Anda di halaman 1dari 1

ARTIKEL

Perubahan iklim dan menurunnya kesejahteraan nelayan dan petambak udang


24 August 2009

Perubahan iklim adalah fenomena yang tidak hanya berdimensi lingkungan namun juga ekonomi. Di sektor perikanan, kerugian dari perubahan ini berupa menurunnya hasil tangkapan ikan dan produktivitas budidaya udang. Sehingga perubahan iklim tidak boleh dilihat secara parsial dari perspektif lingkungan semata, tapi juga ekonomi. Untuk dapat beradaptasi dengan masalah ini, Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA) sebagai bagian dari Aliansi Desa Sejahtera menawarkan empat prinsip keadilan perikanan. Prinsip pertama adalah negara sebagai pemilik kekuasaan wajib mengakui dan melindungi perairan tradisional. Prinsip ini telah digariskan dalam UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) tahun 1982. Prinsip kedua adalah perlindungan terhadap hak nelayan tradisional. Terkait dengan perubahan iklim, negara harus menyediakan informasi terkini mengenai perubahan iklim dan teknis keseharian seperti keadaan cuaca dan lokasi yang baik untuk melaut. Prinsip ketiga adalah negara harus memberi perhatian secara luas, dalam artian tidak hanya memperhatikan aspek pemeliharaan ataupun penangkapan saja. Negara wajib memberi perhatian pada rantai produksi mulai dari persiapan sebelum melaut hingga setelah melaut yaitu pemasaran. prinsip keempat adalah negara wajib memenuhi kebutuhan pangan domestik. Dalam konteks ini, kebutuhan pangan dalam negeri harus diprioritaskan terlebih dahulu dibandingkan ekspor. Pada sektor pertambakan, perubahan iklim membuat udang menjadi lebih rentan dengan perubahan cuaca. Daya tahan udang menurun sehingga mudah terserang penyakit. Selain itu, perubahan cuaca dan suhu perairan dapat memicu stress pada udang. Perubahan iklim terlihat dengan menyebarnya berbagai macam penyakit udang. Di Jawa Timur, penyakit virus myo atau infectious myo necrosis virus (IMNV) menyebar pada beberapa areal tambak di Banyuwangi, Situbondo, dan Malang. Adapun di Lampung, terjadi serangan penyakit bintik putih, atau white spot syndrome virus (WSSV). Di Lampung serangan virus telah menyebabkan produksi udang turun 30-40 persen dan di Jawa Timur turun 40 persen. (Kompas, 5/5) Senada dengan fakta ini, Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung memastikan produksi udang budidaya Lampung triwulan pertama 2009 turun 18 persen dibandingkan dengan produksi triwulan pertama 2008. Dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh nelayan tangkap berupa berubahnya pola melaut. Perubahan iklim menyebabkan meningkatnya suhuair laut sebesar 2-3 derajat celcius. Perubahan ini paling tidak terlihat dua aspek yakni migrasi ikan dan pemutihan karang. Migrasi ikan adalah keadaan dimana ikan berpindah ke laut yang lebih hangat. Hal ini disebabkan oleh laut Indonesia yang sudah hangat menjadi semakin hangat karena perubahan iklim. Ikan yang sensitif terhadap perubahan suhu akan bermigrasi ke laut dengan suhu yang lebih dingin. Keadaan ini membuat nelayan kesulitan untuk mendeteksi keberadaan ikan. Selain bermigrasinya ikan, perubahan iklim menyebabkan laut mengalami proses pengasaman seiring dengan diserapnya lebih banyak CO2. Hal ini menyebabkan karang kehilangan kemampuan untuk membentuk cangkang atau kerangka. Jika demikian, ikan akan kekurangan sumber makanan dan kesulitasn untuk berkembang. Dampak dari pemutihan karang ini salah satunya terjadi dalam jumlah besar di pantai utara Bali. Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang ini terjadi di sepanjang 120 kilometer kawasan laut pesisir antara Pemuteran, Kabupaten Buleleng, hingga Amed (Karangasem). Fenomena ini akan telah menimbulkan kerugian nelayan hingga Rp 692 miliar. (Kompas, 23/6) (RR) Tags: iklim, KIARA, perikanan

Anda mungkin juga menyukai