Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B blok 20 sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT. 2. Kedua orang tua yang memberi dukungan materil maupun spiritual. 3. Dr. Ramli selaku tutor. 4. Teman-teman sejawat dan seperjuangan. 5. Semua pihak yang membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk orang lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Palembang, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ Daftar Isi ..................................................................................................... BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................... BAB II Pembahasan 2.1 Data Praktikum ........................................................................ 2.2 Skenario ................................................................................... 2.3 Paparan I. Klarifikasi Istilah ............................................................... II. Identifikasi Masalah .......................................................... III. Analisis Masalah ............................................................... IV. Kerangka Konsep V. Hipotesis ............................................................................ VI. Learning Issues dan Keterbatasan Pengetahuan ...............

1 2

3 3

4 4

5 6 6 11 12 12

BAB III Sintesis 3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 3.2 Desain Penelitian..................................................................... 3.3 Tehnik Sampling..................................................................... Daftar Pustaka.............................................................................................. 13 15 18 22

BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Blok Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah blok 20 pada semester 7 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai Dokter Gafur yang ingin melakukan penelitian setelah mengamati bahwa anak bayi yang mendapatkan ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI.

1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Praktikum Tutorial A Blok XX Tutor Moderator Notulis Sekretaris Waktu : dr. Ramli : : : : Senin, 9 September 2013 Rabu, 11 September 2013 Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan. 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat dengan cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan apabila telah dipersilahkan oleh moderator. 3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses tutorial berlangsung. 4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.

2.2 Skenario B Blok 20

2.3 Paparan I. Klarifikasi Istilah 1. Puskesmas : Unit pelaksanaan yang teknis dinas kesehatan jawab

kabupaten/kota

bertanggung

menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di wilayah kerja administratifnya

2.

Kepala Puskesmas

: Orang yang telah menempuh pendidikan di bidang

kesehatan dan bertanggung jawab atas suatu puskesmas

3.

Sarjana kesehatan masyarakat

: Orang yang telah menempuh pendidikan di bidang kesehatan masyarakat.

4.

Ante natal care

: Perawatan yang diberikan pada ibu selama masa kehamilan dimulai dari persepsi konsepsi sampai lahirnya janin.

5.

Dukun beranak

: Profesi persalinan

yang dianggap mampu membantu proses

6.

Kader kesehatan

: Individu yang telah dilatih sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan.

7.

Imunisasi

: Pemberian kekebalan pada individu yang sebelumnya tidak kebal agar kebal pada suatu penyakit.

8.

BCG

: Vaksin untuk tuberculosis yang dibuat dari basil tuberculosis yang dlemahkan dengan di kulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun.

9.

DPT I

: Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi, untuk mencegah penyakit seperti difteri pertusis tetanus tahap pertama.

10. Polio

Imunisasi

yang

diberikan

untuk

menciptakan

kekebalan terhadap penyakit polio.

11. Posyandu

Merupakan

kegiatan

kesehatan

dasar

yang

diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan

12. Balita

: Adalah anak dengan usia dibawah lima tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan bb-nya naik 2 x bb lahir dan 3 kali bb lahir pada umur 1 tahun

13. Asuransi Kesehatan

: Sistem penjaminan yang memberikan biaya pelayanan kesehatan.

II. Identifikasi Masalah 1. Kepala Puskesmas melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebaga ikepala Puskesmas sekitar 6 bulan. 2. Ibuani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur 3 tahun datang ke Puskesmas Melati untuk ante natal care kehamilan yang ke II yang umur kehamilannya 22 minggu. 3. Kelahiran anak pertamanya, di rumah, cukup bulan dan dibantu oleh seorang dukun beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Melati. 4. Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I, dan Polio di Posyandu. 5. Ibu Ani adalah peserta asuransikesehatan. 6. Pulangnya ibu Ani dari Puskesmas hari sudah siang, dan menurutnya pelayanan kesehatan di Puskesmas Melati kurang bermutu.

III. Analisis Masalah 1. Kepala Puskesmas melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebaga ikepala Puskesmas sekitar 6 bulan. a. Bagaimana kedudukan puskesmas di starta kesehatan nasional? Jawab:

b. Apa saja asas-asas Puskesmas? Jawab:

c. Apa fungsi puskesmas? Jawab:


6

d. Apa saja upaya kesehatan yang dapat dilakukan oleh Puskesmas? Jawab:

e. Bagaimana struktur organisasi dari Puskesmas? Jawab:

f. Bagaimana manajemen dari Puskesmas? Jawab:

g. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi kepala Puskesmas? Jawab:

h. Apa saja tugas dan wewenang kepala Puskesmas? Jawab:

2. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur 3 tahun datang ke Puskesmas Melati untuk ante natal care kehamilan yang ke II yang umur kehamilannya 22 minggu. a. Apa saja upaya kesehatan yang dapat dilakukan oleh Puskesmas pada Ibu Ani? Jawab:

b. Program apa saja yang seharusnya didapatkan dan diberitahukan pada Ibu Ani? Jawab:

c. Untuk usia kehamilan 22 minggu, seharusnya sudah berapa kali melakukan ANC? Jawab:

d. Apa saja bentuk pelayanan dan pemeriksaan yang diberikan Puskesmas bagi Ibu Ani? Jawab:

3. Kelahiran anak pertamanya, di rumah, cukup bulan dan dibantu oleh seorang dukun beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Melati.
7

a. Program apa yang seharusnya Ibu Ani dapatkan dalam melakukan perencanaan persalinan? Jawab:

b. Apa saja syarat menjadi kader kesehatan di Puskesmas? Jawab:

c. Apa saja tugas dan wewenang kader kesehatan di Puskesmas? Jawab:

4. Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I, dan Polio di Posyandu. a. Bagaimana kedudukan posyandu di strata kesehatan nasional? Jawab:

b. Apa saja fungsi Posyandu? Jawab:

c. Apa saja tingkatan posyandu menurut fungsinya? Jawab:

d. Apa saja kegiatan yang dilakukan di Posyandu? Jawab:

e. Siapa saja yang mengelola Posyandu? Jawab:

f. Bagaimana struktur organisasi Posyandu? Jawab:

g. Bagaimana jadwal imunisasi di Posyandu? Jawab:

h. Imunisasi apa saja yang seharusnya telah didapatkan anak Ibu Ani? Jawab:
8

5. Ibu Ani adalah peserta asuransi kesehatan. a. Apa definisi sehat menurut WHO, Depkes, dan UU tahun 2009? Jawab:

b. Apa saja yang dijamin oleh asuransi kesehatan? Jawab:

c. Apa saja syarat mendapatkan asuransi kesehatan? Jawab:

d. Apa saja macam-macam asuransi kesehatan berdasarkan pengeluaran dana? Jawab:

e. Apa saja bentuk- bentuk pokok asuransi Puskesmas? Jawab:

f. Apa saja manfaat Askes bagi pesertanya? Jawab:

6. Pulangnya ibu Ani dari Puskesmas hari sudah siang, dan menurutnya pelayanan kesehatan di Puskesmas Melati kurang bermutu. a. Apa saja syarat pokok pelayanan kesehatan? Jawab:

b. Bagaimana penilaian standar mutu dari puskesmas? Jawab:

c. Apa yang dimaksud program penjagaan mutu? Dan unsur-unsurnya? Jawab:

d. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu Puskesmas Melati? Jawab:
9

IV. Kerangka Konsep


Dr. Gafur mengamati bahwa anak bayi yang mendapatkan ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI.

Asumsi bahwa ASI sangat baik untuk memberikan daya tahan tubuh anak terhadap ISPA setelah mereka berusia 2 tahun ke atas.

Dr. Gafur tertarik melakukan penelitian

Menentukan bahwa jenis penelitian yang tepat adalah penelitian analitik dengan desain penelitian case control

Menentukan sampel penelitian

Terpilih sebanyak 100 anak yang tergolong kasus, dimana tercatat 20 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun. Pada 100 subyek yang tergolong kontrol terdapat 70 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun.

Dilakukan pengumpulan data

Menganalisis data dan melakukan uji hipotesis dengan menghitung OR, OR didapatkan 9,3. OR>1 = faktor resiko

Dilakukan uji hipotesis dengan taraf kesalahan 5%, dan dk = 1, maka harga X2 tabel = 3,841 dan untuk 1% = 6,635. Ternyata harga X2 hitung lebih besar dari harga X2 tabel baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. 10

Kesimpulan penelitian Dr. Gafur : terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.

V. Hipotesis Dr. Gafur melakukan penelitian analitik dengan desain case control untuk melihat bahwa ASI sampai usia 2 tahun meningkatkan daya tahan tubuh balita terhadap ISPA.

VI. Learning Issues dan Keterbatasan Pengetahuan Pokok bahasan Jenis desain penelitian What I know

How What I dont know What I have to prove will I learn perbedaan antara menentukan jenis dan desain Jurnal dan

dan macammacam

tiap-tiap jenis dan desain penelitian

penelitian yang tepat internet digunakan

Tehnik sampling

macammacam

perbedaan tiap-tiap sampling

antara menentukan tehnik

tehnik Jurnal

sampling yang tepat dan untuk

penelitian internet

case control Uji hipotesis

macammacam

interpretasi

menentukan

uji Jurnal

hipotesis yang tepat dan digunakan penelitian control

pada internet case

Memahami interpretasi hasil uji

11

hipotesis

BAB III SINTESIS

JENIS PENELITIAN Berdasarkan prosesnya jenis penelitian kedokteran dibagi menjadi : 1. Penelitian Eksperimental Penelitian eksperimental ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap efek dari manipulasi peneliti terhadap satu atau sejumlah variabel subyek penelitian. Manipulasi yang dimaksud ialah setiap tindakan terhadap subyek penelitian yang dengan tindakan tersebut menimbulkan efek dan efek inilah yang kemudian dipelajari. 2. Penelitian Non Eksperimental Penelitian non eksperimental ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah variabel subyek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti.

Dalam bidang kedokteran terdapat beberapa mecam penelitian yang terpilah secara tumpang tindih yaitu penelitian epidemiologik, penelitian evaluatif, penelitian laboratorium, penelitian klinik dan sebagainya.

1. Penelitian Epidemiologik Jenis penelitian kedokteran yang mengkaji problema kesehatan dengan menggunakan pendekatan komunitas yang menjadi ciri utama penelitian epidemiologik. Dengan penelitian epidemiologik dapat diungkapkan (a) kejadian, distribusi, dan determinan
12

suatu penyakit atau status kesehatan tertentu dalam masyarakat dan (b) faktor-faktor risiko yang berperan pada suatu status kesehatan atau penyakit tertentu. Penelitian epidemiologik memiliki 3 kegunaan: Untuk kepentingan diagnosis, yaitu untuk menyusun diagnosis komunitas atau diagnosis kelompok. Untuk kepentingan aspek patogenesis penyakit. Untuk kepentingan evaluasi program.

Pembagian penelitian epidemiologik:

Penelitian Epidemiologik

Penelitian Epidemiologik Intervensi

Survei Epidemiologik

Survei Deskriptif

Survei Analitik

Cross Sectional

Case Control

Cohort

Penelitian

epidemiologik

intervensi

ialah

penelitian

dimana

peneliti

memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik secara individual maupun kelompok. Penelitian intervensi mempunyai potensi mengungkap mekanisme sebabakibat antara faktor risiko penyebab penyakit dengan efek. Survei epidemiologik ialah penelitian observasi yang dilakukan pada fenomena kesehatan (faktor risiko dan efek) tanpa manipulasi. Survei deskritif ialah suatu penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena kesehatan masyarakat tanpa menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi. Survei analitik ialah suatu penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan masyarakat terjadi.

2. Penelitian Evaluatif
13

Reviu program : menilai kelengkapan sarana atau upaya peningkatan kesehatan dalam masyarakat. Trial : suatu penelitian eksperimental yang bertujuan untuk menilai derajat keamanan dan kemanjuran suatu obat.

3. Penelitian Laboratorium Penelitian yang dilakukan di laboratorium, dapat berupa eksperimen, survei atau trial asal observasi utamanya dilakukan dengan menggunakan peralatan dan metode dalam laboratorium. DESAIN PENELITIAN 1. Cross-Sectional Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Kelebihan Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa. Mudah dilaksanakan karena pengukuran variabel-variabel hanya dilakukan satu kali, pada satu saat (tidak ada follow-up). Menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian analitis. Dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit dan masalah kesehatan lainnya pada masyarakat. Kelemahan Subyek penelitian besar bila variabelnya banyak. Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek lemah. Hubungan waktu tidak bisa ditentukan sehingga peran logika dan teori penting. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (nilai prognostiknya lemah). Tidak tepat untuk meneliti penyakit yang durasinya pendek

14

2. Case Control Rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Mempelajari seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya efek. Faktor risiko dipelajari melalui pendekatan retrospektif efek diidentifikasi saat ini, faktor risiko diidentifikasi masa lalu.

Langkah-langkah Case Control : Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai. Menetapkan variabel penelitian. Menetapkan subjek penelitian. Melakukan pengukuran variabel. Analisis hasil.

Ciri-ciri Penelitian Case Control : Pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut Kasus, berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol. Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup.

Karakteristik Penelitian Case Control: Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik

15

Kelebihan : Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan. Hasil cepat, ekonomis. Subyek penelitian bisa lebih sedikit. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit. Kesimpulan korelasi lebih baik, karena ada pembatasan dan pengendalian faktor risiko. Tidak mengalami kendala etik.

Kelemahan : Bias. Tidak diketahui pengaruh variabel luar yang tak terkendali dengan teknik matching. Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di matchingkan banyak. Kelompok kasus dan kontrol tidak random.

3. Cohort Penelitian kohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Artinya, faktor risiko yang akan dipelajari diidentifikasi dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.

Kelebihan : Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti. Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko dan penyakit. Dapat memberi keterangan yang lebih lengkap mengenai faktor risiko yang dialami oleh indvidu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.
16

Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall atau memori. Masalah etika lebih sedikit dibandingkan dengan study eksperimental. Dapat dipakai langsung untuk menghitung insidens rate dari penyakit dan risiko relatif dari faktor risiko yang sedang diteliti. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang bukan ahli epidemiologi. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang semakin meningkat.

Kelemahan : Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit yang sedikit dijumpai di masyarakat. Hendaklah dihindari dengan memilih kasus yang sering terjadi, atau penyakit yang tidak kompleks. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama. Untuk itu perlu dipilih penyakit- penyakit yang mempunyai masa inkubasi yang singkat. Biaya yang diperlukan selama studi cukup besar dan mahal. Follow up kadang-kadang sulit dilaksanakan dan loss follow up dapat mempengaruhi hasil penelitian. Studi kohort seringkali rumit. Untuk menghindarinya pilihlah populasi yang stabil, dan tidak berpindah-pindah tempat. Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang jarang terjadi. Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas paparan atau faktor risiko akan dapat mengganggu analisis. Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti membiarkan subyek terkena paparan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek. Hendaknya memilih faktor risiko atau exposure yang tidak berbahaya.

TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL


17

1. Teknik Random Sampling. Teknik Random sampling ialah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi, baik secara individual atau berkelompok diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsipprinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Sebab dipandang sebagai teknik sampling paling baik dalam sebuah penelitian. Sampel yang diperoleh secara rambang lebih mantap bila dibandingkan dengan incidental sampel yang diperoleh secara insidental. Sebab cara ini kurang menggunakan prinsip ilmiah yang baik. Dalam praktek produser Random sampling meliputi : a. Cara undian. b. Cara ordinal : Cara ini dilakukan dengan memilih nomor-nomor genap, gasal, atau kelipatan tertentu. c. Cara randomisasi dari tabel bilangan Random.

2. Teknik Non Random Sampling. Teknik Non Random sampling ialah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Semua teknik sampling yang tidak tergolong dalam random sampling adalah tergolong dalam jenis teknik sampling non random. Macam-macam sampling dalam non random sampling ialah : a. Teknik proporsional sampling. Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari setiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi tersebut. Cara ini dapat memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan dari pada apabila tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub populasi dan setiap sub populasi. b. Teknik Stratifiet Sampling. Teknik ini biasa digunakan apabila populasi terdiri dari susunan kelompok yang bertingkat-tingkat. c. Teknik purposive sampling. Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut era dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada
18

populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel. d. Teknik Quota Sampling. Teknik ini menghendaki pengambilan sampel berdasarkan pada Quotum (di Indonesia = kotum). Peneliti harus terlebih dahulu menetapkan jumlah subyek yang akan diselidiki. Subyek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria sampel. Ciri pokok dalam quota sampling ialah jumlah subyek yang telah ditetapkan akan terpenuhi. Kelemahan utama teknik ini ialah para petugas pengambil sampel kurang terawasi apakah kriteria-kriteria dalam populasi sudah tercermin dalam sampel sehingga teknik ini kurang disukai.

e. Teknik double sampling Teknik doubel sampling ialah pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar, yaitu sampel yang diperoleh secara angket (terutama angket yang diperoleh melalui pos). Dari cara itulah terdapat angket yang kembali dan tidak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket yang tidak kembali dipertegas dengan interviu. Jadi sampling kedua ini berfungsi menceksampling pertama (yang angketnya kembali). f. Teknik area probability sampling. Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada populasi. Yaitu daerah yang ada pada populasi di bagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil. g. Teknik cluster sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok, kemudian dicerminkan dalam sampel. Perlu digaris bawahi bahwa dalam suatu penelitian seseorang boleh menggunakan teknik area probability sampling sedang dalam menentukan obyeknya digunakan teknik random. Maka teknik samplingnya ialah area probability random sampling.

19

Kesimpulan: Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian dr. Gafur adalah penelitian analitik dengan desain case-control. Odds ratio pada kasus ini diperlukan untuk menentukan besar risiko untuk kejadian ISPA akibat ASI yang disapih di bawah usia 1 tahun. OR didapatkan 9,3. OR>1 merupakan faktor risiko yang artinya anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI dapat meningkatkan risiko terkena ISPA. Uji hipotesis yang tepat untuk kasus ini adalah uji hipotesis statistik nonparametris berupa uji Chi Kuadrat (X2). Chi kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. Pada penelitian ini, diambil taraf kesalahan 5%, dan dk = 1, maka harga X 2 tabel = 3,841 dan untuk 1% = 6,635. Ternyata harga X2 hitung lebih besar dari harga X2 tabel baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.

20

DAFTAR PUSTAKA

Kamus saku kedokteran Dorland. 1998. Alih bahasa, Poppy Kumala; copy editor edisi bahasa Indonesia, Dyah Nuswantari. Ed.25 Jakarta: EGC. Pratiknya, Ahmad Watik. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Ed.1 Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Dahlan, Sopiyudin. 2012. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Ed. 2 Jakarta: Agung Seto.

21

Anda mungkin juga menyukai