Anda di halaman 1dari 5

2.1.

2 Limbah Pertamina (Oil Sludge) Perindustrian telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak terjadinya revolusi industri di daratan Eropa pada abad pertengahan. Seluruh Negara maju di dunia berpacu untuk mendirikan pabrik-pabrik, tentu saja dengan konsep untuk kemudahan bagi manusia. Perkembangan yang sangat pesat ini kemudian memberikan efek yang buruk bagi manusia. Kontrol yang hampir tidak pernah dilakukan terhadap limbah industri telah mengakibatkan terjadinya pencemaranyang sangat luas dan merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang dihasilkan pertamina.

Oil Sludge dihasilkan dari berbagai kegiatan operasi perminyakan mulai dari kegiatan hulu sampai hilir yaitu dari eksplorasi dan produksi, kegiatan pengolahan, kegiatan pengangkutan dan perkapalan serta pemasaran. Oil Sludge merupakan hasil samping dari kegiatan tersebut, sehingga jenis limbah ini perlu mendapat perhatian khusus karena limbah ini termasuk kriteria limbah B3. Minyak hasil penyulingan (refines) dari minyak mentah biasanya disimpan dalam tangki penyimpanan. Oksidasi proses yang terjadi akibat kontak antara minyak, udara dan air menimbulkan adanya sedimentasi pada dasar tangki penyimpanan, endapan ini adalah oil sludge. Oil sludge terdiri dari minyak (hydrocarbon), air, abu, karat tangki, pasir, dan bahan kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene, toluene, ethylbenzene, xylenes dan logam berat seperti timbal (Pb). Oil Sludge rata-rata dihasilkan sebanyak 2,11 m3/hari oleh satu perusahaan minyak dan tidak memenuhi salah satu persyaratan sebagai feed maupun salah satu produk minyak. Oil Sludge selama ini hanya dibiarkan menumpuk, dianggap sebagai limbah yang tak bermanfaat dan harus dimusnahkan. Namun sebenarnya oil sludge adalah salah satu sumber alternatif yang belum tersentuh oleh kita. Oleh karena itu, harus ada aplikasi teknik pengolahan limbah atau daur ulang yang tepat dan murah untuk menangani masalah limbah oil sludge tersebut. Selain limbah padat, proses penyulingan minyak mentah (crude oil) dalam industri perminyakan juga menghasilkan limbah gas dan cair. Kandungan limbah gas buangan seperti, volatile hydrocarbon, CO, NOx dan SOx dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat disekitarnya. Begitu pula dengan limbah cair dari sisa proses penyulingan umumnya memiliki kandungan minyak, bahan-bahan kimia seperti, timbal, sulphide, phenol dan chloride yang merupakan limbah beracun berbahaya. Limbah pertamina yang digunakan dalam pembuatan sampel ini berasal dari Pertamina Pangkalan Susu yang berada di Jalan Samudra. Unit pengolahan pertamina Pangkalan Susu merupakan sumber minyak yang sudah ada sejak tahun 1883. Penyimpanan limbah dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri dari bangunan dengan ukuran persegi yang dibuat dengan lantai yang kedap air, tidak berlubang agar terlindung dari masuknya air hujan dan memiliki ventilasi udara yang baik.

2.1.3 Unsur-unsur yang terkandung dalam oil sludge Limbah pertamina (oil Sludge) mengandung unsur-unsur logam berat seperti Pb, Cd dan lain sebagainya. Logam berat adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme tubuh. (Heryando Palar, 2008)

Logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa di antaranya bersifat membangkitkan kanker (karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan dengan kandungan logam berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi. Kasus-kasus pencemaran lingkungan menyebabkan banyak bahan pangan mengandung logam berat berlebihan. Kasus yang populer adalah sindrom Minamata, sebagai akibat akumulasi raksa (Hg) dalam tubuh ikan konsumsi. Berikut adalah tabel komposisi unsur-unsur logam berat yang terkandung dalam limbah pertamina.

1. Arsen (As) Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida insektisida dan beragam aloy. Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan Fosfor dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik yang berbau seperti bau bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik dengan berat jenis 1,97 dan 5,73. Arsenik dan sebagian besar senyawa arsenik adalah racun yang kuat. Arsenik membunuh dengan cara merusak sistem pencernaan yang menyebabkan kematian oleh karena shock. Beberapa tempat di bumi mengandung Arsen yang cukup tinggi, termasuk pada penggalian sumber minyak dari dalam tanah yang terkontaminasi.

2. Barium Barium adalah salah satu unsur yang termasuk logam alkali tanah, biasanya ditemukan dalam bentuk barium sulfat (BaSO4). Barium Sulfat dalam bentuk mineral yang bernama barite dengan bentuk serbuk halus berwarna putih dan kekunigan-kuningan dan tidak berbau. Barium adalah unsur yang sangat reaktif, artinya mudah bereaksi dengan unsur lainnya sehingga jarang sekali ditemukan Barium murni di alam. Biasanya barium akan berbentuk BaO, BaO2, BaCl2. Sifat kimia dan fisikanya hampir mirip dengan kalsium, yaitu sedikit larut dalam air dan mudah bereaksi.

3. Boron Boron adalah suatu unsur esensial yang diperlukan dalam pertumbuhan biota laut tetapi berakibat toksis jika berlebihan sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi atau kelangsungan hidup. Konsentrasi maksimum boron total untuk proteksi bagi kehidupan ekosistem perairan direkomendasikan tidak lebih 1,2 mg/l. Boron banyak terdapat di batu borax. Ada dua alotrop boron; boron amorfus adalah serbuk coklat dan boron metalik berwarna hitam. Bentuk metaliknya keras dan konduktor yang buruk dalam suhu ruang. Tidak pernah ditemukan bebas dalam alam.

4. Kromium (Cr) Kromium merupakan logam kristalin yang berwarna putih, bentuknya alloy dengan logam lain. Umumnya paling banyak berasal dari kegiatan-kegiatan perindustrian dan rumah tangga. Bentuknya seperti debu atau partikel yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan, yang terhirup melalui rongga hidung sehingga dapat mengganggu peredaran darah di paru-paru. Kromium memiliki titik lebur pada suhu 1765 oC. logam ini mengandung karbon yang tinggi sehingga sangat mudah bereaksi dengan silika yang mempunyai sifat sama dengan pasir. Logam Cr murni tidak pernah ditemukan bebas di alam. Logam ini ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Sebagai bahan mineral, Cr paling banyak ditemukan dalam bentuk Chromite (FeOCr2O3). (Heryando Palar, 2008)

5. Kadmium (Cd) Kadmium merupakan logam lunak berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau lembab serta akan cepat mengalami kerusakan bila dikenai oleh uap ammonia (NH3) dan Sulfur hidroksida (SO2). (Heryando Palar, 2008) Penggunaan cadmium sebagian besar untuk alloy dengan tembaga, perak atau nikel. Dalam jumlah sedikit saja sudah mampu memperbaiki alloy tersebut menjadi lebih keras, mengurangi perkaratan,

tahan geseran dan kuat tekan tinggi sehingga dimanfaatkan untuk membuat bagian-bagian mesin yang bergerak. Penggunaan lain sebagai bahan electro plating, batu batere serta bahan chemikalia. (Sukandarrumidi, 2007) Gejala akut dan kronis akibat keracunan Cd (Kadnium) adalah sesak dada, kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest), nafas pendek, nafas terengah-engah, distress dan bisa berkembang ke arah penyakit radang paru-paru, sakit kepala dan menggigil, mungkin dapat diikuti kematian, kemampuan mencium bau menurun, berat badan menurun, gigi terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan. Selain menyerang pernafasan dan gigi, keracunan yang bersifat kronis menyerang juga saluran pencernaan, ginjal, hati dan tulang.

6. Merkuri (Hg). Merkuri merupakan unsur golongan logam transisi yang berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar. Raksa banyak digunakan sebagai bahan amalgam gigi, termometer, barometer dan peralatan ilmiah lain, walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah digantikan (oleh termometer alkohol, digital atau termistor) dengan alasan kesehatan dan keamanan karena sifat toksik yang dimilikinya. Densitasnya yang tinggi menyebabkan benda-benda seperti bola biliar menjadi terapung jika diletakkan di dalam cairan raksa. Keracunan yang disebabkan merkuri bisa berupa gangguan pada pencernaan dan sistem syaraf. Radang gusi merupakan gangguan yang terjadi pada sistem pencernaan. Radang gusi akan merusak jaringan penahanan gigi sehingga gigi mudah lepas. Gangguan terhadap sistem syaraf dapat mengakibatkan gangguan emosional korban, seperti cepat marah yang diluar kewajarannya dan mental hiperaktif yang berat.

7. Timbal (Pb) Timbal merupakan logam yang berwarna abu-abu kebiruan dalam bentuk logam murni. Timbal sangat tahan pada reaksi kimia, kurang tahan terhadap asam cuka dan kapur, kurang tahan terhadap getaran, tahan korosi, dan mempunyai titik cair 274oC dengan titik didih 1560oC. Timbal banyak digunakan untuk kabel listrik dan juga konstruksi pabrik kimia karena tidak bersifat korosi. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata sangat berbahaya karena dapat memberikan efek racun terhadap fungsi organ yang terdapat dalam tubuh. Logam ini beracun dan efek dari racun ini antara lain menurunkan daya ingat otak, menurunkan kuat tekan darah dan berat badan, insomnia dan lain-lain. Keracunan akut yang cukup berat dapat mengakibatkan koma bahkan kematian.

8. Zinkum (Zn) Seng memiliki warna putih kebiruan. Logam ini rapuh pada suhu biasa tetapi mudah dibentuk pada suhu 100oC - 150oC. Ia dapat mengalirkan listrik walau tidak seefektif tembaga dan terbakar di udara pada suhu tinggi merah menyala dengan evolusi awan putih oksida. Unsur ini juga menunjukkan sifat yang sangat mudah dibentuk (superplasticity). Seng maupun zirkonium tidak memiliki sifat magnet. Tetapi ZrZn2 menunjukkan sifat kemagnetan pada suhu dibawah 35 Kelvin. Senyawa ini memiliki sifat-sifat kelistrikan, panas, optik dan solid-state yang unik tetapi belum sepenuhnya dimengerti. Seng dipakai sebagai pelindung dari karat, karena lebih tahan terhadap karat daripada besi. Pelapisan dengan seng dilakukan secara galvanis seperti tembaga. Seng juga mudah dituang dan sering dipakai sebagai pencampur bahan lain yang sukar dituang, missal tembaga. (Sumanto, 1996) Seng tidak dianggap beracun, tetapi jika senyawa ZnO yang baru dibentuk terhirup, penyakit yang disebut oxide shakes atau zinc chills kadang-kadang bisa muncul. Perlu ventilasi yang cukup untuk ruangan yang menyimpan seng oksida untuk menghindari konsentrasi yang lebih dari 5 mg/l .

Anda mungkin juga menyukai