Anda di halaman 1dari 65

HR>>PBB Oy - 1

DASAR HUKUM
UU No. 12 Tahun 1985 jo
UU No. 12 Tahun 1994
PP No. 25 Tahun 2002
KMK No. 523/KMK.04/1998
KEP-16/PJ.6/1998
HR>>PBB Oy - 2
PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN
(PBB)
PAJAK KEBENDAAN ATAS
BUMI DAN/ATAU BANGUNAN
DIKENAKAN TERHADAP
SUBJEK PAJAK
ORANG PRIBADI ATAU BADAN
SECARA NYATA:
MEMPUNYAI HAK DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS BUMI, DAN/ATAU
MEMILIKI, MENGUASAI, DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS
BANGUNAN
ADALAH
HR>>PBB Oy - 3
OBJEK PAJAK
BUMI
ADALAH :
PERMUKAAN BUMI YG MELIPUTI TANAH
DANPERAIRAN PEDALAMAN
SERTA LAUT WILAYAH
INDONESIA, DAN TUBUH BUMI YG
ADA DIBAWAHNYA
Pasal 1 angka 1
Pasal 2 ayat (1)
BANGUNAN
ADALAH :
KONSTRUKSI TEKNIK
YG DITANAM ATAU
DILEKATKAN SECARA
TETAP PADA TANAH
DAN/ATAU PERAIRAN
Pasal 1 angka 2
HR>>PBB Oy - 4
BANGUNAN
TERMASUK DALAM PENGERTIAN BANGUNAN ADALAH (Penjelasan
Pasal 1 angka 2) :
Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
Jalan tol;
Kolam renang;
Pagar mewah;
Tempat olah raga;
Galangan kapal, dermaga;
Taman mewah;
Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)
HR>>PBB Oy - 5
FAKTOR YANG MENENTUKAN
KLASIFIKASI Objek PAJAK
Pasal 2 ayat (2)
BUMI/TANAH
- Letak
- Peruntukan
- Pemanfaatan
- Kondisi lingkungan
- Dan lain-lain
BANGUNAN
- Bahan bangunan
- Rekayasa
- Letak
- Kondisi lingkungan
- Dan lain-lain
HR>>PBB Oy - 6
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang
nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu;
Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak;
Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik;
Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
ADALAH OBJEK PAJAK YANG :
OBJEK PAJAK
YANG TIDAK DIKENAKAN PBB
Pasal 3 ayat (1)
HR>>PBB Oy - 7
OBJEK PAJAK
YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
Pasal 3 Ayat (2)
PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR
LEBIH LANJUT DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
HR>>PBB Oy - 8
Memiliki,
menguasai
bangunan
Mempunyai
suatu hak
atas bumi
Memperoleh
manfaat
atas bangunan
Memperoleh
manfaat
atas bumi
WAJIB
PAJAK
Dikenakan
kewajiban
membayar
pajak
SUBJEK
PAJAK
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
ORANG ATAU BADAN
Pasal 4 ayat (2)
HR>>PBB Oy - 9
Dirjen Pajak menetapkan
Subjek Pajak
Objek Pajak yang belum jelas
Wajib Pajaknya
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)
HR>>PBB Oy - 10
NJOPTKP
Berbeda untuk masing-masing daerah, maks Rp 12 juta
Per Wajib Pajak;
Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;
Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa
Objek pajak, yang diberikan NJ OPTKP hanya salah satu
Objek pajak yang nilainya terbesar.
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
TIDAK KENA PAJAK
Pasal 3 Ayat (3)
HR>>PBB Oy - 11
N J O P
(Nilai Jual Objek Pajak)
DASAR PENGENAAN
Pasal 6 Ayat (1), (2)
NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah
tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya
Bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual
Objek Pajak ditentukan melalui :
- perbandingan harga dengan Objek lain yang sejenis;atau
- nilai perolehan baru; atau
- Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar
HR>>PBB Oy - 12
PENILAIAN Objek PBB
PENDEKATAN PENILAIAN
Pendekatan Data Pasar
(Market Data Approach)
Pendekatan Biaya
(Cost Approach)
Pendekatan Pendapatan
(Income Approach)
CARA PENILAIAN
Penilaian Massal
Penilaian Individual
PENENTUAN NJOP
HR>>PBB Oy - 13
Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)
E NJOP dihitung dengan cara membandingkan Objek pajak yang sejenis
dengan Objek lain yang telah diketahui harga pasarnya.
E Pendekatan ini pada umumnya digunakan untuk menentukan NJOP tanah,
namun dapat juga dipakai untuk menentukan NJOP bangunan.

Pendekatan Biaya (Cost Approach)
E Pendekatan ini digunakan untuk menentukan nilai tanah atau bangunan
terutama untuk menentukan NJOP bangunan dengan menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru yang sejenis
dikurangi dengan penyusutan phisiknya.

Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
E Pendekatan ini digunakan untuk menentukan NJOP yang tidak dapat
dilakukan berdasarkan pendekatan data pasar atau pendekatan biaya, tetapi
ditentukan berdasarkan hasil bersih objek pajak tersebut
E Pendekatan ini terutama digunakan untuk menentukan NJOP galian tambang
atau objek perairan
PENDEKATAN PENILAIAN
HR>>PBB Oy - 14

Penilaian Massal (Mass Appraissal)
O NJOP bumi dihitung berdasarkan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang terdapat pada setiap
Zona Nilai Tanah (ZNT).
O NJOP bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB)
dikurangi penyusutan phisik.
O Perhitungan penilaian massal dilakukan dengan menggunakan program komputer
(Computer Assisted Valuation / CAV).

Penilaian Individual (I ndividual Appraissal)
Diterapkan untuk Objek tertentu yang bernilai tinggi atau keberadaannya mempunyai sifat
khusus, antara lain :
O Jalan tol
O Pelabuhan laut/sungai/udara
O Lapangan golf
O Industri semen/pupuk
O PLTA, PLTU, PLTG
O Pertambangan
O Tempat rekreasi
O Dan lain-lain sejenisnya
O Objek pajak tertentu, seperti rumah mewah, pompa bensin, usaha perkebunan,
perhutanan.
CARA PENILAIAN
HR>>PBB Oy - 15
NILAI JUAL KENA PAJAK
DASAR PENGHITUNGAN
Pasal 6 ayat (3) dan (4)
SERENDAH-RENDAHNYA 20 %
DAN
SETINGGI-TINGGINYA 100 %
PERSENTASE NJKP
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
HR>>PBB Oy - 16
NILAI JUAL KENA PAJAK
OBJEK PAJAK LAINNYA
40% X NJOP
1. OBJEK PAJAK PEDESAAN & PERKOTAAN
YANG NJOP > 1(SATU) MILIAR RUPIAH;
2. OBJEK PAJAK PERKEBUNAN
3. OBJEK PAJAK KEHUTANAN
4. OBJEK PAJAK PERTAMBANGAN

20% X NJOP
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK
(PP No. 25 TAHUN 2002)
HR>>PBB Oy - 17
TARIF TUNGGAL
TARIF
Pasal 5
0,5 %
HR>>PBB Oy - 18
NJKP = (NJOP BUMI + NJOP BANGUNAN) NJOPTKP
0,5%
TARIF
20% x NJKP
40% x NJKP
0,5%
N J K P
x
x
PBB =
x
=
=
CARA MENGHITUNG
HR>>PBB Oy - 19
CONTOH: 1
Wajib Pajak Tn Bayu alamat Jl Rungkut RT 05 RW 10
luas tanah 200 M2 NJOP Rp 2.000.000,- /M2
Bangunan 140 M2 NJOP Rp 600.000,-/M2

Perhitungan PBB:
Bumi NJOP = 200 M2 x Rp 2.000.000,- = Rp 400.000.000,-
Bangunan 140 M2 x Rp 600.000,- = Rp 84.000.000,-
NJOP sbg dasar pengenaan PBB = Rp 484.000.000,-
NJOPTKP (NJOP tdk kena Pjk ) = Rp 15.000.000,- -/-
NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 469.000.000,-
PBB yg terutang = 0,5% x 20% x Rp 469.000.000,- =Rp 4.690.000,-
HR>>PBB Oy - 20
CONTOH: 2
Wajib Pajak Tn Hari alamat Jl Darmahusada RT 10 RW 10
luas tanah 600 M2 NJOP Rp 5.000.000,- /M2
Bangunan 400 M2 NJOP Rp 1.000.000,-/M2

Perhitungan PBB:
Bumi NJOP = 600 M2 x Rp 5.000.000,- = Rp 3.000.000.000,-
Bangunan 400 M2 x Rp 1.000.000,- = Rp 400.000.000,-
NJOP sbg dasar pengenaan PBB = Rp 3.400.000.000,-
NJOPTKP (NJOP tdk kena Pjk ) = Rp 15.000.000,- -/-
NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 3.385.000.000,-
PBB yg terutang = 0,5% x 40% x Rp 3.385.000.000,- =Rp 67.700.000,-
HR>>PBB Oy - 21
CONTOH: 3 (apabila memiliki bumi/ bangunan lebih dari 1 lokasi)
Wajib Pajak Tn Ferry alamat Jl Ngagel jaya 5/100 RT 1 RW 10
luas tanah 300 M2 NJOP Rp 2.500.000,- /M2
Bangunan 250 M2 NJOP Rp 700.000,-/M2 juga memiliki
Bumi di krian luas 200 M2 NJOP Rp 70.000,- /M2
Perhitungan PBB: ( Objek I )
Bumi NJOP = 300 M2 x Rp 2.500.000,- = Rp 750.000.000,-
Bangunan 250 M2 x Rp 700.000,- = Rp 75.000.000,-
NJOP sbg dasar pengenaan PBB = Rp 925.000.000,-
NJOPTKP (NJOP tdk kena Pjk ) = Rp 15.000.000,- -/-
NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 950.000.000,-
PBB yg terutang = 0,5% x 20% x Rp 950.000.000,- =Rp 9.500.000,-

Perhitungan PBB: ( Objek II ) tdk ada NJOPTKP
Bumi di Krian NJOP = 200M2 x Rp 70.000,- = Rp 14.000.000,-
NJOP untuk penghitungan PBB =Rp 14.000.000,-
PBB terutang = 0,5% x 20% x 14.000.000,- = Rp 140.000,-

HR>>PBB Oy - 22
TAHUN PAJAK, SAAT, DAN TEMPAT
YANG MENENTUKAN PAJAK TERUTANG
Pasal 8 ayat (1), (2), (3)
Tahun Pajak
Adalah jangka waktu satu tahun takwim, yaitu dari
tanggal 1 Januari s/d 31 Desember.
Saat yang menentukan pajak terutang
Adalah menurut keadaan Objek pajak pada tanggal 1 Januari.
Tempat Pajak Terutang :
untuk daerah Jakarta, di wilayah DKI Jakarta;
untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten/Kota;
yang meliputi letak Objek pajak.
HR>>PBB Oy - 23
PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)
WAJIB PAJAK MENGISI SPOP
JELAS
BENAR
LENGKAP
DITANDATANGANI
HR>>PBB Oy - 24
PENERBITAN KETETAPAN
Pasal 10
SPOP
SPPT
SKP
tidak disampaikan dalam
waktu 30 hari
disampaikan dalam waktu
30 hari
BERDASARKAN PEMERIKSAAN/ DATA
LAIN SPOP TIDAK BENAR
Setelah ditegor secara tertulis
HR>>PBB Oy - 25
TEMPAT
PEMBAYARAN
- Bank,
- Kantor Pos ,
- Tempat lain
yg ditunjuk
SPPT
S T P
S K P
6 bulan
1 bulan
1 bulan
TATA CARA PEMBAYARAN
DAN PENAGIHAN
Pasal 11, 12, 13, dan 14
DASAR PENAGIHAN
MENTERI KEUANGAN DAPAT MELIMPAHKAN KEWENANGAN PENAGIHAN PAJAK
KEPADA :
- GUBERNUR DAN/ATAU
- BUPATI/WALIKOTAI
SEJAK

D
I
T
E
R
I
M
A

HR>>PBB Oy - 26
SKP
SKP
DIKEM
BALIKAN
SPOP
30 hr
TIDAK
YA
SPPT
JATUH
TEMPO
STP
JATUH
TEMPO
1 bln
Segera
stlh.

7 hr
TEGORAN
SURAT
PAKSA
SURAT PERINTAH
MELAKUKAN PENYITAAN
Ternyata SPOP
tdk benar
(Ketetapan
kurang)
21 hr
PERMINTAAN JADWAL
WAKTU & TEMPAT PELELANGAN
Paling
cepat
10 hr
Ktr Lelang
Negara
+ denda 25%
dari pokok
pajak
+ denda 25%
dari selisih
pajak terutang
+ bunga 2%
sebulan
(maks 24 bulan)
PENDAFTARAN, PENAGIHAN,
DAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 9 dan 10
1 bulan
6 bulan
2 X 24 JAM
HR>>PBB Oy - 27
Keberatan diajukan atas :
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT);
Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Jangka waktu pengajuan keberatan adalah 3 (tiga) bulan setelah SPPT atau SKP
dikirim kpd WP (PP 74 psl 28) kecuali WP dalam keadaan di luar kekuasaannya.
Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan atas keberatan WP paling lama
12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima.
Atas keberatan yang diajukan, Direktur Jenderal Pajak dapat menerima seluruhnya
atau sebagian, menolak, atau menambah jumlah pajak terutang.
Keberatan dapat diajukan dalam hal terjadi perbedaan persepsi antara Wajib Pajak dan
Fiskus
Wajib Pajak dapat mengajukan banding atas keberatan terhadap keputusan Direktur
Jenderal Pajak kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
Ketentuan banding PBB mengikuti ketentuan Pasal 27 UU No. 6 Tahun 1983 tentang
KUP sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994.
Pengajuan keberatan atau banding tidak menunda pembayaran pajak.

KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 15 dan 16
Contoh (PP 74 PSL 28 TH 2011)
Apabila skp dikirim kpd WP tgl 20/9/12, maka WP dpt mengajukan keberatan paling lama tgl 19/12 2012
Apabila skp dikirim kpd WP tgl 30/11/12, maka WP dpt mengajukan keberatan paling lama tgl 28/2 2013
Apabila skp dikirim kpd WP tgl 2/1/13, maka WP dpt mengajukan keberatan paling lama tgl 1/4/ 2013


HR>>PBB Oy - 28
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2000
DATI I I
64,8 %
DATI I
16,2 %
PEM. PUSAT
10 %
BIAYA PEMUNGUTAN
9 %
PEMBAGIAN
HASIL PENERIMAAN PBB
Pasal 18
HR>>PBB Oy - 29
WAJIB
PAJAK
PETUGAS
PEMUNGUT
BANK
PERSEPSI/
KANTOR POS
BANK/
OPERASIONAL V
TEMPAT
PEMBAYARAN
Pelimpahan
10% 9%
16,2% 64,8%
PEM.
PUSAT
Propinsi Kab/Kota
BIAYA
PEMUNGUTAN
ALUR PENERIMAAN PBB
Pembayaran
Pembayaran
Pelimpahan
Pembagian
HR>>PBB Oy - 30
PENGURANGAN
Pasal 19 dan 20
Menteri Keuangan dalam hal :
- Kondisi tertentu Objek pajak yang
ada hubungannya dengan subjek
pajak/sebab -sebab tertentu
lainnya

- Objek pajak terkena bencana alam
atau sebab lain yang luar biasa
Dirjen Pajak
atas permintaan WAJIB PAJAK
karena hal-hal tertentu
PAJAK
TERUTANG
DENDA
ADMINISTRASI
HR>>PBB Oy - 31
KEWAJIBAN PEJABAT YANG DALAM
JABATAN/TUGAS PEKERJAANNYA
BERKAITAN LANGSUNG DENGAN Objek PAJAK
Pasal 21 dan 22
1. MENYAMPAIKAN LAPORAN BULANAN MENGENAI SEMUA MUTASI DAN
PERUBAHAN OBJEK PAJAK KEPADA DJP;
2. MEMBERIKAN KETERANGAN YANG DIPERLUKAN ATAS PERMINTAAN DJP
KEWAJIBAN TERSEBUT BERLAKU JUGA BAGI PEJABAT LAIN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN Objek PAJAK
KEWAJIBAN UNTUK MERAHASIAKAN DITIADAKAN SEPANJANG
MENYANGKUT PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PBB
TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN DIKENAKAN SANKSI MENURUT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
HR>>PBB Oy - 32
HAL-HAL YANG TIDAK DIATUR SECARA KHUSUS DALAM UU
PBB
Pasal 23
BERLAKU KETENTUAN :
- UU KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
- PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA
TIDAK DIATUR DALAM
UU PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
HR>>PBB Oy - 33
- PIDANA KURUNGAN SELAMA-LAMANYA
6 (ENAM) BULAN, ATAU
- DENDA SETINGGI-TINGGINYA 2 (DUA)
KALI PAJAK TERUTANG
TIDAK MENGEMBALIKAN SPOP
KEPADA DITJEN PAJAK
SPOP TIDAK BENAR/ TIDAK
LENGKAP DAN/ATAU MELAMPIRKAN
KETERANGAN YANG TIDAK BENAR
KARENA ALPA
KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA
HR>>PBB Oy - 34
TIDAK MENGEM
BALIKAN/
MENYAM
PAIKAN
SPOP KEPADA
DITJEN PAJAK
SPOP TIDAK
BENAR/
TIDAK LENGKAP
DAN/ATAU
MELAMPIRKAN
KETERA
NGAN YANG
TIDAK BENAR
MEMPERLIHAT
KAN
SURAT/
DOKU-
MEN PALSU
ATAU
DIPALSUKAN
TIDAK
MEMPERLIHATK
AN/
MEMIN
JAMKAN
SURAT/
DOKUMEN
LAINNYA
TIDAK MENUN
JUKKAN/
MENYAM
PAIKAN DATA/
KETERA
NGAN YANG
DIPERLU
KAN
- PIDANA PENJARA SELAMA-LAMANYA 2 (DUA) TAHUN, ATAU
- DENDA SETINGGI- TINGGINYA 5 (LIMA) KALI PAJAK TERUTANG
MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA
KETENTUAN PIDANA
Pasal 25 ayat (1)
D E N G A N S E N G A J A
HR>>PBB Oy - 35
Terhadap bukan wajib pajak yang bersangkutan, yang dengan sengaja
melakukan tindakan :
tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;
tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan;
dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda
setinggi-tingginya Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

Ancaman pidana dilipatkan dua, apabila seseorang melakukan lagi tindak
pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun terhitung sejak
selesai menjalani pidana penjara/sejak dibayarnya denda.

Tindak pidana tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun
sejak berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
KETENTUAN PIDANA
Pasal 25 ayat (2), (3) dan Pasal 26
HR>>PBB Oy - 36
Objek Pajak yang bersifat khusus adalah sebagai berikut :
O Jalan tol
O Pelabuhan laut/sungai/udara
O Lapangan golf
O Industri semen/pupuk
O PLTA, PLTU, PLTG
O Pertambangan
O Tempat rekreasi
O Dan lain-lain sejenisnya
PENGENAAN PBB TERHADAP OBJEKk PAJAK
YANG DINILAI SECARA INDIVIDUAL
KMK No. 523/KMK.04/1998
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS DAPAT DITENTUKAN
BERDASARKAN PENILAIAN SECARA INDIVIDUAL
KEP. DIRJEN PAJAK NO. KEP. 16/PJ.6/1998
HR>>PBB Oy - 37
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN
KEP DJP NO.16/PJ.6/1998
SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya
perkebunan per hektar yang dihitung berdasarkan :
- koomponen tenaga kerja;
- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan
Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk
suatu jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari
satu kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar
standar investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu
tahun.
Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu
pembangunan dan/atau penanaman dan/atau penggalian jenis sumber daya alam
atau budidaya tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan
dan alat, mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau
menghasilkan
HR>>PBB Oy - 38
O Areal kebun :



O Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan perkebunan



O Objek Pajak berupa bangunan





NJOP = NJOP tanah + Jumlah Investasi Tanaman
Perkebunan sesuai dengan SIT menurut umur tanaman
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERKEBUNAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
Pasal 3
HR>>PBB Oy - 39
O Areal produktif :


O Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya



O Objek Pajak berupa bangunan



NJOP = 8,5 x Hasil bersih setahun sebelum tahun pajak
berjalan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
A.Untuk HPH, HPHH, IPK, serta ijin sah lain selain HPHTI
Pasal 4
HR>>PBB Oy - 40
O Areal hutan :



O Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan tanaman
industri



O Objek Pajak berupa bangunan





NJOP = NJOP tanah + jumlah biaya pembangunan
hutan tanaman industri menurut umur tanaman
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
B.Untuk HPHTI
Pasal 5
HR>>PBB Oy - 41
O Areal produktif :




O Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan



O Objek Pajak berupa bangunan





NJOP = 9,5 x Hasil penjualan minyak dan gas bumi
dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
Pasal 6
HR>>PBB Oy - 42
O Areal produktif :




O Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan



O Objek Pajak berupa bangunan





NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas bumi/ listrik
dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
Pasal 7
HR>>PBB Oy - 43
O Areal produktif :




O Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan



O Objek Pajak berupa bangunan





NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang dalam satu
tahun sebelum tahun pajak berjalan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
DAN GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
Pasal 8
HR>>PBB Oy - 44
O Areal produktif :



O Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan


O Objek Pajak berupa bangunan



NJOP = Angka kapitalisasi tertentu X hasil bersih galian
tambang dalam setahun sebelum tahun pajak berjalan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
Pasal 9
Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan
Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang diatur
dalam kontrak yang berlaku
(Pasal 10)
HR>>PBB Oy - 45
O Areal penangkapan ikan :



O Areal pembudidayaan ikan


O Areal emplasemen dan areal lainnya


O Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = 10 x Hasil bersih ikan dalam satu tahun
sebelum tahun pajak berjalan
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN LAUT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
Pasal 11
NJOP = 8 x Hasil bersih ikan dalam satu tahun sebelum
tahun pajak berjalan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
HR>>PBB Oy - 46
O Areal pembudidayaan ikan darat :




O Areal emplasemen dan areal lainnya


O Objek Pajak berupa bangunan






NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya + Standar biaya investasi tambak menurut
jenisnya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN DARAT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
Pasal 12
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
HR>>PBB Oy - 47
O Areal tanah :


O Areal perairan untuk kepentingan pelabuhan, industri, lapangan golf
serta tempat rekreasi



O Areal perairan untuk kepentingan pembangkit listrik tenaga air
(PLTA)


O Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
NJOP = 10 X (10 % dari hasil bersih dalam satu tahun
sebelum tahun pajak berjalan)
Pasal 13
NJOP = Nilai jual yang ditentukan berdasarkan korelasi
garis lurus kesamping dengan klasifikasi NJOP
permukaan bumi berupa tanah sekitarnya
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
HR>>PBB Oy - 48
PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 14
Besarnya NJOP atas Objek Pajak yang bersifat khusus atau objek lainnya dapat
ditentukan berdasarkan penilaian individual yang dilaksanakan oleh pejabat
fungsional penilai dan dibuatkan laporan penilaian kemudian ditetapkan oleh
Kakanwil DJP atas nama Menteri Keuangan
Objek Pajak Khusus adalah Objek Pajak yang memiliki jenis konstruksi khusus
baik ditinjau dari segi bentuk, material pembentuk maupun keberadaannya
memiliki arti khusus seperti :
a. jalan tol
b. pelabuhan laut/sungai/udara
c. lapangan golf
d. industri semen/pupuk
e. PLTA, PLTU dan PLTG
f. pertambangan
g. tempat rekreasi
h. dan lain-lain yang sejenis
HR>>PBB Oy - 49
UNDANG-UNDANG
NOMOR 21 TAHUN 1997
TENTANG
BEA PEROLEHAN HAK ATAS
TANAH DAN BANGUNAN
(UU BPHTB)
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH
DENGAN UU NO.20 TAHUN 2000
HR>>PBB Oy - 50
OBJEK BPHTB
Sesuai bunyi pasal 2 Undang-undang BPHTB, yang menjadi objek
BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan tersebut meliputi:
1. Pemindahan Hak karena :
a. Jual Beli; b. Tukar Menukar
c. Hibah ; d. Hibah Wasiat
e. Waris
f. Pemasukan dalam Perseroan/Badan Hukum lainnya
g. Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan
h. Penunjukan pembeli dalam Lelang
i. Pelaksanaan putusan Hakim yang mempunyai kekuatan Hukum
Tetap
j. Penggabungan Usaha k. Peleburan Usaha
l. Pemekaran Usaha ; m. Hadiah

HR>>PBB Oy - 51
2 . Pemberian Hak Baru karena :
a. Kelanjutan Pelepasan Hak
b. Diluar Pelepasan Hak
Sedangkan jenis-jenis hak atas tanah yang perolehan haknya
dikenakan BPHTB sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (3) UU
BPHTB meliputi :
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai
e. Hak Milik atas satuan Rumah Susun
f. Hak Pengelolaan

HR>>PBB Oy - 52
OBYEK PAJAK yang tidak dikenakan BPHTB (Berdasarkan ketentuan
pasal 3 ayat (1) ) terdapat beberapa yaitu :
1. Objek yang diperoleh Perwakilan Diplomatik, konsulat berdasar azas
perlakuan timbal balik
2. Objek yang diperoleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan
dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum
3. Objek yg diperoleh Badan/Perwakilan Organisasi Internasional yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat
tidak menjalankan usaha/kegiatan lain diluar fungsi dan tugasnya
4. Objek yang diperoleh Orang Pribadi/Badan karena KONVERSI HAK /
karena perbuatan Hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama
5. Objek yang diperoleh orang pribadi/Badan karena WAKAF
6. Objek yang diperoleh orang pribadi/Badan karena kepentingan IBADAH

HR>>PBB Oy - 53
B SUBJEK BPHTB
Yang menjadi subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas Tanah dan atau Bangunan.

C. WAJIB PAJAK BPHTB
Subjek pajak BPHTB sesuai dengan ketentuan tersebut diatas menjadi
wajib pajak BPHTB apabila dikenakan kewajiban membayar pajak.

TARIF, DASAR PENGENAAN
DAN CARA MENGHITUNG BPHTB

A. T A R I F
Sesuai pasal 5 UU BPHTB, tarif BPHTB merupakan tarif tunggal sebesar
5 %. Penentuan tarif tunggal ini dimaksudkan untuk
kesederhanaan dan kemudahan perhitungan.

HR>>PBB Oy - 54
B. DASAR PENGENAAN
Yang menjadi dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak
atau disingkat NPOP sesuai ketentuan pasal 6 UU BPHTB.
Berdasarkan jenis perolehan haknya, NPOP tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jual Beli = Harga Transaksi
2. Tukar Menukar = Nilai Pasar
3. Hibah = Nilai Pasar
4. Hibah Wasiat = Nilai Pasar
5. Waris = Nilai Pasar
6. Pemasukan dalam Perseroan / Badan Hukum lainnya = Nilai Pasar
7. Pemisahan Hak = Nilai Pasar
8. Peralihan Hak karena Putusan Hakim = Nilai Pasar
9. Pemberian Hak Baru = Nilai Pasar
10. Penggabungan Usaha = Nilai Pasar
11. Peleburan Usaha = Nilai Pasar
12. Pemekaran Usaha = Nilai Pasar
13. Hadiah = Nilai Pasar
14. Lelang = yang tercantum dalam Risalah Lelang



HR>>PBB Oy - 55
Apabila NPOP (Nilai Perolehan Obyek Pajak ) tidak diketahui maka yang
dipakai dasar NJOP PBB (psl 6 ayat 3 )

PASAL 7 UU No 20 TH 2000
(1)
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional
paling banyak Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah), kecuali dalam
hal perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang
pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah
wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
ditetapkan secara regional paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
(2)
Ketentuan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah."


HR>>PBB Oy - 56
C. CARA MENGHITUNG BPHTB
Untuk menghitung besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak
(NPOPKP)
adalah dengan cara mengurangkan NPOP dengan NPOPTKP. Dengan
demikian untuk menghitung besarnya BPHTB terutang adalah :
BPHTB terutang = Tarif x NPOPKP
Contoh :
1. Pada tanggal 1 Pebruari 2003, Bapak Sumarno membeli sebidang tanah
yang terletak di Kabupaten Tangerang dengan Nilai Perolehan Objek
Pajak (NPOP) sebesar Rp50.000.000,- Apabila NPOPTKP ditetapkan
untuk Kabupaten Tangerang sebesar Rp60.000.000,- maka BPHTB yang
menjadi kewajiban Bapak Sumarno tsb adalah :
5% x (50.000.000 - 60.000.000) = Nihil (tidak terutang BPHTB)

HR>>PBB Oy - 57
CONTOH 2.
Pada tanggal 1 Maret 2003 , Bapak Ali membeli sebuah rumah seluas
200 M2 yang berada diatas sebidang tanah hak milik seluas 500 M2
di Kota Bogor dengan harga perolehan sebesar Rp500.000.000,-
Berdasarkan data SPPT PBB atas objek tersebut ternyata NJOPnya
sebesar Rp.600.000.000,- (tanah dan bangunan).
Bila NPOPTKP ditentukan sebesar Rp50.000.000,- maka kewajiban
BPHTB yang harus dipenuhi oleh Bapak Ali tersebut adalah :
5% x (600.000.000 - 50.000.000) = Rp27.500.000,-

PENGENAAN BPHTB KARENA WARIS, HIBAH WASIAT
DAN PEMBERIAN HAK PENGELOLAAN
A. PENGENAAN BPHTB KARENA WARIS DAN HIBAH
WASIAT
Diatur dengan PP No: 111/2000, tanggal 1 Desember 2000 yang
mengatur hal-hal sebagai berikut :





HR>>PBB Oy - 58
1. BPHTB terutang karena waris dan hibah wasiat sebesar:
Hibah Wasiat adalah suatu penetapan wasiat yg khusus mengenai pemberian
hak &/ bangunan kpd OP / Bdn Hukum ttt yg berlaku setelah pemberi hibah
wasiat meninggal dunia.
50 % dari yang seharusnya terutang.
2. Saat terutang pajak adalah sejak tanggal yang bersangkutan
mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan
3. Dasar pengenaan (NPOP) adalah nilai pasar pada saat pendaftaran hak.
4. Apabila NPOP lebih kecil dari NJOP PBB maka yang menjadi dasar
pengenaan adalah NJOP PBB
5. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOTKP) terdiri dari 2
jenis :
a. Maksimum Rp300 juta terhadap waris dan juga terhadap hibah
wasiat yang diterima oleh orang pribadi yang masih dalam
hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke
atas dan satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat termasuk
suami/istri.
b. Maksimum Rp60 juta terhadap penerima hibah wasiat selain dari yang
diatas.


HR>>PBB Oy - 59
Contoh :
1. Seorang anak menerima warisan dari orang tuanya sebidang tanah dan bangunan
dengan nilai pasar pada waktu pendaftaran hak sebesar Rp250 juta. Terhadap
tanah dan bangunan tersebut telah dikenakan PBB dengan NJOP sebesar Rp325
juta. Apabila NPOPTKP karena waris untuk daerah tersebut ditentukan sebesar
Rp250 juta maka BPHTB yang terutang adalah sebesar :
50% x 5% x (Rp325 juta - Rp250 juta) = Rp1.875.000,-
2. Seorang cucu menerima hibah wasiat dari kakeknya sebidang tanah seluas 300
M2 dengan nilai pasar pada waktu pendaftaran hak sebesar Rp300 juta.
Terhadap tanah tersebut telah diterbitkan SPPT PBB pada tahun pendaftaran hak
dengan NJOP sebesar Rp250 juta. Apabila NPOPTKP pada daerah tersebut
ditentukan sebesar Rp50 juta maka BPHTB yang terutang adalah sebesar :
50% x 5% x (Rp300 juta - Rp50 juta ) = Rp6.250.000,-
3. Sebuah Yayasan Yatim Piatu Al-Jannah menerima hibah wasiat dari seorang
dermawan sebidang tanah seluas 1.000 M2 dengan nilai pasar pada waktu
pendaftaran hak sebesar Rp800 juta. Apabila NPOPTKP pada daerah tersebut
ditentukan sebesar Rp60 juta maka BPHTB terutang yang harus dibayar oleh
Yayasan tersebut adalah sebesar :
50% x 5% x ( Rp800 juta - Rp60 juta) = Rp18.500.000,-


HR>>PBB Oy - 60
B. PENGENAAN BPHTB KARENA PEMBERIAN HAK PENGELOLAAN
P P No: 112 Tahun 2000 Tgl 1 Desember 2000 yang mengatur hal-hal sbb :
1. Yang dimaksud dengan Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara atas
tanah yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
pemegang haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah,
menggunakan tanah untuk keperluan tugasnya, menyerahkan bagian-bagian
tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerjasama dengan pihak ketiga.
2. Besarnya BPHTB karena Hak Pengelolaan adalah :
a. 0% dari BPHTB yang seharusnya terutang bila penerima Hak Pengelolaan
adalah Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah
Propinsi/Kabupaten/Kota,. Lembaga Pemerintah Lain dan Perum
Perumnas
b. 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang untuk selain yang diatas.
c. Saat terutang Pajak yaitu sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya
keputusan pemberian Hak Pengelolaan
d. Dasar pengenaan ( NPOP) adalah Nilai Pasar
e. Apabila Nilai Pasar lebih kecil dari NJOP PBB maka yang dipakai adalah
NJOPPBB.


HR>>PBB Oy - 61
Contoh :
1. Perum Perumnas menerima Hak Pengelolaan dari Pemerintah sebidang tanah
seluas seluas 5 Ha dengan nilai pasar pada waktu penerbitan hak sebesar Rp3
milyar. Apabila NPOPTKP pada daerah tersebut ditetapkan sebesar Rp60 juta
maka besarnya BPHTB yang harus diabayar oleh Perum Perumnas tersebut
adalah :
0% x 5% x (Rp3 milyar Rp60 juta) = 0 ( nihil ).

2. Sebuah perusahaan negara milik daerah ( BUMD Perpakiran ) menerima hak
pengelolaan dari pemerintah sebidang tanah dan sebuah gedung untuk parkir
dengan nilai pasar pada waktu penerbitan hak sebesar Rp1 milyar. Terhadap
tanah dan bangunan tersebut telah diterbitkan SPPT PBB dengan NJOP sebesar
Rp1,25 milyar. Apabila NPOPTKP atas daerah tersebut ditetapkan sebesar Rp50
juta maka besarnya BPHTB yang harus dibayar oleh BUMD Perpakiran tersebut
adalah sebesar :
50% x 5% x (Rp1,25 milyar Rp50 juta) = Rp30 juta


HR>>PBB Oy - 62
SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG SERTA TATA CARA PEMBAYARAN
A. SAAT TERUTANG PAJAK (psl 9 ayat 1)
1. Jual Beli : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
2. Tukar Menukar : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
3. Hibah : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
4. Waris : Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor
Pertanahan
5. Pemasukan dalam Perseroan : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
6. Pemisahan Hak : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
7. Lelang : Sejak tanggal penunjukan pemenang Lelang
8. Putusan Hakim : Sejak tanggal putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap
9. Hibah Wasiat : Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan Haknya ke Kantor
Pertanahan
10. Pemberian Hak Baru : Sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya Surat
Keputusan Pemberian Hak
11. Penggabungan Usaha : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
12. Peleburan Usaha : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
13. Pemekaran Usaha : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
14. Hadiah : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta
Pajak terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak, dengan kata lain saat terutang
pajak BPHTB adalah merupakan saat untuk wajib membayar pajak.




HR>>PBB Oy - 63
B. TEMPAT PAJAK TERUTANG :
Tempat pajak terutang adalah di wilayah Kabupaten, Kota, atau Propinsi yang meliputi
letak tanah dan atau bangunan
C. TATA CARA PEMBAYARAN (S E No 09/PJ.6/2001 TG 6 April 2001)
1. Pembayaran tidak mendasarkan kepada adanya Surat Ketetapan Pajak.
2. Dibayar dengan menggunakan Surat Setoran Bea ( SSB ) ke Kas Negara
melalui
Bank/Kantor Pos atau Tempat Pembayaran lain yg ditunjuk
3. SSB juga berfungsi sebagai SPOP dan sekaligus digunakan untuk
melaporkan
data perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
Kewajiban Bayar pada saat :
1. Dibuat & ditandatanganinya Akta
2. Pendaftaran Hak untuk Waris & Hibah Wasiat
3. Ditunjuknya pemenang Lelang
4. Ditandatanganinya SK Pemberian Hak dalam hal pemberian Hak Baru
5. Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap


HR>>PBB Oy - 64
KEBERATAN, BANDING DAN PENGURANGAN
A. KEBERATAN
Keberatan diatur dalam pasal 16 dan 17 yang dapat dirinci sebagai berikut :
1. Diajukan oleh WP kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala KPPBB/KPP
Pratama atas : SKBKB, SKBKBT, SKBLB, SKBN ;
2. Secara tertulis dalam bahasa Indonesia alsan yang jelas dan dilampiri :
a.Copy SSB ;
b.Asli SKBKB/SKBKBT/SKBLB/SKBN
c.Copy Akta/Risalah Lelang / SK Pemberian Hak / Putusan Hakim
d.Copy identitas
3. Keberatan diajukan dalam waktu 3(tiga) bulan sejak diterimanya SK oleh WP
4. Yang tidak memenuhi syarat tidak dianggap sebagai surat keberatan dan tidak
dipertimbangkan
5. Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak
6. Keputusan dalam jangka waktu 12 bulan sejak diterima permohonan dari wajib
pajak, lewat waktu dianggap diterima
7. Keputusan dapat berupa :
a. mengabulkan seluruhnya / sebagian ; b. menolak, atau ;
c. menambah besar pajak terutang


HR>>PBB Oy - 65
B. B A N D I N G
Banding diatur dalam pasal 18 dan 19 Undang-undang BPHTB yang
dapat disarikan sebagai berikut :
Diajukan ke BPSP ( Pengadilan Pajak ) dalam jangka waktu 3 bulan sejak
terima SK Keputusan Keberatan
Pengajuan banding tidak menunda kewajiban pembayaran pajak
Bila Keberatan dan Banding dikabulkan, kelebihan pembayaran dapat
imbalan bunga 2%/bulan maksimum 24 bulan yang dihitung sejak
pelunasan pajak sampai dengan terbit Surat Ketetapan BPHTB Lebih
Bayar

Anda mungkin juga menyukai