Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Survey yang sama ahun 2012 mennjukkan 359 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu(AKI) per 100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari 390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007). Tahun 2012 unuk pertama kalinya AKI melonjak. Selain AKI, angka kematian bayi (AKB) masih jauh dari target MDG. SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32 per 1000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingan 2007, yaitu yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup ( BKKBN dan BPS, 2012). Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktorfactor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001, penyebab obstetrik langsung sebesar 90%, sebagian besar perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tak langsung kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang dideritanya misalnya Kurang Energi Kronis (KEK) 37%. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Sebagian besar kasus perdarahan postpartum terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi

obstetrik. Disamping menyebabkan kematian, perdarahan pascapersalinan memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. (Chalik TMA, 1997). Fase nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan bayinya yang bersifat kritis. Diperkirakan sekitar 60% dari kematian ibu adalah akibat persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013). Dari uraian di atas bahwa salah satu faktor peningkatan AKI adalah ketika wanita dalam masa nifas, dimana pada masa nifas ini rentan sekali terjadi perdarahan dan infeksi sehingga perlu dilakukan pengkajian secara intensif pada masa tersebut. Dalam memberikan pelayanan pada fase nifas, seorang bidan menggunakan asuhan berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan social ibu, serta memberikan pendidikan dan penyuluhan secara kontinu. Melalui proses pemantauan dan asuhan diharapkan bisa mencegah atau bahkan menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi. Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting, dimana pada fase ini, ibu nifas cenderung menjadi orang yang sensitive, sehingga dibutuhkan adanya pengertian dari pihak suami dan keluarga terdekat, terutama yang berkaitan dengan tanggung jawab keluarga atas kelahiran bayi. Dorongan dan perhatian suami dan anggota keluarga lain menjadi dukngan positif bagi ibu.

Selain itu, peran bidan, terutama berkaitan dengan memberikan pengarahan dan bimbingan kesehatan ibu dan bayi akan menambah rasa percaya diri ibu. Peran bidan tidak hanya sampai disitu saja, tetapi juga membimbing ibu nifas agar kondisi dan kehidupan psikologis ibu nifas tdak berubah menjadi psikopatologis (Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013).

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien nifas dengan kasus depresi post partum menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney. 1.2.2 Tujuan khusus 1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada NY A dengan nifas depresi post partum. 2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data dasar yang sudah dikaji pada NY A dengan nifas depresi post partum. 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada NY A dengan nifas depresi post partum. 4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan akan tindakan segera pada NY A dengan nifas depresi post partum. 5. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada NY A dengan nifas depresi post partum. 6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat pada NY A dengan nifas depresi post partum. 7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan pada NY A dengan nifas depresi post partum.

1.3 Manfaat 1. Mengasah keterampilan mahasiswa dalam melakukan pendokumentasian menggunakan 7 langkah varney. 2. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan depresi post partum. 3. Mengetahui penatalaksanaan pada ibu nifas dengan depresi post partum.

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian a. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari, 2000). b. Masa nifas dimulai setelah partus selesai, dan berakhir kira kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. ( Hanifah Wiknjosastro, 2006). c. Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin ( menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode pemulihan pascapartum berlangsung selama 6 minggu. (Helen Varney, 2007). Dari berbagai pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa masa nifas adalah masa dimana setelah kelahiran sampai terjadinya pemulihan alat alat reproduksi wanita seperti tidak hamil berkisar selama 6 minggu.

2.2 Konsep Dasar Perubahan Psikososial Dalam Masa Nifas a. Perubahan peran Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku.

Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan. Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan. Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak). b. Peran menjadi orang tua setelah melahirkan Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu. Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suamiistri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira selama 2 bulan.

c. Tugas dan tanggung jawab orang tua Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak. Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan tersebut. Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara lain: 1. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan status fisik anaknya. 2. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan. 3. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat. 4. Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi. 5. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua 7

anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka dalam menerima kedatangan bayi. Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan tumbuh bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga dirinya.

2.3 Adaptasi Perubahan Psikologis Peran Pada Masa Nifas a. Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah : 1. Fase dependent a) Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari. Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru b) Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan. c) Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan masa nifas selanjutnya dengan baik d) Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas.

2. Fase independent Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar

mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold. Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tsb, cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi. Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan perannya, sehingga memerlukan dukungan tambahan. Hal ini dapat ditemukan pada : a) Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum pernah mempunyai pengalaman mengasuh anak b) Wanita karir c) Wanita yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk membagi suka dan duka d) Ibu dengan anak yang sudah remaja e) Single parent 3. Fase interdependent Periode ini biasanya terjadi after back to home dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi

dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial. Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan seluruh anggota keluarga, tetapi kadang-kadang juga tidak melibatkan salah satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan perannya, ibu begitu sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan kecemburuan atau rasa iri pada diri suami atau anak yang lain. Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go) dimana masingmasing individu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah keluarga. b. Perubahan psikologis masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu: 1. Taking In Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung 2-3 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang sering dialami ibu pada fase ini adalah rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. 2. Taking Hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, timbul rasa khawatir pada ibu akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Ibu berusaha

bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar. 10

3. Letting Go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran bayinya. Fase ini berlangsung setelah 6 hari. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi (Persis Mary H, 1995). Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. 2.4 Keadaan Abnormal Pada Psikologi Ibu Nifas Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti Post Partum Blues (PPS), depresi post partum dan post partum psikologi. a. Baby Blue (Post Partum Blues) Post Partum Blues merupakan suatu fenomena psikologis yang dialami oleh ibu dan bayinya. Biasanya tejadi pada hari ke-3 sampai ke-5 post partum. Angka kejadiannya 80% dari ibu post partum mengalaminya, dan berakhir beberapa jam/hari. Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut : 1. Sedih 2. Cemas tanpa sebab 3. Menangis tanpa sebab 4. Tidak sabar 5. Tidak percaya diri 6. Sensitif 7. Mudah tersinggung (iritabilitas) 8. Merasa kurang menyayangi bayinya

11

Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan. Oleh sebab itu, sering tidak diperdulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditindak lanjuti sebagaimana seharusnya. Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi depresi dan psikosis post partum. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada hal yang salah namun mereka sendiri tidak mengetahui penyebabnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan post partum blues, antara lain : a) Faktor hormonal Perubahan kadar estrogen dan progesterone yaitu terjadi fluktuasi hormonal dalam tubuh. Kadar hormone kortisol (hormone pemicu stress) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang mengalami depresi. Disaat yang sama, hormone laktogen dan prolaktin yang memicu produksi ASI sedang meningkat. Sementara pada saat yang sama kadar progesterone sangat rendah. Pertemuan kedua hormone ini akan menimbulkan keletihan fisik pada ibu dan memicu depresi. Factor hormonal in meliputi : 1) Faktor demografik, seperti faktor usia yang terlalu muda atau terlalu tua. 2) Pengalaman proses kehamilan dan persalinan. 3) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). b) Faktor psikologis Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik bayi karena tidaksesuai dengan harapannya juga bisa memicu baby blues. 12

c) Faktor fisik Kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui,

memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tidak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain. d) Faktor social Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi kini gaya hidupnya akan berubah drastis. Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa kaan terasa terikat terus pada si kecil. Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu post partum blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga dan teman dekatnya. Peran bidan dalam mengatasi post partum blues: a) Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya menjalin kasih sayang dengan bayinya b) Hal ini merupakan tanda awal kesulitan dalam pengasuhan anak di masa yang akan dating c) Waspada terhadap reaksi negatif yang menonjol dari orang tua, seperti: 1) Perilaku negatif orang tua 2) Sikap verbal dan nonverbal 3) Interaksi yang tidak mendukung (tidak menyentuh bayinya) 4) Ucapan kekecewaan/merendahkan d) Upaya memperkokoh hubungan bayi dengan orang tuanya (seperti menggendong, mengajak bayinya bercerita, dan sebagainya)

13

e) Mendorong orang tua untuk melihat dan memeriksa bayi mereka dengan komentar positif tentang bayinya f) Berikan anjuran-anjuran/advice pada ibu dan keluarga , seperti: 1) Anjurkan pada ibu untuk melepaskan saja emosi, tidak perlu ditahantahan. Ingin menangis, marah, lebih baik dekspresikan saja 2) Usahakan agar ibu mendapatkan istirahat yang cukup (kalau ada kesempatan gunakan untuk tidur, walaupun hanya 10 menit) 3) Berikan motivasi pad ibu, agar ibu menyadari badai pasti berlalu. Rasa sakit setelah melahirkan pasti akan sembuh, rasa sakit ketika awal-awal memberi ASI pasti akan hilang, teror tangis bayi lambat laun akan berubah menjadi ocehan dan tawa yang menggemaskan, bayi yang menjengkelkan, beberapa bulan lagi akan menjadi bayi mungil yang menakjubkan, dan lain-lain 4) Minta bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk membantu mengurus si kecil 5) Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh instirahat dan tidur yang cukup. Lebih banyak istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan pertama setelah melahirkan, bisa mencegah depresi dan memulihkan tenaga yang seolah terkuras habis 6) Hindari makan manis serta makanan dan minuman yang mengandung kafein, karena kedua makanan ini berfungsi untuk memperburuk depresi 7) Konsumsi makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih, sehat dan segar 8) Coba berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya, dukungan dari mereka bisa membantu mengurangi depresi b. Depresi postpartum depresi post partum terjadi dalam 10- 15 % wanita pada populasi umum. Depresi post partum paling sering terjadi dalam 4 bulan pertama setelah

14

melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan pun pada tahun pertama. Masa pasca melahirkan adalah wktu yang paling rentan bagi wanita untuk mengembangkan penyakit kejiwaan.wanita yang menderita 1 episoda depresi mayor setelah melahirkan memiliki resiko kekambuhan sekitar 25%. Biasanya, depresi pasca melahirkan berkembang secara diam-diam selama 3 bulan pertama pasca melahirkan, meskipun gangguan tersebut memiliki onset yang lebih akut. Depresi post partum lebih persistent daripada post partum blues.(Cockburn J. and Pawson; 2007) Depresi post partum dipengaruhi oleh beberap factor antara lain (Andri, 2011): 1. Biologis. Factor biologis djelaskan bahwa depresi post partum sebagai akibat kadar hormone seperti estrogen, progesterone dan prolaktin yang tinggi atau terlalu rendah pada masa nifas atau mungkin perubahn hormone tersebut terlalu cepat atau terlalu lamabat. 2. Karakteristik ibu, yang meliputi : 3. Faktor umur. Sebagian masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seorang perempuan untuk melairkan adalah usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu.faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu. 4. Faktor pengalaman. Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stress. 5. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan social dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakkan aktifitasnya di luar rumah,

15

dengn peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka. 6. Faktor selama proses persalinan. Semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, mak akan semakn besar pual trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan tersebut akan menghadapi depresi pascasalin. 7. Faktor dukungan social. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalinan sedikitnya akan mengurangi beban ibu karena kehamilannya. Faktor lain yang dapat menyebabkan depresi, yaitu: 1. Kelelahan setelah melahirkan, berubahnya pola tidur dan kurang istirahat, seringkali menyebabkan ibu yang baru melahirkan belum kembali ke kondisi normal meskipun setelah berminggu-minggu dari saat melahirkan 2. Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, perasaan tidak percaya diri dengan kemampuan diri untuk dapat merawat bayi yang baru sementara masih merasa bertanggung jawab dengan semua pekerjaan yang ada 3. Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun kerutinan dalam rumah tangga. Sementara banyak perempuan yang merasa berkewajiban untuk menjadi super women yang tidak realistis dan sulit dicapai, malahan akan menambah stress yang ada 4. Perasan kehilangan akan identitas diri, akan kemampuan diri akan figure tubuh sebelum kehamilan, akan perasaan dapat mengontrol diri sebelum kehamilan, akan perasaan menjadi kurang menarik 5. Kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak dapatnya mengontrol waktu sebagaimana yang dapat dilakukan sebelum dan selama kehamilan, harus tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama, juga kekurangan waktu probadi dengan orang yang dicintai selain dari bayi yang baru lahir.

16

Gejala-gejala depresi post partum, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Perasaan sedih, tidak berdaya dan galau Sering menangis Tidak ada energy dan motivasi hidup Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit Sulit untuk fokus, mengingat atau mengambil keputusan Rasa tidak berharga dan bersalah Kehilangan semangat atau kenyamanan dalam beraktifitas Menjauhkan diri dari teman atau keluarga

10. Sakit kepala, nyeri di dada, jantung berdebar-debar dan nafas cepat Setelah melahirkan, gejala lain dari depresi dapat termasuk ketakutan untuk menyakiti bayi dan dirinya sendiri (rasa ingin bunuh diri) dan tidak ada ketertarikan pada bayi. Peran Bidan 1) Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya menjalin kasih sayang dengan bayinya 2) Berikan dukungan emosional dan spiritual 3) Lakukan kolaborasi untuk perawatan depresi, seperti: a) Terapi bicara, adalah sesi bicara dengan terapis, psikolog atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh ibu akibat menderita depresi. b) Obat medis. Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter. Sebelum mengkonsumsi obat anti depresi sebaiknya didiskusikan benar, obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui. 4) Berikan konseling (advice) kepada pasien, seperti : a) Banyak istirahat sebisanya (tidurlah selama bayi tidur).

17

b) Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah. Biarkan pekerjaan yang tersisa dilakukan kemudian. c) Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pemberian makan pada waktu malam hari. Mintalah pada suami untuk mengangkat bayinya untuk disusui saat malam hari sehingga ibu dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak. Bila memungkinkan, carilah tenaga bantuan dari teman, keluarga atau tenaga professional untuk membantu selama diperlukan. d) Bicarakan dengan suami, keluarga,dan teman mengenai perasaan yang dimiliki. e) Jangan sendirian dalam jangka waktu lama. Berdandan dan keluarlah dari rumah. Pergilah atau jalan-jalan ke suatu tempat untuk merubah suasana hati f) Bicaralah dengan orang tua (ibu) agar dapat bertukar pikiran dansharing pengalaman. g) Jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastic, seperti pindah kerja, pindah rumah, ganti pasangan hidup, dan lain-lain h) Bila ada perubahan drastic yang tidak dapat dielakkan, buatlah persiapan yang matang Dampak depresi pada bayi Stress serta sikap tidak tulus ibu yang terus menerus diterima oleh bayi kelak bisa membuatnya tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas sekaligus pemurung. Dampak lain yang juga merugikan adalah anak cenderung mudah sakit. Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat bayinya. Ia dapat kurang tenaga, tidak dapat berkonsentrasi, gusar terus menerus dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan

18

perhatian yang tidak putus. Akibatnya penderita akan merasa bersalah dan kehilangan rasa percaya diri akan kemampuannya sebagai ibu, dimana perasan ini dapat memperburuk kondisi depresinya. Pendapat para ilmuwan bahwa ini dapat mempengaruhi kemampuan bayi dalam perkembangan bahasanya, dalam kedekatan emosionalnya dengan orang lain, dalam masalah bersikap, tingkat aktifitas yang lemah, masalah tidur dan distress. Adanya gangguan pemberian ASI sehingga pemberian nutrisi bayi menjadi terganggu. Jika menyusui di jam-jam pertama kelahiran tidak dapat dilakukan, alternatif terbaik berikutnya adalah memerah ASI selama 10-20 menit tiap 2 hingga 3 jam sekali. c. Post Partum Psikosis Sangat jarang terjadi, 1 atau 2 dalam setiap 1000 kelahiran dan biasanya dimulai pada minggu ketiga dalam 6 minggu setelah melahirkan. Para wanita yang rentan terhadap depresi postpartum yang lebih berat adalah mereka yang kehamilannya tidak diharapkan, atau mereka yang mempunyai masalahmasalah yang sulit dihadapi, beresiko untuk terkena postpartum psikosis. Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi dalam masa kehamilan 20-30 persen. Gejala psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum. Gejala psikosis post partum sebagai berikut:
1. Gaya bicara keras 2. Menarik diri dari pergaulan 3. Cepat marah 4. Gangguan tidur

Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:


1. 2. 3. Pemberian anti depresan Berhenti menyusui Perawatan di rumah sakit

19

Gejala

1. Halusinasi 2. Gangguan saat tidur 3. Perilaku yang kurang wajar Etiologi :

1. Perubahan tingkat hormonal 2. Stres psikologis dan fisik 3. Sistem pendukung yang tidak memadai Sering dialami : 1. Ibu yang mengalami abortus 2. Kematian bayi dalam kandungan 3. Kematian bayi setelah lahir
2.5 Faktor faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum, adalah :

a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman b. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu d. Pengaruh budaya

20

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY J POST PARTUM HARI KELIMA DENGAN DEPRESI POST PARTUM DI PUSKESMAS TANJUNG KARANG TANGGAL 21 OKTOBER 2013

Hari/Tanggal pengkajian Jam Tempat

: 21 Oktober 2013 : 10.00 wita : Di ruang Nifas, Puskesmas Tanjung Karang

I.

PENGKAJIAN DATA DATA SUBYEKTIF A. Identitas Identitas klien Nama pasien : Ny J Umur Agama Suku/bangsa Pendidikan Pekerjaan : 22 Tahun : Islam : Sasak / Indonesia : SMU : Karyawan Travel Nama suami : Tn M Umur Agama : 25 Thn : Islam

Suku/bangsa : Sasak Pendidikan Pekerjaan : SMU : Karyawan Supermarket

Alamat

: Tanjung Karang

Alamat

: Tanjung Karang

21

B. Keluhan utama / alasan kunjungan : Ibu datang ke Puskesmas Tanjung Karang pada tanggal 21 Oktober 2013 pada pukul 10.00 wita. Ibu mengatakan telah melahirkan normal tanggal 15 Oktober 2013 pukul 23.35 wita di Puskesmas Tanjung Karang, mengeluh kelelahan karena kurang tidur, tidak ada nafsu makan, malas beraktifitas dan sakit kepala C. Riwayat perjalanan penyakit/alasan kunjungan : Ibu datang ke Puskesmas Tanjung Karang pada tanggal 21 Oktober 2013 pada pukul 10.00 wita. Ibu mengatakan telah melahirkan normal tanggal 15 Oktober 2013 pukul 23.35 wita di Puskesmas Tanjung Karang, mengeluh kelelahan karena kurang tidur, tidak ada nafsu makan, malas beraktifitas dan sakit kepala D. Riwayat kesehatan yang lalu : Riwayat penyakit menular/keturunan : Ibu mengatakan ia tidak pernah menderita penyakit berat yang membuat ibu dirawat d rumah sakit E. Riwayat kesehatan keluarga : 1. Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga 2. Ibu mengatakan anggota keluarganya tidak pernah menderita penyakit yang membuat keluarga ibu dirawat di rumah sakit F. Riwayat menstruasi : Menarche Siklus Lama Disminorhe Flour albus : 14 hari : 28 hari : 7 hari : Tidak : Tidak

22

G. Status perkawinan Menikah Lama : 1x menikah, sah : 1 tahun

Umur pertama kali menikah Suami Istri : 24 tahun : 21 tahun

H. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Yang Lalu Ibu mengatakan ini merupakan hamil pertama dan tidak pernah keguguran Riwayat KB Rencana KB I. Keadaan psikologi : belum pernah menggunakan KB : IUD / Spiral : Ibu mengatakan ia dan suami/keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayinya namun khawatir dengan bayinya J. Pola kebiasaan sehari-hari 1. Nutrisi (makan dan minum) Makan Komposisi Selama hamil Nasi, sayuran, Setelah melahirkan ikan Nasi, sayuran, kerupuk

(lauk-pauk), kadang buah Porsi Frekuensi Makanan pantangan 1 piring 3 - 4x sehari Tidak ada

kadang-

piring - 1 piring 1-2x sehari Tidak ada

Minum Komposisi Banyaknya Minuman pantangan

Selama hamil Air putih, teh, kopi 1 gelas Tidak ada

Setelah melahirkan Pocari sweat, air putih 5 gelas Tidak ada

23

2. Eliminasi BAB Frekuensi Penyulit Selama hamil 1x sehari Tidak ada Setelah melahirkan 2x sehari Tidak ada

BAK Frekuensi Penyulit

Selama hamil >5x sehari Tidak ada

Setelah melahirkan 3x Tidak ada

3. Istirahat/tidur Selama hamil Siang Malam 1-2 jam 7-8jam Setelah melahirkan 2 jam

4. Aktivitas sehari-hari : Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-harinya mencuci, menyapu, memasak, dll. kadang di bantu keluarga (selama hamil) dan setelah melahirkan belum mulai beraktivitas. DATA OBYEKTIF K. Pemeriksaan umum 1. Keadaan umum 2. Kesadaran 3. Tanda-tanda vital Tekanan Darah : 100/70 mmhg : Baik : Composmentis

24

Pernafasan Nadi Suhu

: 22 x/ menit : 84 x/menit : 36,7 0 C

L. Pemeriksaan fisik Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan Wajah Mata Leher : simetris, tidak ada odema. : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus. : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan lymfe serta Payudara tidak ada bendungan vena jugularis.

: terdapat hiperpigmentasi areola, puting susu menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling, nyeri tekan, pengeluaran kolostrum( - ).

Abdomen

: simetris, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong.

Ekstremitas atas Ekstremitas bawah

: kuku tidak pucat, dan tidak odema : kuku tidak pucat, dan tidak odema, serta tidak ada varices, tidak ada tanda Hoffman.

Genitalia

: perineum utuh, terdapat pengeluaran lochea serosa (berwarna merah kecoklatan), dan

konsistensi cair dan tidak berbau. M. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan pemeriksaan

25

INTERPRETASI DATA DASAR DAN IDENTIFIKASI MASALAH a. Diagnosa : P1A0H1 dengan post partum normal hari kelima Data subyektif : Ibu mengatakan melahirkan yang pertama tanggal 15 Oktober 2013 pukul 23.30 wita, jenis kelamin perempuan, dengan BB=2700 gr, PB=50cm. Data obyektif : 1) k/u ibu baik, kesadaran composmentis, TD = 120/80 mmHg, N = 84 x/m, R = 22 x/m, S = 36,7 oC. 2) TFU 1 jari dibawah simfisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, lochea tidak berbau. b. Masalah Dasar : Ketidaknyamanan : Ibu mengatakan kelelahan karena kurang tidur, tidak ada nafsu makan, malas beraktifitas dan sakit kepala. Kebutuhan : Menjelaskan tentang penyebab ketidaknyamanan dan cara mengatasinya.

II.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL Depresi Post Partum

III.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Mandiri Kolaborasi Rujukan : Perawatan Depresi Post Partum : Perawatan dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis : Tidak ada

IV.

RENCANA ASUHAN MENYELURUH 1. Lakukan inform concent 2. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan 3. Jelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan merupakan tanda atau gejala depresi pasca persalinan 26

4. Lakukan perawatan depresi post partum. Kolaborasikan dengan dokter 5. Berikan penyuluhan tentang pendidikan kesehatan, seperti: 1) Jelaskan pada ibu tentang nutrisi ibu menyusui 2) Jelaskan pada ibu untuk perbanyak minum air putih 3) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif 4) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup 5) Anjurkan ibu eliminasi dan personal hygiene 6. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya atau komplikasi pada ibu nifas 7. Ingatkan kembali ibu untuk minum vitamin yang diberikan sesuai anjuran

V.

PELAKSANAAN ASUHAN Tanggal jam : 20 Oktober 2013 : 10.00 Wita

1. Melakukan inform concent 2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu dan bayi baik, tekanan darah 100/70 mmHg , suhu 36,7 C, nadi 84 x/ menit, respirasi 22 x/ menit 3. Menjelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan adalah tanda atau gejala depresi pasca persalinan, dan itu merupakan perubahan psikologi yang tidak normal pada masa nifas 4. Melakukan perawatan depresi post partum berkolaborasi dengan dokter 5. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang cara mengatasi ketidak nyamanan yang dirasakan yaitu: 1) Menjelaskan pada ibu tentang makanan yang dikonsumsi pada saat menyusui harus cukup/lebih banyak dari sebelumnya dan memenuhi syarat 4 sehat 5 sempurna seperti Nasi, sayur, ikan, tahu/tempe dan susu (jika ada).

27

2) Menjelaskan pada ibu untuk mempbanyak minum air putih, karena manfaat air putih itu sendiri dapat menjaga kesegaran tubuh. 3) Menjelaskan pada ibu tentang ASI Eksklusif, memberikan ASI pada bayinya sesering mungkin bila bayi lapar dan minimal setiap 2 jam , bila bayi tidur dibangunkan bila sudah waktunya menyusu dan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu memberikan hanya ASI saja selama 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman apapun kecuali obat bila bayinya sakit. 4) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Manfaatkan waktu tidur bayi untuk istirahat. 5) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil agar kandung kencing ibu tidak penuh karena bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan mengganggu pemulihan tubuh ibu. Selain itu ibu juga harus mengganti pembalut apabila pembalut sudah penuh atau sehabis BAB/ BAK. Mengajarkan ibu cara cebok yang benar yaitu mencuci bagian depan dulu (daerah kemaluan ibu) kemudian mencuci bagian belakang (anus). 6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya atau komplikasi pada Ibu nifas yaitu seperti perut terasa lembek, keluar darah banyak dari vagina, lochea/darah nifas berbau busuk, ibu demam tinggi, mual muntah, nafsu makan berkurang, nyeri ulu hati, penglihatan kabur, pusing berlebihan. 7. Mengingatkan ibu kembali untuk minum vitamin A 1x1, Sf( tablet penambah darah) 1x1. VI. EVALUASI Tanggal 21 Oktober 2013, 10.25 wita 1. Ibu bersedia melakukan inform concent 2. Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil pemeriksaan 3. Ibu sudah mengetahui dan mengerti bahwa dirinya sedang mengalami depresi pasca persalinan 28

4. Ibu bersedia menerima perawatan depresi post partum. 5. Ib mengerti penjelasan yang diberikan bidan tentang: 1) Nutrisi ibu menyusui 2) Manfaat air putih 3) ASI eksklusif 4) Istirahat cukup 5) Eliminasi dan personal hygiene 6) Tentang obat yang diberikan. 6. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tentang tanda-tanda bahaya pada Ibu nifas yaitu perut terasa lembek, keluar darah banyak dari vagina, lochea/darah nifas berbau busuk, ibu demam tinggi, mual muntah, nafsu makan berkurang, nyeri ulu hati, penglihatan kabur, pusing berlebihan dan bersedia melakukan kunjungan bila terdapat tanda- tanda tersebut. 7. Ibu bersedia mengerti dan bersedia meminum vitamin dengan teratur.

29

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting, dimana pada fase ini, ibu nifas cenderung menjadi orang yang sensitive, sehingga dibutuhkan adanya pengertian dari pihak suami dan keluarga terdekat, terutama yang berkaitan dengan tanggung jawab keluarga atas kelahiran bayi. Dorongan dan perhatian suami dan anggota keluarga lain menjadi dukngan positif bagi ibu. Selain itu, peran bidan, terutama berkaitan dengan memberikan pengarahan dan bimbingan kesehatan ibu dan bayi akan menambah rasa percaya diri ibu. Peran bidan tidak hanya sampai disitu saja, tetapi juga membimbing ibu nifas agar kondisi dan kehidupan psikologis ibu nifas tdak berubah menjadi psikopatologis (Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013).

3.2 Saran Karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi, maka setiap mahasiswa kesehatan dan petugas kesehatan harus mengetahui dan memahami pengertian masa nifas, konsep dasar perubahan psikososial pada masa nifas, adaptasi perubahan psikologis masa nifas, gangguan- gangguan dan cara mengatasinya, agar resiko dan komplikasi- komplikasi khususnya yang berhubungan dengan psikologis bisa dihindari atau ditangani.

30

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2001. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Cunningham, F Gary. 2005. Obstetri william Edisi 21. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta, JNPKKR_POGI. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta,JNPKKR_POGI. Departemen Kesehatan RI (2003). Standar Asuhan Kebidanan bagi Bidan di Rumah Sakit dan Puskesmas. Jakarta. Pusdiknakes, 2003, Buku IV Asuhan Kebidanant Post Partum. Jakarta Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (p: 87-96). Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (p: 6369) Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (p: 85-100) Akhyar, Yayan. 2008. Perdarahan postpartum. Dalam http:/www.wordpress.com. Anggraini,Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama

31

Anda mungkin juga menyukai