Anda di halaman 1dari 24

Pelestarian Hutan Mangrove

Bahasa Indonesia Kelompok 4 Kelas 2IA22


Disusun oleh :

ANDRY TRISNAMPATTI (50412855) CINDY AMRIYANI (51412619) HAFIDH ADINEGORO (53412239) M FIQRI RIDHOLLAH (54412317) YUNADIE AHSAN (57412953)

Dosen : Ibu Margaretha Sumarwati

UNIVERSITAS GUNADARMA 2013 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunianya atas selesainya makalah kelompok kami pada mata kuliah Bahasa Indonesia yang berjudul Pelestarian Hutan Mangrove. Mencoba memberikan penjelasan dan pegangan yang jelas, mudah dan ringkas, guna untuk mempermudah pembaca memahami dan mengerti dalam melestarikan hutan mangrove. Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca menjadi lebih memahami tentang perlunya tanaman mangrove untuk dilestarikan.

Ucapkan terima kasih tak luput diucapkan kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu Ibu Margaretha Sumarwati yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kami berharap kritik dan saran yang membangun untuk ke depannya agar kami dapat lebih baik lagi dalam mengerjakan makalah berikutnya.

Dengan ini, untuk para pembaca bisa memahami isi dari makalah ini, selamat membaca dan semoga bisa memanfaatkan makalah ini didalam kehidupan terutama untuk melestarikan hutan mangrove.

Jakarta, 27 November 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Cover..... ..................................................................................................................................... 1 Kata Pengantar.... ....................................................................................................................... 2 Daftar Isi .................................................................................................................................... 3 Abstrak ....................................................................................................................................... 4 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 6 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 8 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 8 1.4 Pembatasan Masalah ..................................................................................................... 8 1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................................... 8 1.6 Hipotesis ........................................................................................................................ 9 1.7 Sistematika Pengujian ................................................................................................... 9 BAB II.....................................................................................................................................10 2.1 Landasan Teori.............................................................................................................10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................................11 3.1 Populasi dan Sempel....................................................................................................11 3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian.................................................................16 3.3 Metode dan Alat Pengumpul Data...............................................................................16 3.4 Metode Analisis Data...................................................................................................16 BAB IV SAJIAN DAN ANALISIS.......................................................................................................17 4.1 Kajian Data...................................................................................................................17 4.2 Analisis Data.................................................................................................................17 BAB V PENUTUP................................................................................................................................20 5.1 Kesimpulan.................................................................................................................20 5.2 Saran...........................................................................................................................22 5.3 Daftar Pustaka.............................................................................................................24

ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang bagaimana cara melestarikan hutan mangrove, karena hutan mangrove sangat penting untuk perikanan apalagi perikanan estuary atau perikanan pantai. Hutan mangrove juga berguna untuk pelindungan alam dari daerah-daerah di belakangnya terhadap kekuatan alam.

Kontribusi hutan mangrove tergambar dari fungsinya, seperti penghalang terhadap erosi pantai dan gempuran ombak, pengolahan limbah organik, tempat mencari makan, memijah dan bertelurnya berbagai biota laut seperi ikan dan udang. Selain itu sebagai habitat berbagai jenis margasatwa, penghasil kayu dan nonkayu serta potensi ecotourism. Secara ekologis hutan bakau telah dikenal mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Didalam makalah ini menjelaskan tentang peranan penting untuk melestarikan hutan mangrove, manfaat dari hutan mangrove serta peranan penting dari hutan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN

Ekosistem mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut telah diketahui mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai penghasil bahan organik, tempat

berlindung berbagai jenis binatang, tempat memijah berbagai jenis ikan dan udang, sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tanin (Soedjarwo, 1979). Masing-masing kawasan pantai dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang berbeda-beda. Perubahan keadaan kawasan pantai dan ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah dan faktor campur tangan manusia. Ekosistem mangrove yang tumbuh di sepanjang garis pantai atau di pinggiran sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut perpaduan antara air sungai dan air laut. Terdapat tiga syarat utama yang mendukung berkembangnya ekosistem mangrove di wilayah pantai yaitu air payau, tenang dan endapan lumpur yang relatif datar. Sedangkan lebar hutan mangrove sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pasang surut serta jangkauan air pasang dikawasan pantai tersebut. Pada dasarnya kawasan pantai merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Garis pantai dicirikan oleh suatu garis batas pertemuan antara daratan dengan air laut. Oleh karena itu posisi garis pantai bersifat tidak tetap dan dapat berpindah (walking land atau walking vegetation) sesuai dengan pasang surut air laut dan abrasi serta pengendapan lumpur (Waryono, 1999). Secara umum dapat dimengerti bahwa bentuk dan tipe kawasan pantai, jenis vegetasi, luas dan penyebaran ekosistem mangrove tergantung kepada karakteristik biogeografi dan hidrodinamika setempat. Berdasarkan kemampuan daya dukung (carrying capacity) dan kemampuan alamiah untuk mempengaruhi (assimilative capacity), serta kesesuaian penggunaannya. Kawasan pantai dan ekosistem mangrove menjadi sasaran kegiatan eksploitasisum berdaya alam dan pencemaran lingkungan akibat tuntutan pembangunan yang masih cenderung menitikberatkan bidang ekonomi. Semakin banyak manfaat dan keuntungan ekonomis yang diperoleh, maka semakin berat pula beban kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Sebaliknya makin sedikit manfaat dan keuntungan ekonomis, makin ringan pulakerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Dampak-dampak lingkungan tersebut dapat diidentifikasi dengan adanya degradasi kawasan pantai dan semakin berkurangnya luasekosistem mangrove.Secara fisik kerusakan-kerusakan lingkungan yang diakibatkannya berupa abrasi, intrusiair laut, hilangnya sempadan pantai serta menurunnya keanekaragaman hayati dan musnahnyahabitat dari jenis flora dan fauna tertentu.Kerusakan kawasan pantai 5

mempunyai pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakatyang hidup di dalam atau di sekitarnya. Kemunduran ekologis mangrove dapat mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan ikan dan berkurangnya pendapatan para nelayan kecil di kawasan pantai tersebut. Eksploitasi dan degradasi kawasan mangrove mengakibatkan perubahan ekosistem kawasan pantai seperti tidak terkendalinya pengelolaan terumbu karang, keanekaragaman ikan, hutan mangrove, abrasi pantai, intrusi air laut dan punahnya berbagai jenis flora dan fauna langka, barulah muncul kesadaran pentingnya peran ekosistem mangrove dalam menjaga keseimbangan ekosistem kawasan pantai. Adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat, memacu berbagai jenis kebutuhan yang pada akhirnya bertumpu pada sumberdaya alam yang ada. Ekosistem mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas dari tekanan tersebut. Pada saat ini telah terjadi konversi ekosistem mangrove menjadi lahan pertanian, perikanan (pertambakan), dan pemukiman yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Padahal kekayaanflora dan faunanya belum diketahui secara pasti, begitu pula dengan berbagai hal yang terkait dengan keberadaan ekosistem mangrove tersebut. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah penanganan konservasi ekosistem mangrove.

1.1 Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini semakin banyak masalah yang timbul disebabkan oleh antropogenik, khususnya tentang lingkungan. Antropogenik adalah istilah yang umum dipakai untuk menyatakan segala sesuatu yang terjadi di alam karena campur tangan manusia (efek,

proses,obyek dan material), kejadian tersebut sebagai lawan kata dari kejadian alami. Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan bahwa masyarakat bisa menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan lingkungan (ekosistem), sebab bila manusia terus melakukan tindakan atau perbuatan yang berdampak langsung pada keseimbangan ekosistem, maka keseimbangan ekosistem ini akan hancur, dan secara tidak langsung juga berdampak pada kehidupan manusia itu sendiri. Penulis akan membahas tentang Hutan Mangrove atau Hutan Bakau. Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999). 6

Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di rawa pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas, arang). Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan, bertanggung jawab atas kapasitasnya sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan. Selain itu, tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan bagi hewanhewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan pertumbuhan dari banyak organisme epifit (Nybakken.1986). Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Hutan Mangrove ? 2. Apa saja fungsi dari Hutan Mangrove ? 3. Permasalahan apa saja yang terjadi pada Hutan Mangrove? 4. Apa saja dampak yang di timbulkan dari permasalahan tersebut ? 5. Apa saja manfaat dari Hutan Mangrove?

1.3 Tujuan Penulisan

Mencoba memberikan penjelasan dan pegangan yang jelas, mudah dan ringkas, guna untuk mempermudah pembaca memahami dan mengerti dalam melestarikan hutan mangrove. Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca menjadi lebih memahami tentang pentingnya hutan mangrove dipinggir pantai. Untuk menjelaskan definisi dari hutan mangrove, fungsi dari hutan mangrove tersebut, keanekaragaman yang berada dalam ekosistem hutan mangrove, permasalahan yang di alami, dan dampak yang di timbulkan.

1.4 Pembatasan Masalah

Hutan mangrove (bakau) merupakan komunitas pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Makalah ini membahas tentang seputar hutan mangrove (bakau) secara rinci meliputi pengertian, fungsi-fungsi, manfaat dari hutan mangrove dan lainlainnya.

1.5 Manfaat Penelitian

Hutan mangrove merupakan tumbuhan yang mendatangkan manfaat dan peranan penting dipantai terlebih lagi untuk para nelayan, dengan adanya hutan mangrove dapat menambah wawasan pembaca bawa hutan mangrove perlu dilestarikan, oleh karena itu butuh rasa kepedulian yang tinggi terhadap keberadaan hutan mangrove.

1.6 Hipotesis

Hutan mangrove adalah hutan yang hanya dihidupi atau ditumbuhi pohon mangrove saja, biasanya pohon mangrove tumbuh dipinggir pantai, dengan adanya pohon mangrove dipinggir pantai dapat membantu nelayan menemukan ikan-ikan dan udang-udang yang bertelur disana. Pada umumnya hutan mangrove (bakau) tumbuh di daerah tropis tepatnya dipantai, oleh karena itu pohon mangrove merupakan salah satu faktor penghambat abrasi.

1.7 Sistematika Penyajian a. Halaman Judul Halaman judul menyajikan logo Universitas Gunadarma, judul, nama kelompok, dosen dan tahun. b. Abstrak Abstrak berisi uraian singkat makalah yang meliputi latar belakang, tujuan, manfaat, metode penulisan. c. Kata Pengantar (dari penulis) d. Bab I Pendahuluan Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah, manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika penyajian. e. Bab II Landasan Teori f. Bab III Metodologi Penelitian Metodologi penelitian berisi populasi dan sempel, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, metode dari alat pengumpul data dan metode analisis data. g. Bab IV Sajian dan Analisis Data Sajian dan analisis data berisi kajian data dan analisis data. h. Bab V Penutup Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. i. Daftar pustaka

BAB II

2.1 Landasan Teori

Berdasarkan hasil penelitian, daerah hutan mangrove didaerah ini berkembang relatif lebih baik dibanding kondisi yang dihadapi kawasan hutan mangrove di Pulau Bangka. Namun, sekarang banyak nelayan setempat yang memanfaatkan dahan dan ranting bakau di sekitar sungai Manggar untuk dijadikan romping. Mereka beralasan bahwa hutan bakau di pinggir sungai Manggar mudah dijangkau, sehingga tidak harus ke darat untuk mencari dahan atau ranting. Sebenarnya, tidak harus daun bakau untuk dijadikan romping. Daun dari pohon lain juga bisa, walaupun harus ke darat lagi mencari pohon yang bisa diambil daunnya. Sering kali kita mendapatkan laporan adanya penebangan pohon bakau di pulau-pulau kecil di Wilayah perairan laut ini. Lokasinya telah dicek, memang ada bekas aktivitas penebangan pohon. Diharapkan masyarakat dapat menjaga kelestarian pohon bakau yang ada di pulau kecil maupun di sekitar sungai, karena ini sangat penting sebagai factor agar jangan sampai terjadi abrasi.

10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan manggrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumateranensis), Bekantan (Nasalis Larvatus), Wilwo (Mycteria Cinerea), Bubut Hitam (Centropus Nigrorufus) dan Bangau Tongtong (Leptopilus Javanicus) serta tempat persinggahan bagi burung-burung. Hutan Mangrove disebut juga Coastal Woodland (hutan pantai) atau Tidal Forest (hutan surut)/hutan bakau, yang merupakan tumbuhan litoral yang karakteristiknya terdapat di wilayah tropika (Saenger,1983). Beberapa jenis Mangrove yang terkenal:

Bakau (Rhizopora spp) Api-api (Avicennia spp) Pedada (Sonneratia spp) Tanjang (Bruguiera spp)

Jenis-jenis tumbuhan hutan mangrove bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik , sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah: Jenis tanah Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan mangrove tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan mangrove yang tumbuh di atas tanah bergambut.

11

Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang Terpaan ombak Bagian luar atau bagian depan hutan mangrove yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang. Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara. Hutan mangrove juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju ombak besar. Penggenangan oleh air pasang Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan terkadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering. Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan Perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup Api-api putih (Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini. Dibagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis Kendeka (Bruguiera spp.), Kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui Nipah (Nypa fruticans), Pidada (Sonneratia caseolaris) dan Bintaro (Cerbera spp.).Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan Nirih (Xylocarpus spp.), Teruntum (Lumnitzera racemosa), Dungun (Heritiera littoralis) dan Kayu Buta-buta (Excoecaria agallocha). B. Bentuk-Bentuk Adaptasi Tumbuhan Mangrove Menghadapi lingkungan yang ekstrim di hutan mangrove, tetumbuhan beradaptasi dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan vegetasi mangrove menumbuhkan organ khas

12

untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar garam di daun. Namun ada pula bentuk-bentuk adaptasi fisiologis. Pohon-pohon bakau (Rhizophora spp.), yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan akar tunjang (stilt root) untuk bertahan dari ganasnya gelombang. Jenis Apiapi (Avicennia spp.) dan Pidada (Sonneratia spp.) menumbuhkan akar napas

(pneumatophore) yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil oksigen dari udara. Pohon Kendeka (Bruguiera spp.) mempunyai akar lutut (knee root), sementara pohon-pohon Nirih (Xylocarpus spp.) berakar papan yang memanjang berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula kebanyakan jenis-jenis vegetasi mangrove memiliki Lentisel, lubang pori pada pepagan untuk bernapas. Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, Api-api mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti Rhizophora mangle, mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Air yang terserap telah hampir-hampir tawar, sekitar 90-97% dari kandungan garam di air laut tak mampu melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di daun tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun. Pada pihak yang lain, mengingat sukarnya memperoleh air tawar, vegetasi mangrove harus berupaya

mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya. Padahal lingkungan lautan tropika yang panas mendorong tingginya penguapan. Beberapa jenis tumbuhan hutan mangrove mampu mengatur bukaan mulut daun (stomata) dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi evaporasi dari daun. C. Perkembangbiakan hutan mangrove Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembangbiakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan mangrove hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya. Hampir semua jenis flora hutan mangrove memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenisjenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.

13

Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah Bakau (Rhizophora), Tengar (Ceriops) atau Kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh. Sedangkan Buah Nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah Api-api, Kaboa (Aegiceras), Jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anakanak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah propagul. Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat tidur (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur. Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan mangrove Indonesia sebagai yang paling kaya jenisnya di lingkungan Samudera Hindia dan Pasifik. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies (Wikipedia). Jenis hutan dapat dibagi atas : 1. Hutan Bakau 2. Hutan Nyireh Bunga 3. Hutan Linggadai 4. Hutan Nipah 5. Hutan Nipah Dungun 6. Hutan Pedada 7. Hutan Nibong

14

Hutan Bakau Hutan bakau ini hampir keseluruhannya dipenuhi oleh satu jenis spesis saja yaitu bakau minyak (Rhizophora apiculata). Hampir 50% dari jumlah hutan bakau terdapat di Daerah Temburong. Spesis kedua,adalah bakau kurap (Rhizophora macronata) tetapi populasinya sedikit saja, terutama terdapat di sepanjang pinggir muara sungai. Hutan Nyireh Bunga Nyireh bunga (Xylocarpus granatum) dapat hidup bersama-sama dengan bakau minyak, atau di dalam hutan-hutan yang sama terutama sekali di atas tanah yang jarang ditenggelami air. Timbunan-timbunan tanah yang ditutupi oleh pohon paku-pakis (Acrostichum aureum) terdapat banyak sekali udang galah besar. Hutan Linggadai Linggadai (Bruguiera gymnorrhiza) ialah satu-satunya spesis dari genus yang terpenting di dalam hutan-hutan bakau dan tidak bercampur diantara tiga spesis lain (B. caryophylloides, B. parviflora dan B. sexangula) Hutan Nipah Tumbuhan in adalah tumbuhan asli palma yang berada di tebing-tebing sungai dan daerah di kawasan-kawasan pantai. Juga dapat ditemui di sepanjang tanah-tanah rendah di sungai-sungai dan di tebing-tebing.. Hutan Nipah-Dungun Hutan Nipah bersama Dungun (Heritiera globosa) dapat ditemui secara bertingkattingkat, dan mencapai ukuran yang luas dan besar. Tumbuhan ini dapat hidup pada ketinggian tertinggi yang dapat dicapai oleh perubahan salinitas air, khususnya di sepanjang sungai-sungai. Di tempat-tempat yang lebih rendah di sungai dapat tumbuh jenis Buta buta (Excoecaria agallocha), Linggadai dan beberapa bakau lainnya. Hutan Pedada Tumbuh-tumbuhan Pedada (Sonneratia caseolaris) dengan rumpun yang kecil terdapat pada tanah yang baru terbentuk di sepanjang pinggir sungai-sungai. Hutan Nibong Palma Nibong (Oncosperma tigillarium) yang panjang lagi berduri ialah spesis bakau yang tumbuh di pertengahan. Biasanya terdapat dalam kawasan setempat yang kecil dengan

15

ukuran yang sederhana berkelompok-kelompok di bahagian perbatasan antara darat dan hutan bakau terutama sekali di sungai yang lebih tinggi.

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu satu minggu. Dimulai dari pengumpulan data, pengeditan data hingga penulisan hasil akhir penelitian.

3.3 Metode Dari Alat Pengumpul Data

Data yang diperoleh dari internet dan berbagai sumber kami kumpulkan, kemudian dianalisis secara pasti dengan cara membedakan mana data yang isinya lebih baik dan akurat dengan data yang kurang memuaskan.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari internet dan berbagai sumber kami kumpulkan, kemudian dianalisis secara pasti dengan cara membedakan mana data yang isinya lebih baik dan akurat dengan data yang kurang memuaskan. Kemudian data tersebut digabung dan dikembangkan kata-katanya agar lebih ringkas, jelas dan mudah dimengerti.

16

BAB IV SAJIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Kajian Data Dikutip dari buku Noor Rusila, Y., M. Khazali, dan I N.N. yang berjudul Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Dikutip dari situs yang berjudul Hutan Mangrove.

http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm yang diposting pada hari Rabu, 9 November 2011 Dikutip dari situs yang berjudul Hutan Bakau Hutan Mangrove; Definisi dan Fungsi. http://alamendah.files.wordpress.com yang diposting pada hari Rabu, 9 November 2011 Dikutip dari situs yang berjudul Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove. http://ekologi-hutan.blogspot.com yang diposting pada hari Rabu, 9 November 2011 Dikutip dari Hutan Mangrove dan Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. http://nnovesha.blogspot.com/2012/10/makalah-plh-hutan-mangrovedan-undang.html yang diposting pada hari Selasa, 16 Oktober 2012 Dikutip dari situs yang berjudul Contoh Karya Ilmiah Tentang Hutan Mangrove. http://contoh-karya-tulis.blogspot.com/2013/10/contoh-karya-ilmiah-tentanghutan.html yang diposting pada hari Minggu, 13 Oktober 2013

4.2 Analisis Data

Indonesia itu negara yang kaya, mempunyai hutan mangrove yang terluas didunia, sebaran terumbu karang yang eksotik, rumput laut yang terhampar dihampir sepanjang pantai, sumber perikanan yang tidak ternilai banyaknya. menurut Rusila Noor, dkk. (1999) Indonesia merupakan negara yang mempunyai luas hutan mangrove terluas didunia dengan keragaman hayati terbesar didunia dan struktur paling bervariasi didunia. Hutan mangrove atau yang biasa disebut hutan bakau, walaupun penyebutan hutan bakau itu tidak pas sebenarnya karena bakau hanya merupakan salah satu dari jenis mangrove itu sendiri yaitu jenis Rhizopora spp. Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas dan tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

17

Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai di daerah tropis dan sub tropis (FAO, 2007). Menurut Gunarto (2004) mangrove tumbuh subur di daerah muara sungai atau estuari yang merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibar adanya erosi. Kesuburan daerah ini juga ditentukan oleh adanya pasang surut yang mentransportasi nutrient. Berdasarkan data Direktorat Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (2001) dalam Gunarto (2004) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 8.60 juta hektar akan tetapi sekitar 5.30 juta hektar dalam keadaan rusak. Sedangkan data FAO (2007) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 2005 hanya mencapai 3,062,300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan yang terbesar di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%). Di Asia sendiri luasan hutan mangrove indonesia berjumlah sekitar 49% dari luas total hutan mangrove di Asia yang dikuti oleh Malaysia (10% ) dan Mnyanmar (9%). Akan tetapi diperkirakan luas hutan manrove diindonesia telah berkurang sekitar 120.000 ha dari tahun 1980 sampai 2005 karena alasan perubahan penggunaan lahan menjadi lahan pertanian (FAO, 2007). Data Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) RI (2008) berdasarkan Direktoral Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial (Ditjen RLPS), Dephut (2000) luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 9.204.840.32 ha dengan luasan yang berkondisi baik 2.548.209,42 ha, kondisi rusak sedang 4.510.456,61 ha dan kondisi rusak 2.146.174,29 ha. Berdasarkan data tahun 2006 pada 15 provinsi yang bersumber dari BPDAS, Ditjen RLPS, Dephut luas hutan mangrove mencapai 4.390.756,46 ha. Data hasil pemetaan Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL)-Bakosurtanal dengan menganalisis data citra Landsat ETM (akumulasi data citra tahun 2006-2009, 190 scenes), mengestimasi luas mangrove di Indonesia adalah 3.244.018,46 ha (Hartini et al., 2010). Kementerian kehutanan tahun 2007 juga mengeluarkan data luas hutan mangrove Indonesia, adapun luas hutan mangrove Indonesia berdasarkan kementerian kehutanan adalah 7.758.410,595 ha (Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan, 2009 dalam Hartini et al., 2010), tetapi hampir 70%nya rusak (belum tau kategori rusaknya seperti apa). kedua instansi tersebut juga mengeluarkan data luas Mangrove per propinsi di 33 Provinsi di Indonesia. NASA (2010) juga mengeluarkan informasi tentang luas mangrove dan sebarannya. menurutnya luas mangrove di indoensia telah berkurang 35% antara tahun 1980-2000 dimana 18

luas mangrove pada tahun 1980 itu mencapai 4,2 juta ha dan pada tahun 2000 berkurang menjadi 2 juta ha. Mereka juga (NASA) mengupload beberapa foto konversi lahan dari hutan mangrove manjadi sawah. Apapun bentuk datanya, yang jelas hutan mangrove kita telah banyak yang berkurang. Konversi lahan yang dilakukan oleh manusia terhadap areal hutan mangrove sebagai tambak, areal pertanian dan pemukiman menyebabkan luas lahan hutan mangrove terus berkurang. Selain itu pemanfaatan hutan mangrove yang tidak bertanggung jawab sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan juga arang memberi kontribusi yang tidak sedikit terhadap kerusakan hutan mangrove. Seperti pada gambar di bawah terlihat perubahan penggunaan lahan hutan mangrove menjadi tambak dari tahun 1992 sampai 1998 didaerah delta mahakam. Menurut Rusila Noor, dkk. (1999) kematian mangrove secara alami tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hilangnya areal mangrove di Indonesia.

19

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hutan Mangrove penting sekali untuk perikanan apalagi perikanan estuary atau perikanan pantai. Hutan Mangrove juga berguna untuk pelindungan alam dari daerah-daerah di belakangnya terhadap kekuatan alam. Nilai ekonomis (Economical value) dari kayukayunya sebagai bahan pembangunan sangat kecil dan tidak sebanding dengan nilai proteksinya (protective valuenya). Jumlah kubikasi kayunya dari 1 Ha tidak feasible untuk di exploitasi, disamping itu kayunya sudah mengandung garam jadi tidak cocok untuk industri. Kontribusi hutan mangrove tergambar dari fungsinya itu sendiri, seperti penghalang terhadap erosi pantai dan gempuran ombak, pengolahan limbah organik, tempat mencari makan, memijah dan bertelurnya berbagai biota laut seperi ikan dan udang. Selain itu sebagai habitat berbagai jenis margasatwa, penghasil kayu dan nonkayu serta potensi ecotourism. Secara ekologis hutan bakau telah dikenal mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ekosistem bakau bagi sumber daya ikan dan udang berfungsi sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak. Dari sudut ekologi, hutan bakau berfungsi sebagai penghasil sejumlah detritus dan perangkap sedimen. Hutan manggrove merupakan habitat berbagai jenis satwa, baik sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat sementara. Sebagai fungsi ekonomis hutan bakau bermanfaat sebagai sumber penghasil kayu bangunan, bahan baku pulp dan kertas, kayu bakar, bahan arang, alat tangkap ikan dan sumber bahan lain seperti tannin dan pewarna. Hutan manggrove juga mempunyai peran penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove atau Hutan Bakau : Habitat satwa langka Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan umpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus) 20

Pelindung terhadap bencana alam Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.

Pengendapan lumpur Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.

Penambah unsur hara Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi

pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian. Penambat racun Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ) Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam exsitu meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur. Transportasi Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan. Sumber plasma nutfah Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.

21

Rekreasi dan pariwisata Hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya.

Sarana pendidikan dan penelitian Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan eknologi membutuhkan

laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. Memelihara proses-proses dan sistem alami Hutan mangrove sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya. Penyerapan karbon Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. Memelihara iklim mikro Evapotranspirasi hutan mangrove mampu menjaga kelembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam Keberadaan hutan mangrove dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.

5.1 Saran

Setelah dijabarkan manfaat dan tujuan dari hutan mangrove langkah selanjutnya adalah dengan mentindak lanjutin makalah ini disarankan agar kita (pembaca) dapat lebih melestarikan lingkungan hidup dan hutan mangrove sesuai dengan keadaan lingkungan disekitarnya. Ada beberapa saran atau solusi yang dapat membantu menjaga dan memelihara ataupun membudidayakan Hutan Mangrove, yaitu dengan menghadiri pertemuan kota dan menyampaikan suara keberatan atas pembangunan mengganggu habitat satwa liar maupun

22

suatu ekosistem, kemudian pelajari semua tetang betapa pentinganya Rawa Mangrove, dan bagaimana cara untuk membuat orang lain terkesan mengenai pentingnya Rawa Mangrove terhadap keanekaragaman hayati di Bumi, setelah itu gunakan produk yang ramah lingkungan untuk mengurangi polusi air.

23

DAFTAR PUSTAKA

Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor. Hutan Mangrove. (a.n). [online]. http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm. (Rabu, 9 November 2011) Hutan Bakau Hutan Mangrove; Definisi dan Fungsi. (alamendah). [online].

http://alamendah.files.wordpress.com (Rabu, 9 November 2011) Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove. (a.n). [online]. http://ekologi-

hutan.blogspot.com (Rabu, 9 November 2011) Hutan Mangrove dan Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. (Neneng Novesha Dewi).[online]. http://nnovesha.blogspot.com/2012/10/makalah-plh-hutanmangrove-dan-undang.html (Selasa, 16 Oktober 2012) Contoh Karya Ilmiah Tentang Hutan Mangrove. (Siti Marwiyah). [online]. http://contohkarya-tulis.blogspot.com/2013/10/contoh-karya-ilmiah-tentang-hutan.html 13 Oktober 2013) (Minggu,

24

Anda mungkin juga menyukai