Anda di halaman 1dari 8

BAB II TINJAUAN TEORI A.

DEFINISI
Secara klinis para ahli mengartikan bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama atau dominan. Ini berarti bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain juga. 1. Bronchitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain. ( perawatan medikal bedah 2 ,1998 , hal.490 ) 2. Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi /ektasis (pelebaran) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil, sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aloran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya. ( Gunawan, Iriyan, 2006 ) 3. Bronchitis berarti infeksi bronkus. Bronkus dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran pernafasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran atas lain seperti sinobronchitis, laringotrakeabronchitis, bronchitis pada asma dan sebagainya. ( Gunadi Santoso , 1994 ) Bronchitis dibedakan menjadi bronchitis akut dan bronchitis kronik. Bronchitis akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan nafas yang besar. Bronchitis akut pada umumnya ringan, berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan. Bronchitis kronik merupakan inflamasi berulang dan degenerasi bronkus yang bisa berhubungan dengan infeksi aktif. Bronchitis kronik dapat merupakan proses dasar dari suatu penyakit, seperti asma, fibrosis kistik, sindrom diskinesia silia, aspirasi benda asing, atau paparan terhadap iritan jalan nafas, Pada orang dewasa, dikatakan bronchiitis kronik apabila terdapat batuk kronik dan pembentukkan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut.

B. Etiologi
Faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi, dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan faktor lingkungan sosial ekonomi. Rokok Menurut buku Report of the WHO Export Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP ( volume ekspirasi paksa ) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut. Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian mnyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan streptoccoccus pneumonia. Keturunan Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan fetus memegang peranan penting. Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja

enzim ini menetralisir proteolitik yang sering dikeluarkan pada perandangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru-paru. Bronchitis yang ini memiliki ciri : 1. Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru. 2. Bronchitis kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lain, misal : bronkiektasis pada anak kembar satu telur ( anak yang satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis ), mucovicidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan keturunan : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan. Polusi Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Polusi zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis yaitu zat produksi saperti Co2, zat pengoksida seperti NO2 hidrokarbon, aldehid, ozon. Faktor Lingkungan Sosial Bronchitis lebih banyak diderita pada golongan sosial ekonomi rendah, ini disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang buruk. Di lingkungan sosial ekonomi baik, jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Bronchitis akut dapat disebabkan oleh, agen kimia ataupun pengaruh fisik. Sebagai contoh rhinovirus sincytial virus ( RSV ), influenza virus, para influenza virus, dan adenovirus. Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut yang berulang, dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus dan pada akhirnya menyebabkan bronchitis kronik.

C. PATHOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertrofi dari kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktivitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahananya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel-sel penghasil mukus di bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel penghasil mukus dan sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Pada bronchitis ringan, mungkin tidak ditemukan kelainan selama pemeriksaan fisik, kecuali terdengarnya beberapa mengi pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop. Suara pernafasan pada setetoskop juga terdengar lebuh keras. Biasanya foto dada juga normal. Untuk menunjukkan adanya sumbatan aliran udara dan untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pengukuran volume penghembusan nafas dalam 1 detik dengan menggunakan spinometri. Pada penderita bronchitis akan terjadi penurunan aliran udara selama penghembusan nafas. Jika bronchitis terjadi pada usia muda, dicurigai adanya kekurangan alfa-1-antitripsin, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar alfa-1-antitripsin dalam darah. Apabila bronchitis keturunan patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya dengan genetik serta faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis karena infeksi, terdapat infeksi bacterial pada organ paru paru / bronkus, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis. Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patofisiologi bronchitis, data dijelaskan sebagai berikut : Infeksi primer Kecuali pada bentuk bronchitis keturunan, masih menjadi pertanyaan apakah infeksi yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi yang mendahului bronchitis adalah

1.

2.

infeksi bakterial ( mikroorganisme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat. Infeksi Sekunder Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum pasien yang semula berwarna jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, kuman yang sering ditemukan dan menginfeksi bronkus (streptococcus pneumonie).

D. MANIFESTASI KLINIK
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. Tanda dan Gejala yang ada Batuk produktif Batuk pada pagi hari dan makin lama batuk semakin berat, timbul siang maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. Dahak, sputum putih/ mukoid. Bila ada infeksi, sputum purulen atau mukopurulen dan kental. Sesak bila timbul infeksi, sesak nafas akan bertambah, kadang disertai tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis. Pada paru didapat suara nafas yang kasar. Yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu : Daya tahan tubuh kurang. Anoreksia ,sehingga berat badan sukar naik. Kesehatan anak untuk bermain terganggu dan konsentrasi belajar menurun.

E. KOMPLIKASI
A. B. C. D. E. F. Bronchitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronchitis kronik. Pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi komplikasi sinusitis, pneumonia. Bronchitis kronik menyebabkan mudah terserang infeksi. Bila secret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau bronkiektasis. Efusi pleura/emfisema. Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi paling akhir pada bronchitis yang berat dan luas.

F. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pasien bronchitis terdiri dari 2 : 1. Pengobatan konservatif a. Pengelolaan umum Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi Menciptakan lingkungan baik dan tepat Mengontrol infeksi saluran pernafasan Mengatur posisi tidur Mencairkan sputum yang kental b. Pengelolaan khusus Kemoterapi pada bronchitis dengan obat antibiotik terpilih selama 7 10 hari sampai terjadi warna konversi sputum. Dramase secret dengan bronkoskopi Lokasi stenosis atau obstruksi bronkus Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage dengan obstruksi.

Pengobatan simtomatik Pengobatan diberikan jika terjadi simtom yang mungkin menganggu atau membahayakan pasien. Pengobatan obstruksi bronkus Pengobatan hipoksia Pengobatan hamoptoe Pengobatan demam 2. Pengobatan pembedahan a. Tujuan Pembedahan Mengangkat ( reaksi ) segmen / lobus paru yang terkena. b. Indikasi Pembedahan Pasien yang tidak berespon terhadap tindakan konservatif yang adekuat. Perlu pertimbangan untuk operasi. Pasien yang terbatas tetapi sering mengalami infeksi berulang dari daerah tersebut. c. Kontra indikasi Pasien bronchitis dengan COPD Pasien bronchitis berat Pasien bronchitis dengan komplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi. d. Syarat syarat operasi Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan irreversibel Bagian paru yang lain harus masih baik.

G. Diagnosa Keperawatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh secresi, spasme bronkus. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi mukus. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya seckret, proses penyakit kronis. Intoleran aktivitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

H. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan I Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret. Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten. Kriteria Hasil : Secret berkurang ataun bahkan hilang. Intervensi : Auskultasi bunyi nafas R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas. Kaji / pantau frekuensi pernafasan

R/ Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Dorong / bantu latihan nafas abdomen / bibir R/ Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnoe dan menurunkan jebakan udara. Observasi karateristik batuk R/ Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml / hari Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran. Diagnosa Keperawatan II Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi , spasme bronkus. Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Kriteria Hasil : Tanpa terapi oksigen, SaSO2 95% dan klien tidak mengalami sesak nafas. Tanda tanda vital dalam batas normal. Tidak ada tanda tanda sianosis. Intervensi : Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan R/ Berguna dalam evaluasi derajat disstres pernafasan dan kronisnya proses penyakit. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam R/ Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas. Auskultasi bunyi nafas R/ Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Awasi tanda vital dan irama jantung R/ Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. Awasi GDA R/ PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar / kecil. Berikan O2 R/ Dapat memperbaiki /mencegah buruknya hipoksia. Diagnosa Keperawatan III Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, mukus. Tujuan : Perbaikan dalam pola nafas Kriteria Hasil : Melatih pernafasan bibir dirapatkan dan diafragmatik serta menggunakannya ketika sesak nafas dan saat melakukan aktivitas. Memperlihatkan tanda tanda penurunan upaya bernafas dan membuat jarak dalam aktivitas. Menggunakan pelatihan otot otot inspirasi yang harus dan diharuskan selama 10 menit setiap hari.

Intervensi : Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir dirapatkan R/ Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas dengan efisiensi dan lebih efektif. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat. Biarkan pasien membuat beberapa keputusan ( mandi , bercukur ) tentang perawatannya berdasarkan tingkat toleransi pasien. R/ Memberikan jeda aktivitas akan memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distress berlebih. Berikan dorongan penggunaan otot pernafasan jika diharuskan. R/ Menyatukan dan mengkondisikan otot otot pernafasan. Diagnosa Keperawatan IV Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia mual muntah. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisi Intervensi : Kaji kebiasaan diet R/ Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum. Auskultasi bunyi usus R/ Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster Berikan perawatan oral R/ Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah. Timbang berat badan sesuai indikasi R/ Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Konsul ahli gizi R/ Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

Diagnosa Keperawatan V Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya secret, proses penyakit kronis. Tujuan : Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah resiko tinggi. Kriteria Hasil : Klien mampu mempertahankan jalan nafas dengan bunyi bersih dan jelas.

Intervensi : Awasi suhu R/ Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi. Observasi warna, bau sputum R/ Secret berbau, berwarna kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum R/ Mencegah penyebaran patogen. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat R/ Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi. Berikan anti mikroba sesuai indikasi R/ Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasikan dengan kultur. Diagnosa Keperawatan VI Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi.

Intervensi : Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai R/ Otot otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O 2. Diagnosa Keperawatan VII Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : Pasien mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas. Kriteria Hasil : Peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis. Intervensi : Kaji tingkat kecemasan ( ringan, sedang, berat ) R/ Denagn mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya. Berikan dorongan emosional R/ Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan / masalah R/ Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerja sama dalam tindakan perawatan dan pengobatan. Beri dorongan spiritual

R/ Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan diri kepada Tuhan atas kesembuhannya.

Diagnosa Keperawatan VIII Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah. Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi /proses penyakit dan tindakan. Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatannya. Intervensi : Jelaskan proses penyakit individu R/ Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan. Instruksikan untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan kondisi umum R/ Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau. R/ Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi secret jalan nafas.

Diposkan oleh elfira dewi di 05.43

http://elfirazone.blogspot.com/2013/01/askep-bronkitis.html

Anda mungkin juga menyukai