Anda di halaman 1dari 4

BANJIR, MAU DIBAWA KE MANA? Banjir . Siapa sih yang nggak tahu banjir?

Pasti semua orang yang ada di Indonesia tahu sama bencana alam yang satu ini. Secara gitu loh, banjir itu kan bisa kita temukan dimana-mana. Mulai di perkampungan yang kumuh, di kota kota yang sanitasinya kurang baik, di TV, di koran, bahkan kita bisa menemukannya di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Contoh penampakan banjir di facebook dan twitter seperti ini nih:

Tuh kan, banjir itu udah jadi trending topic. Apalagi di musim penghujan kayak gini. Banjir itu nggak kalah bekennya sama artis artis terkenal. Cuma bedanya kalau artis terkenal itu bisa menghibur kita. Nah, sedangkan banjir, cuma bisa buat kita jadi pusing tujuh keliling, dan bisa bikin rumah kita jadi kayak kolam pancing. Aih aih merepotkan sekali ya. Lalu apa yang harus kita lakukan dengan bencana banjir ini? Mau dibawa kemana bencana banjir ini agar tidak menggangu kehidupan kita? Hmmm, mari sekarang kita pikirkan solusinya

SOLUSI #1 Dibawa ke pemerintahan alias demo Kalau menurut ku sih, solusi yang satu ini bisa jadi solusi yang mujarab. Karena dengan mengadukan masalah banjir ini ke pemerintahan lewat jalur demo, bisa jadi para pejabat di pemerintahan akan tergerak hatinya untuk melakukan tindakan tindakan dalam menanggulangi bencana banjir ini. Seperti memperbaiki sistem sanitasi, melakukan reboisasi, dan lain sebagainya. Eits, tapi tunggu tunggu. Kalau cuma pemerintah aja yang berupaya menanggulangi bencana banjir, sedangkan para rakyatnya hanya sibuk demo, mengeluh, dan minta untuk dilayani, ya sama aja bohong. Karena nggak mungkin dong suatu masalah dapat diselesaikan jika salah satu pihaknya saja yang beraksi. Lagipula banjir ini bukan masalah yang sederhana, melainkan merupakan masalah yang amat sangat komprehensif. Berarti jelas solusi yang pertama ini tidak efektif unutk mengatasi masalah banjir. Oke, kalau gitu kita lanjut ke solusi yang ke-2. Yuk mari..

SOLUSI #2 Dibawa ke Para Dermawan (biar dikasih bantuan cuyy) Hayoo, siapa yang sempat kepikiran dengan solusi yang satu ini? Hihihi, kalau dipikir-pikir, yang memang paling enak itu ya minta bantuan sama para dermawan pas kena musibah banjir. Biar nanti dikasih uang, makanan, baju baru, tempat tinggal baru, dan dikasih macam macam lah. Pasti kalau sudah minta bantuan para dermawan, masalah kekurangan bahan pangan, sandang, maupun papan bisa teratasi. Secara gitu, setelah terkena musibah banjir, apa apa (harta) yang kita miliki hanyut terbawa arus banjir. Tapi apakah kita akan selalu bergantung kepada para dermawan ini? Bagaimana kalau suatu ketika bencana banjir ini datang lagi tetapi para dermawan itu sudah pergi?? Atau bahkan para dermawan itu juga terkena musibah banir?? Yang pasti, bencana banjir ini tidak semakin mudah diselesaikan, tetapi malah semakin runyam. Karena para rakyat yang menjadi korban banjir hanya bergantung pada uluran tangan orang lain, bukan berusaha untuk mengatasi masalahnya sendiri.Sehingga terciptalah masyarakat yang tidak mandri. Lalu , mana nih solusi yang paling bener? Yuk, kita baca yang satu ini

SOLUSI #3 Dibawa ke hati dan pikiran kita masing masing (introspeksi diri) Loh, solusi macam apa ini? Kok aneh sekali.Masa banjir mau dimasukin ke dalam hati? ntar bisa kembung dong ? pasti ada yang berpikiran seperti ini , ya kan?Begini maksudnya. Perlu diketahui bahwaapa yang kita pikirkan akan menjadi sebuahkata - kata. Kata-katayang kita ucapkan akan menjadi tindakan. Tindakan yang kita lakukan akan menjadi kebiasaan. Dan tindakan kita itulah yang akan menentukan nasib kita. Nah, jadi cara pandang kita dalam memahami bencana banjir perlu ditata, agar nantinya kita tidak salah dalam menyikapinya. Contoh pemahaman yang salah adalahketika kita menganggap bencana banjir merupakan hal yang amat sangat menyebalkan. Nah, dengan pemahaman yang seperti itu, bisa jadi saat kita tertimpa bencana banjir, kita menjadi stress. Kita hanya bisa mengeluh dan mengeluh, tetapi enggan melakukan upaya untuk mengatasi bencana banjir tersebut. Sehingga yang terjadi adalah kita tidak akan pernah terselamatkan dari bencana banjir ini. Lalubagaimanakah pemahaman yang benar mengenai bencana banjir ini? Mari kita lihat beberapa poin berikut : 1. Memahami bahwa musibah merupakan suatu ketetapan dari Tuhan Musibah adalah bagian dari ketetapan (qadha) Allah SWT., termasuk banjir dan erupsi gunung. Ini harus diimani. Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (TQS. at-Tawbah [9]: 51). Atas dorongan iman, musibah harus kita sikapi dengan lapang dada, ridha, bersabar, bertawakal kepada-Nya dan mengembalikan semuanya kepada Allah yang Mahakuasa (QS al-Baqarah: 155-157).Dengan sikap itu, musibah yang datang akan menjadi kebaikan, diantaranya akan mendapat apa yang disabdakan oleh Rasul saw: Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah tinggikan dia satu derajat atau Allah hapuskan darinya satu kesalahan. (HR Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad) Lebih dari itu, melalui bencana, Allah ingin menunjukkan kekuasaan-Nya kepada manusia. Dengannya Allah juga mengingatkan bahwa manusia itu lemah, akalnya terbatas dan membutuhkan bantuan Allah. Sehingga tidak sepantasnya SOMBONG di hadapan kekuasaan Allah, atau menyangka telah sanggup menguasai dan mengatur dunia seraya meninggalkan petunjuk dari Allah yang Maha Bijaksana. 2. Memahami bahwa sebenarnya ada campur tangan manusia dalam setiap musibah yang terjadi Meski musibah merupakan qadha Allah, namun proses terjadinya bencana dan besarnya dampak bencana banyak dipengaruhi atau akibat ulah manusia. Allah SWT berfirman:

[ ] Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahankesalahanmu). (TQS. asy-Syura [42]: 30).

Jadi, bencana banjir yang menyusahkan ini merupakan suatu ketetapan dari Allah SWT yang fungsinya untuk memperingatkan diri kita. Bahwa sebenarnya kita, manusia, sering membuat kerusakan di muka bumi ini. Contohnya seperti membuang sampah sembarangan, menebang pohon sembarangan, membangun rumah bahkan bangunan mewah seperti mall, hotel, maupun apartemen secara sembarangan tanpa memperhatikan dampak apa yang akan terjadi dan mempengaruhi kualitas lingkungan kita. Dan taukah kawan, bahwa kerusakan ini terjadi secara massal! Sifat serakah telah masuk ke seluruh sendi kehidupan manusia sejak aturan sekulerisme (paham yang memisahkan agama dari kehidupan) di adopsi dan diterapkan di dunia dan negeri ini. So, sebagai wujud dari kepatuhan dan ketundukan kita pada Allah SWT yang maha sempurna, sang Maha Pencipta dan Pengatur kehidupan, maka sudah seharusnya kita mengembalikan tata aturan kehidupan kita untuk tunduk pada syariat-Nya. Bukankah memang demikian seharusnya sikap seorang hamba ? segala paham sekulerisme adalah biang kerusakan. Dan islam sebagai way of life harus kita kaji lebih dalam dan islam harus jadi rujukan. Karena islam memiliki seperangkat aturan komprehensif untuk menangani berbagai masalah, termasuk banjir ini. Misalnya, dalam menangani masalah banjir maka baik individu-masyarakat-maupun negara akan bertindak. Setiap individu akan bergerak atas dorongan aqidah untuk gemar menanam pohon karena bernilai sedekah, serta memiliki pandangan kebahagiaan untuk meraih ridho Allah saja, bukan banyak-banyakan materi. So, sifat serakah tidak akan muncul pada lini pertama ini. Kedua, masyarakat akan bergerak dengan dorongan semangat amar maruf nahi mungkar untuk mencegah segala tindakan merusak karena muncul kepedulian secara massal. Ketiga, yang paling penting adalah negara yang akan menetapkan kebijakan sedemikian rupa untuk mencegah upaya-upaya swasta yang hendak mengambil alih fungsi tanah resapan / hutan lindung untuk kepentingan mereka sendiri, memutuskan mata rantai kemiskinan struktural yang membuat masyarakat ramairamai urbanisasi ke kota, memberikan sanksi yang tegas atas setiap penyelewengan, dll. Karena kata rasulullah imam (khalifah) bagaikan penggembala dan ia akan dimintai tanggung jawab atas gembalaannya (HR Muslim) Kawan, pemahaman ini harus dimiliki oleh seluruh orang, karena masalah banjir yang dihadapi merupakan masalah sistem yang amat sangat complicated. Ingatlah , Allah SWT pernah bersabda bahwa kita diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini. Yaitu sebagai seseorang yang mengelola dan mensejahterakan bumi. Jadi sudah merupakan kewajiban kita untuk selalu melindungi bumi dari berbagai kerusakan, bukan malah merusaknya. Yah, sepertinya itu saja yang ingin aku sampaikan, semoga kita diberi kemudahan dalam menjalani fungsi kita sebagai khalifah di muka bumi ini (Aamiin). Mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan. Semoga bermanfaat ^_^

By : Indah Yuliyandini FB : ivyoel@yahoo.co.id twitter : @ndahyoel blog : ndah-yoel-fst13.web.unair.ac.id email : indah.yuliyandini-13@fst.unair.ac.id HP : 085731846008

Anda mungkin juga menyukai