Anda di halaman 1dari 32

Pemeriksaan klinis gangguan motorik Pada pemeriksaan motorik yang perlu diperhatikan adalah sikap, kekuatan, tonus, volume,

penampilan tindakan motorik yang terkoordinasi dan ada tidaknya pergerakan volunter. Memeriksa sistem motorik harus dimahiri. Sebagian besar manifestasi objektif kelainan saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otot. Justru manifestasi objektif inilah yang merupakan bukti riil adanya suatu kelainan atau penyakit. Telah dikemukakan bahwa : sindrom lower motor neuron mempunyai gejala : lumpuh, atoni, atrofi, dan arefleksi. Sindrom lower motor neuron didapatkan pada kerusakan di neuron motorik, neuraksis neuron motorik misalnya saraf spinal, pleksus, saraf perifer!, alat penghubung neuraksis dan otot myoneural jun"tion! dan otot. Sindrom upper motor neuron, yang dijumpai pada kerusakan sistem pyramidal, mempunyai gejala : lumpuh, hipertoni, hiper refleksi, dan klonus, serta refleks patologis. #ita ketahui pula bahwa kelumpuhan bukanlah merupakan kelainan yang harus ada pada tiap gangguan gerak. Pada gangguan gerak oleh kelainan di system ekstrapiramidal dan serebelar, kita tidak mendapatkan kelumpuhan. Pada gangguan sistem ekstrapiramidal didapatkan gangguan pada tonus otot, gerakan otot abnormal yang tidak dapat dikendalikan, gangguan pada kelan"aran gerakan otot volunter dan gangguan gerak$otot asosiatif.

%angguan pada serebelum mengakibatkan gangguan gerak berupa gangguan sikap dan tonus. Selain itu, juga terjadi ataksia, dismetria, dan tremor intensi. Tiga fungsi penting dari serebelum ialah keseimbangan, pengatur tonus otot, dan pengelola serta pengkoordinasi gerakan volunter!. Pemeriksaan

Pada tiap bagian badan yang dapat bergerak harus dilakukan : &. 'nspeksi (. Palpasi ). Pemeriksaan gerakan pasif *. Pemeriksaan gerakan aktif +. #oordinasi gerakan &. ',SP-#S' Pada inspeksi diperhatikan sikap, bentuk, ukuran, dan adanya gerak abnormal yang tidak dapat dikendalikan. Sikap Perhatikan sikap se"ara keseluruhan dan sikap tiap bagian tubuh. .agaimana sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan berjalan. Jika pasien berdiri, perhatikan sikap dan posisi badannya, baik se"ara keseluruhan maupun sebagian. Pasien dengan gangguan serebelum berdiri dengan muka membelok ke arah kontralateral terhadap lesi, bahunya pada sisi lesi agak lebih rendah, dan badannya miring ke sisi lesi. Penderita penyakit Parkinson berdiri dengan kepala dan leher dibungkukkan ke depan, lengan dan tungkai berada dalam fleksi. .ila ia jalan, tampaknya seolah$olah hendak jatuh ke depan/ gerakan asosiatifnya terganggu, lengan kurang dilenggangkan, dan terlihat tremor kasar, terutama di tangan. Pada anak dengan distrofia muskulorum progresiva terlihat lordosis yang jelas/ bila ia berjalan, panggul seolah$olah berputar dengan maksud agar berat badan berpindah ke tungkai yang sedang bertumpuh. Pada penderita hemiparese oleh gangguan sistem piramidal, lengan berada dalam sikap fleksi, sedangkan tungkai dalam ekstensi. .ila ia berjalan, tungkai membuat gerak sirkumdiksi. Pada pasien dengan paraparese

jenis sentral, "ara berjalannya seperti gunting, yaitu tungkai seolah$olah menyilang. Penderita dengan gangguan di serebelumberjalan dengan kaki mengangkang, demikian juga penderita tabes dorsalis. Selain itu, penderita tabes dorsalis selalu melihat ke bawah memperhatikan kaki dan jalannya, sebab kalau tidak, ia akan jatuh. Pasien polineuritis berjalan seperti ayam, yaitu tungkai difleksikan tinggi$tinggi pada persendian lutut, supaya dapat mengangkat kakinya yang kurang mampu melakukan dorsofleksi. %erakan bagian tubuh perlu diperhatikan dan dibandingkan. Pada anak yang sedang meronta atau orang dewasa yang gelisah, bagian yang paretis terlihat kurang digerakkan. .entuk : Perhatikan adanya deformitas. 0kuran Perhatikan apakah panjang badan tubuh sebelah kiri sama dengan yang kanan. 1rang dewasa yang mengalami lumpuh sejak masa kanak$kanak, ukuran ekstremitas yang lumpuh lebih pendek daripada yang sehat. #emudian perhatikan besar isi! kontur bentuk! otot. 2dakah atrofi atau hipertrofi. Perhatikan kontur bentuk! otot. Pada atrofi besar otot berkurang dan bentuknya berubah. #elumpuhan jenis perifer disertai oleh hipotrofi atau atrofi. Perhatikan besarnya otot, bandingkan dengan otot sisi lainnya. .ila di"urigai adanya atrofi, ukurlah kelilingnya. Pengukuran dilakukan dengan menyebutkan tempat di mana dilakukan pengukuran. .iasanya digunakan tonjolan tulang sebagai patokan. Misalnya ) "m di atas olekranon, atau patella atau tonjolan lainnya. Setelah itu perhatikan pula bentuk otot. 3al ini dilakukan dalam keadaan otot beristirahat dan sewaktu berkontraksi. .ila didapatkan atrofi, kontur biasanya berubah atau berkurang. Pada keadaan pseudo$hipertrofi, ukuran otot tampak lebih besar, namun tenaganya kurang. 3al ini disebabkan karena jaringan otot diganti oleh jaringan lemak atau

jaringan ikat. 3al ini didapatkan pada distrofia muskulorum progresiva, dan terjadi di otot betis dan gluteus.

%erakan involuter abnormal yang tidak terkendali! 4i antara gerakan abnormal yang tidak terkendali yang kita kenal ialah : tremor, khorea, atetose, distonia, balismus, spasme, tik, fasikulasi, dan miokloni. %erakan abnormal dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan keadaan. %erakan abnormal merupakan kontraksi otot$otot volunteer yang tidak terkendali. ,ilainya se"ara klinis dalam menentukan diagnosis dan lokalisasi penyakit saraf dapat sangat besar, oleh karenanya harus diamati dengan baik. %erakan abnormal ini dapat mengenai tiap bagian tubuh. 'a timbul karena terlibatnya berbagai bagian sistem motorik, misalnya : korteks, serabut yang turun dari korteks, ganglia basal, batang otak dan pusat$pusatnya, serebelum dan hubungan$hubungannya, medulla spinalis, serabut saraf perifer, atau ototnya sendiri. Sifat gerakan dipengaruhi oleh letak lesi dan kelainan patologiknya. 5esi pada tempat yang berlainan kadang dapat menyebabkan gerakan yang identik, dan proses patologis yang berlainan pada tempat yang sama kadang dapat mengakibatkan berma"am bentuk gerakan abnormal. Pada pemeriksaan gerakan abnormal kita harus mengobservasi penampilan klinisnya dan manifestasi visualnya, menganalisis pola gerakan dan melukiskan komponen$ komponennya. .ila gerakan sesuai dengan gambaran klinik tertentu yang telah mempunyai nama, nama ini digunakan untuk gerakan tersebut, tetapi sebaiknya ditambah dengan melukiskan gerakan tersebut, daripada hanya memberi suatu nama saja. #adang$kadang untuk mengetahui gerakan abnormal ini dibutuhkan palpasi, terlebih bila gerakannya sangat lemah dan terbatas pada sebagian dari kelompok otot. Tremor.

Tremor ialah serentetan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan getaran, yang timbul karena berkontraksinya otot$otot yang berlawanan se"ara bergantian. 'a dapat melibatkan satu atau lebih bagian tubuh. Jenis tremor yang perlu kita kenal ialah : tremor normal atau fisiologis/ tremor halus disebut juga tremor toksik! dan tremor kasar. Tremor fisiologis didapatkan bila anggota gerak ditempatkan pada posisi yang sulit, atau bila kita melakukan gerakan volunteer dengan sangat lambat. Tremor yang terlihat pada orang normal yang sedang marah atau ketakutan merupakan aksentuasi dari tremor fisiologis ini. Tremor halus dianggap juga sebagai tremor toksik. 6ontoh yang khas ialah tremor yang dijumpai pada hipertiroidi. Tremor ini terutama terjadi pada jari dan tangan. #adang$kadang tremor ini sangat halus dan sukar dilihat. 0ntuk memperjelasnya, kita tempatkan kertas di atas jari$jari dan tampaklah kertas tersebut bergetar walaupun tremor belum jelas terlihat. Tremor toksik ini didapatkan pula pada kera"unan nikotin, kafein, obat$obatan seperti adrenalin, efedrin, atau barbiturat. Tremor kasar, salah satu "ontohnya ialah tremor yang didapatkan pada penyakit Parkinson. 'ni merupakan tremor yang lambat, kasar, dan majemuk. Pada penyakit Parkinson, gerakan jari$jari mirip gerakan menghitung duit atau membuat pil pill rolling tremor!. 6ontoh lainnya adalah tremor intensi. Tremor intensi merupakan tremor yang timbul waktu melakukan gerakan volunter dan menjadi lebih nyata ketika gerakan hampir men"apai tujuannya. Tremor ini merupakan tremor kasar, dan dapat dijumpai pada gangguan serebellum. Pada tes tunjuk$hidung pada pasien dengan gangguan di serebelum, tremor menjadi lebih nyata pada saat telunjuk hampir man"apai hidung.

#horea

#ata khorea berasal dari kata Junani yang berarti menari. Pada khorea gerak oto berlangsung "epat, sekonyong$konyong, aritmik, dan kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas, separuh badan atau seluruh badan. 3al ini dengan khas terlihat pada anggota gerak atas lengan dan tangan!, terutama bagian distal. Pada gerakan ini tidak didapatkan gerakan yang harmonis antara otot$otot penggerak, baik antar otot yang sinergis maupun antagonis. .ila pasien disuruh meluruskan lengan dan tangannya, kita dapatkan hiperekstensi pada falang proksimal dan terminal, dan pergelangan tangan berada dalam fleksi dengan sedikit dipronasikan. 3al ini menjadi lebih jelas bila pasien disuruh mengangkat lengannya ke atas. Jari$jari tangan biasanya akan diregangkan, dan ibu jari diabduksikan dan terarah ke bawah. .ila pasien disuruh menggenggam tangan pemeriksa, terasa bahwa tenaga genggaman tidak konstan tidak tetap! melainkan berfluktuasi, terasa melemah kemudian menguat lagi dan seterusnya. .ila khorea melibatkan lidah, didapatkan kesukaran berbi"ara atau mengunyah. Jika penderitanya disuruh mengeluarkan lidah, hal ini dilakukannya se"ara mendadak dan kemudian ditariknya kembali. %erak khorea dapat dibuat nyata bila pasien disuruh melakukan dua ma"am gerakan sekaligus, misalnya ia disuruh menaikkan lengannya ke atas sambil menjulurkan lidah. %erakan khorea didapatkan dalam keadaan istirahat dan menjadi lebih hebat bila ada aktivitas dan ketegangan. #horea menghilang bila penderitanya tidur. %erakan khorea antara lain dijumpai pada penyakit khorea Sydenham, khorea 3untington, dan khorea gravidarum. 2tetose #ata atetose berasal dari kata 7unani yang berarti berubah. .erlainan dari khorea yang gerakannya berlangsung "epat, mendadak, dan terutama melibatkan bagian distal, maka atetose ditandai oleh gerakan yang lebih lamban, seperti gerak ular, dan melibatkan otot bagian distal. ,amun demikian hal ini "enderung menyebar juga ke proksimal. 2tetosis dapat dijumpai pada banyak penyakit yang melibatkan ganglia basal.

4istonia .ila terjadi kerusakan besar pada susunan ekstrapiramidal yang melibatkan beberapa komponen ganglia basal, didapatkan gejala yang kompleks. 3al ini dijumpai pada distonia muskulorum deformans, di mana didapatkan gerakan distonia. .iasanya distonia ini dimulai dengan gerak otot berbentuk atetose pada lengan atau anggota gerak lain, kemudian gerakan otot bentuk atetose ini menjadi kompleks, yaitu menunjukkan torsi yang keras dan berbelit. %erakan torsi otot memutar berbelit! terjadi juga pada otot leher dan punggung, sehingga didapatkan tortikolis dan tortipelvis. %erak otot abnormal ini dapat mengakibatkan terjadinya skoliosis, pes ekuinovarus, pes valgus, dan kontraktur. .alismus .alismus hemibalismus! ialah gerak otot yang datang sekonyong$konyong, kasar dan "epat, dan terutama mengenai otot$otot skelet yang letaknya proksimal/ sedangkan pada khorea, gerak otot kasar, "epat, dan terutama melibatkan otot$otot yang agak distal. Spasme Spasmus merupakan gerakan abnormal yang terjadi karena kontraksi otot$otot yang biasanya disarafi oleh satu saraf. Spasme klonik mulai sekonyong$konyong, berlangsung sebentar dan dapat berulang$ulang. Spasme tonik dapat berlangsung lama dan terus menerus. Spasme klonik menyerupai kontraksi otot yang terjadi pada waktu faradisasi. Spasme dapat timbul karena iritasi saraf perifer atau otot, tetapi dapat juga timbul karena iritasi di suatu tempat, mulai dari korteks sampai ke serabut otot. 6ontoh dari spasme ialah trismus, rhisus sardonikus, dan hi""up. Trismus merupakan spasme tonik otot pengunyah, dan rhisus sardonikus adalah spasme tonik pada otot fasial.

Tik ti"! Penyebab tik belum diketahui. 2da pakar yang menganggapnya sebagai suatu "onditioned refle8, ada pula yang mengatakan bahwa faktor psikogen mempunyai peranan, dan pakar lainnya mengemukakan bahwa sistem ekstrapiramidal memainkan peranan pula. Tik merupakan suatu gerakan terkoordinir, berulang, dan melibatkan sekelompok otot dalam hubungan yang sinergistik. 2da tik yang menyerupai spasme klonik, dan disebutkan sebagai spasme$kebiasaan habit spasm!. 9asikulasi 9asikulasi merupakan gerakan halus, "epat, dan berkedut dari satu berkas fasikulus! serabut otot atau satu unit motorik. Satu unit motorik ialah satu sel neuron motorik, aksonnya serta semua serabut otot yang disarafinya. %erak fasikulasi biasanya tidak menyebabkan gerakan pada persendian, ke"uali bila fasikulasi terdapat di jari$jari. 4alam hal sedemikian kadang terjadi gerakan pada persendian. Penyebab fasikulasi belum jelas benar/ iritasi pada sel neuron motorik dapat menimbulkan fasikulasi. 2danya fasikulasi dapat dibuat lebih nyata dengan jalan memberikan rangsang mekanis pada otot tersebut, misalnya dengan pukulan. 9asikulasi mempunyai nilai prognostik pada penyakit degeneratif yang melibatkan sel neuran motorik, misalnya 25S sklerosis amiotrofik lateral!. Makin banyak fasikulasi, makin "epat progresivitas penyakit. #adang$kadang fasikulasi dijumpai pada orang yang normal. 4alam hal demikian, fasikulasi tidak disertai atrofi, 9enomena yang serupa yang disebut miokimia! dapat menyebabkan kontraksi spasmodik m. orbikularis okuli, m. levator palpebra superior atau otot wajah lainnya. 3al ini merupakan keadaan yang benigna dan dapat di"etuskan oleh kelelahan atau ke"emasan. 9asikulasi benigna dan miokimia sering menimbulkan rasa takut pada penderitanya, yang mengasosiasikannya dengan penyakit yang berat. Mioklonik

Mioklonik ialah gerakan yang timbul karena kontraksi otot se"ara "epat, sekonyong$ konyong, sebentar, aritmik, asinergik, dan tidak terkendali. 1tot yang berkontraksi dapat meliputi sebagian dari satu otot, seluruh otot atau sekelompok otot$otot tanpa memandang asosiasi fungsional otot tersebut. %erak mioklonia ini terutama didapatkan pada otot$otot ekstremitas dan badan, tetapi ia sering juga difus dan meluas, dan melibatkan otot muka, rahang, lidah, faring, dan laring. 'a timbul se"ara paroksismal, pada waktu yang tidak tertentu, baik pada saat istirahat maupun pada waktu sedang aktif. ,amun demikian, ia dapat menjadi lebih hebat bila ada rangsang emosional, mental, taktil, visual, atau rangsang auditoar. 'a dapat berkurang bila ada gerakan volunter. 'a dapat timbul pada saat pasien hendak tertidur, dan biasanya menghilang bila sudah tertidur. %erakan miokloni dapat ke"il sehingga tidak menyebabkan gerakan pada persendian, tetapi bila ia mengenai seluruh otot atau sekelompok otot, gerakannya dapat kuat sehingga mengakibatkan gerakan klonik pada ekstremitas. %erakan dapat sedemikian hebat, sehingga satu anggota gerak seolah$olah terlempar dengan tiba$tiba atau dapat menyebabkan penderita ter"ampak jatuh. (. P25P2S' Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. #emudian otot ini dipalpasi untuk menentukan konsistensi serta adanya nyeri$tekan. 4engan palpasi kita dapat menilai tonus otot, terutama bila ada hipotoni. Penentuan tonus dilakukan pada berbagai posisi anggota gerak dan bagian badan. ). P-M-:'#S22, %-:2#2, P2S'9 Penderita disuruh mengistirahatkan ekstremitasnya. .agian dari ekstremitas ini kita gerakkan pada persendiannya. %erakan dibuat bervariasi, mula$mula "epat kemudian lambat, "epat, lebih lambat, dan seterusnya. Sambil menggerakkan kita nilai tahanannya. 4alam keadaan normal kita tidak menemukan tahanan yang berarti, jika

penderita dapat mengistirahatkan ekstremitasnya dengan baik, terutama anak$anak, sehingga kita mengalami kesulitan menilai tahanan. #adang$kadang tahanan didapatkan pada satu jurusan saja, misalnya tungkai sukar difleksikan tetapi mudah diekstensikan. #eadaan ini misalnya didapatkan pada lesi di traktus piramidal. Jangan lupa membandingkan bagian$bagian yang simetris. Pada gangguan sistem ekstrapiramidal, dapat dijumpai tahanan yang sama kuatnya rigiditas!. #adang$kadang dijumpai keadaan dengan tahanan hilang timbul fenomen "ogwheel!. *. P-M-:'#S22, %-:2#2, 2#T'9 Pada pemeriksaan ini kita nilai kekuatan kontraksi! otot. 0ntuk memeriksa adanya kelumpuhan, kita dapat menggunakan ( "ara berikut : &. Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan kita menahan gerakan ini. (. #ita pemeriksa! menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan. 6ontoh "ara & : Pasien disuruh memfleksikan lengan bawahnya dan kita menghalangi usahanya ini. 4engan demikian, dapat dinilai kekuatan otot biseps. 6ontoh "ara ( : #ita pemeriksa! ekstensikan lengan bawah pasien dan ia disuruh menghalangi menahan! usaha ini. 4engan demikian, dapat dinilai kekuatan otot biseps. Jadi dengan kedua "ara tersebut di atas dapat dinilai tenaga otot. 4okter umumnya menggunakan "ara &, yaitu pemeriksa yang menahan. .ila pasien yang disuruh menahan, ditakutkan kekuatan yang dilakukan oleh dokter terlalu besar. .ila pasien lumpuh total, tidak sulit untuk memastikannya, namun bila ia lumpuh sebagian atau parsial, tidak mudah memastikan atau menilainya. Tenaga orang yang normal berbeda$beda. Misalnya, tenaga seorang atlit angkat besi jauh lebih kuat daripada

tenaga seorang juru tulis. Tidak selalu mudah membedakan parese lumpuh! ringan dari tidak ada parese. #ita mungkin mendapat pertolongan dari beberapa hal berikut yaitu : &. #eluhan pasien mungkin ia mengemukakan tenaganya berkurang!. (. 1tot dibagian yang simetris tidak sama tenaganya. ). .erkurangnya kelan"aran gerakan. Parese ringan kadang$kadang ditandai oleh menurunnya kelan"aran gerakan. *. 4idapatkan gejala lain, misalnya : arefleksi, atrofi, hiperrefleksi, dan refleks patologis. 4alam praktek sehari$hari, tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan angka dari ; < +. ; berarti lumpuh samasekali, dan + = normal!. ; : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot/ lumpuh total. & : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut. ( : 4idapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat gravitas!. ) : 4apat mengadakan gerakan melawan gaya berat. * : 4isamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan. + : Tidak ada kelumpuhan normal!. 6ontoh tenaga ( : Pasien mampu menggeser tungkainya di tempat tidur, namun tidak mampu mengangkatnya melawan gaya berat!. .erdasarkan pengetahuan di atas dan dibantu oleh pengetahuan anatomi otot serta gerakan yang dilakukan otot tersebut, kita dapat menilai tenaga dari berma"am otot. Pada buku ini tidak mungkin diperbin"angkan gerakan semua otot di badan. Pemba"a dapat menggunakan buku anatomi mengenai otot. 4i sini akan dikemukakan beberapa hal saja yang bermanfaat

dalam praktek sehari$hari, yaitu pemeriksaan gerakan kepala, anggota gerak atas, badan, dan anggota gerak bawah. #epala Perhatikan sikap kepala. Pada paralisis agitans sindrom Parkinson!, kepala ditekukkan ke depan/ pada meningitis, penderita berbaring dengan kepala dikedikkan ke belakang/ pada gangguan di serebelum, kepala terrotasi sedikit ke arah kontralateral dari lesi. Periksa apakah ada tahanan jika kepala digerakkan se"ara pasif. Pada radang selaput otak didapatkan kaku kuduk. Pada tortikolis juga didapatkan tahanan, demikian juga pada spondilitis servikal. %erakan aktif diperiksa dengan menyuruh pasien menekukkan kepala ke depan, ke belakang, ke samping kiri, dan kanan, serta melakukan gerakan rotasi. Pemeriksa menilai tenaganya, dan membandingkan tenaga gerakan ke kiri dan ke kanan. 2nggota gerak atas Perhatikan apakah ada atrofi otot tenar, hipotenar, dan otot intrinsik tangan. Periksa gerakan jari$jari/ bagaimana tenaga fleksi, ekstensi, abduksi, dan aduksi. Periksa tenaga menggenggam. 3al ini dilakukan dengan menyuruh pasien menggenggam jari pemeriksa dan kemudian pemeriksa menarik lepas jari tersebut. %erakan di pergelangan juga diperiksa, dan ditentukan tenaganya pada gerakan pronasi dan supinasi. 9leksi dan ekstensi pada persendian siku, juga diperiksa. %erakan pada persendian bahu diperiksa dengan menyuruh pasien menggerakkan lengan yang diekstensi, pada bidang frontal dan sagital, dan juga melakukan rotasi pada persendian bahu. Selain itu, juga gerakan bahu ke atas, bawah, depan, dan ke belakang diperiksa. Setelah itu, periksalah otot pektoralis mayor, latisimus dorsi, seratus magnus, deltoid, biseps, dan triseps. 4eltoid.

Pasien disuruh mengangkat lengannya yang diluruskan ke samping sampai di bidang hori>ontal. ,ilailah tenaganya waktu melakukan gerakan ini. .iseps. 5engan yang sudah disupinasi disuruh fleksi pada persendian siku. ,ilailah tenaga fleksi lengan bawah ini. Triseps. 5engan bawah yang sudah difleksi disuruh ekstensikan. ,ilailah tenaga ekstensi ini. .adan -rektor spina. .ila pasien sedang berdiri, suruh ia mengambil suatu barang dari lantai. Jika pasien menderita kelemahan m. ere"tor spina, ia sukar berdiri kembali/ dan ini dilakukannya dengan bantuan tangannya, yaitu dengan menempatkan tangannya pada lutut, paha, dan kemudian mendorongnya sampai ia dapat berdiri lagi. #adang terlihat juga adanya lordosis. 1tot dinding perut. Pasien yang sedang berbaring disuruh mengangkat kepalanya dan perhatikan peranjakan dari pusar. .iasanya pusar beranjak ke arah otot yang sehat. Suruh pasien batuk, otot yang lemah akan membonjol. Perhatikan apakah pasien dapat duduk dari sikap berbaring tanpa mendapat bantuan dari tangannya. 1tot yang ikut bekerja dalam hal ini ialah otot dinding perut dan otot iliopsoas. 2nggota gerak bawah 0ntuk ini diperiksa gerakan pada : persendian jari$jari, pergelangan kaki, lutut, paha. Selain itu juga diperiksa otot kuadriseps femoris, iliopsoas, aduktor, abdu"tor, dan fleksor tungkai bawah. #uadriseps femoris. 5utut tungkai bawah! diekstensikan sambil kita tahan. 'liopsoas. Pasien berbaring dan lutut difleksikan. #emudian paha difleksikan lebih

lanjut sambil ditahan. 1tot aduktor. Pasien berbaring pada sisinya dan tungkai berada dalam ekstensi. #emudian tungkai ini diaduksikan sambil ditahan. 1tot abduktor. Tungkai diabduksikan melawan tahanan. 9leksor tungkai bawah. Tungkai bawah difleksikan sambil ditahan. 4engan demikian dapat pula dinilaiotot$otot yang memplantarfleksikan dan mendorsofleksikan kaki dan jari$jari. .ila ditemukan kelumpuhan, perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih rin"i dan untuk maksud ini perlu dirujuk buku anatomi mengenai otot. +. P-M-:'#S22, #11:4',2S' %-:2#2, #oordinasi gerak terutama diatur oleh serebelum. Se"ara sederhana dapat dikatakan bahwa gangguan utama dari lesi di serebelum ialah adanya dissinergia, yaitu kurangnya koordinasi. 2rtinya bila dilakukan gerakan yang membutuhkan kerjasama antar otot, maka otot$otot ini tidak bekerja sama se"ara baik, walaupun tidak didapatkan kelumpuhan. 3al ini terlihat jika pasien berdiri, jalan, membungkuk, atau menggerakkan anggota badan. 2da ( hal yang perlu diperhatikan pada dissinergia ini, yaitu : gangguan gerakan dan dismetria. Selain itu, serebelum ikut berpartisipasi dalam mengatur sikap, tonus, mengintegrasi, dan mengkoordinasi gerakan somatik. 5esi pada serebelum dapat menyebabkan gangguan sikap dan tonus, dissinergia atau gangguan koordinasi gerakan ataksia!. %erakan menjadi terpe"ah$pe"ah, dengan lain perkataan : kombinasi gerakan yang seharusnya dilakukan se"ara simultan sinkron! dan harmonis, menjadi terpe"ah$ pe"ah dan dilakukan satu per satu serta kadang simpang siur. 4issinergia ialah kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan majemuk dengan tangkas, harmonis, dan lan"ar. %ejala klinis yang kita dapatkan pada gangguan serebelar ialah adanya: gangguan

koordinasi gerakan ataksia!, disdiadokhokinesia, dismetria, tremor intensi, disgrafia makrografia!, gangguan sikap, nistagmus, fenomena rebound, astenia, atonia, dan disartria. 4ismetria 4ismetria pada gerakan, yaitu gerakan yang tidak mampu dihentikan tepat pada waktunya atau tepat pada tempat yang dituju. Sering kita jumpai adanya hipermetria, yaitu melampaui tujuan/ tetapi sesekali didapatkan juga adanya hipometria, yaitu gerakan berhenti sebelum sampai pada tujuan, yang disebabkan karena pasien takut melampaui tujuannya. %angguan %erakan %angguan gerakan adalah berkurangnya kerjasama antar otot. Pada orang normal, bila ia mengedik ke belakang, pada waktu yang bersamaan ia akan memfleksikan lutut tungkai! nya untuk menjaga keseimbangan. 2kan tetapi, pada penderita gangguan serebelar, saat mengedikkan badannya ke belakang, ia selalu menegangkan tungkainya, sehingga ia berada dalam bahaya akan jatuh. Selain itu, gangguan koordinasi gerakan dapat diketahui dengan melihat adanya disdiadokokinesia. 4isdiadokokinesia. 3al ini merupakan ketidakmampuan melakukan gerakan yang berlawanan berturut$ turut. Suruh pasien merentangkan kedua lengannya ke depan, kemudian suruh ia mensupinasi dan pronasi lengan bawahnya tangannya! se"ara bergantian dan "epat. Pada sisi lesi, gerakan ini dilakukan lamban dan tidak tangkas. Tremor intensi. Tremor intensi ialah tremor yang timbul bila melakukan gerak volunter dengan kemauan!, dan menjadi lebih nyata bila menghampiri tujuannya. Tremor intensi dapat

pula diperiksa dengan jalan menyuruh pasien mengambil benda yang ke"il, makin dekat ia pada benda tersebut, makin jelas tremor pada tangannya. Pada dismetria, luas, jalan, serta "epatnya gerakan tidak adekuat. Penderita seolah$ olah mengingkari dalil yang mengatakan bahwa jarak yang terpendek antara dua titik ialah satu garis lurus. 3ipermetria terlihat bila ia berjalan, dalam hal ini gerakan kaki ke atas dan ke bawah berlebihan. Selain itu, bila ia disuruh melakukan suatu gerakan, maka gerakan ini melampaui tujuannya. 3ipermetria ini terutama menyatakan diri dalam adanya ke"enderungan untuk hiperfleksi. 2nggota gerak bawah lebih banyak terkena daripada anggota gerak atas. %angguan serebelum dapat diperiksa dengan berbagai "ara yaitu : per"obaan tunjuk hidung, per"obaan jari$jari, per"obaan tumit lutut, dan pemeriksaan tentang adanya disgrafia. Per"obaan tunjuk$hidung. Pasien disuruh menutup mata dan meluruskan lengannya ke samping, kemudian ia disuruh menyentuh hidungnya dengan telunjuk. Pada lesi serebelar telunjuk tidak sampai di hidung tetapi melewatinya dan sampai di pipi. .ila jari mendekati hidung terlihat tremor tremor intensi! atau pasien disuruh menunjuk telunjuk pemeriksa, kemudian menunjuk hidungnya, berulang$ulang. Per"obaan jari$jari. Penderita disuruh merentangkan kedua lengannya ke samping sambil menutup mata. 'a kemudian disuruh mempertemukan jari$jarinya di tengah depan. 5engan di sisi lesi akan ketinggalan dalam gerakan ini, dan mengakibatkan jari sisi yang sehat melampaui garis tengah. Per"obaan tumit$lutut. Penderita berbaring dengan kedua tungkai diluruskan, kemudian ia disuruh menempatkan tumit pada lutut kaki yang lain. Tumit ini tidak tepat mengenai lutut. Terlihat pasien mengadakan fleksi lutut yang berlebihan sehingga tumit melampaui lutut dan sampai di paha.

4isgrafia. 3al ini biasanya dalam bentuk makrografia. #arena ada dismetria dalam bentuk hipermetria, terlihat huruf dituliskan besar$besar dan kadang makin lama makin besar. Selain itu, bentuk hurufnyapun tidak bagua dan kaku. Tes gangguan fungsi serebelar terutama didasarkan atas adanya dissinergia, yang berupa gangguan gerakan dan hipermetria. Perlu rasanya diketahui bahwa gejala gangguan serebelar sering makin lama makin berkurang atau menghilang. 3al ini disebabkan karena ada kompensasi atau karena pusat$pusat lain di otak mengambil alih tugas serebelum ini. 3al demikian jarang dijumpai pada kerusakan sistem lainnya. Jadi, walaupun kita menjumpai gejala gangguan serebelar pada masa akut, hal ini mungkin berkurang atau tidak ada lagi pada lesi yang sudah lama. Sikap Pada lesi serebelar yang unilateral, didapatkan deviasi kepala dan badan ke sisi lesi dan terdapat pula salah$tunjuk past pointing! ke arah lesi. .ila pasien berdiri, badan "enderung jatuh ke arah lesi. .ila ia berjalan, tungkai diangkat se"ara berlebihan, lengan kurang dilenggangkan, dan jalannya berdeviasi ke sisi lesi. Pada lesi serebelum bagian tengah vermis!, pasien tidak dapat berdiri tegak lurus!, ia akan jatuh ke depan atau belakang. ,istagmus ,istagmus dapat disebabkan oleh lesi di traktus vestibuloserebelar, vermis, atau pedunkulus serebeli inferior. 'a dapat juga disebabkan oleh rusaknya hubungan antara serebelum dengan pusat$pusat lain atau lesi serebelum sendiri. ,istagmus dapat pula disebabkan oleh terganggunya koordinasi otot$otot mata, jadi merupakan asinergia serebeli. Sikap bola mata yang seharusnya tetap bila ia difiksasi pada satu jurusan menjadi berubah$ubah, yaitu bola mata bergerak se"ara spontan "epat ke arah fiksasi, lalu kembali se"ara spontan lambat ke posisi semula, kemudian bergerak lagi ke

tempat fiksasi, kembali lagi ke posisi semula dan seterusnya bolak$balik. 3al ini disebut nistagmus gerak ritmik bola mata!. 0ntuk memeriksanya, mata pasien disuruh mengikuti jari pemeriksa yang digerakkan ke samping kiri, kanan, atas, dan bawah. Perhatikan adanya nistagmus dan tentukan apakah ada komponen lambat dan "epat. 9enomena rebound Pada gangguan serebelar, fenomena rebound berarti tidak mampu menghentikan gerakan tepat pada waktunya. 4alam hal ini, penderita disuruh meluruskan lengannya. #emudian ia disuruh menarik tangannya ke arah bahunya atau hidung sambil kita halangi berikan tahanan!. .ila tahanan kita lepas se"ara mendadak, gerakan fleksi ini tidak segera berhenti dan tangan akan memukul bahu atau mukanya dengan keras. Jadi, terlihat ketidakmampuan menghentikan gerakan dengan segera atau menggantikannya dengan antagonisnya. 2stenia. 2stenia adalah lekas lelah dan bergerak lamban. 3al ini juga merupakan gejala dari gangguan serebelar. 1tot lekas lelah dan lemah walaupun tidak ada parese!. %erakan dimulai dengan lamban, demikian juga dengan kontraksi dan relaksasi. 3ipotonia 2danya hipotonia dapat diketahui dengan jalan palpasi dan pemeriksaan gerak pasif. Pada hipotonia, ekstensi dapat dilakukan lebih jauh, misalnya pada persendian paha, siku, lutut, dsbnya. 3ipotonia dapat pula terlihat pada persendian, yaitu bertambah lamanya bagian anggota gerak bergoyang, jika kita goyangkan bagian proksimal dari persendian tersebut. Misalnya pasien disuruh melemaskan tangannya dan kita pegang lengan bawah dan goyang$goyangkan, terlihat goyangan tangan yang lebih lama pendulousness!/ atau bahu dipegang dan digoyangkan, sedang lengan disuruh

lemaskan goyangan lengan akan lebih lama. Tes mengenai gangguan serebelar masih banyak lagi, namun bila pemeriksaan tersebut di atas dilakukan dengan baik, maka hal ini sudah memadai. Pemeriksaan fungsi sensorik Pemeriksaan Pemeriksaan sensibilitas merupakan pemeriksaan yang tidak mudah. #ita bergantung kepada perasaan penderita, jadi bersifat subjektif. Selain itu, reaksi seseorang terhadap rangsangan dapat berbeda$beda, malah pada satu orangpun reaksi tersebut dapat berbeda, tergantung pada keadaannya, apakah ia sedang lelah, atau pikirannya terpusat pada hal yang lain. 9aktor sugesti juga dapat berpengaruh. Tidak jarang pasien meng$ia$kan saja apa yang disugestikan oleh dokter mungkin agar bersikap sopan!. Misalnya, bila seorang dokter mengajukan pertanyaan yang bernada sugesti seperti : ?#an di sini terasa sakit bila saya tusuk dan di tempat ini agak kurang sakitnya, bukan @AB Pertanyaan demikian mungkin di ?yaB kan saja oleh pasien. Jadi, sugesti harus dihindarkan pada pemeriksaan sensibilitas. 2gar didapat hasil pemeriksaan yang baik perlu diperhatikan hal berikut : Selama pemeriksaan diupayakan agar pasien berada dalam keadaan tenang dan perhatiannya dapat dipusatkan pada pemeriksaan. 0ntuk maksud ini sebaiknya penderita memejamkan mata. .ila pasien merasa lelah sebaiknya pemeriksaan ditangguhkan. ,amun demikian, kadang$kadang kita terpaksa melakukan pemeriksaan dalam keadaan pasien yang tidak tenang/ pemeriksaan yang dilakukan se"ara kasar ini nilainya kurang teliti. Pemeriksaan Sensibilitas Sebelum kita melakukan pemeriksaan kita tanyakan dulu apakah ada keluhan mengenai sensibilitas. .ila ada suruh ia menunjukkan tempatnya lokalisasinya!. 4ari bentuk daerah yang terganggu dapat diduga apakah gangguan bersifat sentral, perifer,

atau berbentuk dermatom. 4aerah kulit yang disarafi oleh akar posterior dan ganglionnya disebut dermatom. Pada pasien histeri daerah yang terganggu tidak sesuai dengan pola anatomik, umumnya batas gangguan amat tegas, sering berbentuk kaus dan melibatkan seluruh jenis sensibilitas. Perlu ditanyakan jenis gangguan, intensitasnya, apakah hanya timbul pada waktu$ waktu tertentu, misalnya nyeri kalau dingin/ dan juga faktor$faktor yang dapat men"etuskan kelainan ini. Caktu melakukan pemeriksaan perhatikan daerah$daerah kulit yang kurang merasa, sama sekali tidak merasa atau daerah yang bertambah perasaannya. .ertambahnya perasaan dapat disebabkan oleh iritasi pada reseptor atau serabut saraf atau karena fenomena pelepasan release!. #ata disestesia digunakan untuk menyatakan adanya perasaan yang berlainan dari rangsang yang diberikan, misalnya bila pasien diraba ia merasa seolah$olah dibakar atau semutan. #ata parestesia merupakan perasaan abnormal yang timbul spontan, biasanya ini berbentuk rasa$dingin, panas, semutan, ditusuk$tusuk, rasa$berat, rasa ditekan atau rasa gatal. Pada pemeriksaan sensibilitas eksteroseptif, perlu diperiksa rasa raba, rasa nyeri, dan rasa suhu. Pemeriksaan rasa raba. Sebagai perangsang dapat digunakan sepotong kapas, kertas atau kain dan ujungnya diusahakan seke"il mungkin. 3indarkan adanya tekanan atau pembangkitan rasa nyeri. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian$bagian yang simetris. Thigmestesia berarti rasa raba halus. .ila rasa raba ini hilang disebut thigmanesthesia. Pemeriksaan rasa nyeri. :asa nyeri dapat dibagi atas rasa$nyeri$tusuk dan rasa$nyeri$ tumpul/ atau rasa nyeri "epat dan rasa nyeri lamban. .ila kulit ditusuk dengan jarum kita rasakan nyeri yang mempunyai sifat tajam, "epat timbulnya dan "epat hilangnya. ,yeri serupa ini disebut nyeri$tusuk. :asa nyeri yang timbul bila testis dipijit, timbulnya tidak segera dan lenyapnya lama sesudah dipijit. 'ni disebut nyeri$lamban. :eseptor rasa$nyeri tidak mempunyai bentuk tertentu dan terdiri dari serabut$serabut saraf yang tidak berselubung. ia terdapat pada epidermis kulit dan pada selaput lendir.

Pada beberapa tempat jumlah serabut$serabut ini lebih berdekatan daripada di tempat lain. 4i lidah, bibir, kemaluan dan ujung jari serabut$serabut ini lebih berdekatan daripada di lengan atas, pantat dan badan. 3al ini mengakibatkan daerah lidah, bibir dan ujung jari menjadi lebih perasa. :asa nyeri dapat dibangkitkan dengan berbagai "ara, misalnya dengan menusuk dengan jarum, memukul dengan benda tumpul, merangsang dengan api atau hawa yang sangat dingin dan juga dengan berbagai larutan kimia. 4alam praktek sehari$hari pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan jarum atau peniti. Tusukan hendaknya "ukup keras sehingga betul$betul dirasakan rasa$nyeri dan bukan rasa$disentuh atau rasa$raba. Sebelumnya perlu diberitahukan kepada pasien bahwa yang diperiksa ialah rasa$nyeri dan bukan rasa$raba. #ita periksa seluruh tubuh, dan bagian$bagian yang simetris dibandingkan. .ila bagian yang simetris dibandingkan, tusukan harus sama kuat. .ila kita memeriksa sensibilitas pada pasien yang gelisah atau yang agak menurun kesadarannya, maka pemeriksaan rasa$tusuk masih dapat dilakukan, sedang yang lainnya rasa raba, rasa suhu! perlu ditangguhkan. Pada anak, pemeriksaan ini yang biasanya dilakukan dan kita nilai dari reaksi atau tangisan si anak bayi!. Pemeriksaan rasa suhu. 2da dua ma"am rasa$suhu, yaitu rasa panas dan rasa dingin. :angsangan rasa$suhu yang berlebihan akan mengakibatkan rasa nyeri. :asa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin, dan untuk rasa panas dengan air panas. Penderita disuruh mengatakan DdinginD atau DpanasD bila dirangsang dengan tabung reaksi yang berisi air dingin atau air panas. 0ntuk memeriksa rasa dingin dapat digunakan air yang bersuhu sekitar &;$ (;o derajat 6elsius, dan untuk panas yana bersuhu *; $ +; 6. Suhu yang kurang dari + 6 dan yang lebih tinggi dari +; 6 dapat menimbulkan rasa$nyeri. #epekaan bagian$bagian tubuh terhadap rangsang suhu tidak sama. .agian dari badan dan bagian proksimal ekstremitas biasanya kurang peka terhadap rasa$dingin, bila dibandingkan dengan bagian distal ekstremitas.

Pada pemeriksaan rasa$suhu diperiksa seluruh tubuh dan dibandingkan bagian$bagian yang simetris. .agian yang simetris ini harus diusahakan agar berada dalam kondisi yang sama, misalnya bagian tersebut harus sama$sama baru dibuka dari penutupnya pakaian!. Jangan yang satu sudah lama terbuka sedang yang satu lagi baru saja dibuka penutupnya. Perubahan rasa$suhu dinyatakan dengan kata anestesia$suhu therm$anesthesia tidak merasa!, hipestesia$suhu therm$hypesthesia, kurang merasa!, atau hiperestesia$suhu therm$hyperesthesia, lebih merasa!/ dan ditambahkan kata dingin atau panas. #adang$kadang selain memeriksa kemampuan penderita untuk membedakan rasa dingin dan panas, perlu juga ditentukan sampai berapa derajat yang masih dapat dibedakannya. .iasanya orang normal dapat membedakan suhu yang berbeda ( sampai + derajat 6elsius, tetapi makin tinggi atau makin rendah suhu yang digunakan, dibutuhkan perbedaan yang lebih besar supaya dapat dibedakan. 4alam praktek sehari$hari sudah "ukup bila pasien dapat membedakan rangsang dingin dan panas. 3ipestesia$suhu terhadap rasa$dingin sering dijumpai pada lesi talamik. :asa$gerak dan rasa$sikap. :asa$gerak juga disebut sebagai rasa$kinetik. :asa$gerak dirasakan saat tubuh atau bagian tubuh digerakkan se"ara aktif atau pasif/ Jadi, rasa gerak merupakan rasa bahwa seseorang tahu bagian dari tubuhnya digerakkan. Pada rasa$sikap atau rasa$posisi, seseorang tahu bagaimana sikap tubuh atau bagian dari tubuh. Pada hakekatnya rasa$gerak dan rasa$sikap adalah majemuk.E Pengetahuan tentang sikap bagian tubuh kita pada suatu waktu merupakan& hasil integratif dari impuls yang datang dari berbagai reseptor. 'mpuls ini disalurkan ke sentral melalui susunan funikulus dorsalis dan selanjutnya ke talamus oleh susunan lemniskus medialis. :asa getar. 2da pakar yang berpendapat bahwa rasa$getar terjadi karena suatu rangsang impuls! tekan pada reseptor$mekanis yang terletak agak dalam dan dangkal, yang terjadi se"ara bergantian. 2nggapan ini dilandasi atas pengalaman klinik bahwa pada lesi saraf perifer, rasa$getar dan rasa$raba kasar dan halus selalu

bersama$sama terganggu. :asa$raba$kasar, rasa$tekan. :asa$raba$kasar di dalam praktek disamakan dengan rasa$tekan. Penghantaran stimulusnya diurus oleh serabut susunan funikuli dorsales. :asa$nyeri$dalam. Tekanan yang keras menimbulkan rasa$nyeri$dalam yang sulit di lokalisasi dengan tepat, rin"i dan tidak mempunyai batas yang tegas. :eseptornya tidak mempunyai bentuk yang khas. 0jung$ujung saraf yang tidak berselubung yang berada di jaringan ikat, otot dan tulang, di anggap merupakan reseptor impuls rasa$ nyeri$dalam. .erbeda dari modalita sensibilitas lain daripada rasa proprioseptif, penghantaran impuls rasa$nyeri$dalam ke sentral tidak melalui funikulus dorsalis, tetapi melalui susunan spinotalamik tak langsung yang terletak di funikulus anterolateralis.

Pemeriksaan rasa$gerak dan rasa$sikap. .iasanya rasa$gerak dan rasa$posisi diperiksa bersamaan. 'ni dilakukan dengan menggerakkan jari$jari se"ara pasif dan menyelidiki apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut serta mengetahui arahnya gambar F$G!. Juga diselidiki derajat gerakan terke"il yang masih dapat dirasakannya. Pada orang normal ia sudah merasakan arah gerakan bila sendi$interfalang digerakkan sekitar dua derajat atau & mm. Selain itu, juga diselidiki apakah ia tahu posisi dari jari$jarinya. Pada gangguan yang ringan yang pertama terganggu ialah rasa posisi jari, kemudian rasa$gerak. Selanjutnya, pada pemeriksaan rasa$gerak dan rasa$sikap ini kita gerakkan bagian dari ekstremitas penderita. la disuruh mengatakan pada posisi apa ekstremitasnya kita tempatkan. Selama pemeriksaan, mata pasien dipejamkan atau ditutup. .adan dan ekstremitas diistirahatkan dan dilemaskan. Semua gerakan volunter dihindarkan. Caktu kita meng$gerakkan bagian ekstremitas pasien, misalnya jari kaki, kita harus memegang jari$jarinya pada bagian lateral, Tujuannya ialah agar pasien tidak dapat

menggunakan rasa eksteroseptifnya rasa raba halus! untuk mengetahui arah gerakan tersebut. Jari yang diperiksa diupayakan agar tidak bersentuhan dengan jari lainnya, karena hal ini dapat dimanfaatkan pasien untuk mengetahui arah gerakan dari sentuhan, apabila rasa$geraknya terganggu. Pasien juga dilarang menggerakkan jarinya se"ara aktif, sebab hal ini dapat pula menolongnya untuk mengetahui posisi jarinya. Sambil memperhatikan hal yang tersebut di atas, kemudian pasien disuruh mengatakan DyaD bila ia merasakan suatu gerakan, kemudian ia disuruh pula mengatakan ke arah mana gerakan tersebut, DatasD atau DbawahD. :asa$gerak dan rasa posisi ini dapat pula diperiksa dengan jalan menempatkan jari penderita pada suatu posisi, kemudian ia disuruh mengatakan posisi dari jari tersebut atau ia disuruh menempatkan jari sisi lainnya seperti posisi jari yang kita periksa. %erakan yang terke"il yang masih dapat dirasakan ialah sekitar dua derajat. 4alam praktek sehari$hari biasanya kita hanya memeriksa rasa gerak dan rasa$sikap pada jari$jari. ,amun demikian, bila dijumpai gangguan, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan pada bagian badan lainnya yang lebih besar, misalnya tangan dan kaki. #aki kita gerakkan se"ara pasif dan dengan mata tertutup pasien disuruh menunjukkan di mana letak ibu jari atau tumitnya/ atau satu lengan kita tempatkan se"ara pasif pada satu posisi tertentu, kemudian dengan mata tertutup pasien disuruh menempatkan lengan yang lainnya pada sikap yang sama/ atau satu tangan kita gerakkan se"ara pasif, kemudian dengan mata tertutup ia disuruh memegang ibu$jari tangan tersebut dengan tangan lainnya. .eberapa tes untuk memeriksa ataksia, misalnya tes tunjuk$hidung tangan menunjuk hidung! dan tes tumit$lutut tumit ditempatkan pada lutut yang satu lagi!, bila tes tersebut dilakukan dengan mata tertutup merupakan tes rasa gerak dan sikap. :asa$ gerak dan rasa$sikap dapat pula diperiksa dengan memperhatikan bagaimana pasien bergerak dan berjalan. Seseorang yang menderita gangguan rasa$gerak dan rasa$sikap pada ekstremitas bawah tidak mengetahui bagaimana sikap kaki atau badannya. Misalnya, pasien tabes dorsalis mampu berdiri dengan sikap tegak yang baik bila

matanya terbuka ia melihat!, namun jika matanya ditutup ia akan ter huyung dan kemudian jatuh/ hal ini disebabkan oleh gangguan pada rasa$sikap. Pada pemeriksaan :omberg, kita katakan bahwa tanda :omberg positif bila seseorang mampu berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata terbuka, namun bila matanya ditutup ia akan terhuyung dan jatuh. Tanda :omberg positif merupakan salah satu gejala dini dari tabes dorsalis. Pemeriksaan rasa getar. Pemeriksaan rasa$getar biasanya dilakukan dengan jalan menempatkan garputala yang sedang bergetar pada ibu jari kaki, maleolus lateral dan medial kaki, tibia, spina iliaka anterior superior, sakrum, prosesus spinosus vertebra, sternum, klavikula, prosesus stiloideus radius dan ulna dan jari$jari. Sebelumnya perlu dijelaskan kepada pasien bahwa kita akan memeriksa rasa$getar, dan bukan rasa$raba yang ditimbulkan oleh ditempatkannya garputala atau bunyi garpu tala tersebut. .iasanya garpu tala yang digunakan berfrekuensi &(G 3>. %arpu tala kita ketok dan ditempatkan pada ibu jari kaki atau tulang maleolus. Pasien ditanya apakah ia merasa getarannya/ dan ia disuruh memberitahukan bila ia mulai tidak merasakan getaran lagi. .ila getaran mulai tidak dirasakan, garpu tala kita pindahkan ke pergelangan atau sternum atau klavikula atau kita bandingkan dengan jari kaki kita sendiri. 4engan demikian, kita dapat memeriksa adanya rasa$getar, dan sampai berapa lemah masih dapat dirasakan, dengan jalan membandingkan dengan bagian lain dari tubuh atau dengan rasa$getar pemeriksa. Pada penyakit yang melibatkan kolumna posterior, rasa$getar lebih dulu terganggu atau menghilang pada ekstremitas bawah daripada ekstremitas atas. .erkurangnya rasa getar kadang merupakan gejala dini dari tabes dorsalis. 0ntuk menyatakan hilangnya rasa$getar dapat digunakan kata : pallanesthesia. Pemeriksaan rasa$raba$kasar rasa tekan!. :asa$raba$kasar atau rasa$tekan diperiksa dengan jalan menekan dengan jari atau benda tumpul pada kulit, atau dengan jalan memen"et otot tendon dan serabut saraf jangan terlalu kuat, karena akan terasa rasa$

nyeri!. #emudian, pasien disuruh memberitahu apakah ia merasakan tekanan tersebut, dan diminta menentukan tempat lokasinya!. #ata piesthesia digunakan untuk menyatakan adanya rasa$tekan. #ata baresthesia kadang digunakan untuk rasa$tekan atau rasa$berat. #ata ini perlu dibedakan dari kata barognosia yang berarti mengenal serta mampu membedakan berat. Pemeriksaan rasa$nyeri$dalam. :asa$nyeri$dalam diperiksa dengan jalan memen"et otot atau tendon, menekan serabut saraf yang terletak dekat permukaan dan juga dengan memen"et testes atau biji$mata. 4alam praktek sehari$hari hal ini dilakukan sebagai berikut: #ita pen"et otot lengan atas, lengan bawah, paha, betis dan tendon 2"hilles. Perhatikan apakah pasien peka terhadap rangsang nyeri$dalam ini. Juga ditekan biji mata, laring, epigastrium dan testes. :asa$nyeri$dalam menghilang pada stadium dini tabes dorsalis. Menghilangnya rasa$ nyeri$dalam dalam hal ini bukanlah karena rusaknya funikulus dorsalis, melainkan karena perubahan patologik pada ganglion spinalis dorsal root ganglia!. Sebelum rasa$nyeri$dalam menghilang, biasanya terlebih dahulu didapatkan reaksi$nyeri yang terlambat delayed pain rea"tion!, baik bagi rasa$nyeri$superfisial maupun bagi rasa$ nyeri$dalam. 4alam hal demikian, timbulnya reaksi terhadap rangsang nyeri tidak segera terjadi setelah diberikan rangsang, tetapi beberapa saat kemudian. Saraf yang terletak di permukaan diperiksa juga rasa$nyeri tekannya. Pada neuritis, ini dapat menjadi lebih peka terhadap nyeri$tekan. Pada penyakit kusta, selain meningkatnya rasa$nyeri$tekan, saraf bertambah besar. 4alam hal demikian, perlu di raba sarafnya, untuk mengetahui besarnya serta kemungkinan adanya benjolan$ benjolan. .iasanya kita periksa nervus ulnaris, nervus peroneus, nervus aurikularis magnus dan nervus supraorbitalis. Pemeriksaan rasa$nyeri$tekan ini dapat pula dilakukan dengan jalan mengetok enteng saraf tersebut. :asa 'nteroseptif

:asa$interoseptif ialah perasaan dari visera organ dalam tubuh!, yaitu rasa yang timbul dari organ$organ internal. Seorang pasien mungkin mengemukakan gangguan perasaan berupa rasa nyeri, mules atau kembung. Misalnya usus mules, perut kembung, kandung ken"ing serasa penuh. ,yeri viseral ini biasanya difus, tidak tegas lokalisasinya. Pada pemeriksaan neorologi rasa interoseptif ini sukar dievaluasi dan sukar diperiksa. Selain lokalisasinya yang difus, kita tidak dapat melakukan tes pada organ yang letaknya di dalam tubuh. ,yeri :ujukan , ,yeri rujukan referred pain! perlu diketahui. .ersamaan dengan nyeri interoseptif yang diderita seorang pasien, ia mungkin pula mengalami nyeri somatik, yang mempunyai asal yang reflektoris. ,yeri somatik ini disebut referred pain nyeri rujukan! dan biasanya berbentuk hiperalgesia. ,yeri rujukan ini biasanya didapatkan pada dermatom yang sama atau yang berdekatan dengan organ internal, sebagai akibat persarafan segmentai yang sama, namun mungkin juga pada tempat yang lebih jauh. Sebagai "ontoh kami kemukakan hal berikut: ,ervus frenikus mensarafi diafragma dan jaringan di sekitarnya, yaitu jaringan pleura dan jaringan ekstraperitoneal yang berada di dekat kandung empedu dan hepar. Serabut saraf frenikus ini berasal dari saraf spinal servikal ),* dan +. 'ritasi kandung empedu, hepar atau bagian tengah diafragma dapat mengakibatkan rasa$ nyeri dan hiperestesia di daerah organ tersebut, tetapi di samping itu kita dapatkan pula rasa$nyeri di kuduk dan bahu, yaitu daerah kutan kulit! dari nervus spinal servikal ),* dan + tersebut. ,yeri rujukan ini mungkin disebabkan oleh refleks visero$ kutan. 4aerah rujukan yang perlu kita ketahui, antara lain ialah: nyeri angina pektoris dapat dirujuk sampai lengan kiri, nyeri di ginjal dapat dirujuk ke daerah inguinal. :asa Somestesia 5uhur Perasaan somestesia luhur ialah perasaan yang mempunyai sifat diskriminatif dan sifat tiga$dimensi. #adang digunakan juga kata rasa$gabungan "ombined sensation!.

:asa somestesia luhur bukanlah hanya gabungan dari rasa yang telah kita perbin"angkan terdahulu. Pada rasa somestesia$luhur dibutuhkan komponen kortikal untuk persepsi akhir. 4alam hal ini komponen kortikal merupakan fungsi dari lobus parietal yang bertindak untuk menganalisis serta mensintesa tiap ma"am perasaan, mengkorelasi serta mengintegrasi impuls, menginterpretasi rangsang dan juga menyaring serta mengambil engram$engram untuk membantu mengenal impuls tersebut. Jadi yang diutamakan di sini ialah fungsi diskriminatif serta fungsi persepsi. :asa somestesia luhur meliputi rasa diskriminasi, barognosia, stereognosia, topostesia topognosia!, grafestesia. 4iskriminasi. 4ua titik, atau spasial ini merupakan kemampuan untuk mengetahui, bahwa kita ditusuk dengan dua jarum atau dengan satu jarum pada saat yang sama. Pemeriksaan rasa diskriminasi. Pada pemeriksaan rasa$diskri$minasi infa di tes kemampuan untuk mengetahui apakah kita ditusuk dengan dua jarum atau satu jarum pada waktu yang bersamaan. 0ntuk maksud ini dapat digunakan jangka Ceber atau dua buah jarum, atau peniti. .agian$bagian dari badan kita tusuk pada waktu yang bersamaan dengan dua jarum. Pasien harus mampu mengetahui apakah ia ditusuk dengan satu atau dua jarum. Perlu diketahui jarak yang terke"il yang masih dapat dirasakan sebagai dua tusukan. Jarak ini berbeda$beda pada bagian tubuh, misalnya pada lidah, bila kedua tusukan berjarak & mm sudah dapat dirasakan sebagai dua tusukan/ pada ujung jEari dibutuhkan jarak ( $ * mm/ pada telapak tangan G$&( mm/ pada punggung tangan (; $ ); mm/ pada punggung *; $ F; mm/ dan pada lengan atas dan paha jarak terke"ilnya ialah F+ mm. Pada pemeriksaan ini perlu pula dibandingkan bagian badan yang simetris. .ila seorang pasien terganggu rasa diskriminasinya, sedangkan rasa rabanya baik, hal ini menunjukkan adanya lesi di lobus parietalis. .arognosia. .arognosia ialah kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang, atau kemampuan membeda$bedakan berat benda. #emampuan ini akan terganggu bila rasa proprioseptif, terutama rasa$sikap dan rasa$gerak tidak sempurna

lagi. 0ntuk memeriksa ini kita gunakarv benda$benda yang bentuk dan ukurannya sama serta terbuat dari >at yang sama, namun beratnya dibuat berbeda, misalnya dengan menambahkan pemberat misalnya timbal! di dalamnya. 3ilangnya kemampuan untuk membedakan berat disebut baragnosia. Stereognosia. Stereognosia merupakan kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan jalan meraba, tanpa melihat. 4alam kehidupan sehari$hari kita dapat mengenal gelas, botol, atau kun"i dengan jalan meraba tanpa melihat. .ila kemampuan ini terganggu atau hilang, penderita disebut menderita astereognosia, atau agnosia$taktil. 2stereognosia hanya dapat ditentukan bila rasa eksteroseptif dan proprioseptif baik/ jika hal ini terganggu, rangsang atau impuls tidak sampai ke korteks untuk disadari dan diinterpretasi. .eberapa tahap dapat kita rin"i dalam mengenal suatu benda. Mula$mula ukuran benda tersebut dikenal, kemudian bentuknya dalam dua dimensi, diperhatikan dan setelah itu bentuk dalam tiga dimensi dan akhirnya timbullah pengenalan benda tersebut. Pemeriksaan ukuran dapat dilakukan dengan jalan menggunakan benda yang bentuknya sama, tapi ukurannya berbeda. .entuk diperiksa dengan menggunakan benda yang berbentuk sederhana, misalnya bundar, segi empat, segitiga/ bentuk tiga dimensi dengan menggunakan benda$benda stereometris, misalnya kubus, piramid atau bola. #emudian daya mengenal diperiksa dengan jafan merabakan benda sederhana seperti kun"i, kan"ing, pisau, pinsil, dan penderita disuruh mengenalinya. Pemeriksaan Stereognosia. 6ara memeriksa rasa$stereognosia ialah: penderita disuruh menutup mata, kemudian ditempatkan berma"am benda ke dalam tangannya. .enda yang ditempatkan ini hendaklah benda yang sederhana dan telah dikenal pada kehidupan sehari$hari, misalnya kun"i, gelas, uang logam, atau arloji. la disuruh menyebutkan benda apa yang sedang dipegangnya. Jika ia tidak mampu menyebutkan nama benda tersebut, ia disuruh melukiskan ukuran, bentuk dan materi benda tersebut. :asa stereognosia diperiksa pada tangan/ jika tangan pasien lumpuh kita

tolong ia memegang atau menggenggam benda tersebut. Topestesia topognosia!. Topestesia atau topognosia ialah kemampuan untuk melokalisasi tempat dari rasa$raba. .ila orang tidak mampu melokalisasi rasa$raba ini, sedang rasa eksteroseptifnya baik, hal ini biasanya disebabkan oleh lesi yang melibatkan lobus parietal, dan disebut topagnosia atau topoanestesia. Gejala klinis GBS %.S merupakan penyebab paralisa akut yang dimulai dengan rasa baal, parestesia pada bagian distal dan diikuti se"ara "epat oleh paralisa ke empat ekstremitas yang bersifat asendens. Parestesia ini biasanya bersifat bilateral. :efelks fisiologis akan menurun dan kemudian menghilang sama sekali. #erusakan saraf motorik biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan menyebar se"ara progresif, dalam hitungan jam, hari maupun minggu, ke ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. #erusakan saraf motoris ini bervariasi mulai dari kelemahan sampai pada yang menimbulkan Huadriplegia fla"id. #eterlibatan saraf pusat , mun"ul pada +; I kasus, biasanya berupa facial diplegia. #elemahan otot pernapasan dapat timbul se"ara signifikan dan bahkan (; I pasien memerlukan bantuan ventilator dalam bernafas. 2nak anak biasanya menjadi mudah terangsang dan progersivitas kelemahan dimulai dari menolak untuk berjalan, tidak mampu untuk berjalan, dan akhirnya menjadi tetraplegia . #erusakan saraf sensoris yang terjadi kurang signifikan dibandingkan dengan kelemahan pada otot. Saraf yang diserang biasanya proprioseptif dan sensasi getar. %ejala yang dirasakan penderita biasanya berupa parestesia dan disestesia pada e8tremitas distal. :asa sakit dan kram juga dapat menyertai kelemahan otot yang terjadi. terutama pada anak anak. :asa sakit ini biasanya merupakan manifestasi awal pada lebih dari +;I anak anak yang dapat menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis.

#elainan saraf otonom tidak jarang terjadi dan dapat menimbulkan kematian. #elainan ini dapat menimbulkan takikardi, hipotensi atau hipertensi, aritmia bahkan cardiac arrest , facial flushing, sfin"ter yang tidak terkontrol, dan kelainan dalam berkeringat. 3ipertensi terjadi pada &; < ); I pasien sedangkan aritmia terjadi pada ); I dari pasien. #erusakan pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan gejala berupa disfagia, kesulitan dalam berbi"ara, dan yang paling sering +;I ! adalah bilateral facial palsy. %ejala gejala tambahan yang biasanya menyertai %.S adalah kesulitan untuk mulai .2#, inkontinensia urin dan alvi, konstipasi, kesulitan menelan dan bernapas, perasaan tidak dapat menarik napas dalam, dan penglihatan kabur (blurred visions). Prognosis GBS J+ I pasien dengan %.S dapat bertahan hidup dengan F+ I diantaranya sembuh total. #elemahan ringan atau gejala sisa seperti dropfoot dan postural tremor masih mungkin terjadi pada sebagian pasien. #elainan ini juga dapat menyebabkan kematian , pada + I pasien, disebabkan oleh gagal napas dan aritmia. %ejala yang terjadinya biasanya hilang ) minggu setelah gejala pertama kali timbul. ) I pasien dengan %.S dapat mengalami relaps yang lebih ringan beberapa tahun setelah onset pertama. P- dapat mengurangi kemungkinan terjadinya relapsing inflammatory polyneuropathy. Gejala klinis Myasthenia gravis Miastenia gravis dikarakteristikkan melalui adanya kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan meningkat apabila sedang beraktivitas. Penderita akan merasa ototnya sangat lemah pada siang hari dan kelemahan ini akan berkurang apabila penderita beristirahat. %ejala klinis miastenia gravis antara lain adalah yang

kelemahan pada otot ekstraokular atau ptosis. Ptosis yang merupakan salah satu gejalasering menjadi keluhan utama penderita miastenia gravis, ini disebabkan oleh kelumpuhan dari nervus okulomotorius.Calaupun pada miastenia gravis otot levator palpebra jelas lumpuh, namun ada kalanya otot$otot okular masih bergerak normal. Tetapi pada tahap lanjut kelumpuhan otot okular kedua belah sisi akan melengkapi ptosis miastenia gravis.Sewaktu$waktu dapat pula timbul kelemahan dari otot masseter sehingga mulut penderita sukar untuk ditutup.#elemahan otot bulbar juga sering terjadi, diikuti dengan kelemahan pada fleksi dan ekstensi kepala.Selain itu dapat pula timbul kesukaran menelan dan berbi"ara akibat kelemahan dari otot faring, lidah, pallatum molle, dan laring sehingga timbulah paresis dari pallatum molle yang akan menimbulkan suara sengau. Selain itu bila penderita minum air, mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya.

Anda mungkin juga menyukai