Anda di halaman 1dari 16

IMPERIUM NAZISME

(MATERI : PANDANGAN HIDUP) DISUSUN OLEH: KELOMPOK : 5 KELAS : GEOLOGI B NAMA ANGGOTA : 1. KUAT YOGIRISTANTO 2. MUHAMMAD FAKHRI AULADANA 3. DWI MENUR MANDRIATI SUDRADJAT 4. MUHAMMAD PASYA NUGRAHA 5. VICKARIO RICKARDI

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011/2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. berkat kehendak-Nya dan limpahan karunia-Nya kami bisa menyelesaikan Makalah Ilmu Budaya Dasar berjudul Imperium Nazisme. Makalah ini berfokus pada pengaruh kekuatan Nazisme, yang merupakan salah satu ideologi totalitarianisme yang paling berpengaruh pada zamannya. Nazisme pada hakikatnya merupakan paham yang mengagung-agungkan

kehebatan bangsa Arya (bangsa Jerman) sebagai bangsa adikuasa di dunia ini. Terima kasih atas segala kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan untuk kami dalam membuat makalah ini. Kami sadar makalah kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala macam krikitan yang membangun sangat kami butuhkan demi tersempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jatinangor, 30 November 2011

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu nilai dasar yang dimiliki setiap manusia dalam kehidupannya ialah pandangan hidup. Pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana seseorang menjalani hidupnya dengan aturan - aturan yang dia yakini kebenarannya dan dia terapkan dengan tujuan untuk

memaksimalkan kehidupannya. Orang yang memiliki pandangan hidup pasti memiliki tujuan, dan tujuan ini biasa di sebut cita cita. Cita cita adalah suatu harapan yang manusia inginkan akan terjadi di masa mendatang sesuai dengan keinginan manusia tersebut. Cita-cita berisi tujuan dari setiap pandangan hidup yang diyakini benar oleh orang yang menganutnya. Berbeda manusia, maka berbeda pula cita-cita hidup yang ingin dicapai. Hal ini dikarenakan setiap manusia secara kodratnya memiliki keinginan yang berbedabeda di dalam hidupnya. Salah satu bentuk cita-cita universal yang biasanya kita temukan dalam kehidupan ialah paham/ideologi. Pandangan hidup pada hakikatnya merupakan bagian dari ideologi. Ideologi berarti suatu kumpulan ide atau gagasan yang kemudian membentuk pola pemikiran kompleks yang bersatu padu membentuk suatu aturan-aturan tertentu (pandangan hidup) yang diyakini membawa keberhasilan dalam mewujudkan cita cita suatu komunitas yang meyakini ideologi tersebut. Oleh karena itu, makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Selain itu kami ingin memberikan sedikit pengetahuan kepada pembaca tentang makna dari tiga hal berbeda, yaitu : pandangan hidup, nilai-nilai, dan norma-norma, serta kami juga ingin memberikan sedikit pemahaman yang kami ketahui tentang salah satu paham fasisme, yaitu Nazisme (salah satu paham di Jerman) yang mungkin banyak dari pembaca yang kurang mengetahui bagaimana sepak terjang salah satu paham paling populer di dunia pada zamannya ini berdasarkan studi kasus yang telah kami kemas dalam makalah Ilmu Budaya Dasar (IBD) ini.

I.2 Masalah Adapun masalah-masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini antara lain: Apa yang dimaksud dengan Nazisme? Bagaimanakah pandangan Nazi tentang Yahudi dan Komunisme? Bagaimanakan hubungan Nazi dengan Yahudi Zionis? Apakah alasan Yahudi Zionis dalam aksi pembunuhan massal sesama saudaranya sendiri?

BAB II PENDEKATAN KONSEP

II.1 Pengertian Pandangan Hidup (World View) Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara efektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1980). Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu (Suyadi, M.P., 1985). Pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorangpun yang hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra diri seorang karena pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya (Manuel Kaisiepo, 1982). Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup karena dipengaruhi oleh pola berpikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan sesuatu itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya suatu idealisasi belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir yang sedang berlangsung di dalam masyarakat. Sifat pandangan hidup elastis, bergantung pada situasi dan kondisi, tidak selamanya bersifat prinsifil atau hakiki. Bahkan pandangan hidup dapat terjadi tidak dengan kesadaran atau kesadaran yang dinyatakan, tetapi kesadaran yang tak dinyatakan, sebagai akibat kepengapan kondisi. Pandangan Kasiepo ini dapat terjadi pula untuk suatu ideologi yang oleh Abdurahman Wahid (1985) disebut reideologisasi dengan pola ideologi alternatif, yaitu rangkuman dari berbagai sumber dan reideologi kultural, yaitu menyusun serangkaian nilai oleh masyarakat. II.2 Pengertian Ideologi Ideologi merupakan komponen dasar terakhir dari sistem-sistem sosiobudaya. Pengertian ini menyangkut sistem-sistem dasar kepercayaan dan petunjuk hidup sehari-hari. Suatu ideologi bagi masyarakat tersusun dari tiga unsur, yaitu : pandangan hidup (world view), nilai-nilai, dan norma-norma (Lenski, 1974).

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sedangkan norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Ideologi menurut William (1959) mengandung dua hal, yaitu: 1. Unsur-unsur filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk kegiatan. 2. Pembenaran intelektual untuk seperangkat norma-norma , seperti kapitalisme dan sebagainya. Pendapat ini menunjukkan bahwa pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi kebudayaan dapat membuat kemungkinan-kemungkinan menjawab

pertanyaan mengapa (why) tentang sesuatu dari kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat mengekspresikan hasil kebudayaannya untuk mencapai beberapa pengertian. Dalam kenyataan ternyata ilmu pengetahuan mampu menjawab pertanyaan mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi sekaligus mengundang pertanyaanpertanyaan selanjutnya. Dalam beberapa hal dapat digunakan beberapa

keterangan, tetapi untuk pertanyaan mendasar seperti: Apakah sesungguhnya kenyataan di dunia ini? Kekuatan-kekuatan apa yang mengontrol kehidupan manusia? Dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak dijawab oleh pengetahuan. Pertanyaan ini hanya dapat dijawab atau menimbulkan jawabanjawaban yang sifatnya dasar-dasar dari kepercayaan (Peter Berger, 1961). II.3 Pengertian Ideologi Nama ideologi berasal dari kata ideas dan logos. Idea berarti gagasan,konsep, sedangkan logos berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah

sekumpulan ide, gagasan, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan. 2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandanagn dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara diamalkan

dilestarikan kepada generasi berikutnya, dengan kesediaan berkorban.

diperjuangkan dan dipertahankan

Fungsi ideologi menurut beberapa pakar di bidangnya : 1. Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara individual. (Cahyono, 1986). 2. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua (founding fathers) dengan generasi muda. (Setiardja, 2001). 3. Sebagai kekuatan yang mampu member semangat dan motivasi individu, masyarakat, dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan. (Hidayat, 2001).

Ideologi di suatu komunitas tertentu tentu berbeda dari ideologi di komunitaskomunitas lain. Ideologi yang seringkali kita dengar antara lain ideologi komunis, liberal, sosialis, totalitarian, dan lain-lain. Namun, di dalam makalah ini kami akan memfokuskan salah satu ideologi, yaitu totalitarian yang melahirkan paham nazisme.

BAB III KASUS Nazi, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman: Nationalsozialismus), merujuk pada sebuah ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja NasionalSosialis Jerman : Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau NSDAP) di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Kata ini juga merujuk pada kebijakan yang dianut oleh pemerintahan Jerman pada tahun 19331945, sebuah periode yang kemudian dikenal sebagai Jerman Nazi atau Reich Ketiga. Kata Nazi merupakan singkatan Nasional Sosialisme atau Nationalsozialismus dalam bahasa Jerman. Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrem kanan dan rasisme sering disebut sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa Yunani). Partai yang semula bernama Partai Pekerja Jerman (DAP) ini didirikan pada tanggal 5 Januari 1919 oleh Anton Drexler. Hitler kemudian bergabung dengan partai kecil ini pada bulan September 1919 dan menjadi pemimpin propaganda, mengubah nama partai itu (1 April 1920) menjadi Nazi dan menjadi pemimpin partai pada tanggal 29 Juli 1921. Nazisme bukanlah sebuah ideologi baru, melainkan sebuah kombinasi dari berbagai ideologi dan kelompok yang memiliki kesamaan pendapat tentang penentangan Perjanjian Versailes dan kebencian terhadap Yahudi dan Komunis yang dipercaya berada di balik perjanjian tersebut. Bagi Nazi, Yahudi dan Komunis merupakan penyebab kekalahan Jerman pada Perang Dunia 1. Pada 11 November 1918 secara mengejutkan bagi pasukan garis depan Jerman, perang tiba-tiba berakhir. Pasukan garis depan tidak merasa dikalahkan dan mereka heran mengapa gencatan senjata terjadi begitu cepat sehingga mereka harus segera meninggalkan posisinya padahal mereka masih berada di wilayah musuh. Mitos yang berkembang di antara para prajurit Jerman yang menyerah ini adalah bahwa mereka telah "ditikam dari belakang. Diceritakan bahwa pasukan garis depan dan 2 juta rakyat Jerman yang tewas selama perang telah dikhianati oleh kelompok Komunis dan Yahudi yang telah memunculkan perbedaan pendapat dan saling mengadu domba di negara mereka.

Ideologi Nazi menekankan pada kemurnian ras orang-orang Jerman dan menyingkirkan kaum yang mereka sebut sebagai Lebensunwertes Leben (di antaranya Yahudi, orang Slavia, Orang Rom, dan homoseksual), kelompok SaksiSaksi Yehuwa, orang-orang cacat mental atau fisik, dan komunis. Untuk menjalankan ideologi ini, Nazi melakukan pembunuhan sistematis terhadap 6 juta Yahudi (yang kini dikenal dengan sebutan Holocaust), dan lima juta orang lainnya, sebagian besar orang Rusia, Polandia, dan Roma. Kebijakan Hitler untuk membangun kekaisaran di Eropa dengan cara-cara kekerasan seperti ini kemudian memicu pecahnya Perang Dunia 2 di Eropa. Nazi dan Yahudi Zionis Seorang Profesor Yahudi ternyata punya andil besar dalam kasus pengejaran dan pembunuhan orang-orang Yahudi yang dilakukan Nazi-Jerman dalam Perang Dunia II. Profesor Karl Haushofer namanya. Karl Ernst Haushofer lahir di Munich, Bavaria (Jerman), pada 27 Agustus 1869. Dia terlahir dari keluarga Yahudi Jerman, dari pasangan Max Haushofer, seorang ekonom, dan Frau Adele Haushofer. Lulus dari sekolah atas, Karl muda mendaftar sebagai tentara Bavaria. Karir di dinas ketentaraan, Karl menamatkan pendidikan di Lembaga Pendidikan Ketentaraan Bavaria (Kriegschule), Akademi Artileri (Artillerieschule), dan Bavarian War Academy (Kriegsakademie). Tahun 1896 Karl muda menikah dengan Martha Mayer Doss, juga seorang Yahudi. Haushofer meneruskan pendidikannya hingga menjadi perwira tinggi dan berdinas di Angkatan Perang Kerajaan Jerman dan karirnya melejit hingga menduduki jabatan sebagai Staff Corp di tahun 1899. Bahkan pada tahun 1903, Karl Haushofer diangkat menjadi tenaga pengajar di Bavarian Kriegsakademie. Tahun 1908, Haushofer dikirim ke Jepang guna mempelajari sistem ketentaraan di negeri Matahari Terbit itu. Di Jepang, Haushofer juga didaulat menjadi instruktur resimen artileri tentara Nippon. Dari Jepang, Haushofer yang menguasai banyak bahasa asing selain Jerman, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia, ditugaskan melawat ke beberapa negara Timur Jauh seperti Korea, India, Tibet, Cina, dan lain-lain.

Selama bertugas di Timur Jauh inilah, Haushofer yang memang telah lama tertarik dengan ajaran-ajaran mistis dari Timur melanjutkan penelitiannya. Dia juga menerjemahkan beberapa literatur Budhisme dan Hindu. Menurut sejumlah peneliti, ketertarikan Haushofer terhadap ajaran mistis-esoteris bukan tanpa sebab. Latar belakang keluarganya dipercaya memang telah bersentuhan dengan hal-hal seperti ini. Haushofer merupakan salah satu tokoh dari sebuah persaudaraan mistis pemuja setan (Kabbalah). Dari perjalanannya keliling Timur Jauh inilah, Haushofer kemudian memperkenalkan sebuah Teori Geo-Politik yang dinamakan The Heartland Theory yang intinya berbunyi: Siapa pun yang bisa menguasai Heartland maka ia akan mampu menguasai World Island. Heartland (jantung bumi) merupakan sebutan bagi wilayah Asia Tengah, dan World Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan itu merupakan kawasan kaya minyak bumi dan juga gas. Teori ini sesungguhnya bukan otentik dari Haushofer, namun adaptasi dari Sir Alfrod McKinder (1861-1947), seorang pakar geopolitik asal Inggris terkemuka abad ke-19. Nicholas Spykman, seorang sarjana Amerika, menambahkan teori ini dengan mengatakan, Siapa pun yang bisa menguasai World Island, maka ia menguasai dunia. (Di Milenium ketiga, teori ini dianut oleh Gedung Putih sehingga Bush berambisi menguasai Afghanistan, Irak, dan negeri-negeri sekitarnya). Haushofer dikenal dekat dengan perwira-perwira Jerman, bahkan berkawan akrab dengan dua tokoh Nazi, Adolf Hitler dan Sekretarisnya, Rudolf Hess. Kepada Hitler, Haushofer menyodorkan teori geopolitik dan juga teori ras unggul bangsa Arya. Buku karangan Hitler yang diasisteni Hess berjudul Mein Kampf (Perjuanganku, 1926)buku ini menjadi buku suci Partai Nazidilatarbelakangi teori yang dikemukakan Haushofer. Menurut Haushofer, agar bangsa Jerman bisa menjadi bangsa terkuat di dunia, maka ras Arya harus memurnikan dirinya dan menyingkirkan semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini. Teori Charles Darwinjuga Yahudipun dikemukakan oleh Haushofer sehingga Adolf Hitler menjadi semakin jatuh dalam pengaruhnya.

Berkat pengaruh dari Haushofer inilah, ketika Nazi berkuasa, maka dilakukan pemurnian ras Arya secara besar-besaran. Semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini dikejar-kejar dan dihancurkan, secara khusus orang Yahudi yang memang banyak mendiami wilayah Jerman menjadi target utama. Masa lalu Hitler yang memiliki hubungan yang buruk dengan orang Yahudi menambah kebenciannya terhadap bangsa yang satu ini. Secara diam-diam Haushofer memprovokasi Hitler agar terus mengejar dan mengusir orang-orang Yahudi dari Jerman dan kawasan sekitarnya. Mengapa seorang Haushofer yang juga Yahudi Jerman berbuat seperti ini? Jawabannya bisa ditemukan dalam sebuah pertemuan rahasia 13 keluarga berpengaruh Yahudi di Judenstaat, Frankfurt, Bavaria, di kediaman Sir Mayer Amschell Rothschild pada tahun 1773. Saat itu Rotshchild melontarkan dua rencananya. Pertama, menyusun 25 program penguasaan dunia yang kemudian kita kenal sekarang sebagai Protokolat Zionis. Yang kedua, Rotshchild menyebut nama Adam Weishauptseorang mantan Yesuituntuk mendirikan dan memimpin organisasi konspiratif modern bernama Illuminati. Pertemuan Frankfurt ini menyepakati, mereka harus menemukan kembali harta karun King Solomon yang mereka yakini terbenam dalam reruntuhan Haikal Sulaiman yang ada di bawah Masjidil Aqsha di Yerusalem. Caranya adalah dengan merebut Yerusalem dari tangan bangsa Palestina yang sudah ribuan tahun mendiaminya.

Seorang tokoh Yahudi bernama Theodore Hertzl ditugaskan menemui Sultan Abdul Hamid II yang kala itu menjadi Khalifah Turki Utsmaniyah agar mau menyerahkan Tanah Palestina bagi bangsa Yahudi. Sultan menolak mentah-mentah permintaan ini walau kemudian Hertzl mengiming-imingi Sultan dengan harta berlimpah. Sultan tidak bergeming sedikit pun. Selama jantungku masih berdetak dan darahku masih mengalir, aku haramkan Tanah Palestina bagi kalian wahai Yahudi, demikian jawaban dari Sultan. Akibatnya Hertzl dan petinggi Yahudi geram dan membuat satu strategi untuk meruntuhkan khilafah dengan memunculkan seorang Turki Muda bernama Mustafa Kemal Attaturk. Sultan Abdul Hamid II pun tersingkir. Kekhalifahan Turki Utsmani dibubarkan, dan Mustafa Kemal Attaturk menjadi pemimpin Turki dan mensekulerkan negeri itu. Satu penghalang telah tumbang. Walau demikian Yerusalem belum bisa diduduki.

Theodore Hertzl kemudian menyelenggarakan Kongres Internasional Zionisme (1897) yang diselenggarakan di Basel, Swiss. Kongres ini menyepakati bahwa seluruh Yahudi-Diaspora, istilah bagi orang-orang Yahudi yang masih terserak di seluruh dunia, agar secepatnya melakukan imigrasi ke Promise Land atau yang menurut mereka Kota Suci Yerusalem. Seruan Kongres Internasional Zionis ini tidak ditanggapi dengan antusias. Banyak keluarga Yahudi yang sudah mapan di Eropa dan Amerika enggan pindah ke Yerusalem. Meraka menolak seruan itu walau para ketua Zionis memaksanya. Akhirnya tidak ada jalan lain, imigrasi Yahudi ke Palestina harus melalui jalan paksaan. Harus ada satu kondisi yang memaksa orang-orang YahudiDiaspora agar mau pindah ke Palestina. Akhirnya Haushofer berhasil dengan gemilang mendekati Hitler dan kemudiantanpa disadariulah Nazi mengejarngejar orang Yahudi mengakibatkan banyak orang Yahudi yang kabur dari negerinya dan berbondong-bondong ke Palestina. Seperti yang telah dikemukakan oleh Norman Finkeltstein dalam The Holocaust Industry atau Frederich Toben, peristiwa Holocaust sesungguhnya didalangi oleh kaum Zionis-Yahudi guna memaksa orang-orang Yahudi lainnya agar mau pindah ke Palestina, lewat tangan Hitler. Bahkan Norman Finkelstein yang juga berdarah Yahudi menentang cara-cara kotor Zionis ini. Dalam bukunya, Finkelstein membongkar mitos holocaust dan menyebutnya sebagai proyek pemerasan yang dilakukan Zionis terhadap negara-negara Eropa dan juga dunia, dengan mengorbankan kaum Yahudi Eropa yang sebenarnya enggan untuk ke Palestina. Di akhir Perang Dunia II, Haushofer ditangkap oleh pasukan Sekutu. Pada tanggal 13 Maret 1946, Haushofer dan isterinya melakukan bunuh diri di Phl, Jerman Barat. Mengikut jejak Adolf Hitler dan Eva Braun yang melakukan bunuh diri saat Berlin jatuh ke tangan Sekutu setahun sebelumnya.

BAB IV ANALISIS KASUS Pandangan hidup pada hakikatnya berkaitan erat dengan tiga hal, antara lain : cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup/cara hidup. Berdasarkan kasus tentang Nazisme yang kami bahas dalam makalah ini, maka dapat dianalisis bahwa Nazisme yang sering digaung-gaungkan dan dibanggakan oleh bangsa Jerman memiliki cita-cita untuk menjadikan bangsa mereka (bangsa Arya) menjadi bangsa yang paling tinggi derajatnya dari bangsa-bangsa lain. Dalam periode ini Jerman tumbuh dari negara yang kalah Perang Dunia I hingga menjadi salah satu kekuatan militer terbesar di dunia. Pada saat yang bersamaan juga berlaku politik rasis yang meninggikan bangsa Arya dan merendahkan ras-ras lain. Walaupun Nazisme, dalam hal ini adalah partai Nazi itu sendiri adalah salah satu sistem politik yang paling terkenal dalam sejarah dunia, yang terkenal dengan tindakan kejam mereka dan benar-benar berperilaku tidak manusiawi. Namun pemerintah Nazi menerapkan sejumlah kebajikan guna kebaikan rakyat mereka dan orang-orang di masa depan. Ironisnya, banyak dari kebijakan mereka yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh banyak negara di dunia. Kebajikan-kebajikan yang pernah dilakukan pada zaman Nazisme itu sendiri antara lain: Pada zamannya, pemerintah Nazi merupakan pelopor dalam usaha pelarangan pembedahan makhluk hidup guna mencanangkan program konservasi satwa yang menjadi salah satu fokus utama pemerintah Nazi. Pemerintah Nazi juga menitikberatkan pada program kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan melakukan pemgumpulan amal oleh perwira tinggi Nazi untuk masyarakat kurang beruntung. Pemerintah Nazi melakukan dukungan terhadap riset-riset terhadap bidang kesehatan, terutama berfokus pada masalah kesehatan para tentaranya, seperti riset hipotermia.

Nazisme merupakan paham yang mengagung-agungkan bangsa Arya untuk menjadi bangsa adikuasa di dunia ini. Oleh karena itu, Nazi memiliki hasrat yang kuat untuk menyingkirkan bangsa-bangsa lain yang tidak sepaham dengan ideologi Nazisme mereka. Contoh yang paling konkret adalah kasus Holocaust pada bangsa Yahudi yang dilakukan oleh pemerintah Nazi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai