Anda di halaman 1dari 2

Dapatkan artikel dan informasi-informasi keislaman lainnya di http://hasmijaksel.wordpress.

com

IMAN DARI SEGI HATI

Asal atau dasar iman ada di dalam hati. Kemudian akibat dari keberadaannya, maka lahirlah perkataan
dan amal perbuatan iman yang zhāhir (tampak).

Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa dasar iman ada dalam hati di antaranya:

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali
orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi
orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menim-panya dan baginya
adzab yang besar.” [QS. an-Nahl (16): 106]

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menen-tang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-
orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan
Allah itulah golongan yang beruntung.” [QS. al-Mujādilah (58): 22]

“Dan ketahuilah oleh kalian bahwa di kalangan kalian ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan)
kalian dalam beberapa urusan, benar-benarlah kalian akan mendapat kesusahan. Tetapi Allah
menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hati kalian serta
menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus.” [QS. al-Hujurāt (49): 7]

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka): Kalian belum
beriman, tetapi katakanlah: Kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian, dan
jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalan
kalian; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. al-Hujurāt (49): 14]

Tanpa ada wujud iman dalam hati, maka tidak akan ada amal dan perkataan iman yang zhāhir. Demikian
pula sebaliknya, tidak adanya amal dan perkataan iman yang zhāhir adalah menjadi dalīl (bukti) akan
tidak adanya iman dalam hati.

Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:

#
ُ ْ $َ ْ ‫ ا‬
َ ‫" َو ِه‬
َ ‫ ِ َأ‬
ََ ْ ‫ َ ََ َ ِ ُ ا‬
َ َ ْ‫ َت‬
َ َ ‫ ِ َوِإذَا‬
َ َْ ‫ ََ َ ِ ُ ا‬
َ َ
َ ْ
َ َ
َ ‫ َ ً ِإذَا‬
ْ ُ ِ
ََ ْ ‫" إِن ِ ا‬
َ ‫َا‬
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apa-bila dia baik, maka baiklah
seluruh jasadnya. Dan bila rusak, maka rusak-lah seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging
tersebut adalah hati.” (HR. al-Bukhāriy: 52 dan Muslim: 1599)
Dapatkan artikel dan informasi-informasi keislaman lainnya di http://hasmijaksel.wordpress.com

Syaykhul Islam Ibnu Taymiyyah –Rahimahullah– berkata1:

،ِ ‫ل ا) ِه‬
ِ ْ+$َ ْ ِ, ِ 
ََ ْ ‫ح ا‬
ُ.
َ
َ ‫ ُ وْ َر ًة‬1
َ ‫ِ َم‬3َ ، 567ِ ْ 8َ .
ً 9َ :
َ ‫ً َو‬9ْ :
ِ ‫ن‬
ِ َ9;ْ <
ِ ْ‫= ا‬
َ ِ >ِ 6ْ ِ َ9,ِ ًِ َ # ُ ْ $َ ْ ‫ن ا‬
َ ‫َِ(ذَا َآ‬
...?ِ َ@
ْ 9ُ ْ ‫ن ا‬
ِ َ9;َ <
ِ ْ ,ِ Aِ 9َ Bَ ْ ‫وَا‬
“Apabila hati adalah hati yang shaleh karena berisikan ilmu dan perbuatan hati, maka pastilah anggota
badan pun akan shaleh, karena akan melahirkan perkataan zhahir dan amal yang dilandasi oleh asal
iman...”

Imam al-Marwaziy –Rahimahullah– berkata2:

“Dalil bahwasanya hanya sebatas ilmu dan kepercayaan saja tidak akan berguna bagi pelakunya adalah
firman Allah tentang perkataan Iblis:

“...Menjawab iblis: Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah.” [QS. al-A’rāf (7): 12]

“Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Shaad (38):
82)

Dalam ayat tersebut Allah mengabarkan bahwa Iblis mengetahui bahwa Allah-lah yang menciptakannya.
Tetapi dia menolak untuk tunduk kepada perintah-Nya agar sujud kepada Adam –‘Alayhi as-Salāmu–,
maka kepercayaan dan ilmunya tidak berguna baginya, karena tidak adanya ketundukan.

Dalil lainnya adalah persaksian Allah atas keadaan hati sebagian kaum Yahudi yang sesungguhnya
mereka telah mengetahui kedatangan Nabi dan risalah yang dibawanya seperti mereka mengetahui
keadaan anak-anak mereka sendiri, yaitu:

“...maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, lalu mereka ingkar
kepadanya....” [QS. al-Baqarah (2): 89]

“...mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian
di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” [QS. al-Baqarah (2): 146]

Di sini Allah menjelaskan bahwa sebagian Yahudi telah mengetahui kebenaran kenabian Rasulullah,
tetapi hal ini tidak menjadikan mereka sebagai orang-orang beriman, karena pengetahuan mereka tidak
direalisasikan dengan ketundukan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Sumber:

Lajnah Ilmiah Hasmi. “Iman Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”. www.hasmi.org

1 Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah, al-Imān (Beirut: al-Maktab al-Islāmiy1402 H), 176.
2 Imam Muhammad bin Nashr al-Marwaziy, Ta`dzīm Qadr ash-Shalāh (Madinah: Maktabah ad-Dār, 1406 H), 2/696-
698.

Anda mungkin juga menyukai