Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti tes neurologi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut. (Potter dan Perry, 2005) Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010) Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah: 1. Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi lokal yang berfokus pada suatu sistem tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus seperti

optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010) Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. 2. Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)

Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba: tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan. (Dewi Sartika,2010) Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan

permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010) 4. Auskultasi Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang

ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. (Dewi Sartika, 2010) Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut: a. Kontrol infeksi Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada. b. Kontrol lingkungan

Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privasi klien 1) Komunikasi (penjelasan prosedur) 2) Privasi dan kenyamanan klien 3) Sistematis dan konsisten ( head to toe, dari eksternal ke internal, dari normal ke abnormal) 4) Berada di sisi kanan klien 5) Efisiensi 6) Dokumentasi

B. Tujuan Pemeriksaan Fisik Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan: 1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien. 2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan. 3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan. 4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan. 5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan. Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan di jelaskan nanti di setiap bagian tubuh yang akan di lakukan pemeriksaan fisik.

C. Manfaat Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya: 1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan. 2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien. 3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat 4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

D. Indikasi Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada: 1. Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat. 2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat. 3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien

E. Prosedur pemeriksaan fisik Persiapan a. Alat Meteran, timbangan berat badan, penlight, steteskop, tensimeter/spighnometer, thermometer, arloji/stopwach,

refleks hammer, otoskop, handscoon bersih, tissue, buku catatan perawat.

Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa. b. Lingkungan Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien c. Klien (fisik dan fisiologis) Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.

PEMERIKSAAN FISIK KEPALA LEHER

1. Pemeriksaan Kepala Tujuan a) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala b) Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala Persiapan alat a) Lampu b) Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka) Prosedur Pelaksanaan Inspeksi :

Atur posisi klien duduk atau berdiri. Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kaca mata, dll. Lakukan inspeksi mengamati bentuk kepala, kesimetrisan dan keadaan kulit kepala. Inspeksi penyebaran, ketebalan, kebesihan dan tekstur, warna rambut. Ukuran, bentuk dan posisi kepala terhadap tubuh.

Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering) Palpasi : untuk mengetahui adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut. Atur posisi duduk atau berdiri. Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kaca mata. Pakai sarung tangan (terutama jika terdapat luka/lesi dikepala). Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan ujung jari, lakukan mulai dari depan turun kebawah melalui garis tengah kemudian palpasi setiap sudut garis kepala. Rasakan apakah terdapat benjolan/massa, tanda bekas luka dikepala, pembengkakan, nyeri tekan. Jika hal itu ditemukan perhatikan berapa besarnya/luasnya, bagaimana konsistensinya, dan dimana kedudukannya, apakah didalam kulit, pada tulang atau dibawah kulit terlepas dari tulang. Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.

Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.

2. Pemeriksaan Mata Tujuan. a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata. b) Mengetahui adanya kelainan pada mata. Persiapan alat. a) Senter kecil b) Surat kabar / majalah c) Kartu snellen d) Penutup mata e) Sarung tangan (jika pelu ) Prosedur Pelaksanaan Inspeksi : Kelopak mata. Anjurkan klien melihat lurus kedepan Bandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi posisi dan warna kelopak mata Anjurkan klien untuk memejamkan mata Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada pinggir kelopak mata dan catat setiap kelainan yang ada Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata dan posisi bulu mata Untuk inspeksi kelopak mata bawah, minta klien untuk membuka mata. Perhatikan frekuensi refleks berkedip mata. Konjungtiva dan sklera Anjurkan klien untuk melihat lurus kedepan Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari Gunakan sarung tangan jika ada sekret di tepi kelopak mata Amati keadaan konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah, catat jika terdapat infeksi, pus atau warnanya tidak normal / anemis Jika diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan membuka atau membalik kelopak mata atas dengan posisi pemeriksa berdiri dibelakang klien

Amati warna sklera ketika memeriksa konjungtiva

Kornea Berdiri di sisi klien, lalu dengan cahaya tidak langsung, inspeksi kejernihan dan tekstur kornea Lakukan uji sensitivitas kornea, dengan menyentuhkan gulungan kapas seteril untuk melihat reaksi berkedip Pupil dan iris Atur pencahayaan kamar menjadi sedikit redup Pegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak-gerak Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil, dan reaksi terhadap cahaya Uji refleks pupil terhadap cahaya : Sinari pupil klien dengan senter dari samping Amati mengecilnya pupil yang sedang disinari Lakukan pada pupil yang lain Periksa refleks akomodasi: Anjurkan klien untuk menatap suatu objek yang jauh ( dinding yang jauh ). Anjurkan klien untuk menatap objek, pemeriksa ( jari / pensil ) yang dipegang 10cm dari batang hidung klien. Amati perubahan pupil dan akomodasi melalui konstriksi saat melihat objek yang dekat

Pergerakan bola mata Anjurkan klien untuk melihat lurus ke depan. Amati kedua bola mata apakah diam atau nistagmus (pergerakan secara spontan ). Amati bentuk, frekuensi ( cepat atau lambat ), amplitude (luas atau sempit) bola mata, jika ditemukan nistagmus. Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu deviasi. Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada klien dengan jarak 15-30 cm.

Instruksikan klien agar mengikuti gerakan jari pemeriksa ke-8 arah tatapan utama, yaitu atas dan bawah, kanan dan kiri, diagonal ke atas dan ke bawah kiri, diagonal ke atas dan ke bawah kanan.

Medan penglihatan Pemeriksa berdiri di depan klien kira-kira 60 cm. Tutup mata yang tidak di periksa (pemeriksa ataupun klien). Instruksikan klien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang. Gerakkan jari pada jarak yang sebanding dengan panjang lengan di luar lapang penglihatan. Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia melihat jari pemeriksa. Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu tetap di tengah antara pemeriksa dan klien. Kaji mata sebelahnya.

Penglihatan warna Siapkan kartu Ichihara. Pastikan ruangan cukup terang. Instruksikan klien untuk menyebutkan gambar atau angka yang ada pada kartu tersebut. Palpasi mata Anjurkan klien untuk memejamkan mata. Palpasi kedua mata dengan jari telunjuk di atas kelopak mata sisi kiri dan sisi kanan. Dengan menekan-nekan bola mata, periksa nilai konsistensinya dan adanya)nyeri tekan.

3. Pemeriksaan telinga Tujuan Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran. Persiapan Alat a) Arloji berjarum detik b) Garputala

c) Speculum telinga d) Lampu kepala

Prosedur Pelaksanaan Bantu klien dalam posisi duduk, jika memungkinkan Posisi pemeriksa menghadap kesisi telinga yang dikaji Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala, atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, (adanya) lesi/massa, dan kesimetrisan. Bandingkan dengan hasil normal Lakukan palpasi dengan memegang telinga dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis, yaitu dari jaringan lunak kejaringan keras dan catat jika ada nyeri Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga dibawah daun telinga Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut Pada orang dewasa, pegang daun telinga/heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga keatas dan kebawah sehingga lurus dan menjadi mudah diamati Pada anak-anak, tarik daun telinga kebawah Periksa adanya peradangan, pendarahan, atau kotoran/serumen pada lubang telinga.

Pemeriksaan pendengaran Menggunakan bisikan Atur posisi klien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa Bisikan suatu bilangan, missal tujuh enam Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar Periksa telinga yang lainya dengan cara yang sama

Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien

Menggunakan arloji Ciptakan suasana ruangan yang tenang Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan meminta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya, klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.

Menggunakan garputala Pemeriksaan Rinne Pegang garputala pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan atau buku buku jari tangan yang berlawanan. Letakan tangkai garputala pada prosesus mastoideus klien Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi Angkat garputala dan dengan cepat tempatkan didepan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garputala pararel terhadap lubang telinga klien. Instruksikan klien untuk memberi tahu apakah ia masih mendengar suara atau tidak. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.

Pemeriksaan weber Pegang garputala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan. Letakan tangkai garputala di tengah puncak kepala klien. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga. Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut.

4. Pemeriksaan hidung. Tujuan a) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung. b) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi.

Persiapan Alat a) Speculum hidung b) Senter kecil c) Lampu penerangan d) Sarung tangan (jika diperlukan). Prosedur Pelaksanaan Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien Atur penerangan Amati bentuk dan tulang hidung bagian luar dari sisi depan,samping, dan atas. Amati kesimetrisan lubang hidung Observasi pengeluaran dan pelebaran nares (lubang hidung). Jika terdapat pengeluaran (secret, darah, dll), jelasakan karakter, jumlah dan warnanya. Lakukan palpasi lembut pada batang dan jaringan lunak hidung terhadap nyeri, massa Letakkan satu jari pada masing-masing sisi arkus nasal dan memapalsinya dengan lembut,lalu gerakan jari dari batang ke ujung hidung Kaji mobilitas septum hidung.

Inspeksi hidung bagian dalam Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien Pasang lampu kepala Atur lampu agar dapat secara adekuat menerangi lubang hidung Tekan hidung secara lembut untuk mengelevasikan ujung hidung dan lakukan pengamatan bagian anterior lubang hidung Amati posisi septum hidung Pasang ujung speculum hidung pada lubang hidung sehingga rongga hidung dapat diamati Amati kartilago dan dinding-dinding rongga hidung serta selaput lendir pada rongga hidung (warna, sekresi, bengkak) Lepas speculum secara perlahan-lahan.

5. Pemeriksaan Mulut Tujuan Mengetahui bentuk dan setiap kelainan mulut. Persiapan Alat a) Senter kecil b) Sudip lidah c) Sarung tangan bersih d) Kasa Prosedur Pelaksanaan Inspeksi mulut Atur duduk klien berhadapan dengan pemeriksa dan tingginya sejajar. Amati bibir klien untuk mengetahui warna bibir, kesimetrisan, kelembaban, dan apakah ada kelainan konginetal, bibir sumbing,pembengkakan, lesi, atau ulkus. Instruksikan klien untuk membuka mulut guna mengamati gigi klien. Atur penerangan yang cukup, jika diperlukan gunakan sudip lidah untuk menekan lidah sehingga gigi akan tampak lebih jelas. Amati keadaan, jumlah, ukuran, warna, kebersihan, karies. Amati keadaan gusi, (adanya) lesi, tumor, pembengkakan. Observasi kebersihan mulut dan (adanya) bau mulut/halitosis. Amati lidah terhadap kesimetrisan dengan cara meminta kilen untuk menjulurkan lidahnya, lalu amati warna, kesejajaran, atau adanya kelainan. Amati semua bagian mulut termasuk selaput lendir mulut dengan memeriksa warna, sekresi, (adanya) peradangan, perdarahan, ataupun ulkus. Tarik lembut bibir kebawah menjauhi gigi dengan jari yang terpasang sarung tangan.inspeksi mukosa terhadap warna, tekstur, hidrasi, dan lesi. Beri klien kesempatan untuk beristirahat dengan menutup mulutnya, jika ia lelah. Anjurkan klien untuk mengangkat kepala sedikit ke belakang dan membuka mulut ketika menginspeksi faring. Tekan lidah ke bawah ketika klien berkata ah. Amati faring terhadap kesimetrisan ovula. Periksa tonsil apakah meradang atu tidak.

Palpasi mulut Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien. Anjurkan klien membuka mulut, pemeriksa memakai sarung tangan. Pegang pipi di antara ibu jari dan tangan (jari telunjuk berada di dalam). Lakukan palpasi secara sistematis dan kaji adanya tumor, pembengkakan atau adanya nyeri. Palpasi dasar mulut dengan menginstruksikan klien untuk mengatakan el, lalu dengan jari telunjuk tangan kanan lakukan palpasi dasar mulut secara sitematis, sedangkan ibu jari menekan bawah dagu untuk mempermudah palpasi. Palpasi lidah dengan menginstruksikan klien untuk menjulurkan lidah dan lidah dipegang dengan kasa steril menggunakan tangan kiri. Lakukan palpasi lidah, terutama bagian belakang dan batas-batas lidah dengan menggunakan jari telunjuk kanan.

6. Pemeriksaan Leher. Tujuan a) Menentukan struktur integritas leher. b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan. c) Memeriksa sistem limfatik. Persiapan Alat a) Stetoskop. Prosedur Pelaksanaan Inspeksi Atur pencahayaan dengan baik. Anjurkan klien untuk melepas baju atau benda apapun yang menutupi leher. Amati bentuk leher, warna kulit, (adanya) jaringan parut, pembengkakan, (adanya) massa. Pengamatan dilakukan secara sisitematis mulai dari garis tengah sisi depan leher, samping, dan belakang. Inspeksi tiroid dengan menginstruksikan klien untuk menelan dan mengamati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang sangat kurus.

Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu kedada hiperekstensikan leher sedikit kebelakang, dan gerakan menyamping ke masing-masing sisi kemudian ke samping sehingga telingga bergerak ke arah bahu. Hal ini dilakukan untuk menguji otot-otot sternomastoideus dan trapezius.

Palpasi Untuk memeriksa nodus limfe, buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-otot. Gunakan bantalan ketiga jari tengah tangan dan palpasi dengan lembut masing-masing jaringan limfe dengan gerakan memutar. Periksa setiap nodus dengan urutan sebagai berikut Nodus oksipital pada dasar tengkorak. Nodus auricular posterior di atas mastoid. Nodus preaurikular tepat di depan telinga. Nodus tonsilar pada sudut mandibula. Nodus submental pada garis tengah beberapa cm di belakang ujung mandibula. Nodus sukmaksilaris pada garis tengah di belakang ujung mandibula. Nodus servikal superficial, superficial terhadap sternomastoideus. Nodus servikal posterior, sepanjang tepi anterior trapezius. Nodus supraklavikula, dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula dan sternokleidomastoideus. Palpasi kelenjar tiroid, dengan cara: Palpasi fosa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah. Instruksikan kilen untuk minum atau menelan agar memudahkan palpasi. Jika teraba kelenjar tiroid, pastikan bentuk, ukuran, konsistensi, dan permukaannya. Palpasi trakea dengan cara: Pemeriksa berdiri di samping kanan klien. Letakkan jari tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas, ke bawah, dan ke samping sehingga kedudukan trakea dapat di ketahui.

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http:///E:/PEMERIKSAAN%20FISIK%20HEAD%20TO%20TOE.htm

http:///E:/NURSING%20SCIENCE%20%20%20PEMERIKSAAN%20FISIK.htm

Riyadi Sujono, S.Kep.,M.Kes & Harmoko H. S.Kep.,Ns. 2012. Standard Operating Procedure dalam Praktik Klinik KEPERAWATAN DASAR. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai