan, “Jika Djoko mau mengembalikan uang yang diterima
dari UMY, kasus perdatanya tidak perlu diselesaikan di pengadilan," katanya. Walaupun
pernah mengaku tidak tahu-menahu soal proyek Jodhipati ternyata Joko Suprapto,
menurut Susantio, telah bersepakat dengan pihak UMY untuk membatalkan LKBPK
tanpa merugikan masing-masing pihak. Joko bersedia mengganti biaya PLM yang sudah
dibayar UMY paling lambat hari Jumat tanggal 13 Juni 2008. Susantio mengatakan
bahwa selepas pembatalan kesepakatan itu pihaknya menghimbau UMY agar tidak
37

merusak, menghilangkan, atau membongkar PLM, sebab secara hukum benda itu bukan
milik UMY. “Namun kenyataannya, sebelum 13 Juni, di mana klien saya akan mengganti
biaya PLM, pihak UMY malah membongkarnya,” jelas Susantio. Apakah Joko
mengembalikan uang itu? Keesokan harinya, 14 Juni 2008, kepada anggota Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia, Johny Nelson Simanjuntak, yang menemui Joko di
rumahnya di Nganjuk, Jawa Timur, Joko mengatakan sudah mengembalikan uang sekitar
1,3 miliar kepada UMY. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat UMY Twediana Budi
Hapsari membantah pengakuan Djoko tersebut.
Benarkah Joko Suprapto berniat mengembalikan uang semiliar lebih kepada
UMY sebelum tanggal itu? Menurut Muchtar Zuhdi, Joko Suprapto memang tidak punya
itikad baik. Joko Suprapto sudah mencoba menawarkan dengan surat pernyataan
mengembalikan uang Rp 1,5 miliar dan memberi fotokopian BG mundur tertanggal 21
Juni 2008. Pengacara Joko Suprapto sudah menawarkan akan segera menyerahkan BG
aslinya yang juga BG mundur. Namun sebagai koordinator Tim Hukum Kasus
Banyugeni, Muchtar Zuhdi sudah meminta siapa pun untuk tidak menerima BG mundur
tersebut. “Kalau betul-betul ada itikad baik, kami akan sama-sama ke bank dan bank juga
memberikan jaminan untuk pencairan dana tersebut. Dengan demikian baru dapat
ditentukan sikap,” jelasnya. Meski demikian, tambah Muchtar, ada kejanggalan karena
BG itu tertanggal 21 Juni yang merupakan hari Sabtu dan biasanya bank tutup.
Dalam pernyataan di atas meterai terungkap Joko Suprapto sudah menerima uang Rp
1,345 miliar. “Namun dalam pernyataan itu pula terungkap bila ia bersedia
mengembalikan Rp 1,5 miliar,” jelasnya.
Bahwa Joko Suprapto gemar bohong, dari sepak terjangnya di dunia “penelitian”
sudah jelas. Penipu? Nanti dulu. Kita menganut asas praduga tidak bersalah. Penipuan
adalah perkara pidana di mana kebohongan hanyalah salah satu aspeknya. Karena perkara
pidana, tentu pengadilan yang berwenang memutus apakah dia melakukan penipuan atau
tidak. Putusan pengadilan juga mesti ditunggu untuk menetapkan pembongkaran
pembangkit listrik tenaga molor melulu itu melanggar hukum atau tidak. Ini tidak mudah,
karena sang pendekar biru senantiasa melancarkan salah satu jurus andalannya: sakit.
Tak mau kalah dengan para tersangka korupsi yang hobi sakit, Joko Suprapto
sakit ketika tim Polda DIY datang ke rumahnya untuk menangkapnya pada hari Rabu 9
38

Juli 2008. Ketika diperiksa penyidik Polda DIY dia, bukan berita baru sebetulnya, sakit
melulu. Sebelum dibekuk polisi, jurus ini sering dia praktikkan ketika menghadapi
wartawan.
Belum lagi kalau di pengadilan kelak dia mengelurkan jurus pamungkasnya yang
lain, pingsan. Sewaktu ditanya wartawan resep mengubah air menjadi bahan bakar, dia
pingsan. Orang ini memang sakti, sakit jantung dan mudah pingsan, tetapi ketika
dilaporkan UMY ke kepolisian (menurut ukuran orang normal mestinya dia tertekan) dia
justru berencana mempertunjukkan “temuannya” dua atau tiga hari kemudian.8 Kapan
pastinya? Kita tanyakan saja kepada Kepala Satuan Intel Kepolisian Resor Nganjuk Ajun
Komisaris M. Muchdor. “Saya sudah bertemu Pak Joko barusan, dan dia berjanji
membuktikan temuannya 19 Juni,” kata Muchdor. “Pak Djoko mengatakan akan
menetapi janjinya asalkan tidak sakit.” Tentu saja!
Kali ini dia tidak sakit. Tetapi kalau Anda berharap dia akan mempraktekkan apa
yang dikatakannya ini, dikutip dari Majalah Tempo 17/XXXVII/16 - 22 Juni 2008:
“... Yang penting air dialirkan ke alat buatan saya, kemudian ngocornya jadi
bahan bakar. Airnya nanti disediakan masyarakat, jadi fair. Sampeyan juga boleh
bawa air, pulangnya bawa bensin atau solar, terserah,”
silakan Anda kecewa. Yang dia pertontonkan hanyalah penghematan bahan bakar dengan
memanfaatkan air. Begini kata dia,

“Di generator, komposisi bahan bakarnya terdiri atas 70 persen air dan 30 persen

8 Dikritik kiri kanan dan dihantam pengaduan rupanya tidak lantas membuat Joko Suprapto mawas diri dan
rendah hati. Dia mengundang Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, para ilmuwan
dari Persatuan Insinyur Indonesia dan Masyarakat Teknologi Terbarukan Indonesia layaknya mengundang
Pak RT dan tetangga-tetangga sebelah untuk kendurian yang sore diundang lepas maghrib pasti datang.
Tentu Menteri Kusmayanto tidak datang. “Undangannya mendadak, jadi saya tidak bisa datang,” kata
Kusmayanto.
“Pak Joko memutuskan tidak menunggu para undangan. Masyarakatlah yang menjadi prioritas utama
menyaksikan pembuktian temuan ini,” kata Catur Suryadi, juru bicara Joko Suprapto. Lalu buat apa
mengundang? Barangkali pernyataan pejabat Kementerian Riset ini bisa menjelaskan, “Jika Joko memang
berniat membuktikan kebenaran teknologinya, seharusnya tinggal membawanya ke fasilitas Kementerian
untuk uji coba teknis. Jika kami hanya datang dan tetap tidak tahu proses teknisnya, kehadiran kami nanti
malah diklaim telah membenarkan kebenaran teknologi itu.”
Dan “pembuktian” itu memang tidak membuktikan apa-apa. Pembangkit listrik yang diklaim akan menyala
selamanya itu cuma hidup 3 menit. Apakah pembangkit bernama hebat (Jodhipati) itu yang mensuplai
listrik di rumah Joko Suprapto? Kalau masih memakai listrik dari PLN, bisa-bisanya dia menawarkan alat
itu ke mana-mana. Pembuktian apa? Kepada siapa? Ini bukan pembuktian, ini dagelan yang sama sekali
tidak lucu.
39

solar. Bahkan, saya mampu menjadikan 90 persen air dan 10 persen solar. Inilah
yang saya sebut sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan.”

Ini bukan temuan baru. Bukan Joko Suprapto penemunya. Sulit mencari tahu
siapa penemunya, karena ini sudah menjadi pegetahuan publik dan sudah banyak yang
menerapkannya, sejak puluhan tahun silam. Dan omong kosong belaka ramah lingkungan
itu, apa solarnya bukan dari fosil? Tidak sulit menebak jurus Joko saat ditagih janjinya
untuk membuktikan kesaktiannya mengubah air menjadi bahan bakar. Berikut kutipan
dari Majalah Tempo Edisi. 18/XXXVII/23 - 29 Juni 2008:
“Ketika Tempo mengingatkan Joko akan janjinya dua pekan lalu untuk
menunjukkan proses pembuatan solar atau bensin berbahan dasar air dan
bukannya masih menggunakan solar atau bensin sebagai campuran, ia mengelak.
”Wah, kalau itu blue energy,” katanya. ”Saya tidak akan mempresentasikannya di
sini.”
Setelah memperagakan pembangkit listriknya, Joko masuk ke rumahnya
dan tidak keluar lagi. Seorang anggota stafnya membisiki, ”Tadi Bapak sempat
pingsan sebentar, jangan diganggu lagi.”

Tuh, kan. Pingsan lagi dia. Anda mau menunggu sampai dia kehabisan jurus,9 lalu
membuktikan klaimnya yang luar biasa itu?

9 Jurus simpanan pendekar tenaga biru ini bervariasi, tetapi intinya itu-itu saja: berkelit. Salah satu yang
paling menjengkelkan dan menghina kecerdasan adalah jurus berkelit sekenanya. Ditanya ini jawabnya itu,
ditanya A jawabnya Z, atau lugasnya: ngawur. Misal:

Dari mana Anda mendapatkan inspirasi teknologi ini?

Semua sudah dijelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 83. Di situ disebutkan tempat-tempat dan segala sesuatu
yang bisa dimanfaatkan. Semuanya ada. Saya hanya mendasarkan pada keyakinan itu.

Apa hubungannya dengan temuan Anda?

Saya sering diminta masyarakat memberi tahu cara gampang cari uang. Yang penting harus bekerja keras
dan mau rekoso. Mari berhenti saling menyalahkan dan saling tuding.

Misal, lagi:

Berapa besar kapasitas yang akan Anda buat?


40

Laboratoriumnya saja baru mau dibikin. Lalu mau dikemanakan laboratorium


rahasia tempat dia sering bolak-balik ketika ditunggu-tunggu wartawan? Berikut kutipan
dari Koran Tempo 14 Juni 2008:
Djoko Suprapto, yang mengklaim mampu membuat bahan bakar mentah dari
bahan dasar air, akan membangun laboratorium di rumahnya di Desa Ngadiboyo,
Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Pusat penelitian ini untuk
membuktikan bahwa dia bisa membuat bahan bakar alternatif yang murah.
“Dalam waktu dekat ini,” kata lelaki 48 tahun itu kepada Tempo di
Nganjuk kemarin. Djoko mengatakan produksi bahan bakar yang ia ciptakan
hanya untuk skala laboratorium dan bukan produksi massal. Untuk pengadaan
peralatan dan infrastruktur laboratorium, Djoko mengaku membuat sendiri
dengan dibantu beberapa karyawan dan stafnya. Dia berjanji menyampaikan
setiap perkembangan pusat penelitiannya kepada masyarakat.
Jika laboratorium ini selesai, dia mempersilakan publik menguji
kebenaran temuannya. “Silakan datang bawa air, masukkan ke alat saya dan
keluarnya jadi bahan bakar,” kata penggemar wayang ini. Dia bisa
mempertanggungjawabkan proses dan hasil temuannya dari A sampai Z. Tapi
kapasitas produksi bahan bakar ini bukan untuk produksi massal.
Tempat untuk laboratorium saat ini masih berupa bengkel berlantai dua.
Di situ tertera tulisan “Bengkel Mobil, Menerima Servis, Las dan Cat”. Di bagian
kiri ada beberapa mobil. Di halaman bengkel ada dua landasan untuk cuci mobil.
"Di sinilah akan saya bangun laboratorium karena lahannya masih luas," katanya.

Oh, baru gagasan. Masih mau menunggu? Yakin, masih mau “menunggu hasil
konkretnya setelah semua penelitian ini selesai”? Silakan. Yang sabar, ya.

Lo, ini bukan untuk produksi. Yang penting air dialirkan ke alat buatan saya, kemudian ngocor-nya jadi
bahan bakar. Airnya nanti disediakan masyarakat, jadi fair. Sampeyan juga boleh bawa air, pulangnya bawa
bensin atau solar, terserah.
Sulit sekali bagi sang pendekar menjawab yang ditanyakan, lebih mudah baginya berputar-putar
membuat orang pusing. Petikan utuh wawancara ini bisa dijumpai dalam lampiran. Sengaja dilampirkan
karena dari wawancara itu saja, sebetulnya sudah cukup untuk mengambil sikap terhadap orang ini, yang
sebetulnya tidak perlu diributkan sekiranya tidak melibatkan kalangan istana. Kesimpangsiuran di media
massa, saya yakin, bukan karena inkompetensi jurnalis kita. Terlalu banyak inkonsistensi dari, dan tentang,
orang ini dan tetek-bengek yang disebut-sebut sebagai temuan inovatif yang akan membuktikan bahwa kita
adalah bangsa yang patut diperhitungkan
41

Yang tidak perlu ditunggu adalah: pembongkaran itu sangat bermanfaat


menghentikan delusi bahan bakar air ramah lingkungan sangat murah harganya,
menghentikan kontroversi melelahkan yang tidak perlu. Lebih dari itu semua,
pembongkaran itu memaksa berbagai pihak mengakhiri ketidakjujurannya.
Dr. Khoiruddin, sebagaimana sudah disebut di atas, yang sempat menegaskan
bahwa Banyugeni dan Blue Energy tidak ada hubungannya, bahwa Drs. Purwanto, staf
ahli rektor bidang pengembangan teknologi, tidak ada kaitannya dengan Joko Suprapto,
akhirnya mengaku bahwa dua orang itu memang terlibat dalam proyek Banyugeni. Dia
mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban atas permasalahan Banyugeni.
Bagaimanapun, ini sungguh pantas dihormati.
Ahmad Ma’ruf yang pada saat peluncuran Banyugeni memberi keterangan begitu
meyakinkan tentang bahan bakar air itu, belakang mengatakan bahwa saat demo
Banyugeni pada Februari dahulu bahan bakar yang dipakai untuk menyalakan kompor,
lampu teplok, dan motor bukan dari hasil penelitian laboratorium Pusper UMY. Bahan
bakar itu dibawa oleh Purwanto sendiri.
Pembongkaran alat tak jelas itu jugalah yang meghadapkan Joko Suprapto dengan
lawan tanding baru, pendekar hukum. Sampai saat kalimat ini ditulis, pemeriksaan
penyidik Polda DIY terhadap Joko Suprapto tersendat-sendat karena si tersangka, apalagi
kalau bukan, sakit. Biarlah aspek pidana penipuan ditangani polisi yang sudah ahli
menangani segala macam jurus para tersangka. Ini musibah.

Berkah musibah
Banyugeni membawa aib bagi Muhammadiyah. Rosyad Saleh, Sekretaris PP
Muhammadiyah mengaku tidak habis pikir bagaimana bisa lembaga perguruan tinggi
bisa keliru seperti itu. “Kami mengharapkan pengelola perguruan tinggi Muhammadiyah
lainnya hati-hati jika mendapat tawaran dari pihak tertentu yang belum bisa
diperhitungkan secara akal sehat,” katanya. Boleh jadi karena peristiwa itu begitu
memalukan Dr. Chairil Anwar tidak mau mengungkapkan catatan lain kepada wartawan
dalam rekomendasi Majelis Diktilitbang kepada PP Muhammadiyah mengenai pergantian
rektor menyusul muendurnya Dr. Khoiruddin, dia enggan menengok ke belakang. Dia
hanya mengatakan, “Salah satu catatan penting adalah meminta penelitian itu dihentikan
42

atas nama Muhammadiyah.”


Betapa tidak? Mengaku prihatin terhadap kesulitan bangsa karena mahalnya
minyak bumi, mengaku terilhami oleh ayat-ayat Alquran lalu bersusah payah meneliti
dan menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan dan ramah dompet dari air. Ternyata?
Ternyata cuma membeli dagangan tidak jelas kelompok Joko Suprapto yang
diaku sebagai temuan “peneliti” UMY lalu diperkenalkan kepada khalayak dengan klaim-
klaim selangit. Dibuatlah kesimpulan super brilian: Pada hakikatnya air adalah api.10
Agar “temuan” itu dan mereka yang terlibat tampak semengesankan Archimedes atau
Newton, dicari-carikanlah sumber ilhamnya. Kejatuhan apel dalam kisah Newton dan
ilham yang datang ketika berendam di bak dalam kisah Archimedes bisa saja hanya
legenda. Yang bukan legenda: Sir Isaac Newton adalah matematikus sungguhan didikan
Cambridge yang menjadi profesor pada usia 26 tahun, dialah peletak fondasi fisika
modern. Archimedes yang hingga kini dikenal dengan Hukum Archimedes itu adalah
matematikus betulan.
Memalukan.
Orang-orang Muhammadiyah (arti harfiahnya pengikut Muhammad) yang terlibat
dalam promosi minyak ajaib ini pasti tahu adanya larangan berdusta atas nama Nabi.
Berdusta atas nama Alquran? Sungguh memprihatinkan. Mestinya, juga, mereka paham
betul kaidah “tanyakan kepada ahlinya jika kamu tidak tahu.” Di negeri kita para ahli
energi sangat banyak, mestinya persoalan energi ditanyakan kepada mereka, yang
sebagian dari mereka sudah disebut dalam tulisan ini. Bukan mempercayakan persoalan
energi alternatif kepada “peneliti” dengan reputasi entahlah itu. Jika hendak
menyampaikan tafsir Alquran kepada publik, mestinya mempersilakan ahlinya bicara.
Sekadar contoh, menurut para ahli tafsir generasi pertama “Dan laut yang di
dalam tanahnya ada api” (At Thuur ayat [6]) maknanya adalah: Di hari kiamat kelak
lautan akan dijadikan api. Mengenai Surat At Takwir ayat (6) Ibnu Abbas mengatakan,
“Allah mengirim angin kencang ke lautan, lalu membakarnya sehingga lautan itu menjadi
api yang menyala-nyala.” Ini juga nanti, pada hari kiamat.11 Surat Al-Anbiya’ ayat (30)
berbunyi “... dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup.” Pertanyaannya: sejak
10 Peringatan keras! Karena menurut Purwanto pada hakikatnya air adalah api, jangan sekali-sekali
membuang puntung rokok yang masih menyala di sungai, apalagi di laut. Nanti planet kita terbakar.
11 Lihat Tafsir Ibn Katsir. Surat At Thur ayat 7 dan 8 menunjukkan bahwa ayat 6 menjelaskan rangkaian
kejadian yang akan terjadi kelak. Bukan sekarang.
43

kapan bahan bakar menjadi mahluk hidup?


Ketika ditanya berapa umur bumi menurut Alquran, seorang ilmuwan Muslim
menjawab, “Alquran adalah petunjuk bagi orang beriman agar selamat di dunia dan
akhirat, bukan kitab geologi.” Mengenai ayat-ayat Alqur’an yang sering dipakai untuk
melegitimasi sains, Syaikh Utsaimin, ahli tafsir, tidak membolehkan hal itu dengan alasan
kebenaran Alqur’an, bagi orang Islam, berlaku selamanya sedangkan kebenaran sains
bisa saja terpatahkan setelah, katakanlah, seratus tahun. Nah, berapakah umur
Banyugeni?
Siapa yang malu jika Alquran dijadikan bahan tertawaan? Bukan cuma para
“peneliti” itu dan promotor mereka. Bukan cuma UMY dan Muhammadiyah. Siapa
bilang tidak ada yang dirugikan oleh proyek minyak ajaib ini?
Di balik setiap musibah pasti ada hikmah. Kalimat klise ini tetap bertuah asalkan
bukan sekadar untuk berkilah. Musibah, karena hiruk-pikuk minyak ajaib ini memalukan,
memalingkan kita dari upaya-upaya normal mengurangi ketergantungan pada minyak
bumi. Akan menjadi berkah jika ini mendorong kita semua, terutama pnr, tidak memberi
peluang bagi trik-trik mengeruk uang ala Markonah, dana revolusi, Yayasan Amalillah,
MLM tipu-tipu, Nutrisi Saputra dan bahan bakar ajaib ini. Akan lebih membawa berkah
jika ini melecut para pembuat kebijakan melahirkan kebijakan konsisten dan terpadu
untuk mendorong upaya pengembangan energi alternatif yang bisa dimengerti cukup
dengan mata kepala dan akal sehat.
Dengan kepala dingin harus dipahami bahwa upaya alternatif yang ada, misalnya
PLT Surya, PLT Angin, dan Biodiesel, tidak bakal serta-merta mendepak minyak bumi
pulang ke asalnya. Sang Raja Minyak akan terus bertahta sebelum pengganti yang
sekelas dengannya datang. Dan itu bukan Banyugeni.

Lampiran I
1. Pada tahun 2005/2006, Joko Suprapto Cs (+/- 8 orang) datang ke UGM untuk
memperlihatkan hasil temuannya dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga (?),?
dengan menggunakan +/- 2 mobil.
2. Rombongan diterima oleh Rektor UGM (Prof Sofyan Effendi) di rumah dinas
rektor. Yang membawa rombongan adalah teman Prof Sofyan Effendi dari
44

Magelang.
3. Dari pihak UGM hadir Sudiartono dan Kusnanto dari PSE UGM, Rektor UGM
(Prof. Sofyan Effendi) dan Dr. Chairil Anwar (WR Bidang Kemahasiswaan).
4. Purwanto, pembicara dari rombongan Joko Suprapto menjelaskan dan
mendemokan Pembangkit Listrik Tenaga (?), dengan menggunakan 4 buah batu
baterai kecil ABC, dan ada lampu (+/- 60 Watt) serta panel surya.
5. Kata Purwanto, Pembangkit Listrik Tenaga (???) yang diperlihatkan mempunyai
kapasitas 25 KiloWatt, sehingga membuat Rektor UGM tertarik untuk membeli
untuk keperluan listrik di perumahan UGM.
6. Dalam presentasi, saya tanya apakah di dalam ada accu dan inverter? Dia jawab
tidak ada. Kemudian saya tanya lagi berapa jam lampu akan menyala, dia jawab
selamanya (dari sini saya mulai tidak percaya, karena menyalahi hukum
kekekalan tenaga).
7. Dari diskusi sederhana tersebut, kami sudah mulai curiga, apa maunya. Maunya
adalah minta selembar surat MoU/pengakuan atas hasil ciptaannya dari UGM,
syukur kalau UGM mau membantu membiayai riset untuk menyelesaikan
Pembangkit Listrik Tenaga (???) kapasitas Megawatt pesanan dari PT Leces,
Jawa Timur. Saat itu dia memperlihatkan surat pesanan dari PT Leces ke Rektor
UGM.
8. Kemudian dia membagikan kartu nama PT Brahma ......, di bidang energi
alternatif berteknologi Mata-Hati. Kemudian dilanjutkan makan siang, dan
kemudian Rektor UGM meminta saya untuk mendiskusikan secara ilmiah di
Pusat Studi Energi UGM pada hari berikutnya.
9. Sebagai catatan, selama presentasi di rumah dinas Rektor, sopir saya bertanya ke
sopir-sopir mobil rombongan. Ternyata mobil yang digunakan adalah rental dari
Surakarta.
PADA HARI BERIKUTNYA

10. Di Pusat Studi Energi UGM, salah seorang dari kelompok Joko Suprapto,
yaitu Purwanto datang di PSE-UGM dengan menggunakan taksi. Dari Pusat
Studi Energi yang melayani untuk diskusi adalah Sudiartono (Fisika/Geofisika
45

FMIPA-UGM) dan Kusnanto (Teknik Fisika UGM).


11. Sebelum diskusi, saya tanya latar belakang pendidikan dari Purwanto, dia
mengaku jebolan dari Fisika IKIP Yogyakarta (yang sekarang UNY). Dan di
kartu nama hanya tertulis nama Purwanto, tidak ada gelar Drs. Dan Joko
Suprapto lulusan/jebolan Teknik Elektro UGM. (Tetapi sebagai catatan, saat ini
Purwanto sudah menggunakan gelar Drs, yang akhir-akhir ini mencoba
mengelabui UMY dengan Pembangkit Listrik Tenaga (???) dan Banyugeni-
nya).
12. Dari hasil diskusi seputar pembangkit listrik tenaga (???), yang katanya tidak
ada accu-nya, beliau mulai kesulitan menjawab hukum kekekalan tenaga,
dengan mengatakan dan menceritakan perputaran elektron di orbit suatu atom
serta tenaga eksitasi elektron yang pindah orbit, dll, dll, yang intinya
menceritakan table atom di kuliah Kimia Dasar (Kalau dia dari Fisika memang
akan mendapat materi tersebut).
13. Di dalam cerita, beliau mempu menciptakan Pembangkit Listrik Tenaga
Matahari kapasitas GigaWatt, dengan cara melobangi Ozon. Dan dari sini kami
mulai sudah tidak menanggapi lagi, karena sudah kelihatan penipuannya. Dan
mulai melontarkan Bahan Bakar Air, dan kami tidak menanggapi.
14. Karena kesulitan menjawab berbagai pertanyaan seputar Pembangkit Listrik,
akhirnya saya tebak apakah kotak ajaib yang didemokan merupakan PLTJ
(Pembangkit Listrik Tenaga Jin), dan dia jawab tidak. Kemudian saya tanya
tempat workshop kotak ajaib, dia jawab di Surakarta Jalan Serengan sesuai
dengan alamat kartu nama.
15. Pada hari Sabtu, saya ke Surakarta untuk mencari alamat yang dimaksud, dan
setelah ketemu ternyata alamat tersebut adalah alamat Direktur PDAM
Surakarta dan orang sekitar tidak tahu nama Purwanto dan PT Brahma ... yang
ada di kartu nama. Di kartu nama ada nomor fax dengan kode wilayah klaten
(0272), nomor tersebut saya kontak yang menerima anak kecil perempuan. Dan
nomor tersebut berada diwilayak Pakis-Delanggu.
16. Dan saat itu juga, saya telepon no. HP Purwanto, dan saat saya telepon
katanya posisi di Magelang. Dan saya katakan, anda penipu, alamat workshop
46

yang ditunjukkan adalah rumah Direktur PDAM Surakarta. Dan saya katakan
putus komunikasi, karena anda penipu.
17. Hanya yang kami sayangkan, saat di rumah dinas rektor UGM waktu itu, dia
mengambil foto-foto Rektor dan yang lain. Yang kami khawatirkan, dengan
foto-foto tersebut mungkin akan digunakan untuk mencari mangsa di tempat
lain.
18. Berkaitan dengan PT Leces, saya menyuruh staf PSE untuk melacak ke Jawa
Timur by phone kebenaran surat pemesanan itu

Demikain sekilas informasi tentang kelompok Joko Suprapto di UGM. Ini semua karena
kepanikan masyarakat dan para pimpinan pemerintahan berkaitan krisis energi. Sehingga
dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencari keuntungan dan popularitas. Pihak
Perguruan Tinggi (UGM/ITB) perlu tanggap dengan hal tersebut, tidak perlu
menyalahkan siapa pun, semua salah. Dan mari kita di UGM kita jalin kebersamaan dan
keterbukaan baik keilmuan maupun yang lain untuk melakukan riset berbasis produk
nyata yang dapat digunakan untuk mengatasi krisis energi dan krisis segalanya.

Yogyakarta, 28 Mei 2008

Pusat Studi Energi UGM

Kepala

SUDIARTONO

Lampiran II
Wawancara Joko Suprapto.

Tempo Edisi. 17/XXXVII/16 - 22 Juni 2008

Joko Suprapto: Dari Air Ngocor Bensin


47

Apa inti temuan Anda?

Saya jelaskan sedikit. Kenapa muncul kabar blue energy terbuat dari detergen? Yang
saya ambil biru-birunya ini (menunjuk gambar biru pada diagram di kertas kerjanya).
Saya tak tahu harus beli apa untuk mengambil unsur warna biru itu.

Jelaskan sedikit saja prosesnya....

Yang saya takutkan, begitu ditulis, sampeyan repot lagi. Nanti dipertanyakan orang dan
Anda tak bisa menjelaskan. Pasti orang terus bertanya. Itu mencelakakan saya. Proses
pengolahan masih menjadi rahasia saya.

Dari mana Anda mendapatkan inspirasi teknologi ini?

Semua sudah dijelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 83. Di situ disebutkan tempat-tempat
dan segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Semuanya ada. Saya hanya mendasarkan
pada keyakinan itu.

Apa hubungannya dengan temuan Anda?

Saya sering diminta masyarakat memberi tahu cara gampang cari uang. Yang penting
harus bekerja keras dan mau rekoso. Mari berhenti saling menyalahkan dan saling tuding.

Apakah Anda bisa membuktikan air diubah jadi minyak, seperti dalam kertas kerja
Anda?

Lha... itu yang akan saya buat. Akan saya bangun laboratorium di bengkel dekat rumah
saya ini. Akan saya buktikan bahwa saya bisa membuat bahan bakar.

Berapa besar kapasitas yang akan Anda buat?

Lo, ini bukan untuk produksi. Yang penting air dialirkan ke alat buatan saya, kemudian
ngocornya jadi bahan bakar. Airnya nanti disediakan masyarakat, jadi fair. Sampeyan
juga boleh bawa air, pulangnya bawa bensin atau solar, terserah.

Selama ini Anda melakukan riset?

Saya hanya dimintai barang jadi, terus kemudian dilabkan. Kalau hasilnya kurang,
dikembalikan, terus diperbaiki. Mungkin sulfurnya kurang, kita perbaiki lagi.

Universitas Gadjah Mada meragukan teknologi Anda....

Itu cerita lain.

Anda lulusan Universitas Gadjah Mada?


48

Jangan lihat orang dari masa lalu atau latar belakang pendidikannya. Itu tidak penting.
Yang penting bermanfaat atau tidak bagi masyarakat.

Benar Anda menerima dana dari Presiden Yudhoyono?

Wah, kok itu lagi. Bukan itu orangnya. Pokoknya ada. Tapi saya memang dekat dengan
Presiden SBY.

Kalau dekat, kenapa tidak minta dana kepada Presiden?

Wah, ya enggak bisa begitu. Saya merasa enggak etis berpikir begitu. Kami temukan apa,
bahannya apa, kemudian matur minta dana? Jelas ada etikanya.

Kabarnya Anda ditekan Heru Lelono?


Dengan Heru tidak ada persoalan. Walaupun ada, kami coba perbaiki. Jumat pekan lalu
dia datang ke sini. Jadi tidak ada putus komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai