Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sulawesi merupakan pulau yang sangat unik di Indonesia, karena terletak diantara garis Webber dan garis Wallace, yaitu kawasan biogeografi diantara Australia dan Asia. Sulawesi memiliki tingkat endemisitas paling tinggi di kepulauan Indonesia dengan jenis mamalia endemik sebanyak 62 %, yang akan bertambah menjadi 98 % bila jenis kelelawar di perhitungkan. (Whitten et al. 1987) Tarsius merupakan salah satu mamalia yang Endemik di Sulawesi. Walaupun ada yang di temukan di Kalimantan dan Filipina namun berbeda spesiesnya dengan yang ada di Sulawesi. Di Sulawesi terdapat 11 jenis tarsius, yaitu T. tarsier, T. fuscus, T. sangirensis, T. pumilus, T. dentatus, T. pelengensis, T. lariang, T. tumpara, T. wallacei dan 2 jenis yang diketahui dari jenis berbeda tetapi belum diberi nama. (Groves dan Shekelle 2010). Dari 11 jenis tarsius tersebut terdapat empat jenis tarsius yang endemik Sulawesi Tengah, yaitu T. Pumilus, T. Wallacei, T. Dentatus dan T. Lariang. Oleh karena itu dalam laporan magang ini akan dibahas tentang habitat Tarsiusyang terdapat di Desa Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktik kerja ini dilaksanakan yaitu untuk mengetahui bentuk habitat dari Tarsius yang berada di Desa Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tarsius Sulawesi mempunyai sebaran yang luas yaitumulai dari kepulauan Sangihe, bagian utara pulau Sulawesisampai di pulau Selayar ujung selatan Sulawesi. Diketahui5 spesies tarsius yang sudah mempunyai status dan 3 jenislainnya yang diperkirakan jenis baru. Tarsius dari pulau Selayar adalah salah satunya jenis baru tersebut (MyronShekkle, komunikasi pribadi). Setiap wilayah sebaranmempunyai jenis spesifik yaitu T. sangirensis dari pulauSangihe,T. spectrum dari Sulawesi Utara, T. dianae dariSulawesi Tengah, T. Pumilus dari Sulawesi Tengah danSelatan, serta T. pelengensis dari Kepulauan

Peleng.(Supriatna dan Hendras-W, 2000). Tempat tinggal tarsius sangat bervariasi. Menurut Mackinnon dan Mackinnon (1980) tarsius mendiami hutan-hutansekunder dan semak belukar yang terdiri dari rumputdan gelagah. Tarmudji (1978), melaporkantempat tidur yang disukai oleh tarsius berupa tempat-tempatyang ditumbuhi gelagah dan berbentuk terowongan yang gelap. Dari laporan penduduk mereka pernahmenemukan tarsius di dalam lobang tanah di bawahrumpun bambu. Habitat tarsiusumumnya berupa hutan sekunder dan hutan kebun dengantempat beristirahat atau sarang umumnya pada rumpun bambu terutama bambu berduri (B. multiflex). Terdapat 52jenis tumbuhan dari 30 familia pada habitat tarsius, dandidominasi oleh jenis Euphorbiaceae dan Bambusaceae.Tarsius tersebar dari dataran rendah sampai ketinggian 250 m dpl dengan diameter pohon berkisar 5-25

cm.Keberadaan tarsius terdekteksi selain penemuan sarangsecara langsung dan informasi penduduk juga berdasarkanvokalisasi pada sore, malam dan pagi hari. Tarsius banyak ditemukan di luar hutan lindung atau area perbatasan hutan antara hutan primer dengan hutan sekunder, hutan sekunder dengan perkebunan masyarakat serta areal perladangan atau pertanian. Sedangkan pohon tidur atau sarang tarsius umumnya ditemukan di sekitar hutan sekunder dan perladangan dengan vegetasi yang rapat (Sinaga et al. 2009). Sedangkan menurut Napier dan Napier (1986), habitat tarsius adalah berbagai tipe hutan yaitu hutan hujan tropis, semak berduri, hutan bakau dan ladang penduduk. Selain itu, tarsius juga dapat hidup di hutan primer yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae dan perkebunan . (Niemitz dan Verlag 1984). Pohon tidur merupakan pusat kehidupan bagi tarsius dan terdapat paling sedikit satu pohon tempat tidur dalam satu wilayah kawanan (Kinnaird 1997). Pohon tidur atau sarang tarsius lebih banyak menempati jenis-jenis pohon Bambusa sp., Ficus sp., Imperata cylindrica, Arenga pinnata dan Hibiscus tiliaceus (Sinaga et al. 2009). Menurut Widyastuti (1993), kelompok tarsius di hutan primer lebih sering memilih tempat tidur di rongga-rongga pohon yang berlubang terutama pohon Ficus sp., pandan hutan, bambu, dan umumnya jenis berongga, terlindung dari sinar matahari dan agak gelap. Sinaga et al. (2009) menambahkan bahwa ketinggian pohon tidur atau sarang tarsius adalah antara 0- 20 m di atas permukaan tanah serta lebih tergantung pada jenis tumbuhan dan kondisi habitatnya.

Klasifikasi Tarsius: Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mamalia Ordo: Primata Famili: Tarsiidae Genus: Tarsius

BAB III METODOLOGI


3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian dari Praktek kerja (Magang) ini dilakukan pada tanggal 16-17 November 2013 di Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Wilayah II Makmur Resort Kamarora. 3.2 Alat Dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian praktek kerja (magang), adalah sebagai berikut: 1. Alat tulis menulis. 2. Kamera. 3.2 Prosedur Kerja 1. Melakukan Wawancara pada warga setempat. 2. Melakukan survey di lokasi habitat tarsius.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan No 1. Gambar Keterangan Ficus ssp. atau beringin merupakan salah satu tempat tinggal tarsius. Di pohon ini tarsius membuat sarang atau rumah tidur mereka. Ketinggian pohon ini berkisar 25-30 meter.

2.

Salacca zalacca atau salak ini merupakan tempat tinggal lain yang dijadikan tarsius sebagai sarang dan rumah tidur mereka.

3.

Tampak seekor tarsius yang berada di tumbuhanSalacca zalacca. Di antara batangbatang salak yang berduri tersebut dia tinggal agar terhindar dari predator yang dapat memangsanya.

4.2 Pembahasan Tempat tinggal tarsius sangat bervariasi. Tarsius mendiami hutanhutansekunder dan semak belukar yang terdiri dari rumputdan gelagah. Tarsius banyak ditemukan di luar hutan lindung atau area perbatasan hutan antara hutan primer dengan hutan sekunder, hutan sekunder dengan perkebunan masyarakat serta areal perladangan atau pertanian. Sedangkan pohon tidur atau sarang tarsius umumnya ditemukan di sekitar hutan sekunder dan perladangan dengan vegetasi yang rapat. Pohon tidur merupakan pusat kehidupan bagi tarsius dan terdapat paling sedikit satu pohon tempat tidur dalam satu wilayah kawanan. Pohon tidur atau sarang tarsius lebih banyak menempati jenis-jenis pohon Bambusa sp., Ficus sp., Imperata cylindrica, Arenga pinnata dan Hibiscus tiliaceus. kelompok tarsius di hutan primer lebih sering memilih tempat tidur di rongga-rongga pohon yang berlubang terutama pohon Ficus sp., pandan hutan, bambu, dan umumnya jenis berongga, terlindung dari sinar matahari dan agak gelap. Dalam penelitian ini di temukan habitat tarsius berada pada pohon Ficus sp.,Salacca zalacca, serta Bambusa sp.. Pohon Ficus sp. Tersebut diperkirakan mempunyai tinggi sekitar 25-30 meter serta berdiameter sekitar 45 cm. Tarsius tersebut membuat sarang pada batang-batang pohon beringin yang lobang, beristirahat pada siang hari serta menghindari predator yang mungkin dapat memangsa mereka. Tarsius juga membuat sarang mereka di rumpun-rumpun bambu, menghindari predator yang dapat memangsa mereka,

bersembunyi di rimbunya batang-batang bambu yang rapat sehingga predator akan sulit untuk memangsa mereka. Tarsius juga membuat sarang mereka pada pohon Salacca zalacca. Bersembunyi di antara batang-batang tanaman salak yang berduri ini, sehingga membuat predator akan sulit untuk memangsa mereka di dalam sela-sela batang salak yang berduri menghindari predator yang mungkin dapat memangsa mereka.

10

BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian ini yaitu : 1. Tempat tinggal tarsius sangat bervariasi. Tarsius mendiami hutan-hutan sekunder dan semak belukar yang terdiri dari rumput dan gelagah. 2. Rumah tidur atau sarang Tarsius yang ditemukan dilokasi adalah Ficus ssp., Salacca zalacca, dan Bambusa sp. 3. Tarsius membuat sarangnya di pohon yang tinggi serta di dalam semak belukar yang berduri untuk menghindarkan diri dari hewan predator lain yang dapat memangsanya. 5.2 Saran Diharapkan kepada dosen-dosen pembimbing magang, agar lebih memperhatikan lagi kegiatan praktek kerja yang dilakukan mahasiswa. Supaya kegiatan yang dilakukan lebih terarah dan menjadi pembelajaran yang baik bagi mahasiswa yang melaksanakan, agar tercapai tujuan serta harapan yang diinginkan.

11

Daftar Pustaka
Niemitz, C. 1979. Outline of the behaviour of Tarsius bancanus. In: Doyle,G.A. dan R.D. Martin. (eds.). The study of Prosimian Behaviour. London:Academic Press. Niemitz, C. 1984. Tarsier. In: Donald, M. (ed.). The Encyclopedia ofMammals.Oxford: Equinox Books. Niemitz, C. 1984. Taxonomy and distribution of thegenus Tarsius Storr, 1780. InBiology ofTarsiers. Niemitz C. (ed) pp:1-16. New York:Gustav Fischer Verlag. Niemitz, C. 1985. Der Koboldmaki Primaten.NaturwissRunsch 38:43-49. Evolutionsforschungan einem

Niemitz, C, A. Nietsch, S. Warter, & Y. Rumpler. 1991Tarsius dianae: A new primate species fromCentral Sulawesi(Indonesia). FoliaPrimatologica 56:105 116. Shekelle, M, C. Groves, S. Merker & J. Supriatna. InPress. Tarsius tumpara: A New TarsierSpecies from Siau Island, North Sulawesi.Primate Conservation 2008 (23). Supriatna, J. dan E. Hendras-W. 2000. Panduan Lapangan PrimataIndonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Tarmudji. 1978. Tarsius. Suara Alam 1 (2): 14-15.

12

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK KERJA(PK)

PENGAMATAN HABITAT TARSIUS DI DESA KAMARORA KECAMATAN NOKILALAKI KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH

OLEH HESRON ELUL MANGESA G 401 10 021

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2013

13

Anda mungkin juga menyukai