Anda di halaman 1dari 43

FITOKIMIA

Morindae citrifolia fructus & Chinae cortex


Oleh : Farmasi A 2012 Devi Rahmawati (260110120033) M. Indra Permana (260110120035) Nisa Masyitah (260110120036) Bella Maulidya (260110120039) Byantari Prameswari (260110120040) Rabella Mufti Soraya (260110120041) Bethary Kesumawardhany (260110120042) Moch. Ferdiansyah (260110120058)

MONOGRAFI
Tumbuhan Beserta Zat Isolatnya

Klasifikasi Morinda citrifolia L.


Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Anak kelas Bangsa Suku Marga / genus Jenis / spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledone : Sympatalae : Rubiales : Rubiaceae : Morinda : Morinda citrifolia L.

Morfologi
Berbentuk pohon, tinggi 4-8 m. Batang berkayu, bulat, kulit kasar, percabangan monopoidal. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, panjang 10-40 cm. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai, benang sari 5. Buah bongkol, permukaan tidak teratur, berdaging, panjang 5-10 cm, hijau kekuningan (Syamsul Hidayat dan Hutapea,1991).

Kegunaan
Buahnya merupakan obat tekanan darah tinggi, beriberi, melancarkan kencing, radang ginjal, radang empedu, radang usus, disentri, sembelit, nyeri limpa, limpa bengkak, sakit lever, kencing manis, cacingan, cacar air, kegemukan (obesitas), sakit pinggang (lumbago), sakit perut, pelembut kulit, menghilangkan ketombe, antiseptik, peluruh haid. Air perasan buah masak yang diparut digunakan untuk kumur-kumur (gargle) pada difteri atau radang amandel. Godogan buah, kulit batang atau akar digunakan untuk mencuci luka dan ekzema (Wijayakusuma dkk., 1996). Buah mengkudu dapat menghambat pertumbuhan tumor dengan merangsang sistem imun yang melibatkan makrofag dan atau limfosit (Hirazumi et al., 1994)

Kandungan Kimia
Scopoletin Rutin Polisakarida Asam askorbat -karoten 1-arginin Proxironin Proxeroninase Iridoid Asperolusid Iridoid antrakinon Asam lemak Kalsium Vitamin B Asam amino Glikosida

(Sjabana dan Bahalwan, 2002; Wijayakusuma dan Dalimartha, 1995)

Scopoletin
MW: 192.17 Formula: C10H8O4 Synonyms: 7-Hydroxy-6-methoxycoumarin, gelseminic acid, chrysatropic acid, Pure scopoletin is a yellow to beige crystalline powder. Scopoletin belongs to the group of coumarins (this group also includes umbelliferone and esculetin). Cheng et al. (2007) reported that the presence of methoxy and hydroxyl groups could contribute to antioxidant properties.
Sumber: http://www.phytochemicals.info/phytochemicals/scopoletin.php http://rac1.mardi.gov.my/jtafs/38-1/Main%20Nonpolar%20Chemical%20Constituent.pdf

Scopoletin
1993: Peneliti Universitas Hawaii memisahkan scopoletin dari Mengkudu. Pengikat serotonin, memberikan efek antidepresan. Memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran darah. Membunuh beberapa tipe bakteri, seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus sp., Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa. Fungisida (pembunuh jamur) terhadap Pythium sp Anti-peradangan dan anti-alergi. Sumber: http://www.deherba.com/kandunganmengkudu.html

Chinae Cortex (Chincona succirubra)


Isolat : Kuinin, dari Kristal alkaloid

Struktur kimia KUININ

Quinine
Quinine, Isolated originally from Cinchona succirubra, is a white crystalline alkaloid soluble in alcohol, ether, carbon disulfide, chloroform, and glycerol. It is almost insoluble in water. It is used chiefly (usually in the form of soluble hydrochloride or sulfate salts) in the treatment of falciparum malaria resistant to other antimalarials. Other anti-malaria drugs such as quinacrine, chloroquine, and primaquine are more effective, but murative malarial parasite developed resistance to them. Quinine is preferred where the disease has become highly resistant to other anti-malaria drugs. In addition to its anti-malarial activity, quinine shows anti-bacteria, antipyretic, mild oxytocic, local anesthetic, cardiosvascular stimulant, and analgesic properties, and it decreases the excitability of the motor endplate. Quinine is used to prevent cardiac arrythmias and is used in tonic beverages which are mixed with alcohols for bitter taste. Quinine is one of the most useful alkaloids for pharmaceutical purposes. Quinine hydrochloride (or dihydrochloride): hydrochloride salt of quinine; administered intravenously; having the same actions and uses with the base Quinine sulfate: sulfate salt of quinine; having the same actions and uses with the base; administered orally.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT di bawah Sinar UV

KHASIAT

Mengkudu
Meningkatkan daya tahan tubuh Menormalkan tekanan darah Melawan tumor dan kanker Menghilangkan rasa sakit zat analgesic Anti peradangan dan anti alergi (Scopoletin) Anti bakteri Mengatur Siklus Suasana Hati/Mood (Scopoletin) Mengatur Siklus Energi Tubuh

Kina
Mengobati penyakit Malaria (kinine), jantung (kinidine), hingga Influenza Disentri Diare Sebagai Tonik dan Anti kejang otot Sebagai bahan pembuatan Tamiflu ( obat flu burung ) Sebagai katalis yang efektif dan untuk industri minuman ringan. Biopestisida Kosmetika

SCREENING
Metode Penapisan Fitokimia

Morindae citrifolia fructus


Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Serbuk Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Hasil Iradiasi yang Disimpan Selama 18 Bulan Terhadap Salmonella typhi dan Pityrosporum ovale Authors: Wardani, Tri Shinta Issue Date: 5-Okt-2012 Publisher: Jakarta : Fak.Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah, 2009 Series/Report no.: ; Abstract: Buah mengkudu atau pace (Morinda citrifolia L.) dikenal memiliki senyawa antimikroba. Buah mengkudu sering disimpan dalam bentuk serbuk kering. Namun, penyimpanan dalam bentuk serbuk memiliki kendala selama penyimpanan, yaitu mudah mengalami proses enzimatis. Iradiasi gamma dapat menjadi salah satu cara pengawetan untuk mempertahankan mutu serbuk selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak etanol serbuk buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) hasil iradiasi gamma dan penyimpanan

Penelitian dilakukan pengujian secara kualitatif dengan penapisan golongan senyawa kimia dan identifikasi gugus fungsi dengan spektrofotometer FTIR terhadap serbuk dan ekstrak serbuk hasil iradiasi dan tanpa iradiasi, dan pengujian daya antimikroba terhadap ekstrak serbuk hasil iradiasi dan tanpa iradiasi dengan metode difusi silinder. Hasil penapisan golongan senyawa kimia dalam serbuk dan ekstrak serbuk dengan iradiasi dan tanpa iradiasi mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin dan saponin.
terhadap Salmonella typhi dan Pityrosporum ovale. Hasil identifikasi gugus fungsi dengan spektrofotometer FTIR didapatkan ada perbedaan gugus fungsi antara serbuk dan ekstrak etnaol serbuk buah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Proses iradiasi gamma dosis 10 dan 25kGy tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas senyawa antimikroba (P-value > 0,05). Penyimpanan selama 18 bulan tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas senyawa antimikroba (P-value > 0,05). Sehingga tehnik iradiasi gamma dapat digunakan metode pengawetan serbuk buah mengkudu. Description: URI: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/21760 Munculkan pada Koleksi:Skripsi

Title: Efek Iradiasi Sinar Gamma Dan Penyimpanan Serbuk Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Pada Aktivitas Antimikroba Dalam Ekstrak Etil Asetat Terhadap Salmonella typhi Dan Pityrosporum ovale
Edition Call Number KF 869 Author(s) Susanti,Nur - Personal Name Sofina Sofyan - Personal Name Nikham Nadikarsa - Personal Name Subject(s) Kimia Farmasi Language Indonesia Publisher FFUP Publishing Year 2008 Publishing Place Jakarta Abstract/Notes ABSTRAK (A). NUR SUSANTI (2003210061) (B). Efek Iradiasi Sinar Gamma Dan Penyimpanan Serbuk Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Pada Aktivitas Antimikroba Dalam Ekstrak Etil Asetat Terhadap Salmonella typhi Dan Pityrosporum ovale (C). x + 51 halaman; 2008; 16 tabel; 9 gambar; 8 lampiran. (D). Kata Kunci: Mengkudu (Morinda citrifolia L.), iradiasi, antimikroba, Salmonella typhi, Pityrosporum ovale (E). Obat tradisional telah dikembangkan dalam usaha memelihara kesehatan dan mengobati gangguan penyakit. Bahan obat tradisional yang dapat digunakan adalah serbuk buah mengkudu. Penggunaan serbuk mempunyai kendala selama penyimpanan yaitu mudah mengalami proses enzimatik. Iradiasi sinar gamma dapat digunakan untuk mempertahankan mutu serbuk selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek iradiasi sinar gamma dan penyimpanan serbuk pada aktivitas antimikroba pada ekstrak etil asetat terhadap Salmonella typhi dan

Penelitian ini akan dilakukan pengujian secara kualitatit dengan penapisan golongan senyawa kimia dan identifikasi gugus fungsi terhadap serbuk dan ekstrak dari serbuk tanpa dan dengan iradiasi, sedangkan untuk pengujian daya antimikroba hanya dilakukan terhadap ekstrak tersebut. Perubahan jenis senyawa kimia dilihat berdasarkan penapisan senyawa kimia terhadap alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin; serta perubahan gugus fungsi berdasarkan data spektrum spektroskopi inframerah. Sedangkan uji potensi antimikroba menggunakan metode difusi dengan silinder, konsentrasi hambat minimum (KHM) diperoleh berdasarkan metode dilusi terhadap Salmonella typhi dan Pityrosporum ovale. Hasil pengujian penapisan senyawa kimia sebagai antimikroba, dalam serbuk iradiasi maupun tanpa iradiasi mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin, dalam ekstrak etil asetat tidak terkandung senyawa alkaloid. Dari data spektrum inframerah serbuk tidak mengalami
Pityrosporum ovale. perubahan gugus fungsi, tetapi dalam ekstrak dari serbuk terlihat perubahan gugus fungsi karena perlakuan iradiasi terhadap serbuk. Berdasarkan diameter zona hambat terjadi peningkatan aktivitas antimikroba terhadap Salmonella typhi dan penurunan aktivitas untuk Pityrosporum ovale karena perlakuan iradiasi maupun penyimpanan serbuk. Konsentrasi hambat minimum (KHM) pada Salmonella typhi sebesar 4%, dan Pityrosporum ovale sebesar 0,8%. (F). Daftar Rujukan: 26 buah (1980-2007) (G). Dra. Sofina Sofyan, MM., M.Si., Apt. ; Drs. Nikham Nadikarsa. Sumber: http://perpusffup.univpancasila.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2028

Alkaloid
Serbuk simplisia dibasakan dengan amonia, digerus dengan menggunakan mortar. Kemudian ditambahkan kloroform, dan digerus kuat.

Monoterpenoid & Sesquiterpenoid


Jumlah simplisia maupun eter yang tidak perlu ditentukan. Kemudian dipipet sambil disaring menggunakan pipet yang disumbat dengan kapas (Filtrat B).

Setelah itu, lapisan kloroform dipipet sambil disaring menggunakan pipet yang disumbat dengan kapas, dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Setelah itu ditambahkan HCl 2N (1:10 v/v), lalu dikocok kuat hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi 3 bagian.

Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Ke dalam residu diteteskan larutan vanilin 10% dalam H2SO4 pekat melalui pinggir cawan.

Bagian pertama yaitu filtrat 1, ditambahkan pereaksi Mayer. Keberadaan alkaloid ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan..Bagian kedua yaitu filtrat 2, ditambahkan pereaksi Dragendorff.

Terbentuknya warna-warna menunjukkan adanya mono dan sesquiterpenoid.


Alkaloid ditunjukkan dengan adanya endapan jingga coklat. Kemudian bagian ketiga yaitu filtrat 3, digunakan sebagai blanko.

Flavonoid

Tanin
Kedalam filtrat A ditambahkan larutan gelatin 1%, amati reaksi yang terjadi.

ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning hingga merah yang dapat ditarik dengan amil alkohol.

Satu gram serbuk simplisia ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, lalu disaring.
Filtrat yang dihasilkan ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 5 ml HCl 2N, kemudian ditambahkan amilalkohol, lalu dikocok kuat-kuat dan dibiarkan hingga memisah.

Jika terdapat endapan putih, maka terdapat tanin.


Jika tidak terdapat endapan putih, maka tidak terdapat tanin.

Jika warna memudar dan menjadi bening, maka tidak terdapat flavonoid. Jika mengahasilkan warna, maka terdapat flavonoid.

Steroid dan Triterpenoid


Steroid dan Triterpenoid
Filtrat yang ditempatkan dalam cawan penguap. Kemudian dibiarkan menguap hingga kering.

Saponin
Saponin diuji dengan cara sejumlah filtrat, dikocok vertikal dalam tabung reaksi selama 10 detik.

Ke dalam residu diteteskan 2 hingga 3 tetes pereaksi Liebermann Burchard.

Terbentuknya warna ungu menunjukkan adanya golongan triterpenoid, sedangkan terbentuknya warna biru hijau menunjukkan adanya steroid.

Terbentuknya busa yang persisten pada penambahan asam klorida atau pada pendiaman selama lebih kurang 10 menit menunjukkan adanya golongan saponin.

Jika residu tetap berwarna kuning/tidak ada warna lain maka menunjukkan tidak adanya steroid maupun triterpenoid.

Jika tidak menimbulkan busa,maka hasill: negatif, tidak adanya golongan saponin.

Senyawa Polifenolat
Satu gram serbuk simplisia dalam tabung reaksi dididihkan dalam 100 ml air selama 15 menit, kemudian didinginkan dan disaring.

Kuinon

Kedalam filtrat ditambahkan larutan KOH 5%.

Ke dalam filtrat ditambahkan larutan pereaksi FeCl3 1%.

Jika terdapat perubahan warna menjadi biru-hitam pada filtrat , maka menunjukkan adanya senyawa polifenolat.

Terbentuknya warna kuning hingga merah menunjukkan adanya golongan kuinon.

Jika tidak, maka hasil: negatif, tidak adanya senyawa polifenolat.

Jika tidak, maka hasil: negatif, tidak adanya kuinon.

Chinae cortex
Skrining chinae cortex bertujuan untuk identifikasi awal senyawa kimia yang terkandung dalamnya. Chinae cortex diduga mengandung golongan alkaloid. Pada identifikasi umum dilakukan 2 macam percobaan, yaitu reaksi pengendapan dan reaksi warna.

Alkaloid bersifat basa, sehingga dengan penambahan asam seperti HCl akan terbentuk garam. Sedangkan fungsi penambahan air adalah untuk melarutkan garam alkaloid yang terbentuk (Depkes RI, 1979). Setelah itu dilakukan pemanasan selama 2 menit di atas penangas air, kemudian didinginkan lalu disaring. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk memecah ikatan antara alkaloid dengan asam klorida sehingga diperoleh alkaloid yang bukan dalam bentuk garamnya. kemudian didinginkan dan disaring lalu diambil filtratnya.

Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor-Fiztgerald :


Kira-kira 4 gram sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit sampai membentuk pasta. Tambahkan 10 ml larutan amoniak-kloroform 0.05 N dan digerus lagi, saring campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering. Tambahkan 10 ml H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan. Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukan kedalam tabung reaksi kecil ( Lapisan kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid ). Filtrat diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer. Endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukan sampel mengandung alkaloid.

Selanjutnya untuk mengetahui jenis alkaloid yang terkandung dalam Chinae cortex, digunakan 200 mg serbuk Chinae Cortex dimaserasi dengan 20 mL air dan 2 tetes Asam Sulfat encer selama 1 jam, diperoleh maserat berwarna coklat muda, disaring. Maserasi bertujuan menarik alkaloid untuk bereaksi dengan asam membentuk garam yang larut dalam air, sedangkan penambahan Asam Sulfat encer bertujuan untuk menarik alkaloid karena alkaloid bersifat basa lemah dan bila direaksikan dengan asam maka akan terbentuk garam yang larut dalam air sehingga garam alkaloid dapat terpisah menuju fase cair dan dapat diisolasi. Setelah filtrat ditambahkan Asam Sulfat encer, didihkan dan ditambahkan arang jerap untuk mengabsorpsi pengotor, kemudian diamati pada lampu UV, terjadi flourosensi biru. Flourosensi ini terjadi karena larutan menyerap cahaya pada panjang gelombang 366 nm. Dari hasil percobaan menunjukkan hasil positif untuk kinina karena alkaloid kinina mampu menyerap gelombang cahaya unutk membentuk flourosensi berwana biru. Hal ini menandakan bahwa simplisia Chinae Cortex memiliki kandungan alkaloid kinina.

EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang saling bercampur. (Harborne, 1996) Maserasi adalah perendaman bahan alam yang dikeringkan (simplisia) dalam suatu pelarut. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak, serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena pemanasan (Pratiwi, 2009)

Morinda citrifolia fructus Alat dan Bahan


1. Alat a) Blender b) Toples Maserasi c) Rotary evaporator 1. Bahan a) Buah mengkudu b) Etanol 96 %

Penyiapan Simplisia
1. Mencuci bersih buah mengkudu, meniriskan, memotong tipis-tipis, dan menjemur hingga benar-benar kering 2. Memisahkan antara buah dan biji, yang digunakan adalah buahnya 3. Menghancurkan daging buah kering dengan blender 4. Melakukan maserasi terhadap simplisia yang dihasilkan

Maserasi
1. Merendam simplisia dalam etanol 96 %, selama 24 jam 2. Melakukan maserasi berulang terhadap residu sampai 3 kali 3. Menampung filtrat yang dihasilkan dan menguapkan pelarutnya menggunakan Rotary evaporator pada suhu 45-500 C sampai pelarut habis menguap 4. Ekstrak kental buah mengkudu

Alasan Penggunaan Etanol


Mempunyai polaritas yang tinggi sehingga dapat mengekstrak bahan lebih banyak dibandingkan jenis pelarut organik yang lain Titik didih rendah Tidak beracun dan berbahaya

FRAKSINASI
Morindae citrifolia fructus

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa senyawa berdasarkan tingkat kepolaran.

Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah (ekstraksi cair-cair) dan kromatografi kolom.

Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponenkomponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak saling bercampur.

Chloroform, bersifat nonpolar

Ekstrak difraksinasi menggunakan pelarut chloroform, etilasetat dan nbutanol secara berturut-turut.

Etil Asetat, bersifat semipolar

N-Butanol, bersifat polar

Fraksinasi yang berulang ulang bertujuan agar senyawa metabolit sekunder benar benar terpisah.

Ketika fraksinasi selesai, maka akan diperoleh tiga fraksi, yaitu : Fraksi chloroform, fraksi etil asetat dan fraksi n-butanol. Selanjutnya dilakukan isolasi.

Metode ISOLASI
Fraksi kloroform ditimbang sebanyak 5 gram ditambahkan sedikit kloroform hingga terlarut Ditambahkan silika sama banyak dengan berat fraksi kloroform (1 : 1) untuk dibuat menjadi serbuk preadsorbsi Pelarutnya diuapkan secara in vacuo sehingga diperoleh campuran silika gel dan sampel berupa bubuk kering. Kolom dibuat dengan memasukkan 100 gram silika (1 : 20) yang telah ditambahkan pelarut n-heksana ke dalam kolom kaca sambil diketok-ketok hingga padat dan homogen. Setelah silika padat, bubur preadsorbsi diletakkan secara hati-hati dan merata di atas bubur silika yang telah padat

Kolom kemudian dielusi dg sistem Step Gradien Polarity dimulai dri pelarut n-heksan, n heksan: etil asetat. Etil asetat kepolarannya perlu ditingkatkan secara bertahap melalui beberapa perbandingan sehingga diperoleh pemisahan yg baik. Pengelusi dibuat sebanyak 100 ml dengan komposisi heksan etil asetat adalah 10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9 dan 0:10. Eluat ditampung dengan vial 10 mL. Tiap eluat dimonitor dengan KLT menggunakan eluen heksan : etil asetat 1 : 1 Beberapa vial dimonitor, yg Menandakan bahwa zat tersebut adlh skopoletin, jika menunjukkan: 1. Noda dengan Rf yang sama yang memberikan warna ungu yang intensif di bawah lampu UV254 nm 2. Berfluoresensi biru kuat di bawah lampu UV365 nm Vial itu digabungkan dan ditimbang sehingga didapatkan sejumlah skopoletin

Pustaka
Hirazumi, A., Furrasawa, E., Chou, S.C., and Hokama, Y., 1994, Anticancer activity of Morinda citrifolia, L on Intraperitoneally Inplanted Lewis lungcarcinoma in syingenic mice, Proc. West Pharmacol Soc, 37, 145-146. Sjabana, D. Dan Bahalwan, R.R., 2002, Seri Referensi Herbal : Pesona Tradisional dan Ilmiah Buah Mengkudu (Morinda citrifolia, L). Salemba Medika, Jakarta. Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., dan Wirian, A., 1996, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid ke-4, Pustaka Kartini, Jakarta. Wijayakusuma, H., dan Dalimartha, S., 1995, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta. http://www.phytochemicals.info/phytochemicals/scopoletin.php http://rac1.mardi.gov.my/jtafs/38-1/Main%20Nonpolar%20Chemical%20Constituent.pdf http://www.deherba.com/kandungan-mengkudu.html

Daftar Pustaka :
Wagner, Hildebert. 1996. Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas. Germany : Springer Available online at http://www.chemicalland21.com/lifescienc e/phar/%28-%29-QUININE.htm# ( March 8th, 2014 12:00)

Daftar Pustaka
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan Diterjemahkan oleh : K. Padmawinata dan I. Soediro. Penerbit ITB,


Bandung. Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta. Fajar. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Available online at http://eprints.uns.ac.id/4024/1/169682309201001141.pdf [diakses pada tanggal 8 Maret 2014]

Anda mungkin juga menyukai