Anda di halaman 1dari 4

Teknologi Produksi Teh Organik

Permintaan teh organik yang meningkat pesat akhir-akhir ini perlu dibarengi dengan upaya untuk memproduksinya secara ekonomis. Teknologi produksi teh organik berikut ini diharapkan mampu menjadi solusi.

eh merupakan produk alami yang langsung dikonsumsi oleh manusia. Dalam proses produksinya, teh banyak menggunakan senyawa kimia untuk memacu pertumbuhan serta mengendalikan hama, penyakit, dan gulma. Praktek pertanian seperti ini dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi lingkungan maupun kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Dewasa ini, tumbuh kesadaran secara global bahwa praktek pertanian yang menggunakan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan, dalam jangka panjang akan menimbulkan pencemaran lingkungan, keracunan, dan penurunan kualitas bahan makanan, serta masalah kesehatan manusia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila akhirakhir ini masyarakat maju cenderung mengkonsumsi makanan dan minuman yang bebas dari pencemaran bahan-bahan kimia sintetis, terutama logam berat. Di samping beracun, bahan tersebut dapat menimbulkan beberapa penyakit yang ditakuti manusia, antara lain kanker dan gangguan syaraf. Budi daya teh organik menjadi salah satu alternatif dalam menghasilkan teh bebas bahan pencemar. Pada dasarnya, bertanam secara organik merupakan cara budi daya dengan menggunakan bahan-bahan organik atau bahan alami pada semua tahap kegiatan, mulai dari penyiapan lahan, pemupukan, serta pengendalian hama, penyakit, dan gulma. Cara-cara bertanam ini bertumpu pada siklus alami yang telah ada. Filosofi pertanian organik didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu: (1) semua makhluk hidup yang ada di alam adalah baik dan

berguna, (2) segala sesuatu yang tumbuh dan berkembang di alam mengikuti hukum alam, dan (3) semua makhluk yang ada di alam akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika ada keseimbangan dalam alam itu sendiri. Pengusahaan teh organik semakin menarik dan mendapatkan tantangan dengan semakin meningkat-

melepas klon-klon teh yang tahan terhadap serangan cacar daun teh (Exobasidium vexans) yaitu klon seri GMB 1 sampai dengan GMB 11 yang dilepas pada tahun 1998. Produktivitas dan kualitas klon-klon tersebut cukup tinggi. Erosi harus dicegah seminimal mungkin dengan penanaman secara kontur, penggunaan tanaman penutup tanah pada lahan yang kosong dan pada saat pemangkasan, pembuatan rorak sesuai dengan kemiringan tanah, serta pembuatan dam penahan aliran air. Pengendalian gulma dilakukan dengan pemberian mulsa atau penutup tanah, tetapi tidak dilakukan pengendalian bersih (clean weeding) karena mulsa juga berfungsi se-

Pucuk teh organik siap dilayukan.

nya permintaan pasar terhadap produk teh organik. Setiap tahun permintaan mencapai 2.500 ton dengan harga yang jauh lebih tinggi (2-3 kali lipat) dibanding teh yang diproduksi secara konvensional. Teknik Budi Daya Teh Organik Klon teh yang digunakan adalah klon yang tahan terhadap hama dan penyakit, mampu beradaptasi dengan iklim lokal, dan tahan terhadap cekaman kekeringan ataupun hara. Puslit Teh dan Kina telah

bagai habitat parasitoid atau predator. Kadar bahan organik tanah ditingkatkan menjadi 8-10%. Pemberian bahan organik atau kompos akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang dan jumlah air tersedia serta menurunkan kadar air pada titik layu permanen. Kualitas hara diatur dengan prinsip keseimbangan hara. Pupuk buatan tidak boleh digunakan, bukan karena residunya, melainkan karena dalam pembuatannya memerlukan energi yang tinggi. Pupuk guano (KNO3) dapat digu-

Hamparan kebun teh organik dengan tanaman pelindung untuk meningkatkan keragaman hayati ( bio-diversity).

nakan. Rock phosphate dari hasil tambang diperbolehkan dengan takaran 40 kg/ha. Kieserit dan dolomit juga boleh digunakan dengan syarat kadar kadmium (Cd) tidak lebih dari 90 ppm. Sebagai sumber nitrogen (N) untuk substitusi N dari urea dan ZA dapat digunakan pangkasan pohon pelindung, tananam leguminosa maupun dengan produk organik. Berbagai jenis pupuk organik saat ini banyak diproduksi. Bila mungkin, pupuk organik diproduksi di areal kebun teh organik untuk memudahkan transportasi. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pengaturan iklim mikro atau dengan mengintroduksi musuh alami (MA), fungisida tembaga oksida, insektisida nabati, atau mikroba. Pengendalian alami dapat ditimbulkan dengan cara meningkatkan keragaman hayati (bio-diversity) di perkebunan teh, yaitu dengan menanam pohon pelindung seperti lamtoro hantu, salamander atau silver oak, mindi, dan nimba atau pohon peneduh tepi jalan seperti suren, kina, Mesopsis sp, dan kayu manis. Dapat pula dengan membuat hutan-hutan koloni pada areal yang tidak layak untuk ditanami teh. Semakin tinggi keragaman tanaman, semakin tinggi pula keragaman hewan atau serangga. Dengan demikian, pengendalian alami dapat berjalan dan musuh alami akan semakin mening-

kat sehingga akan terjadi keseimbangan biologi. Perbaikan lingkungan dilakukan untuk menyesuaikan syarat tumbuh tanaman teh dan menambah keragaman hayati serta konservasi musuh alami. Tanah-tanah yang telalu miring sebaiknya dihutankan. Dengan demikian, pertanaman teh tidak menjadi monokultur lagi tetapi polikutur. Hal ini dapat menyebabkan keragaman hewan atau serangga lebih tinggi sehinga ekologinya lebih stabil. Ledakan hama tidak terjadi sehingga musuh alami akan berkembang dengan baik. Untuk menggantikan fungsi insektisida kimia sebagai pengendali hama, dapat digunakan jamur entomopatogenik (Paecilomyces fumosoroseus, Beauveria bassiana, dan Metharizium anisopliae). Ketiga jenis jamur ini cukup efektif untuk mengendalikan ulat jengkal, ulat api, Helopeltis, kumbang tanah, dan lain-lain. Juga terdapat sekitar 50 jenis tanaman yang berfungsi sebagai insektisida nabati seperti nimba, mindi, tuba, suren, gadung, tembakau, culan, dan kecubung untuk mengendalikan Helopeltis, tungau, dan ulat. Untuk melengkapinya, perlu digali patogen serangga dan insektisida nabati lainnya yang dapat menggantikan fungsi dari pestisida kimia. Musuh alami masih banyak ditemukan di perkebunan teh, misalnya kepik (Andralus sp.) sebagai

predator tungau dan ulat api. Parasitoid ulat penggulung daun (Hamona coffearia) adalah Macrocentrus homonae. Parasitoid berbagai jenis ulat adalah burung. Musuh-musuh alami ini sangat membantu dalam mengendalikan hama. Pupuk kandang, azola, kompos, dan bahan organik lainnya dapat menggantikan fungsi pupuk anorganik. Bahan organik di dalam tanah berfungsi sebagai sumber unsur hara, merangsang aktivitas mikroorganisme tanah dan memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Terdapat 12 jenis bakteri pelarut fosfat dari berbagai jenis tanah di pertanaman teh. Bakteri ini dapat membantu dalam penyediaan P dalam tanah. Prospek Teh Organik Kecenderungan konsumen akan makanan atau minuman bebas bahan pencemar yang semakin meningkat akan mendongkrak permintaan akan teh organik. Apalagi dalam menghadapi pasar global, produk organik merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi. Produktivitas kebun teh organik diperkirakan akan lebih rendah daripada kebun teh konvensional, sehingga harga pokok per kilogram teh menjadi lebih tinggi. Diperkirakan harga teh organik mencapai 23 kali lipat atau lebih daripada harga teh biasa sehingga budi daya teh organik dapat menjadi usaha yang menguntungkan. Penurunan produktivitas budi daya teh organik disebabkan oleh hal-hal berikut: Penurunan hara tanah, terutama di areal yang biasa menggunakan pupuk organik. Efisiensi pemupukan hanya mencapai 30-65% karena sisanya hanyut terbawa air dalam bentuk nitrat yang menjadi polutan di sepanjang badan air dengan fosfat. Pertanian organik bertujuan tidak hanya untuk menghasilkan produk yang bebas bahan pencemar, tetapi juga untuk mem-

buat tanah yang sakit menjadi sehat, produktif, dan lestari. Negara-negara yang telah menghasilkan teh organik adalah China, India, Jepang, Sri Lanka, Tanzania, dan Malawi dengan luas total 3.810 ha dan produksi 2.346 ton dengan rata-rata produktivitas 0,67 t/ha. Laporan terakhir pada International Conference on Organic Tea di India pada tahun 1997 menyebutkan bahwa produktivitas tersebut masih dapat meningkat dengan semakin mantapnya teknik budi daya teh organik. Diperkirakan kebutuhan dunia akan teh organik belum dapat dipenuhi oleh negaranegara tersebut. Pada tahun 2000, diperkirakan produk pertanian organik menempati 3-10% dari seluruh pasar bahan makanan di Uni Eropa. Perkembangan pertanian organik dan juga konsumsi produk organik yang paling maju terjadi di Eropa. Di Australia dan Swiss, pertanian organik menempati lebih dari 10% dari sistem pangan masing-masing. Di Amerika Serikat, perkembangan pertanian organik baru mencapai sekitar 0,2% dari total lahan pertanian, tetapi pasar tumbuh dengan laju lebih dari 20%/tahun, seperti di Perancis, Jepang, dan Singapura. Dari tahun 1992-1997, lahan yang disertifikasi untuk usaha tanaman organik berlipat lebih dari dua kali. Berdasarkan pengamatan Pusat Penelitian Teh dan Kina, banyak kebun teh di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan menjadi kebun teh organik, karena penggunaan pestisida minimal, bahkan ada yang sama sekali tidak menggunakan pestisida. Proses Pengolahan Teh Organik Pada prinsipnya, pengolahan teh organik tidak berbeda dengan pengolahan teh non-organik. Sebelum memulai pengolahan teh organik, semua mesin atau peralatan harus benar-benar bersih dan tidak ada sisa teh dari pengolahan sebelumnya. Berdasarkan pengalaman, masalah pembersihan mesin yang paling sulit adalah pada mesin

pengering. Seorang inspektur sertifikasi akan melacak sisa-sisa teh tersebut sampai benar-benar bersih. Bila masih terdapat sisa pengolahan sebelumnya, mesin segera dibersihkan. Setiap tahap pembersihan mesin harus dibuatkan berita acaranya, siapa yang melaksanakan dan siapa yang bertanggung jawab. Demikian juga dengan tahap pengolahan yang lain. Proses pengolahan teh organik harus dipisahkan dari pengolahan teh nonorganik. Pemisahan dapat dilakukan dengan alat atau mesin yang berbeda atau karena waktu pengolahan yang tidak bersamaan. Disarankan apabila hanya terdapat satu mesin atau alat, pengolahan pucuk teh organik didahulukan, setelah itu baru digunakan untuk mengolah pucuk teh nonorganik. Tahap pengolahan teh organik sama dengan teh konvensional. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemetikan. Pemetikan dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau dengan alat (gunting petik/mesin petik). Pelabelan dimulai dari sini dengan memberikan ciri tersendiri pada pemetik, misalnya warna topi yang berbeda. 2. Wadah dan pengangkutan. Wadah pucuk (waring) dibuat berbeda dengan waring pucuk yang lain atau diberi label ORGANIK. Label memuat lokasi pemetikan, mandor petik, dan waktu atau hari pemetikan. Truk pengangkut juga dipisahkan. 3. Pelayuan. Tempat pelayuan di pabrik juga dipisahkan serta diberi label ORGANIK pada setiap withewring trough (WT). Label memuat lokasi pemetikan dan pemetik berikut mandornya. 4. Open top roller (OTR). Penggilingan pada OTR juga harus dipisahkan. Kalau OTR lebih dari satu, penggilingan teh organik dikerjakan pada OTR tersendiri dan diberi label ORGANIK. 5. Rotorvane. Apabila hanya terdapat satu rotorvane, pastikan bahwa rotorvane yang akan digunakan bersih dari sisa-sisa teh

nonorganik sebelumnya dan diberi label ORGANIK. 6. Press cup roller (PCR). Penggilingan pada PCR juga dipisahkan dan tetap harus diberi label ORGANIK. 7. Ayakan. Penggunaan ayakan juga dipisahkan berdasarkan waktu pengayakan. Penggilingan teh organik harus didahulukan dan pastikan bahwa sebelum ayakan digunakan sudah tidak ada sisa-sisa teh dari penggilingan sebelumnya, dan tentu diberi label ORGANIK. 8. Oksidasi. Pelaksanaan oksidasi enzimatis dipisahkan dan diberi label ORGANIK. 9. Pengeringan. Pengeringan teh organik dilakukan terlebih dahulu sebelum teh nonorganik. Pastikan bahwa sebelum mesin pengering digunakan sudah tidak ada sisa-sisa teh nonorganik dan diberi label ORGANIK. 10.Sortasi. Pada saat sortasi kering, teh organik didahulukan dan diberi label ORGANIK. 11.Peti miring. Bila belum ada peti miring yang terpisah, penyimpanan dapat menggunakan karung plastik ganda yang dapat menyimpan teh kering dengan baik. Karung yang telah diisi cukup kemudian dimasukkan ke dalam paper sack. 12.Pengepakan dilakukan sebagaimana pengepakan teh nonorganik. Pada packing-nya diberi tambahan keterangan produk teh yang diisikan; apakah dari teh konversi atau sudah teh organik. Bila telah mendapatkan sertifikat dari Skal, maka label organik dicantumkan pada packing dengan lambang yang sifatnya internasional. Skal memberikan logo produk organik dengan tulisan ECO berwarna putih pada bujur sangkar dengan dasar warna hitam. Semua produk yang mencantumkan logo tersebut dijamin telah dibudidayakan secara organik dan pengolahannya tidak menggunakan bahan tambahan dari bahan-bahan kimia (Wahyu Hidayat).

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Pusat Penelitian Teh dan Kina Kotak Pos 1013 Bandung 40010 Telepon : (022) 5928185 Faksimile: (022) 5928186 E-mail: gambung@bdg.centrin.net.id

Anda mungkin juga menyukai