Anda di halaman 1dari 25

Menghitung Derajat Kemiringan Lereng Peta Topografi

Written By agnas setiawan on Thursday, 4 April 2013 | 08:19

Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan kenampakan tinggi rendah permukaan bumi. Dalam peta topografi simbol yang sering dijumpai adalah garis kontur yang membedakan jarak antar ketinggian. Kali ini saya akan membahas tentang salah satu cara menghitung derajat kemiringan lereng pada peta topografi. Jika diketahui di soal terdapat peta topografi sebagai berikut

Jika jarak x dan y pada peta adalah 5 cm, Berapakah derajat kemiringan lerengnya? Untuk menjawab soal tersebut ada beberapa tahapan yaitu: 1. Karena belum ada skala peta maka kita cari dulu skalanya dengan rumus Ci (Contour Interval). Ci pada peta adalah 50 m Ci = 1/2.000 x penyebut skala 50 = 1/2.000 x penyebut skala penyebut skala = 2.000 x 50 penyebut skala = 100.000 jadi skala peta tersebut adalah 1 : 100.000 m, jadi kalo dalam cm menjadi 1 : 10.000.000 cm

2. Menentukan jarak di sebenarnya antara x dan y Jarak di peta adalah 5 cm berarti 5 x 10.000.000 cm = 50.000.000 cm = 500.000 m 3.Menentukan selisih tempat x dan y Di peta x = 900 m y = 800 m, jadi 900 -800 = 100 m 4. Menghitung derajat kemiringan lereng Kemiringan x-y = beda tinggi x-y/jarak di lapangan x 100 = 100/500.000 x 100 = 0,02 % Kira-kira begitu pembahasannya. Kalo ada yang salah tolong koreksi ok,,saya kurang jago matematika soalnya. Kalau ada rumus yang lainnya yang lebih cepat tolong share..Terima kasih

Perbedaan Episentrum dan Hiposentrum


Written By agnas setiawan on Monday, 28 January 2013 | 15:04

Gempa merupakan fenomena yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Ketika gempa terjadi seringkali disebutkan istilah episentrum dan hiposentrum. Dimana letak perbedaannya? Hiposentrum adalah titik pusat gempa di kedalaman bumi. Jadi hiposentrum berada di bawah permukaan bumi sedangkan episentrum adalah titik pusat gempa di permukaan bumi yang tegak lurus dengan hiposentrum. Jadi bedanya episentrum ada di atas permukaan bumi sedangkan hiposentrum di bawah permukaan bumi

Bentuk-Bentuk Gunung Api


Written By agnas setiawan on Tuesday, 22 January 2013 | 08:26

Gunung api merupakan bentukan alam yang terbentuk karena aktivitas magma yang keluar dari perut bumi. Di bumi ini terdapat beranekaragam bentuk gunung api. Berikut ini beberapa bentuk api yang ada di muka bumi 1. Stratovolcano Gunung api ini berbentuk seperti kerucut. Puncak gunung api ini semakin lama semakin tinggi karena endapan erupsi lava dan bahan piroklastik dari kawah gunung. Pembentukan stratovolcano ini terjadi di zona subduksi. Di Indonesia gunung api strato paling banyak dijumpai. Contoh gunung api ini adalah Gunung Merapi, Gunung Tangkubanperahu, Gunung Semeru.

Merapi

2. Cinder Volcano Gunung api ini memiliki karakteristik lubang kepundannya yang berbentuk seperti corong/kubah dengan kemiringan lereng yang curam. Gunung api ini memiliki letusan yang sangat besar berjenis stromboli. Contoh gunung api yang bertipe ini adalah Gunung Vesuvius di Italia.

Vesuvius

3. Shield Volcano Gunung api ini berbentuk seperti perisai atau tameng. Bentuk gunung api ini relatif datar dan landai karena jenis lava yang dierupsikan merupakan lava cair bersifat basalt. Shield volcano banyak terbentuk pada zona hot spot di tengah samudera. Contoh gunung api ini adalah Gunung Maona Loa di Hawai.

Maona Loa

4. Maar Volcano Gunung api ini terbentuk dari erupsi eksplosif dan dikendalikan oleh dapur magma yang dangkal. Ketinggian gunung api ini rendah dan pasca letusan biasanya akan terbentuk danau yang dasarnya relatif kedap air. Contoh Maar Volcano adalah Eichholz
Maar.

Eichholz Maar

Pincate Maar

5. Caldera Adalah gunung api yang terbentuk karena runtuhan puncak gunung api sebelumnya. Kaldera merupakan kawah gunung api yang sangat luas dan di dalam kompleks kawah tersebut sering muncul gunung api baru seperti Kaldera Bromo dan Yellowstone.

Bromo Caldera

Proses Terbentuknya Kaldera

PENGERTIAN KONTUR DAN KEMIRINGAN LERENG


Daftar Isi Daftar isi................................................................................................................ 1 1. Tujuan Praktikum............................................................................................. 2 2. Alat dan Bahan................................................................................................. 2 3. Prosedur Kerja.................................................................................................. 2 4. Kajian Teori...................................................................................................... 2 5. Hasil dan pembahasan 5.1 hasil............................................................................................................. 7 5.2 Pembahasan................................................................................................ 9 Kesimpulan dan saran........................................................................................... 12 Daftar pustaka....................................................................................................... 13

ACARA 4 INTERPOLASI TITIK KONTUR DAN MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG 1. Tujuan Setelah melakukan praktikum acara ini, diharapkan: a. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang interpolasi titik kontur dan kemiringan lereng b. Mahasiswa dapat mengetahui cara menginterpolasi titik kontur c. Mahasiswa mampu menghitung nilai miringnya lereng melalui titik kontur 2. Alat dan Bahan Peta RBI Kertas ganbar Alat tulis menulis 3. Prosedur kerja a) Menyiapkan peta RBI atau peta Tematik b) Dengan memanfaatkan garis kontur, menginterpoasi titik kontur c) Menghitung nilai interpolasi titik kontur dari langkah b) diatas d) Dengan memanfaatkan garis kontur, memilih salah satu area kontur untuk dihitung nilai kemiringan lerengnya e) Menghitung nilai kemiringan lereng dengan memanfaatkan komponen peta 4. Kajian teori Kontur Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Kontur ini dapat memberikan informasi relief, baik secara relatif, maupun secara absolute. Informasi relief secara relatif ini, diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur secara rapat untuk daerah terjal, sedangkan untuk daerah yang landai dapat di perlihatkan dengan menggambarkan garis-garis tersebut secara renggang. Informasi relief secara absolute, diperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang merupakan ketinggiangaris tersebut diatas suatu bidang acuan tertentu. Bidang acuan yang umum digunakan adalah bidang permukaan laut rata-rata. Interval kontur ini sama dengan beda tinggi antar kedua kontur. Interval sangat bergantung kepada skala peta, juga pada relief permukaan. Interpolasi Titik Kontur

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading.

Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut : a) Berbentuk kurva tertutup. b) Tidak bercabang. c) Tidak berpotongan. d) Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai. e) Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan. f) Tidak tergambar jika melewati bangunan. g) Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal. h) Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai i) Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta , jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai skala peta. j) Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur. k) Satu garis kontur mewakili satuketinggian tertentu. l) Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi. m) Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung. n) Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang Kemiringan Lereng Lereng adalah kenampakan permukan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tesebut di bandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan. Bentuk lereng bergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Leeng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu bahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia dan biologi, sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman. Salah satunya dengan menbuat Peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus Went Worth yaitu pada peta topografi yang menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkar dibuat garis horizontal. Dengan mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut, dapat ditentukan :

kemiringan atau sudut lereng dengan menggunakan rumus S (%)=[((n-1)Ci)/(D Ps)] Mencari Kontur Interval dengan menggunakan rumus Ci=1/2000Ps Mencari Panjang Diagonal dengan menggunakan rumus D = (a^2+b^2 ) Dalam mengukur kemiringan lereng dapat dilakukan dengan cara: Metode Blong (1972), Metode wentworth, Metode Lingkaran, Menggunakan Kompas Geologi Kelas Kemiringan Lereng antara lain: a. Kelas I =<8% b. Kelas II = 8 15 % c. Kelas III = > 15 25 % d. Kelas IV = > 25 45 % e. Kelas V = > 45 %

5. Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil

Interpolasi kontur Daerah Kecamatan Limboto Skala 1 : 50.000

1. Menentukan jarak di medan Tempat A-B Rumus : Jarak A-B x Penyebbut Skala (PS)

Dik: Dit:

Jarak A-B = 0.4 Cm Penyebbut Skala = 50.000 jarak medan tempat A-B =..? = 0.4 x 50.000 = 20.000 Cm = 200 M

Peny: Jarak A-B x PS

2. Menentukan tinggi tempat A-B Dik: Dit: Tinggi A = 155 Cm Tinggi B = 205 Cm Beda tinggi A-B =..? = 155 sampai 205 = 50 Cm Maka tinggi bedanya = 50 Cm 3. Menghitung beda tinggi Dalam persen (%) Rumus: Beda tingi : Jarak di medan Dik: Dit: Beda tinggi A-B = 50 Cm Jarak A-B di medan = 200 M Beda tinggi A-B dalam persen =.? = 50 : 200 x 100 % = 0.25 x 100 % = 25 % Dalam Derajat () Dik: Dit: Beda tinggi A-B = 50 Cm Jarak A-B di medan = 200M Beda tinggi A-B dalam Derajat = 50 : 2000 x 1 = 0.25 x 1 = 0.25 Peny: Beda tinggi x Jarak di medan Peny: Beda tinggi x Jarak di medan Peny: Tinggi dari tempat A ke B

5.2 Pembahasan Interpolasi titik kontur Menyiapkan peta RBI atau peta Tematik Langkah awal yang kami lakukan sebagai praktikan yaitu terlebih dahulu menyiapkan peta RBI atau peta tematik yang akan di amati, pada langkah ini kami mengamati peta daerah Kecamatan Limboto, kabupaten Gorontalo untuk melakukan interpolasi titik kontur. Menginterpolasi titik kontur dan menentukan interval kontur Dengan memanfaatkan garis kontur, pada tahap ini kami melakukan interpolasi titik kontur. Pada interpolasi titik kontur ini kami interpolasi titik konturnya adalah ketinggian 230 cm. sehingga kontur yang kami dapatkan memiliki interval masing-masing 25 cm dengan skala 1: 50.000 dari ketinggian 230 cm sampai ketinggian 130 cm yang mana kontur ini memiliki lima garis kontur. Untuk menghitung interval kontur (Ci) dapat menggunakan rumus Ci = 1 / 2000 x Penyebut skala (Ps). Sehingga dapat di ketahui interval kontur ini dengan memasukan rumus tersebut terhadap data yang di peroleh dari peta RBI tersebut yaitu daerah Kecamatan Limboto yang berskala 1: 50.000 adalah 25 cm. Menghitung nilai interpolasi titik kontur Interpolasi adalah mencari nilai titik yang belum diketahui nilainya, dalam melakukan praktikum tersebut kita butuh data yang akan di hitung, misalnya data pada lyaout di atas. Untuk mendapatkan data tersebut tahap Pertama kami harus mencari garis kontur yang ada di peta sebanyak 2 dan harus berdekatan, setelah itu kami lihat ketiggianya yang menjadi titik A dan titik B, dan titik yang belum di ketahui nilainya kami simbolkan dengan C agar lebih memudahkan dalam melakukan perhitungan. Setelah di dapat garis kontur dan titik ketinggiannya maka kami tentukan interpolasinya. Cara menentukan interpolasi yaitu menghitung jarak antara garis kontur B dengan garis kontur C dengan menggunakan penggaris atau mistar. setelah di dapat hasilnya kemudian di catat. Sehingga hasil yang kami dapatkan yaitu : jarak di medan tempat A-B yaitu 0.4 dan penyebut skalanya adalah 50.000 dari sksla 1 : 50.000. dengan menggunakan rumus jarak A-B x Penyebut skala dapat di dapatkan yaitu : 0.4 x 50.000 = 20.000 cm, kemudian di rubah kedalam meter menjadi 200 M. jadi jarak di medan tempat A-B adalah 200 M di lapangan. Kemiringan lereng Menghitung tinggi tempat A-B

Pada tahap ini kami menghitung tingi tempat dari A ke B, ini di lakukan untuk mengetahui jarak atau tinngi tempat dari A ke B berapa. Untuk menentukan tinggi tempat AB terseebut caranya mudah, yaitu hanya mengetahui tinggi antara ke dua tempat tersebut maka akan di ketahui perbedaan tingginya. Tinggi tempat A yaitu 155 cm dan tinggi tempat B yaitu 205. Jadi perbedaan tinngi dari tempat A B adalah 50 cm. Hasil ini di dapatkan dengan cara mengurangi tinnggi tempat A dengan tinggi tempat B yaitu 205 - 155 = 50 cm. sehingga dapat di ketahui bahwa beda tinggi antara tempat A-B adalah 50 cm. Menghitung beda tinggi Untuk menghitung beda tinggi ada dua prosedur yang kami lakukan yaitu dengan mencari beda tinggi Dalam Persen (%) dan menghitung beda tinggi Dalam Derajat (). Untuk menghitung beda tinggi dalam persen kami menggunakan rumus Beda tinggi : jarak di medan. Sehingga hasilnya dapat di dapat dengan memasukan data terhadap rumus tersebut yaitu beda tinggi adalah 50 dan jarak di medan adalah 200. Beda tinggi di dapatkan dari hasil mencari tinggi tempat antara A dan B, sedangkan jarak di medan di dapatkan dari hasil menentukan jarak di medan tempat A-B. karena ini menghitung beda tinggi dalam persen, maka dari hasil tersebut di kali dengan seratus persen. Sehingga hasilnya adalah 25 %.

Langkah menghitung beda tinggi dalam derajat sama dengan menghitung beda tinggi dalam persen, yaitu beda tinggi di bagi dengan jarak di medan kemudian dari hasil bagi tersebut di kali dengan 1. Sehingga hasilnya dapat di tuliskan adalah 0.25.

6. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Dari pembahasan dan hasil pengamatan di atas dapat di simpulkan bahawa, semakin besar nilai suatu titik kontur antara satu sama lain, maka akan semakin besar pula interval atau interpolasi kontur suatu tempat tersebut. Dengan mengetahui nilai suatu tempat dari tempat A B maka akan di ketahui pula beda tinggi antara kedua tempat tersebut. 6.2 Saran Dalam menentukan titik interpolasi kontur dan kemiringan lereng, seharusnya di ketahui terlebih dahulu nilai interpolasi dari kontur tersebut, sehingga kemiringan dari suatu lereng tersebut dapat di tentukan, dan beda tinggi antara tempat yang di hitung dapat dengan mudah di ketahui.

Daftar pustaka Kasmat, 2011. http://1d.shvoong.com/society-and-news/environment/2173206-kemiringan-lereng/ Di akses tanggal 24 Desember 2011. Sune, Nawir. 2011. Modul Praktikum Kartografi. Gorontalo. UNG

JENIIS JENIS LINGKUNGAN HIDUP


Lingkungan hidup adalah segala macam materi yang ada di sekeliling kita dan dapat memengaruhi kehidupan mahluk hidup itu sendiri. Dalam beberapa referensi, lingkungan hidup dapat dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu; 1. Lingkungan hidup alami Lingkungan hidup alami adalah lingkungan hidup yang masih alami dan belum sama sekali tersentuh oleh aktivitas manusia yang dominan. Lingkungan jenis ini bersifat sangat dinamis dan suksesi lingkungan terjadi sangat alamiah. Kemampuan hewan dan tumbuhan untuk bertahan hidup menjadi salah satu faktor keberlangsungan hidup organisme yang bersangkutan. Contoh dari lingkungan alami adalah hutan tropis Amazon, Lembah Okavango Afrika dan lainnya.

Hutan Amazon

2. Lingkungan hidup buatan/binaan Lingkungan hidup binaan adalah lingkungan hidup alami yang sudah ada aktivitas manusia di sekitarnya. Aktivitas manusia ini cenderung menurunkan kondisi ekologi lingkungan alami. Contoh dari lingkungan hidup alami adalah pantai yang dibuat objek wisata.

Pantai Parangtritis

3. Lingkungan hidup sosial Lingkungan hidup sosial adalah lingkungan yang berisi individu-individu manusia yang memiliki aturan-aturan tertentu dan berinteraksi membentuk suatu organisasi masyarakat. Wujud dari lingkungan sosial adalah adanya perkampungan atau perkotaan.

Kampung Naga

Sumber BSE disini disini disini

dan Geografi

Gambar: XI

Dasar pemikiran tentang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan pada dasarnya lahir dari konsep ekologi. Awalnya ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari organisme di habitatnya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, definisi ekologi berkembang menjadi ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya dalam lingkungannya. Di Indonesia pengaturan tentang pengelolaan sumber daya alam diatur dalam UUD 45 Pasal 33 ayat 3yang berbunyi "Bumi, air dan kekayaan di dalam bumi dikuasai sepenuhnya oleh negara dan dikelola untuk hajat hidup orang banyak". Pembangunan berkelanjutan (suistanable development) dapat diartikan sebagai upaya pengeksploitasian dan pengekplorasian sumberdaya dengan tanpa mengurangi kebermanfaatannya di masa yang akan datang. Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas yang tinggi di dunia setelah Brazil. Kekayaan tersebut harusnya dapat dimaksimalkan pengelolaannya agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Salah satu sumberdaya terbesar yang dimiliki Indonesia adalah sumberdaya perairan. Sumber daya

perairan ini dapat berupa perairan darat dan laut. Beberapa ekosistem perairan yang berpotensi untuk dijadikan sumber pendapatan di Indonesia diantaranya

Ekosistem terumbu karang Ekosistem mangrove Ekosistem muara pantai Ekosistem padang lamun Ekosistem rawa Ekosistem sungai Ekosistem danau

Itulah beberapa ekosistem perairan harus dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Setiap ekosistem memiliki karakteristik masing-masing dan jenis organisme yang berbeda. Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia memiliki misi dalam program pengelolaan lingkungan hidup yaitu; 1. mewujudkan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan. 2. membangun koordinasi dan kemitraan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara efisien, adil dan berkelanjutan. 3. mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Ekosistem Sungai

Eksosistem Rawa

Ekosistem Terumbukarang

Ekosistem Danau

Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem Mangrove

Itulah beberapa ekosistem perairan yang potensial bagi pembangunan di Indonesia. Semoga bermanfaat.
Bumi merupakan planet yang dinamis. Sejak pertama kali terbentuk dari Big Bang bumi terus melakukan perkembangan khususnya di permukaan bumi hingga saat ini. Bumi telah melewati beberapa tahapan sebelum dapat dihuni oleh manusia modern. Menurut teori terbaru, lapisan kulit bumi merupakan lapisan tipis yang mengapung di atas lapisan magma cair kental dalam perut bumi. Hingga saat ini ada beberapa teori mengenai pergerakan benua. Beberapa teori mengenai pergerakan muka bumi diantaranya: 1. Continental drift (Apungan Benua) Teori ini dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener pada 1912. Ia berpendapat bahwa dahulu kala benua yang ada saat ini awalnya merupakan sebuah superkontinent yang bernama Pangaea. Benua raksasa tersebut kemudian pecah menjadi benua yang ada saat ini. Namun bukti tentang hipotesa Wegener tersebut masih belum ditemukan.

Superbenua Pangea

2. Teori kontraksi Teori ini dikemukakan oleh Descartes. Ia berpendapat bahawa dahulu kala bumi merupakan sebuah bola panas yang lambat laun permukaannya menyusut dan mengkerut dikarenakan proses pendinginan. Hasil dari pengkerutan dan penyusutan tersebut berupa morfologi gunung, lembah dan lainnya. 3. Teori Laurasia dan Gondwana

Teori ini dikemukakan oleh Edward Suess, yang berpendapat bahwa dahulu kala di bumi hanya ada 2 benua besar yaitu Laurasia di Utara dan Gondwana di Selatan. Benua tersebut kemudian pecah dan sisanya adalah benua yang ada saat ini.

Laurasia dan Gondwana

4. Plate tectonic (Tektonik lempeng) Teori ini diperkenalkan Tozo Wilson. Teori ini merupakan pengembangan dari teori continental drift yang beranggapan bahwa kerak bumi ini terdiri dari lempenganlempengan tipis yang bergerak diatas lapisan magma cair. Lempengan tersebut bergerak dikarenakan terdapatnya arus konveksi di perut bumi akibat magma panas tersebut. Pergerakan lempeng tersebut relatif lambat hanya beberapa milimeter atau centimeter per tahun.

Peta Lempeng Tektonik Bumi

Beberapa bukti bahwa dahulu benua yang ada saat ini pernah bersatu diantaranya:

Kesamaan garis pantai timur Amerika Selatan dan Afrika Barat Kesamaan fosil hewan dan tumbuhan yang ditemukan di beberapa tempat. Adanya pemekaran lantai samudera Atlantik (sea floor spreading).

Batas 2 Lempeng Tektonik

Perkembangan Benua

Itulah beberapa teori pergerakan benua yang ada hingga saat ini. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai