II.1 Pengertian dan Klasifikasi Stratigrafi Stratigrafi yaitu ilmu pemerian lapisanlapisan batuan. tersebut ditinjau dari arti katanya yaitu, strata (stratum) yang berarti lapisan batuan, dan grafi (grafis) yaitu pemerian/gambaran. Jadi stratigrafi adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan, dan kejadian (genesa) macammacam batuan di alam dalam ruang dan waktu. Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Klasifikasi Stratigrafi Unit Stratigrafi terdiri dari 2 kategori (North American Stratigraphic Codes, 1983) yaitu: A. Kategori yang berdasar atas kandungan Material (Content of starta) atau Batas-batas fisika suatu perlapisan. 1. Unit Litostratigrafi 2. Unit Litodemik 3. Unit Magnetopolariti
4. Unit Biostratigrafi 5. Unit Pedostratigrafi 6. Unit Allostratigrafi B. Kategori yang berhubungan dengan umur geologi 1. Kategori Matrial a. Unit Kronastratigrafi b. Unit Polariti-Kronostratigrafi 2. Kategori Non-Material a. Unit Geokronologi b. Unit Polariti-Geokronologi c. Unit Diakronik d. Unit Geokronometrik
II.2 Prinsip Dasar Stratigrafi stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisanlapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi. Prinsip-prinsip dasar startigrafi yang digunakan dalam penentuan urut-urutan perlapisan batuan: II.2.1 Prinsip horizontalitas (Original horizontality) Pada mulanya batuan sedimen diendapkan secara horizontal di dasar cekungan, sejajar dengan permukaan bumi. Jadi kalau sekarang
dijumpai batuan sedimen dengan kedudukan lapisannya miring, berarti batuan tsb sudah dipengaruhi oleh gaya tektonik. Perlapisan batuan akan terendapkan secara horizontal dan terdeformasi dalam setelahnya. Strata either perpendicular to the horizon or inclined to the horizon were at one time parallel to the horizon. Steno, 1669. (sumber : Rakhman, 2012) artinya : strata yang tegak lurus dengan horizon atau miring terhadap horizon dulunya paralel dengan horizon.
II.2.2 Prinsip keterusan perlapisan (Strata continuity) Perlapisan dapat diasumsikan menerus secara lateral sangat jauh hingga tepi pembatas. Material forming any stratum were continuous over the surface of the Earth unless some other solid bodies stood in the way. Steno, 1669 (sumber : Rakhman, 2012) artinya : Material yang membentuk strata melampar secara luas diatas permukaan bumi kecuali ada tubuh padat lain yang menghalangi.
II.2.3 Prinsip superposisi Pada sekuen lapisan yang belum terganggu, batuan yg tertua atau yg terendapkan paling awal akan berada paling bawah, dan batuan yang termuda atau yg terendapkan paling akhir, akan berada di paling atas....at the time when any given stratum was being formed, all the matter resting upon it was fluid, and, therefore, at the time when the lower stratum was being formed, none of the upper strata existed. Steno, 1669. (sumber : Rakhman, 2012 ) artinya : pada waktu sebuah strata terbentuk, semua materinya berupa fluida, karenanya ketika sebuah strata sedang terbentuk, tidak ada strata lain yang ada diatasnya.
II.2.4 Prinsip hubungan potong memotong Hukum potong memotong (Cross cutting relationship)
satuan batuan lain, berumur lebih muda daripada satuan batuan atau sesar yang dipotongnya. "If a body or discontinuity cuts across a stratum, it must have formed after that stratum." Steno, 1669. (sumber: Rakhman, 2012) artinya : jika sebuah tubuh atau diskontinuitas memotong sebuah strata, itu pasti terbentuk setelah strata itu.
II.2.5. Prinsip Kepunahan Organik oleh George Cuvier (1769-1832) Dalam suatu urutan stratigrafi, lapisan batuan yang lebih muda mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya lebih tua. II.2.7 Keselarasan dan ketidakselarasan Keselarasan (Conformity) adalah hubungan keselarasan antar satuan batuan karena masih belum mengalami suatu perubahan. Ketidakselarasan (Unconformity) adalah hubungan tidak selaras atar satuan batuan yang dikarenakan adanya perubahan. Contoh dari ketidak selarasan adalah : 1. Nonconformity Dimana terjadi ketidak selarasan berupa batuan yang memotong berbeda litologi, maka terjadi ketidakselarasan Nonconformity.
2. Angular Unconformity Dimana terjadi ketidak selarasan berupa batuan yang memiliki sudut kemiringan berbeda, maka terjadi ketidakselarasan Angular Uconformity.
3. Disconformity Dimana terjadi ketidak selarasan berupa batuan yang memiliki sudut kemiringan berbeda, maka terjadi ketidakselarasan Angular Uconformity.
II.3. UnsurUnsur Stratigrafi A. 1Unsur batuan Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan nonsedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan. Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.
10
B. Unsur perlapisan Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh prosesproses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa: Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya. Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya. Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa: Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh pengendapan sedimen yang lain. Perubahan warna material batuan yang diendapkan. Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir). Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.
11
Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan fosil, dll). Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan. Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu : Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan litologi. Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan caracara tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur, yaitu : 1. Kontak Progradasi 2. Kontak Interkalasi Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan bidang perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material yang terbawa oleh arus. Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak selaras.
12
Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur. Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang ketidakselarasan, yaitu: 1. Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan lapisan lain. 2. Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain. 3. Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang
menunjukkan suatu lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil). 4. Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
13
Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala singkapan. Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola jurus. C. Elemen Struktur Sedimen Struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan yang terdapat pada batuan sedimen di mana kenampakannya itu disebabkan oleh proses sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta aliran gravitasi sedimen. Struktur sedimen ini harus dianalisa langsung di lapangan, dengan tujuan untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan serta untuk
menentukan posisi atas dan bawah dari suatu lapisan. II.4 Hubungan Stratigrafi dengan Sedimentologi Sedimentologi dan stratigrafi adalah merupakan dua sub-disiplin ilmu geologi yang sangat penting, sering dibahas terpisah di masa lalu tapi sekarang dikombinasikan dalam proses pengajaran, penelitian akademik dan aplikasi ekonomi. Dua ilmu ini dapat dibahas bersama sebagai rangkaian kesatuan proses dan hasilnya, dalam ruang dan waktu. Sedimentologi perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen. Stratigrafi mempelajari perlapisan batuan ini dan hubungannya dalam waktu dan ruang. Batas pemisah antara sedimentologi dengan stratigrafi sebenarnya tidak jelas. Stratigrafi secara luas diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang segala aspek strata, termasuk studi tekstur, struktur, dan
14
komposisi. Walau demikian, dalam prakteknya, para ahli stratigrafi lebih banyak menujukan perhatiannya pada masalah penentuan urut-urutan stratigrafi dan penyusunan kolom geologi. Jadi, masalah sentral dalam stratigrafi adalah penentuan urut-urutan batuan dan waktu yang dicerminkan oleh berbagai penampang lokal, pengkorelasian penampangpenampang lokal, dan penyusunan suatu penampang yang dapat digunakan secara sahih sebagai wakil dari tatanan stratigrafi dunia. Walau demikian, pengukuran ketebalan dan pemerian litologi umum (gross lithology) masih dipandang sebagai tugas para ahli stratigrafi. Karena itu, tidak mengherankan apabila banyak pengetahuan tentang ciri khas endapan sedimen misalnya perlapisan, perlapisan silang-siur, dan ciri-ciri lain yang sering terlihat dalam singkapan diperoleh dari hasil penelitian stratigrafi. Oleh karena itu masuk akal jika membahas sedimentologi dan stratigrafi bersamaan. Faktanya, tidak mungkin memisahkan mineralogi komponen batuan dan evolusi paleontologi dari stratigrafi. Namun bagaimanapun harus dibatasi sampai topik-topik tertentu.
II.4.1 Mekanisme Transportasi Sedimen Proses transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan berbagai cara, yaitu:
15
1. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai. 2. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai. 3. Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai. 4. Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh. 5. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia. Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkanpun semakin halus. Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian
16
diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. 1. Pengendapan oleh air laut. Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. 2. Pengendapan oleh angin Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan
17
mengedapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir. 3. Pengendapan oleh gletser Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U. II.4.2 Struktur sedimen 1. Masif Batuan masif bila tidak menunjukan struktur dalam (Pittijohn & Potter, 1964) atau ketebalan lebih dari 120 cm ( Mc.Keee & Weir, 1953) 2. Perlapisan pilihan (Graded Bedding) Lapisan yang dicirikan oleh perubahan yang granual dari ukuran butir penyusunnya bila bagian bawah kasar dan ke atas semakin halus disebut normal grading. Sebaliknya apabila dari halus ke atas makin kasar disebut Inverse grading. a. Graded Bedding Normal terbentuk karena pengendapan yang terjadi secara bertahap sesuai pengenangan energi transportasi.
18
b. Graded Bedding Inverse unit sedimentasi yang menghalus secara gradasi kearah bawah, yang dihasilkan karena pengendapan pada fase regresi. 3. Laminasi Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm terbentuk bila pola pengendapannya dengan energi yang konstan (homogen). Biasanya terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis. 4. Cross Lamination / Cross Bedding a. Cross Lamination Secara umum dipakai untuk lapisan miring dengan ketebalan kurang dari 5 cm, dengan fareset ketebalannya lebih dari 5 cm, merupakan struktur sedimentasi tunggal yang terdiri dari uruturutan sistematik, perlapisan dalam disebut fereset bedding yang miring terhadap permukaan umum sedimentasi. b. Cross Bedding Secara umum bentuk fisik dari cross bedding sama seperti bentuk fisik cross lamination, yang membedakan hanyalah ketebalannya, yaitu lebih dari 5 cm untuk cross bedding. Perlapisan ini sering
19
disebut dengan perlapisan silang siur, yaitu : perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang di atas atau di bawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah. 5. Clastic Imbrication. Adalah suatu struktur sedimentasi yang dicirikan oleh fragmenfragmen tabular yang overlaping dan menunjukkan arus ke atas pada daerah yang berbatu-batu atau pada daerah yang miring. Kenampakan penjajaran material seperti susunan genting, disebabkan pengulangan energi transportasi. Biasanya pada daerah fluvial. 6. Primary Current Kineation Adalah struktur sedimentasi yang berbentuk gars pada di dalam batuan yang terbentuk oleh arus utama, sering diterapkan pada batuan sedimen yang biasanya menunjukkan pelusuran suatu garis tunggal dari kumpulan cangkang atau fosil. 7. Fosil Orientation Adalah struktur sedimen yang menunjukkan orientasi tertentu dari kumpulan fosil yang menunjukkan arah arus sedimentasi yang diakibatkan oleh pengenangan yang energi transportasinya berkurang, sedangkan fosilnya sendiri mempunyai bentuk-bentuk yang dapat berorientasi. 8. Load Cast Adalah struktur sedimen yang terbentuk akibat tubuh sedimen yang mengalami pembebanan oleh material sedimen lain di atasnya.
20
9. Flute cast Adalah struktur sedimen yang berupa celah dan terputus-putus serta berbentuk kantong, dengan ukuran 2 10 cm, struktur ini terbentuk pada batua dasar akibat pengaruh aliran turbulen dari air merupakan gerusan dari media transportasi yang membawa material kemudian material-material tersebut mengisinya yang biasa berupa pasir, atau scour yang telah terisi oleh lapisan pori di atasnya. 10. Mud Cracks Adalah struktur sedimen yang brupa retakan-retakan pada tubuh sedimen bagian permukaan, biasanya pada tubuh campur yang berkembang sifat kohesinnya. Hal ini akibat perubahan suhu (pengeringan) dan pengerutan.
II.3.2 Klasifikasi struktur sedimen 1. Menurut Petthijhon (1975) Berikut adalah tabel klasifikasi struktur sedimen oleh Pettijohn. Pada dasarnya klasifikasi ini adalah struktur yang terbentuk secara organik (struktur
21
yang terbentuk oleh organisme) dan anorganik. Struktur anorganik dibedakan lagi menjadi 2, yaitu struktur primer dan struktur sekunder. a. Struktur primer Struktur ini terbentuk karena proses sedimentasi dengan demikian dapat menggambaarkan mekanisme pengendapannya, antara lain : perlapisan, silang siur, konvolut, dll. b. Struktur sekunder Merupakan struktur yang terbentuk setelah proses sedimentasi dan sebelum atau saat diagenesa. Hal ini juga menggambarkan keadaan lingkungan pengendapannya, seperti : tracks,trails, and burrow, load cast, dll. 2. Menurut Selley (1980) Selley (1980) mengelompokkan struktur sedimen berdasarkan asal usulnya menjadi 3 kelompok, yaitu : a. Struktur sedimen sebelum pengendapan (Pre-depositional sedimentary structures) b. Struktur sedimen saat pengendapan (Syn-depositional sedimentary structures) c. Struktur sedimen setelah pengandapan (Post-depositional sedimentary structures) Sedangakan struktur sedimen yang diakibatkan oleh kegiatan organisme dimasukkan dalam kelompok fosil sebagai trace fossil. 3. Menurut Tucker (1982)
22
Tucker (1982) mengelompokkan struktur sedimen kedalam 4 kelompok, yaitu : a. Struktur Pengikisan (Erosional structures) Struktur pengikisan adalah struktur yang terbentuk akibat adanya arus yang mengikis batuan yang lebih tua sebelum sedimen diendapkan diatasnya. Yang termasuk kelompok ini antara lain : Tikas garut (flute cast) Tikas gores (groove cast) Tool mark Merkah gerus (scour mark) Channel b. Struktur Pengendapan (Depositional structures) Struktur pengendapan adalah struktur sedimen yang terjadinya bersamaan dengan pengendapan. Struktur pengedapan ini terdapat pada bagian atas dan bagian bawah perlapisan. Yang termasuk dalam struktur pengendapan antara lain : Masif Perlapisan sejajar Laminasi Perlapisan pilihan (Gradded bedding) Perlapisan silang-siur ( Cross bedding) dan Laminasi silang-siur (Cross Lamination) Gelembur (Ripple)
23
Rainspot c. Struktur sedimen pasca-pengendapan (Post-depositional structures) Struktur sedimen setelah pengenapan ini terbentuk melalui gerakan sedimen (nendatan) dan lainnya melalui reorganisasi bagian dalam seperti pengeringan dan pembebanan. Proses-proses kimia-fisika setelah sedimentary
pengendapan menghasilkan stylolite, solution dan nodule. Nendatan (slump) dan longsoran (slide) Sandstone dike dan sand volcano Dish dan Pillar structure Load structure Deformed bedding Nodule d. Struktur sedimen asal jasad (Biogenic sedimentary structures) Fosil jejak dapat diinterpretasikan aktifitas binatangnya yang
menyebabkan timbulnya struktur ini, tetapi sifat alami binatangnya sendiri sulit untuk ditentukan karena organisme yang berbeda sering mempunyai cara hidup yang sama. Bioturbation Trace fossil (fosil jejak)
24
II.4.3 Lingkungan Pengendapan II.4.3.1 Konsep Tentang Lingkungan Pengendapan Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu. Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk menentukan atas dan bawah suatu lapisan. Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa
25
kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak ataupun cetakan. Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi. Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963). Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya. Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik, batial, dan abisal. Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai, yaitu: Proses Fisik (ombak dan akifitas gelombang laut), Proses Kimia (pelarutan dan pengendapan), dan Proses Biologi (Burrowing).
26
Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy.
II.4.3.2 Parameter Lingkungan Pengendapan Parameter fisik meliputi elemen static dan dinamik dari lingkungan pengendapan. 1. Elemen Fisik a. Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang diendapkan seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air; suhu; dan kelembapan. b. Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari angin, air dan es; air hujan; dan hujan salju. 2. Parameter Kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan oksigen yang merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan pengendapan. 3. Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan untuk meliputi kedua-duanya dari aktifitas organism, sedimen seperti hasil
pertumbuhan
tanaman,
penggalian,
pengeboran,
pencernaan, dan pengambilan dari silica dan kalsium karbonat yang berbentuk material rangka. Dan kehadiran dari sisa organism disebut sebagai material pengendapan.
27
II.4.3.3 Proses Sedimentasi dan Produknya Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan. II.4.3.4 Proses Pengendapan di Air dan Darat Proses pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut dan akan berakhir di air hangat. Namun pada kenyataan yang sering dijumpai, beberapa dikarenakan oleh aliran sungai. Ini juga termasuk timbunan di danau dan delta. Keseluruhan proses pengendapan hingga saat ini dapat diamati dalam berbagai bentuk walaupun ada beberapa aspek pengendapan yang tidak sempurna. Kemungkinan ini digunakan untuk mengklasifikasikan cara utama dimana material mengendap karena perpindahan air. Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh arus sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan dibawa oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga menuju puncaknya. Selama arus bergerak membelok dan memasuki area, kecepatannya akan menurun dan semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada kerucut aluvial atau
28
kipas aluvial. Endapan akan dapat dibedakan disekitar pegunungan dan sering dijumpai pada derah yang luas dan dalam. Banyak material sedimen ditemukan di daratan pesisir di Amerika dan kemungkinan terbentuk di daerah tersebut. Timbunan menunjukkan stratigrafi yang berasal dari formasi alaminya, dan karena perubahan volume aliran sungai yang deras, lapisan yang ada di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk bongkahan] di puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus berlanjut tanpa adanya pergerakan bumi, material yang ada di kerucut alivisl akan tererosi sendirinya. Tingkat akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor proses pengendapan. Setelah sungai mencapai tingkat dewasa, akan bertambah volume pengangkatan material sedimennya. Natural leeves akan terbentuk pada saluran sungai dan pada saat itu juga air meluap, mengisi area lain disetiap sampingnya dimana proses pengendapannya lambat. Area ini lebih dikenal sebagai alluvial / plain. Timbunan material di area tersebut juga akan terstratigrafikan. Di daerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang kering / terisi air yang dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah dimana ketika air meluap membawa banyak material. Jika pergerakan bumi mendukung proses pengendapan, dalamnya timbunan akan menjadi seimbang dan kejadian ini ternyata sudah berlangsung dari waktu yang cukup lama. Material akan terstratigrafikan, namun banyak
29
juga yang hilang. Material tersebut bervariasi, biasanya mencakup lapisan garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau dan membawa timbunan kemudian menuju delta dan laut. Pengendapan di laut biasanya terbentuk dalam 3 daerah, yaitu : Zona pantai, Zona dangkalan, dan Zona laut dalam. Material pada zona pantai memiliki keadaan alami secara sementara, sejak timbul di garis pantai dan akan berubah secara tetap. Material ini didominasi oleh materioal kasar [pasir dan kerikil]. II.4.3.5 Transportasi Proses transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan berbagai cara, yaitu: 1. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai. 2. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai. 3. Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai. 4. Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh. 5. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia.
30
II.4.3.6 Sedimentasi Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkanpun semakin halus. Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. II.4.3.7 Hubungan Lingkungan Sedimentasi dan Fasies Sedimentasi. Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan pengendapan, mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan pengertian yang tepat dari lingkungan pengendapan ini. Sebagai ilustrasinya, lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu:
31
1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas dari setting pengendapan [Gould, 1972]. 2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss, 1963]. 3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978]. 4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955]. Definisi tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan tekanan pada kondisi fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini, lingkungan pengendapan mengarah pada unit geomorfik dimana terjadi pengendapan. Lingkungan ini dibentuk dari parameter khusus fisika, kimia, dan biologi yang sesuai terhadap unit geomorfik dari geometri dan ukuran partikular. Proses ini akan mengoperasikan tingkat dan ntensitas yang menghasilkan tekstur khas, struktur, dan sifat lainnya, sehingga pengendapan yang khusus akhirnya terbentuk. II.4.3.8 Dasar-dasar Analisis Lingkungan Pengenalan lingkungan sedimen didasarkan pada dua kriteria pokok: 1. Kriteria berdasarkan komponen pengendapan primer a. Kriteria fisik
32
litologi, lingkungan
unit
litologi
merupakan
indicator tend
pengendapan
sangat
umum.
Contohnya,
batugamping menjadi deposit karena suhu hangat. shelves laut dangkal. asosiasi fasies menyamping dan vertikal, hubungannya dengan pengamatan outcrop atau penentuan data bagian permukaan, sangat penting untuk membedakan lingkungan. sedimen, penting untuk indikator lingkungan karena dibentuk oleh proses pengendapan, terutama yang terbentuk di lingkungan pengendapan. b. Kriteria geokimia Komposisi unsur utama batuan sedimen silisiklastik berfungsi sebagai komposisi kimia partikel silisiklastik yang membentuk batuan. c. Kriteria biologi Digunakan untuk rekonstruksi paleoenvironmental, fosil adalah salah satu yang sangat berguna. 2. Kriteria berdasarkan kenampakan sedimen a. Kenampakan ukuran dari log sumur mekanik, meliputi resistivity, sonic velocity, dan radioaktivity. b. Kenampakan interpretasi dari pengukuran sumur log meliputi
density/porosity, ukuran butir, litologi, dip perlapisan. c. Karakteristik dari interpretasi darai reakaman refleksi seismic, antara lain hubungan kontak utama (uniformity, comformity), strata kontinuitas, dip strata, identifikasi unit fasies seismik.
33
II.4.3.9 Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi: 1. Kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan point bar river, dan limnic. 2. Peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan barrier islands, offshore bar, tidal flat. 3. Marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.